Anda di halaman 1dari 54

TAHAPAN – TAHAPAN PADA

PEKERJAAN KONSTRUKSI
(PERENCANAAN, PELAKSANAAN,
DAN PENGAWASAN)
21 FEB R U AR I 201 6

Pada kesempatan kali ini pengen ngobrolin perihal Tahapan-Tahapan dalam


Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Dalam pekerjaan konstruksi sering sekali kita menemukan istilah-istilah terkait


pekerjaan konstruksi yang perlu dipahami dan diterapkan oleh pengguna jasa dalam
hal ini Pihak Pengguna Anggaran (PA) atau Pengguna Barang/Jasa dan PPK selaku
pihak yang melakukan perikatan kontrak dan mengendalikan kontrak, ambil contoh
dalam mewujudkan suatu pekerjaan Bangunan Gedung negara tahapan-tahapan saja
yang harus dilakukan oleh Pengguna Jasa.
Mari kita ulas secara satu persatu dengan panduan beberapa dasar hukum tertulis yang
mengaturnya secara terpisah-terpisah, karena dalam hal ini peaturan yang mengatur
jasa konstruksi cukup banyak, antara lain sbb:

 UU No. 18/1999 Tentang Jasa Konstruksi


 PP No. 28/2000 Tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi
 PP No. 29/2000 Tentang Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi
 PP No. 30/2000 Tentang Penyelenggaraan
Pembinaan Jasa Konstruksi
 PP No. 4/2010 Tentang Perubahan Atas PP
No. 28/2000 Tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi
 PP No. 59/2010 Tentang Perubahan Atas PP
No. 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi
 PP No. 92/2010 Tentang Perubahan Kedua
Atas PP No. 28/2000 Tentang Usaha dan
Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
Pertama-tama yang perlu kita bahas adalah apa saja tahapan-tahapan yang diperlukan
atau paling tidak minimal harus dipenuhi dalam menyelengarakan suatu pekerjaan
konstruksi.

Pertanyaan diatas ada sy temukan jawabannya pada pasal 24 PP 29/2000 Tentang


Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, yang berbunyi Penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi wajib dimulai dengan tahap perencanaan yang selanjutnya diikuti dengan
tahap pelaksanaan beserta pengawasannya yang masing-masing tahap dilaksanakan
melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan, dan pengakhiran.

Berikut kita bahas tahapan-tahapan tersebut diatas:

1. TAHAPAN PERENCANAAN
Lingkup tahap perencanaan pekerjaan konstruksi terbagi menjadi beberapa tahapan
antara lain:
 prastudi kelayakan,
 studi kelayakan,
 perencanaan umum, dan
 perencanaan teknik.
Hal ini diuraikan pada Pasal 25 PP 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
yang berbunyi:

Lingkup tahap perencanaan pekerjaan konstruksi meliputi prastudi kelayakan, studi


kelayakan, perencanaan umum, dan perencanaan teknik.

Kemudian muncul pertanyaan, apakah semua tahapan yang terdiri dari prastudi
kelayakan, studi kelayakan, perencanaan umum, dan perencanaan teknik. Harus selalu
dilakukan disetiap perencanaan pekerjaan konstruksi?

Dalam hal ini PP 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi pada pasal 26
membagi menjadi beberapa Kriteria:

1. Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi


dengan pekerjaan risiko tinggi harus
dilakukan prastudi kelayakan, studi
kelayakan, perencanaan umum, dan
perencanaan teknik.
2. Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi
dengan pekerjaan risiko sedang harus
dilakukan studi kelayakan, perencanaan
umum, dan perencanaan teknik.
3. Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi
dengan pekerjaan risiko kecil harus
dilakukan perencanaan teknik.
Kriteria yang digunakan pasal 26 adalah Kriteria Resiko Tinggi-Sedang-Kecil, oleh
karena itu Pengguna Jasa selain melakukan Identifikasi Kebutuhan pada pekerjaan
konstruksi haruslah dibreakdown lebih dalam lagi menjadi identifikasi resiko.

Identifikasi Resiko berupa melakukan penetapan kriteria resiko sebagaimana diatur


pada pasal 10 PP No. 28/2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi.

Kriteria risiko pada pekerjaan konstruksi terdiri dari:

 kriteria risiko kecil mencakup pekerjaan


konstruksi yang pelaksanaannya tidak
membahayakan keselamatan umum dan harta
benda;
 kriteria risiko sedang mencakup pekerjaan
konstruksi yang pelaksanaannya dapat
berisiko membahayakan keselamatan umum,
harta benda, dan jiwa manusia;
 kriteria risiko tinggi mencakup pekerjaan
konstruksi yang pelaksanaannya berisiko
sangat membahayakan keselamatan umum,
harta benda, jiwa manusia, dan lingkungan.
Setidaknya sampai pembahasan ini sudah menemukan dasar, kenapa pekerjaan
tersebut diperlukan Feasibility study atau Pra feasibility Study? setidaknya ada dasar
justifikasi teknisnya sebelum mengidentifikasi hal tersebut, tidak asal memunculkan
dalam dokumen anggaran, yang penting ada paket pekerjaan perencanaan studi
kelayakan yang tak berdasar kebutuhannya,, karena apabila kalimat tersebut dibalik,
mengapa jadi ada paket perencanaan berupa study kelayakan, yang mana seharusnya
menurut lingkup pekerjaan dan berdasarkan identifikasi pengelola kegiatan ada
menemukan kriteria resiko, minimum kategori resiko sedang-besar, dan hal itu
sebenarnya sudah teridentifikasi dalam dokumen RUP-nya PA berkaitan dengan
identifikasi kebutuhan paket pekerjaan tersebut.

