Anda di halaman 1dari 4

 Bermain Kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara

menyenangkan, tidak diorientasikan pada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif. (Smith &
Pellegrini, 2008)
 Hal ini berarti bermain bukanlah kegiatan yg dilakukan untuk menyenangkan orang lain,
tetapi semata mata karena keinginan dari diri sendiri. Oleh karena itu bermain itu
menyenangkan dan dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan bagi pemainnya.
Didalam bermain anak-anak tidak berpikir tentang hasil karena proses lebih penting dan
bermakna dibandingkan dengan tujuan akhir. bermain juga bersifat fleksibel, karena
anak dapat membuat kombinasi baru atau bertindak dalam cara-cara baru yang
berbeda dari sebelumnya. Bermain bukanlah aktivitas yang kaku. Bermain juga bersifat
aktif karena anak-anak benar terlibat dan tdak pura-pura aktif. Bermain juga bersifat
positif dan berefek positif.
 Karakteristik bermain:
 Menyenangkan dan menggembirakan bagi anak; anak menikmati kegiatan bermain
tersebut; mereka tampak riang dan senang.
 Dorongan bermain muncul dari anak dan bukan paksaan org lain; anak melakukan
kegiatan karena memang mereka ingin (perhatikan bagaimana anak yang lebih kecil
memilih bermain air, anak yang mahir memilih menguasai bola, anak yang lain berusaha
merebut bola dari anak lain)
 Anak melakukan karena spontan dan sukarela; anak tidak merasa diwajibkan (anak
begitu saja berlari, mengejar, mengincar, merebut, dan menendang bola tanpa ada
rencana sebelumnya. Tidak ada seorangpun yang menskenario perilaku anak dalam
bermain, seperti tampak pada contoh diatas)
 Semua anak ikut serta secara bersama-sama sesuai peran masing-masing;
 Anak berlaku pura-pura, tidak sungguhan, atau memerankan sesuatu; anak pura-pura
marah atau pura-pura menangis.
 Anak menerapkan aturan permainan sendiri, baik aturan yang diadopsi dari orang lain
maupun aturan yang baru; aturan main baru dipatuhi oleh semua peserta bermain.
 Anak berlaku aktif; mereka melompat atau menggerakan tubuh, tangan, dan tidak
sekedar melihat.
 Anak bebas memilih mau bermain apa dan beralih ke kegiatan bermain lain; bermain
bersifat fleksibel (tampak pd gmbar anak boleh pause sejenak dengan bermain air,
boleh sambil bergurau, boleh sambil bergaya).
 Bermain menurut ahli:
 Herbert Spencer
Anak bermain karena mereka mempunyai energi berlebih. Energi ini mendorong
mereka untuk melakukan aktivitas sehingga mereka terbebas dari perasaan tertekan.
Hal ini berarti tanpa bermain, anak akan mengalami masalah serius karena energi
mereka tidak tersalurkan.
 Moritz Lazarus
Anak bermain karena mereka memerlukan penyegaran kembali atau mengembalikan
energi yang habis digunakan untuk kegiatan rutin sehari-hari. Hal ini menganung
pengertian bahwa apabila tidak bermain, anak akan menderita kelesuan akibat
ketiadaan penyegaran
 Erikson
Bermain membantu anak mengembangkan rasa harga diri. Alasannya, karena dengan
bermain anak memperoleh kemampuan untuk menguasai tubuh mereka, menguasai,
dan memahami benda-serta belajar keterampilan sosial. Anak bermain karena mereka
berinteraksi guna belajar mengkreasikan pengetahuan. Bermain merupakan cara dan
jalan anak berpikir dan menyelesaikan masalah. Anak bermain karena mereka
membutuhkan pengalaman langsung dalam interaksi sosial agar mereka memeroleh
dasar kehidupan sosial.
 Sigmund Freud
Bermain bagi anak merupakan suatu mekanisme untuk mengulang kembali peristiwa
traumatik yang dialami sebelumnya sebagai upaya untuk memperbaiki atau menguasai
pengalaman tersebut demi kepuasan anak. Dengan demikian, Freud melihat bermain
sebagai sarana melepaskan kenangan dan perasaan yang menyakitkan. Hal ini berarti
anak bermain karena mereka butuh desakan emosi secara tepat.
 Froebel
Froebel terkenal dengan pendekatan dan idenya yang berpusat pada anak yang kita
knal sekarang dengan bermain bebas. Froebel percaya bahwa anak-anak membutuhkan
pengalaman nyata dan aktif secara fisik. Froebel juga menggambarkan bahwa bermain
adalah cara anak untuk belajar. Atau “anak belajar dengan berbuat”
 Lev Vygotsky
Bermain merupakan sumber perkembangan anak, terutama untuk aspek berpikir. Anak
tidak serta merta menguasai pengetahuan karena faktor kematangan, tetapi lebih
karena adanya interaksi aktif dengan lingkungannya. Bermain dalam perspektif ini
menyediakan ruang bagi anak untuk mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi
aktif dengan berbagai aspek yang terlibat, sebagai peran dan fungsi. Anak adalah
individu aktif, yang didalam proses bermain melibatkan diri untuk membangun konsep-
konsep yang dibutuhkan, seperti memahami bentuk benda, fungsi benda, karakteristik
benda. Anak juga membentuk konsep abstrak seperti aturan-aturan, nilai-nilai tertentu,
dan kultur.
 Gross
Teori praktis yang diajukan oleh Karl Groos, seorang filsuf yang meyakini bahwa bermain
berfungsi untuk memperkuat instink yang dibutuhkan guna kelangsungan hidup di masa
mendatang. Dasar teori Groos adalah prinsip seleksi alamiah yang dikemukakan oleh Charles
Darwin. Binatang dapat mempertahankan hidupnya karena dia mempunyai ketrampilan yang
diperoleh melalui bermain. Bayi yang baru lahir dan juga binatang mewarisi sejumlah instink
yang tidak sempurna dan instink ini penting guna mempertahankan hidup. Bermain bermanfaat
bagi yang masih muda dalam melatih dan menyempurnakan instinknya. Jadi tujuan bermain
adalah sebagai sarana latihan dan mengelaborasi ketrampilan yang diperlukan saat dewasa
nanti.