Khusus terkait dengan perencanaan Teknis (selalu ada di setiap tahapan uraian pasal
26 PP 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi) terkait bangunan gedung
negara dapat berpedoman pada Permen PU 45/2007,

hal ini diatur pada Bab III Tahapan Pembangunan Gedung Negara poin B yang
berbunyi sebagai berikut:

PERENCANAAN TEKNIS KONSTRUKSI:


1. Perencanaan teknis konstruksi merupakan tahap
penyusunan rencana teknis ( disain ) bangunan gedung
negara, termasuk yang penyusunannya dilakukan
dengan menggunakan disain berulang atau dengan
disain prototip.
2. Penyusunan rencana teknis bangunan gedung negara
dilakukan dengan cara menggunakan penyedia jasa
perencanaan konstruksi, baik perorangan ahli maupun
badan hukum yang kompeten, sesuai dengan
ketentuan, dan apabila tidak terdapat penyedia jasa
perencanaan konstruksi yang bersedia, dapat
dilakukan oleh instansi Pekerjaan Umum/instansi
teknis setempat
3. Rencana teknis disusun berdasarkan Kerangka Acuan
Kerja (KAK) yang disusun oleh pengelola kegiatan
4. Dokumen rencana teknis bangunan gedung negara
secara umum meliputi:
a. Gambar rencana teknis (arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, serta tata
lingkungan);

b. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), yang meliputi persyaratan umum,


administratif, dan teknis bangunan gedung negara yang direncanakan;

c. Rencana anggaran biaya pembangunan;

d. Laporan akhir tahap perencanaan, meliputi:

1. laporan arsitektur;
2. laporan perhitungan struktur termasuk laporan
penyelidikan tanah (soil test);
3. laporan perhitungan mekanikal dan elektrikal;
4. laporan perhitungan IT (Informasi & Teknologi);
5. laporan tata lingkungan.
e. Keluaran akhir tahap perencanaan, yang meliputi dokumen perencanaan, berupa:
Gambar Rencana Teknis, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Rencana Anggaran
Biaya (Engineering Estimate), dan Daftar Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) yang
disusun sesuai ketentuan;
f. Kontrak kerja perencanaan konstruksi dan berita acara kemajuan pekerjaan/serah
terima pekerjaan perencanaan, yang disusun dengan mengikuti ketentuan yang
tercantum dalam peraturan presiden tentang pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara, dan pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah beserta
petunjuk teknis pelaksanaannya.

5. Tahap perencanaan teknis konstruksi untuk bangunan


gedung negara:
 yang berlantai diatas 4 lantai; dan/atau
 dengan luas total diatas 5.000 m2; dan/atau
 dengan klasifikasi khusus; dan/atau
 yang melibatkan lebih dari satu konsultan perencana
maupun pemborong; dan/atau;
 yang dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran
(multiyears project);
DIHARUSKAN MELIBATKAN PENYEDIA JASA MANAJEMEN
KONSTRUKSI, SEJAK AWAL TAHAP PERENCANAAN.
Dari penjelasan diatas dapat dijadikan pedoman kapan Konsultan MK
diiperlukan?setidaknya harus memenuhi klausul-klausul persyaratan diatas, tidak asal
memunculkan dalam dokumen anggaran, sehingga menjadi kebutuhan yang tak
berdasar.

1. TAHAP PELAKSANAAN BESERTA


PENGAWASANNYA
Tahapan selanjutnya setelah perencanaan adalah tahap melaksanakan apa yang
direncanakan sekaligus mengawasinya, apa saja yang perlu dilakukan pada tahap ini
ada diatur pada pasal 28 PP PP 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Lingkup tahap pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi


meliputi pelaksanaan fisik, pengawasan, uji coba, dan penyerahan hasil akhir
pekerjaan.Pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi dilakukan
berdasarkan hasil perencanaan teknik
Dalam hal ini Setiap bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan
administratif baik pada tahap pembangunan maupun pada tahap pemanfaatan
bangunan gedung negara, hal ini dijelaskan Permen PU 45/2007 pada BAB II
Persyaratan Bangunan Gedung Negara, yang mana persyaratan administratif terdiri
dari:

1. DOKUMEN PEMBIAYAAN /DOKUMEN


ANGGARAN
2. STATUS HAK ATAS TANAH
3. STATUS KEPEMILIKAN
4. PERIZINAN
5. DOKUMEN PERENCANAAN
6. DOKUMEN PEMBANGUNAN.
7. DOKUMEN PENDAFTARAN
Pada tahapan-tahapan diatas yang perlu digaris bawahi adalah dokumen
pembangunan pada tahap sebelum pembangunan bangunan gedung negara,
dan dokumen pendaftaranpada tahap pemanfaatan bangunan gedug negara yang
mana berdasarkan Permen PU 45/2007 dijelaskan
1. DOKUMEN PEMBANGUNAN:
Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan dokumen pembangunan
yang terdiri atas:

1. Dokumen Perencanaan,
2. Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
3. Dokumen Pelelangan,
4. Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi, dan As
Built Drawings,
5. hasil uji coba/test run operational,
6. Surat Penjaminan atas Kegagalan Bangunan
(dari penyedia jasa konstruksi), dan
7. Sertifikat Laik Fungsi (SLF) sesuai ketentuan
2. DOKUMEN PENDAFTARAN
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen pendaftaran untuk
pencatatan dan penetapan Huruf Daftar Nomor ( HDNo ) meliputi Fotokopi:
1. Dokumen Pembiayaan/DIPA (otorisasi
pembiayaan);
2. Sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas
tanah;
3. Status kepemilikan bangunan gedung;
4. Kontrak Kerja Konstruksi Pelaksanaan;
5. Berita Acara Serah Terima I dan II;
6. As built drawings (gambar sesuai
pelaksanaan konstruksi) disertai arsip
gambar/legger;
7. Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan
Sertifikat Laik Fungsi (SLF); dan
8. Surat Penjaminan atas Kegagalan Bangunan
(dari penyedia jasa konstruksi).
Tahapan-Tahapan PELAKSANAAN KONSTRUKSI menurut Permen PU
45/2007 pada BAB III Tahapan Pembangunan Bangunan Gedung Negara antara
lain sebagai berikut:
1. Dalam pelaksanaan konstruksi bangunan gedung
negara sudah termasuk tahap pemeliharaan konstruksi.
2. Pelaksanaan konstruksi merupakan tahap pelaksanaan
mendirikan bangunan gedung, baik merupakan
pembangunan baru, perbaikan sebagian atau
seluruhnya,maupun perluasan yang sudah ada,
dan/atau lanjutan pembangunan yang belum selesai,
dan/atau perawatan rehabilitasi, renovasi, restorasi)
dilakukan dengan menggunakan penyedia jasa
pelaksana konstruksi sesuai ketentuan
3. Pelaksanaan konstruksi dilakukan berdasarkan
dokumen pelelangan yang telah disusun oleh
perencana konstruksi, dengan segala tambahan dan
perubahannya pada saat penjelasan
pekerjaan/aanwijzing pelelangan, serta ketentuan
teknis (pedoman dan standar teknis) yang
dipersyaratkan.
4. Pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan:
kualitas masukan (bahan, tenaga, dan alat), kualitas
proses (tata cara pelaksanaan pekerjaan), dan kualitas
hasil pekerjaan, seperti yang tercantum dalam RKS
5. Pelaksanaan konstruksi harus mendapatkan
pengawasan dari penyedia jasa pengawasan konstruksi
atau penyedia jasa manajemen konstruksi.
6. Pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
7. Penyusunan Kontrak Kerja Pelaksanaan Konstruksi
dan Berita Acara Kemajuan Pekerjaan/Serah Terima
Pekerjaan Pelaksanaan Konstruksi maupun
Pengawasan Konstruksi mengikuti ketentuan yang
tercantum dalam peraturan presiden tentang pedoman
pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dan
petunjuk teknis pelaksanaannya
8. Pemeliharaan konstruksi adalah tahap uji coba dan
pemeriksaan atas hasil pelaksanaan konstruksi fisik.
Di dalam masa pemeliharaan ini penyedia jasa
pelaksanaan konstruksi berkewajiban memperbaiki
segala cacat atau kerusakan dan kekurangan yang
terjadi selama masa konstruksi.
9. Dalam masa pemeliharaan semua peralatan yang
dipasang di dalam dan di luar gedung, harus diuji coba
sesuai fungsinya. Apabila terjadi kekurangan atau
kerusakan yang menyebabkan peralatan tidak
berfungsi, maka harus diperbaiki sampai berfungsi
dengan sempurna.
10. Apabila tidak ditentukan lain dalam kontrak kerja
pelaksanaan konstruksi bangunan gedung negara,
masa pemeliharaan konstruksi untuk bangunan gedung
semi permanen minimal selama 3 (tiga) bulan dan
untuk bangunan gedung permanen minimal 6 (enam)
bulan terhitung sejak serah terima pertama pekerjaan
konstruksi.
11. Keluaran akhir yang harus dihasilkan pada tahap ini
adalah (TAHAP PELAKSAAN KONSRUKSI):
a. Bangunan gedung negara yang sesuai dengan dokumen untuk pelaksanaan
konstruksi

b. Dokumen hasil Pelaksanaan Konstruksi, meliputi:

1. gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (as


built drawings).
2. semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat
pelaksanaan konstruksi fisik, termasuk Surat Izin
Mendirikan Bangunan (IMB).
3. kontrak kerja pelaksanaan konstruksi fisik, pekerjaan
pengawasan beserta segala perubahan/ addendumnya.
4. laporan harian, mingguan, bulanan yang dibuat selama
pelaksanaan konstruksi fisik, laporan akhir manajemen
konstruksi/pengawasan, dan laporan akhir pengawasan
berkala.
5. berita acara perubahan pekerjaan, pekerjaan
tambah/kurang, serah terima I dan II, pemeriksaan
pekerjaan, dan berita acara lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan konstruksi fisik.
6. Foto-foto dokumentasi yang diambil pada setiap
tahapan kemajuan pelaksanaan konstruksi fisik.
7. manual pemeliharaan dan perawatan bangunan
gedung, termasuk petunjuk yang menyangkut
pengoperasian dan perawatan peralatan dan
perlengkapan mekanikal-elektrikal bangunan.
Demikian sekilas pembahasan tahapan-tahapan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan konstruks, khususnya bangunan gedung negara, semoga bermanfaat,
dan mohon koreksinya.

https://gustinoviarkusuma.wordpress.com/2016/02/21/tahapan-tahapan-pada-pekerjaan-konstruksi-
perencanaan-pelaksanaan-dan-pengawasan/
MEKAISME PERENCANAAN TEKNIS DALAM DOKUMEN PERENCANAAN
TEKNIS

October 22, 2015

IlmuDasarDanTeknik.Com*_Persiapan & perencanaan teknis merupakan salah satu tahapan (tahap


awal) kegiatan pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana. Yang merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan dalam rangka Penyusunan Usulan Kegiatan Sarana &
Prasarana sebelum melaksanakan proses pelaksanaan pembangunan (fisik/konstruksi) sarana &
prasarana. Keseluruhan proses kegiatan tersebut selanjutnya dituangkan dalam Dokumen yang
disebut Dokumen Perencanaan teknis/DED/Proposal Usulan Kegiatan
Manfaatnya adalah Untuk mendapatkan usulan kegiatan yang baik dan layak secara teknis, keuangan
dan aman terhadap lingkungan dan sosial (safeguards);

MEKANISME PERENCANAAN TEKNIS


Secara umum mekanisme perencanaan teknis mencakup dua tahapan yaitu Persiapan dan
Perencanaan Teknis.
Tahapan perencanaan teknis, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam tahapan pelaksanaan
perencanaan teknis adalah sebagai berikut:

a. Penyediaan Lahan
Untuk mewujudkan bangunan infrastruktur, tentunya diperlukan ketersediaan lahan/tanah (termasuk
bangunan/tanaman produktif/aset berharga lainnya yang terkena) sebagai lokasi pembangunannya.
Sementara disisi lain, tanah memiliki sifat yang terbatas dan keberadaannya dilindungi oleh hukum.
Tidak ada pihak manapun yang diperkenankan membangun tanpa seijin pemilik tanah karena bukti
kepemilikan diakui secara sah dalam hukum. Dan jika terjadi pelanggaran (membangun diatas tanah
tanpa seijin pemiliknya) maka pihak yang melakukan pelanggaran akan dikenai sanksi sesuai
ketentuan hukum yang berlaku.
b. Survey dan Investigasi
Survey Teknis
Sebelum dilakukan penyusunan Desain bangunan maka terlebih dahulu harus dilakukan Survey
teknis. Sasaran survey teknis ini adalah untuk mendapatkan data data/ informasi kondisi/situasi awal
lokasi pembangunan infrastruktur yang sebenarnya. Jenis data/informasi yang diperlukan tergantung
pada jenis infrastruktur yang akan dibangun. Seperti : Kondisi fisik lokasi (luasan, batas-batas,
topografi), kondisi tanah (keras/lunak), keadaan air tanah, peruntukan lahan, rincian penggunaan
lahan, perkerasan, penghijauan, dan lain-lain.
Data-data atau informasi tersebut selanjutnya akan dipergunakan dalam menentukan desain atau
rancangan dan gambar rencana bangunan yang akan dibangun.
Pelaksanaan Survey ini dilakukan surveyor yang harus memahami teknik survey mencakup :
Jadwal, Urutan kegiatan, cara pelaksanaan dan hasil Survey yang akan diperoleh;
Cara penggunaan formulir survey dan cara penggunaan alat survey yang akan digunakan;
Kebutuhan dan penyediaan peralatan dan instrument yang dibutuhkan, seperti : patok-patok, meteran,
formulir suirvey, peta, dll;
Pada kegiatan survey teknis ini, juga sekaligus membuat dokumentasi/photo awal (0%) pada lokasi
yang akan dibangun Infrastruktur. Jumlah titik lokasi yang diambil/potret disesuaikan dengan kondisi
lapangan dan jenis infrastruktur yang akan dibangun, misalnya untuk Jalan/drainase/saluran
irigasi/air bersih perpipaan dapat diambil pada beberapa titik lokasi (awal, tengah dan ujung akhir
atau tempat lain yang dianggap penting)
Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah pengambilan gambar kondisi 0% ini, nantinya
akan menjadi pengambilan gambar pada saat pelaksanaan konstruksi, yaitu kondisi 50% dan 100%.
Selain survey teknis prasarana juga perlu dilakukan survey ketersediaan tenaga kerja/bahan/alat. Hal
ini untuk membantu dalam pemilihan teknologi konstruksi yang akan dipergunakan dimana sedapat
mungkin menggunakan konstruksi/bahan lokal yang berkualitas dan konstruksi yang mudah
dilaksanakan oleh tenaga kerja setempat.

c. Survey Harga Satuan Upah/Bahan/Alat


Sesuai dengan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas pemanfaatan dana kegiatan maka harga-
harga satuan upah/bahan/alat yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan harus merupakan
hasil survey sekurang-kurangnya dari 3 toko/pemasok setempat/terdekat sebagai referensi
data/informasi harga satuan upah/bahan/alat bagi pelaksana untuk menyusun RAB proposal
pelaksanaan kegiatan atau menggunakan dasar harga yang sudah ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan
Umum.
Apabila seluruh harga satuan upah/bahan/alat terendah hasil survey Pelaksana adalah sama dengan
harga satuan terendah yang telah ditetaokan maka pelaksana dapat langsung menggunakan harga
hasil ketetapan.

d.Survey Calon Tenaga Kerja


Tenaga kerja yang akan terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan diprioritaskan dan diharapkan
sebanyak mungkin dari masyarakat setempat . Informasi ketersediaan tenaga kerja proyek sangat
penting diketahui dalam perencanaan pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur. Hal ini
terutama karena akan menjadi dasar pemilihan teknologi/metode kerja pelaksanaan pembangunan
fisik.
Selain jumlah, kualifikasi tenaga kerja juga sangat penting diketahui dari hasil survey, terutama
untuk memperoleh kepastian apakah kegiatan pembangunan dapat dilaksanakan oleh tenaga kerja
yang ada dan dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan program.
Pengalaman/keterampilan yang dimiliki calon tenaga kerja (seperti Mandor/Ketua regu kerja, Tukang
dan Pekerja) terutama guna menjamin cara pelaksanaan pekerjaan dapat dilaksanakan secara benar
sehingga dapat memenuhi kualitas fisik yang baik.

e. Penyusunan Desain Teknis (Pembuatan Desain, Gambar-


gambar, Spesifikasi Teknis)
Persyaratan utama suatu infrastruktur yang dibangun adalah terpenuhinya mutu/manfaat bangunan
tersebut sebagaimana yang dikehendaki. Oleh karena itu siapapun yang menginginkan suatu
bangunan, perlu menentukan syarat penggunaan seperti apa yang diinginkannya dari bangunan
tersebut.
Membuat Desain, Spesifikasi & Gambar-gambar perencanaan teknik, secara sederhana dapat
dikatakan sebagai upaya untuk menentukan persyaratan bangunan yang diinginkan agar bangunan
dapat berfungsi baik, menjamin keselamatan (keamanan/kekuatan termasuk kenyamanan) dan
kesehatan masyarakat penggunanya.
Dalam praktek pengelolaan proyek infrastruktur jalan, lazimnya pernyataan-pernyataan tentang mutu
bangunan dituangkan secara tertulis dan dalam proses penyusunannya diawali dari proses
Desain/perancangan, Gambar-gambar & Spesifikasi Teknis, kemudian diuraikan juga secara terbatas
dalam Daftar Kuantitas (jenis pekerjaan dan volumenya), RAB (jenis pekerjaan dan volume yang
diperhitungkan/dibiayai) dan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan seperti SPPD-L/SPPB.
Kemudian pada tahap pelaksanaan pembangunannya, semua dokumen tersebut menjadi satu kesatuan
yang tak terpisahkan sebagai pedoman mewujudkan mutu bangunan jalan. Sasaran kegiatan ini
adalah untuk menentukan persyaratan mutu sesuai kriteria dan persyaratan teknis bangunan. Adapun
indikator keluarannya, adalah :
• Diketahuinya tingkat pelayanan prasarana (siapa/apa dan berapa banyak yang menggunakan) sesuai
kebutuhan, termasuk mengetahui apakah ada keterkaitan kesatuan fungsi pelayanan dengan
infrastruktur lainnya);
• Diketahuinya kelengkapan system/komponen bangunan sesuai standar teknis bangunan tersebut;
• Adanya perhitungan dimensi konstruksi sesuai tingkat pelayanan (bila perlu), termasuk bila kondisi
tanah dasar jelek;
• Diketahuinya tataletak (termasuk keadaan sekitar) dimana bangunan akan dibuat sesuai kebutuhan;
• Diketahuinya ukuran-ukuran bagian bangunan/konstruksi secara detail, seperti Geometri jalan, jenis
perkerasan, ukuran papan lantai jembatan, tebal plat beton jembatan/gorong-gorong, dll, sesuai
persyaratan teknis bangunan;
• Diketahuinya ukuran-ukuran pokok bangunan (panjang, tinggi/kedalaman, lebar/diameter),
termasuk bangunan pelengkap sesuai persyaratan teknis bangunan ;
• Diketahuinya perbandingan campuran yang digunakan, misalnya plesteran campuran 1 semen : 4
pasir; pondasi pasangan batu kali camp. 1: 4, beton bertulang campuran 1 semen : 3 pasir : 5 kerili,
sesuai persyaratan teknis bangunan;
Hasil Survey memberikan output sbb :

 Desain, berdasarkan hasil Survey kondisi lapangan dimana bangunan akan dibuat dan
persyaratan/kriteria desain bangunan yang telah ditetapkan maka dipilih alternatif-alternatif
desain/rancangan bangunan yang sesuai. Dalam pemilihan desain ini juga harus telah
mempertimbangkan kemungkinan dampak lingkungan yang muncul akibat dari pelaksanaan
pekerjaan nanti. Bila bangunan yang dikehendaki cukup kompleks atau kondisi tanah jelek
maka seringkali dibuat perhitungan konstruksi untuk memperoleh ukuran/komposisi suatu
konstruksi guna menjamin keamanan bangunan. Hasil Desain ini kemudian dituangkan dalam
Gambar-Gambar teknik/gambar perencanaan.

 Spesifikasi Teknis, dibuat untuk memberikan informasi lebih lengkap mengenai persyaratan-
persyaratan teknis dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan/bangunan yang ingin
diwujudkan tersebut. Spesifikasi Teknis merupakan dokumen persyaratan teknis/standar
bangunan yang secara garis besarnya berisi : uraian penjelasan dari tiap jenis pekerjaan (lingkup
kegiatan), komposisi campuran, persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang
harus diikuti, Metode Pelaksanaan, Cara pengukuran pekerjaan, dll).

 Gambar-gambar, berdasarkan desain/sketsa hasil perhitungan dan spesifikasi teknis ini, lalu
dibuat gambar-gambar teknis bangunan dimana sering gambar gambar tersebut dicantumkan
juga hal-hal penting yang berkenaan dengan mutu prasarana tersebut. Terdapat beberapa macam
gambar rencana yang dibuat pada tahap ini, yaitu :

 Gambar Peta Lokasi, kita dapat mengetahui lokasi dimana bangunan akan dibangun;
 Gambar Situasi, kita dapat mengetahui tataletak termasuk mana awal dan akhir pekerjaan atau
menjelaskan keadaan sekitar dimana bangunan akan dibuat.
 Gambar Denah, kita dapat mengetahui (membaca) ukuran-ukuran pokok (panjang dan lebar)
bangunan termasuk bangunan pelengkap
 Gambar Pandangan/Tampak, kita dapat mengetahui bidang-bidang mana yang terletak dimuka,
sampaing kiri/kanan dan belakang bangunan.
 Gambar Penampang/Potongan, biasanya gambar ini dibuat dalam 2 arah (memanjang dan
melintang). Dari gambar ini kita dapat mengetahui ukuran tinggi, lebar bangunan/bagian
bangunan. Selain itu, pada gambar ini juga dicantumkan spesifikasi teknis tiap konstruksi seperti
perbandingan campuran yang digunakan (misalnya perbandingan campuran untuk pondasi), jenis
bahan yang digunakan (misalnya ukuran agregat), dll. Untuk lebih memehami hubungan bagian-
bagian struktur yang dianggap sangat penting maka perlu dibuat gambar lebih detail dari gambar
potongan seperti detail pondasi dll.
Semua Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis dibuat oleh konsultan perencana dan
Disetujui oleh Tim Teknis /Dinas PU setempat. Hasil desain ini sekurang-kurangnya harus
memberikan jaminan bahwa rencana bangunan dapat bermanfaat bagi masyarakat, rencana teknis
bangunan sesuai standar teknis (bangunan dapat berfungsi optimal, menjamin keselamatan (kekuatan
dan keamanan) dan kesehatan warga pengguna, tidak menimbulkan dampak negatif atas lingkungan
dan sosial-budaya setempat serta mudah dan amandiakses oleh warga pengguna bangunan).

 Daftar Isi Dokumen Perencanaan Teknis (DED)

1. Gambar Rencana terdiri dari :


 Gbr denah Situasi (site plan)
 Gbr Tampak
 Gbr potongan (melintang dan memanjang)
 Gbr Detail Potongan
2. RAB
 Analisa Harga Satuan
 Harga Satuan
 Perhitungan Kuantitas Pekerjaan
 Perhitungan Volume Kebutuhan Bahan/Alat/Upah
 Rekapitulasi Pekerjaan
 Perhitungan RAB (masing-masing kegiatan)
 Jadwal Pelaksanaan
3. RKS
 Uraian Umum Pekerjaan
 Ketentuan Ukuran
 Lingkup Pekerjaan
 Persyaratan Bahan
 Persyaratan Pelaksanaan
4. Dokumen Lain
 Penyediaan Lahan Lokasi Kegiatan infrastruktur jalan
 Perijinan terkait pelaksanaan pembangunan yang diperlukan
 Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards)
f. Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial
Selain ketentuan terkait dengan penyediaan tanah/lahan, ketentuan/peraturan lain yang menjadi
persyaratan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah adanya perlindungan/pelestarian terhadap
lingkungan. Sasaran kegiatan adalah : untuk mewujudkan bangunan yang tidak menimbulkan
dampak negatif sosial dan lingkungan.

Indikator keluaran
Adapun Indikator keluaran kegiatan adalah :

 Ada/tidaknya kegiatan yang dibangun atau bahan bangunan yang digunakan tidak termasuk
dalam Daftar/List Negatif yang telah ditetapkan.

 Ada/tidaknya Dampak negatif terhadap Lingkungan & Sosial akibat dari pembangunan
infrastruktur yang akan dilaksanakan.