Masa Bayi Masa ini terjadi antara usia 0-1 tahun. Erikson menyebut tahap ini sebagai tahap
Trust vs Mistrust. Pada tahap ini, bayi mulai mengembangkan rasa percaya pada lingkungan
sekitar berdasarkan hubungan yang terjalin antara bayi dengan figur lekatnya. Karakteristik
menonjol yang terbentuk pada tahap ini adalah sikap percaya diri, perasaan dicintai, namun
tetap waspada pada lingkungan yang asing.

Perkembangan kognitif
• Tahap sensorimotor, ini merupakan masa awal anak dengan memproduksi berbagai kejadian, mulai
menggunakan peralatan untuk tujuannya dan melakukan berbagai eksperimen untuk menemukan hal baru.
tahap ini saat anak usia 0- 2 tahun

• Tahap pra- operasional, tahap ini anak akan menerima rangsangann yang terbatas dengan kemampuan
bahasa, masih belum mampu untuk berfikir abstrak. Tahap ini saat anak usia 2- 7 tahun.

• Tahap konkret operasional, tahap ini anak sudah bisa berfikir secara rasional seperti melipat, menyusun,
melakukanpemisahan, penambahan dan membagi. Tahap ini saat usia 7- 11 tahun.

• Tahap formal operasional, tahap ini anak mulai beranjak dewasa dengan berfikir hipotetik, sudah
menampung dan berfikir abstrak seperti matematika, agama dan fisika.

Perkembangan bahasa

• Periode prelingual, usia 0- 1 tahun dengan cirri mengoceh dengan orang tua atau menanggapi respon
berbeda. Misalnya ketika bayitemu dengan orang di kenalnya maka ia akan tersenyum dan mengis kepada
orang tidak di kenal atau takutinya.

• Periode lingual, usia 1,2- 5 tahun. Tahap ini dengan membuat kalimat satu atau dua kata.

• Periode diferensiasi, usia 2,5- 5 tahun yang telah memiliki kemampuan dewasa sesuai dengan tata bahasa
yang baik dan benar.

Detil info baca disini: http://duniaanak.org/perkembangan-anak/tahapan-psikologi-perkembangan-


anak.html

2. Masa Batita (toddler) Masa ini terjadi antara usia 1-3 tahun. Erikson menyebut tahap ini
sebagai tahap Autotomy vs Shame and Doubt. Pada masa ini, batita memasuki tahap selalu
ingin tahu dan mencoba hal baru, sehingga terkadang melakukan hal-hal yang mungkin
dianggap berbahaya seperti ingin menyentuh api, memanjat, dll. Dibutuhkan perhatian dan
pendampingan ekstra dari orang tua pada anak dalam tahap ini, agar mereka tahu mana yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, serta menumbuhkan sikap mau mendengarkan orang lain.
Sifat menonjol yang terbentuk pada tahap ini adalah mandiri.

3. Masa Pra sekolah Masa ini terjadi antara usia 3-6 tahun. Erikson menyebut tahap ini sebagai
tahap Initiative vs Guilt. Pada tahap ini, anak mulai memiliki gagasan dan berusaha
mengutarakan isi pikirannya. Karakteristik menonjol yang terbentuk pada tahap ini adalah
penuh ide, mudah mengutarakan pendapat, dan optimis.

4. Masa Sekolah Masa ini terjadi antara usia 6-12 tahun. Erikson menyebut tahap ini sebagai
tahap Industry vs Inferiority. Pada tahap ini, anak mulai banyak berhubungan dengan teman-
teman sebaya dan mengeksplorasi segala kemampuan yang dimiliki. Karakteristik menonjol
yang terbentuk pada tahap ini adalah sikap percaya diri, kompetitif, dan rasa sosial.

5. Masa Remaja Masa ini terjadi antara usia 12-20 tahun. Erikson menyebut tahap ini sebagai
tahap Identity vs Role Confusion. Tahap ini ditandai dengan semakin luasnya pergaulan yang
dimiliki remaja, dan munculnya usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka mendapat
pengakuan dari kelompok sosialnya. Karakteristik menonjol yang terbentuk pada tahap ini
adalah rasa setia kawan, toleransi, dan pemberontakan.

6. Masa Dewasa awal Masa ini terjadi antara usia 20-40 tahun. Erikson menyebut tahap ini
sebagai tahap Intimacy vs Isolation. Pada tahap ini, pencarian dan pembentukan relasi dengan
teman sebaya mulai berkurang dan lebih fokus pada usaha mempertahankan hubungan yang
sudah terjalin dengan orang-orang yang sepaham. Karakteristik menonjol yang terbentuk pada
tahap ini adalah sikap sabar dan kemampuan dalam memahami orang lain.

7. Masa Dewasa madya Masa ini terjadi antara usia 40-65 tahun. Erikson menyebut tahap ini
sebagai tahap Generativity vs Stagnation. Pada tahap ini, seorang individu telah mencapai
puncak perkembangan dari segala kemampuannya. Perhatian utama individu pada tahap ini
terletak pada generativitas. Mereka lebih berfokus pada hubungan yang terjalin antara dirinya
dan keturunannya. Karakteristik menonjol yang terbentuk pada tahap ini adalah sikap peduli,
mengayomi, hangat, dan sedikit mengatur.

8. Masa Dewasa akhir Masa ini terjadi pada usia 65 tahun keatas. Erikson menyebut tahap ini
sebagai tahap Ego Integrity vs Despair. Pada tahap ini, individu telah benar-benar matang dari
segi usia, pengalaman, dan kebijaksanaan. Dorongan untuk berprestasi masih ada, namun
keterbatasan fisik terkadang menjadi penghalang bagi mereka. Perasaan terasing seringkali
muncul sebagai akibat dari kurangnya penerimaan diri terhadap kondisi fisik saat ini. Cerminan
diri akan masa lalu terkadang membuatnya menyesali apa yang telah terjadi.

Anda mungkin juga menyukai