 Tersedia atau tidaknya tindakan antisipasi/pengamanan dampak negatif sosial dan lingkungan
sesuai dengan prosedur dan ketentuan proyek ini;

Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan


Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan adalah :

 Usulan yang diajukan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan. Usulan tersebut harus telah mengkaji alternatif desain lainnya yang tepat untuk
memperkecil dampak negatifnya;

 Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail
Tata Ruang (RTDR), serta menghindari kawasan lindung yang telah ditetapkan oleh Menteri
Negara Lingkungan Hidup, kecuali jika usulan kegiatan tersebut untuk mengembangkan
kawasan lindung; dan

 Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, harus dilengkapi dengan suatu
perencanaan pengelolaan dampak lingkungan untuk mengurangi dampak negatifnya.

 Setiap proposal kegiatan infrastruktur(proyek/sub-proyek) akan diperiksa dengan


prosedur/kriteria pemeriksaan lingkungan Pemerintah untuk memastikan tidak ada sub-
proyek/proyek yang membutuhkan pemeriksaan lingkungan secara penuh.
 Pada pemeriksaan awal, tipe proyek, skala, lokasi, sensitifitas dan potensi dampak terhadap
alam dan lingkungan hidup akan diidentifikasi untuk menentukan kegiatan tersebut layak atau
tidak.

g. Menentukan Lingkup Pekerjaan Konstruksi


Lingkup pekerjaan konstruksi/proyek adalah keseluruhan pekerjaan/kegiatan konstruksi yang harus
dilakukan untuk menghasilkan bangunan yang memenuhi persyaratan mutu sesuai standar teknis
bangunan yang telah ditetapkan. Kemudian dari setiap pekerjaan tersebut perlu diketahui
Kuantitas/Volumenya, Metode Pelaksanaannya dan Urutan pelaksanaannya.

1. Menentukan/Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan konstruksi


Untuk menentukan jenis-jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan infrastruktur
maka secara teknis harus ada gambar perencanaan infrastruktur, minimal gambar tampak, denah,
potongan (memanjang, melintang) dan gambar detail konstruksi dari infrastruktur yang akan
dibangun tersebut, termasuk spesifikasi teknisnya. Sebab dari gambar-gambar tersebut dapat
diketahui kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan untuk membangun infrastruktur tersebut
sampai selesai. Pada tahap ini juga termasuk mengetahui lingkup aktivitas dari setiap jenis-jenis
pekerjaan, satuan pengukurannya, batasan/syarat teknis kekuatannya seperti komposisi campurannya,
dimensi, persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti dalam
pelaksanaannya. Hasil identifikasi ini selanjutnya dapat dibuat dalam bentuk Tabel.
Demikian sedikit info dari saya mengenai Mekanisme Perencanaan Teknis dalam DED (dokumen
perencanaan teknis). Semoga bermanfaat. Terimakasih.
http://ilmudasardanteknik.blogspot.co.id/2015/10/MekaismePerencanaanTeknisDalamDokumenPerenc
anaanTeknis.html
Tahapan Perencanaan Pembangunan Gedung
Artikel,

Semua gedung harus melalui tahapan perencanaan bangunan yang baik, dengan landasan memenuhi
persyaratan bangunan yang bagus. Kecuali persyaratan kekuatan, semua persyaratan lain dari bangunan agar
baik, dilaksanakan pada tahap perencanaan. Persyaratan kekuatan dilakukan selama desain struktur
komponen bangunan. Namun dalam perencanaanya tidak berbenturan dengan aturan undang-undang
konstruksi dan tata ruang yang berlaku.

CivilTekno Tahapan Perencanaan Bangunan

Kali ini kita akan membahas bagaimanakah tata cara perencanaan bangunan. Perencanaan dari Bangunan
adalah suatu seni yang dikombinasikan dengan ilmu sains. Prinsip perencanaan bangunan dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Orientasi
2. Efisiensi energi
3. Utilitas
4. Persyaratan bangunan lainnya.

O rientasi berarti menetapkan rencana bangunan terhadap arah mata angin (utara-selatan dan timur-

barat) untuk memberi kesempatan kepada pengguna menikmati sinar matahari dan angin sepoi-sepoi bila
diperlukan dan untuk menghindari hal-hal gangguan alam yang sering terjadi. Ini juga dikenal sebagai
perencanaan aspek bangunan. Aspek berarti penataan pintu, jendela di dinding luar untuk memanfaatkan
alam dengan baik. Istilah ini tidak ada hubungannya dengan Aspek arsitektur dari pandangan bangunan.
Dapur harus memiliki aspek timur untuk menikmati sinar matahari pagi, artinya dapur harus diletakkan di sisi
timur bangunan untuk memanfaatkan sinar matahari pagi.

Berikut ini adalah aspek yang dibutuhkan untuk berbagai bagian bangunan di belahan bumi utara:

1. Aspek dapur - timur.


2. Ruang makan - aspek selatan menikmati matahari musim dingin.
3. Aspek menggambar dan ruang tengah-selatan atau selatan timur menikmati matahari musim dingin.
4. Kamar tidur-aspek barat atau selatan-barat menikmati breez di musim panas.
5. Ruang baca, ruang kelas, tangga, aspek utara untuk menikmati cahaya yang menyebar.

Di Asia memiliki perencanaan gedung yang cukup unik dan memiliki arti yang baik bagi pemilik gedung
tersebut, contohnya di India dalam orientasi bangunan harus mengacu kepada hal - hal berikut:

1. Tempatkan dinding panjang ke arah utara - selatan dan dinding pendek di arah timur - barat sehingga
mengurangi area yang terkena sinar matahari langsung.
2. Menyediakan beranda dan balkon di timur dan barat.
3. Berikan chejjas pada pintu dan jendela di sisi selatan untuk melindungi mereka dari sinar matahari.
E fisiensi energi dari sebuah bangunan harus direncanakan sedemikian rupa agar memberikan

penerangan, ventilasi dan insulasi panas maksimal, sehingga kebutuhan energi listrik turun. Berikut ini
keterangan terkait penggunaan energi alami yang dapat digunakan secara menerus tanpa membutuhkan
pemebebanan energi mekanik.

Pencahaan Bangunan Yang Sempurna

Cahaya:
Cahaya alami memberikan atmosfer hygenik. Cahaya seharusnya tidak terpantul akan tapi harus terdistribusi
secara merata didalam ruangan. Menyediakan jendela dan ventilator dengan ukuran yang sesuai pada posisi
yang sesuai memberikan banyak kontribusi untuk penerangan alami.

1. Untuk area jendela bangunan tempat tinggal sampai lantai tidak boleh kurang dari 1/10.
2. Untuk bangunan sekolah tidak boleh kurang dari 1/5 lantai.
3. Untuk pabrik bangunan rangka cahaya utara harus disediakan untuk mendapatkan cahaya yang menyebar
maksimum.

Ventilasi:
Ventilasi adalah sirkulasi udara di dalam gedung. Ventilasi alami dapat dicapai dengan memilih dan
menempatkannya di area pintu, jendela dan ventilasi di tempat yang sesuai. Untuk ventilasi silang harus
direncanakan sesuai dengan arah umum angin. Penyediaan ventilasi di atap membantu mengontrol udara
panas didalam ruangan. Jika tidak memungkinkan untuk mencapai ventilasi alami pada setiap bagian
bangunan, berikan kipas biasa atau kipas angin.

Isolasi Panas:
Dinding eksterior yang tebal pada bangunan akan membentuk isolasi terhadap panas. Ventilasi yang tepat
juga membantu dalam mencapai insulasi panas. Kanopi (Sun shade) dapat ditambahkan pada area pintu,
jendela dan ventilasi dimana akan membantu dalam mencapai insulasi panas. Di pabrik dan ruang pertemuan
atap gedung sebaiknya dibuat lebih tinggi dimana akan mengurangi suhu di dalam gedung. Posisi
tangku (furnaces) di pabrik harus ditempatkan jauh dari bagian lainnya dari pabrik. Bukaan harus disediakan
pada tingkat yang lebih tinggi di dinding untuk menghilangkan udara panas.

U tilitas harus direncanakan sesuai dengan hal ini:

1. Tata Ruangan
2. Persyaratan Furniture
3. Pengelompokan
4. Sirkulasi

Tata Ruangan: Tata ruangan mengacu kepada proporsi panjang, lebar dan tinggi ruangan yang sesuai di
gedung untuk mendapatkan manfaat maksimal dari dimensi minimum. Rasio panjang terhadap lebar harus
1,2 sampai 1,5. Jika hampir menyerupai area persegi banyak terbuang untuk pergerakan, sementara itu lebih
dari 1,5, akan memberi efek 'terowongan'. Pintu untuk ruangan harus ditempatkan dengan benar sehingga
utilitas dan privasi dapat tecapai dengan maksimal.
Lemari dan loteng harus disediakan untuk meningkatkan tata ruangan. Pemilihan warna yang tepat pada
dinding dan lantai juga memberi efek lapang. Warna terang memberi efek lebih banyak ruang.

Persyaratan Furniture:
Dalam merencanakan perumahan, kantor, laboratorium, gedung rumah sakit, posisi dari pada furnitur yang
dibutuhkan harus digambar untuk kemudian dibandingkan dengan dimensinya ruangan, posisi pintu, jendela,
bangsal. harus terencana sempurna. Ketika merencanakan kamar asrama untuk dua siswa, mungkin perlu
pintu terpusat sementara jika untuk tiga siswa, seharusnya mendekati ujung dinding depan. Posisi ranjang
bayi, meja belajar dan lemari harus digambar pada sketsa ruangan yang direncanakan.

Dalam mendesain ruang tamu, posisi sofa, kursi, tv. show case dll harus digambar dan ukuran ruangan dan
posisi pintu harus tetap. Ketersediaan daerah sirkulasi harus diperiksa. Dengan demikian kebutuhan furnitur
mempengaruhi perencanaan bangunan secara utuh.

Pengelompokan:
Pengelompokan berarti penempatan berbagai ruangan di dalam gedung untuk kenyamanan pengguna
berdasarkan kegunaannya. Ruang makan harus dekat dengan dapur, sementara ruang sanitasi seperti toilet
dan wc harus jauh dari dapur, tapi dapat terjangkau dari kamar tidur. Contoh kasus perkantoran, bidang
administrasi harus terletak terpusat pada gedung. Di pabrik - pabrik berbagai bagian berada sedemikian rupa
sehingga produk bergerak dalam satu arah untuk akhirnya dirakit dengan mengeluarkan sedikit gerakan
(energi). Sementara untuk bangunan tempat tinggal adalah pengelompokan ditujukan untuk mencapai
kenyamanan, privasi dan efisiensi penghuni. Sementara dalam kasus bangunan lainnya, pengelompokan
ditujukan untuk mencapai layanan secara ekonomis, sehingga sangat berhubungan dengan efesiensi
penggunaan energi alami maupun energi mekanik.

Sirkulasi:
Sirkulasi artinya adalah ketersediaan ruang untuk pergerakan dari kamar ke kamar atau lantai ke lantai.
Untuk Jalan lintasan, lobi, aula yang disediakan melayani sistem sirkulasi horizontal sementara tangga dan lift
melayani sistem sirkulasi vertikal. Di dalam ruangan juga sebagiannya berfungsi untuk sirkulasi sementara
beberapa bagian lainnya berfungsi untuk keperluan utilitas. Poin berikut harus dipertimbangkan dalam
perencanaan sirkulasi:
1. Sirkulasi yang lurus.
2. Sirkulasi yang cukup memadai.
3. Sirkulasi yang cukup terang dan berventilasi.
4. Tangga harus mudah diakses oleh semua pengguna.
5. Layanan sanitasi harus memiliki akses untuk setiap pengguna melalui bagian lobi.

P ersyaratan perencanaan bangunan harus melibatkan perencana yang matang, persyaratan

perencanaan bangunan lainya yang sangat berdampak pada kenyamanan, efesinsi dan daya guna dari gedung
juga harus memenuhi persyaratan berikut juga:

1. Kenyamanan sanitasi
2. Prospek
3. Keanggunan
4. Fleksibilitas
5. Privasi
6. Daya tahan terhadap api
7. Daya tahan terhadap guncangan (gempa)
8. Isolasi suara
9. Perlindungan dari rayap
10. Keamanan terhadap pencurian
11. Ekonomi
12. Ketersediaan ekspansi di masa depan.

Kenyamanan Sanitasi:
Kenyamanan sanitasi meliputi penyediaan kamar mandi, wc, urinals dll. Penyediaannya bukan hanya
kebutuhan tapi juga persyaratan wajib. Fasilitas ini harus ditempatkan pada area yang dapat diakses oleh
semua pengguna. Kemiringan lantai sanitasi yang sesuai harus diperhitungakan agar dapat mengalirkan air
dengan mudah.
Prospek:
Nialai prospek sebuah gedung adalah kemampuan perencanaan dari penempatan pintu, jendela dan
perabotan sehingga dapat menyembunyikan fitur bangunan yang tidak layak dipandang mata, sehingga
menimbulkan tampak prospek dan menyenangkan terhadap bangunan tersebut.

Elegan:
Elegan (Aggun) berarti efek umum yang dihasilkan untuk tampilan dari luar. Nilai elegan tergantung pada
posisi pintu, jendela, ventilator, chejjas, balkon, dll. Dimana elevasi harus menarik, lebar, tinggi dan proyeksi
di gedung berkontribusi banyak terhadap nilai keanggunan bangunan. Taj Mahal adalah contoh yang terkenal
dengan keanggunannya.

Fleksibilitas:
Aspek perencanaan flesksibilitas bangunan adalah ruangan yang dirancang untuk tujuan tertentu harus
mungkin digunakan untuk tujuan lain, jika perlu.
Contoh:

• Sebuah ruang belajar dapat direncanakan untuk digunakan sebagai ruang tamu.
• Bila partisi portable dipasangkan antara ruang tamu dan ruang makan, dimungkinkan dapat memperluas
ruang tamu atau ruang makan untuk fungsi keluarga, dengan cara melepas partisi.
• Jika akses terpisah diberikan ke halaman belakang dari dapur, maka halaman belakang bisa digunakan
untuk fungsi makan malam.

Dengan demikian dalam perencanaan fleksibilitas juga harus diperhatikan.

Privasi:
Privasi satu ruangan dari ruangan lain dalam sebuah bangunan serta beberapa bagian dari bangunan
tetangga dan dari jalanan harus direncanakan. Hal ini dipastikan dengan pengelompokan kamar yang tepat,
penempatan pintu, jendela dan ventilator juga mempengaruhi privasi. Merencanakan pintu masuk pada
posisi yang tepat juga memberikan kontribusi dalam memberikan privasi.

Daya Tahan Terhadap Api:


Sangat penting untuk diketahui bahwa beton dan batu (batu atau bata) memiliki ketahanan yang lebih baik
terhadap api sementara baja dan kayu memiliki ketahanan yang lebih rendah. Karena itu kurangi penggunaan
baja dan kayu di dapur dan kamar mandi yang menggunakan pemanas listrik. Dapur harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga, jika api meyambar maka dapat diarahkan menjauh dari ruangan lainya oleh angin
dan bukan ke arah ruangan lainya didalam bangunan. Pada gedung tinggi bertingkat, tangga harus mudah
dijangkau dan selalu tersedia lebih dari satu unit.

Daya Tahan Guncangan (Gempa):


Didaerah tertentu yang rawan bencana gempa, terlebih pada daerah tektonik lempeng, sering sekali terjadi
goncangan dari aktifitas lempeng. Hal ini dapat memberikan efek negatif terhadap bangunan. Dimana bila
struktur bangunan terkena serangan oleh gempa dapat menimbulkan kerusakan yang sangat fatal.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk dapat meningkatakan daya tahan gedung terhadapa
guncangan:

1. Denah yang sederhana dan simetris


Dari hasil beberapa peneliti menyimpulkan kerusakan akibat gempa menunjukkan pentingnya denah
bangunan yang sederhana dan elemen-elemen struktur penahan gaya horisontal yang simetris. Struktur
seperti ini dapat menahan gaya gempa lebih baik karena kurangnya efek torsi dan kekekuatannya yang lebih
merata.

2. Bahan bangunan harus seringan mungkin


Sebaiknya menggunakan bahan bangunan yang ringan. Hal ini dikarenakan besarnya beban inersia gempa
adalah sebanding dengan berat bahan bangunan. Sebagai contoh penutup atap genteng diatas kuda-kuda
kayu menghasilkan beban gempa horisontal sebesar 3 x beban gempa yang dihasilkan oleh penutup atap
seng diatas kuda-kuda kayu. Sama halnya dengan pasangan dinding bata menghasilkan beban gempa sebesar
15 x beban gempa yang dihasilkan oleh dinding kayu, sehingga sangat disarankan untuk menggunakan bata
ringan atau kayu.

3. Membuat sistim struktur konstruksi untuk penahan beban yang memadai


Agar bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus dapat disalurkan dari tiap-tiap elemen
struktur kepada struktur utama gaya honisontal yang kemudian memindahkan gaya-gaya ini ke struktur
pondasi lalu ke tanah.

Penting diketahui bahwa struktur utama penahan gaya horizontal itu bersifat kenyal. Karena, jika kekuatan
elastis yang dilampaui, keruntuhan getas yang tiba-tiba tidak akan terjadi, tetapi pada beberapa tempat
tertentu terjadi kejenuhan struktur terlebih dulu.

Isolasi Suara:
Polusi suara dapat dikurangi dengan perencanaan bangunan yang sesuai. Beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mengurangi polusi suara adalah:

• Orientasi bangunan disesuaikan agar ruangan dijauhkan dari sisi jalan.


• Menggunakan blok berongga untuk dinding.
• Memasang automatic close door pada pintu dan jendela.
• Menggunakan langit-langit buatan yang dapat meredam suara hujan dari atap.
• Memasang tangki air pada bagian luar gedung.
• Memasang bantalan plastis pada peralatan MEP yang bergetar.
• Memegang pipa yang melewati dinding dan lantai dengan klip terisolasi.

Perlindungan Dari Rayap:


Bangunan harus dilindungi dari serangan rayap, dapat dilakukan dengan cara:
• Memberi obat berbahan kimia pada bagian kayu dan batu saat konstruksi berlangsung.
• Menggunakan kayu dengan baik dan dirawat dengan baik di dalam gedung.

Keamanan Terhadap Pencurian:


Dengan menyediakan dinding yang lebih tebal, dengan menggunakan pintu dan jendela yang lebih kuat di
dinding luar, keamanan terhadap pencurian meningkat. Menyediakan panggangan ke jendela dan jendela
tambahan ke pintu adalah beberapa metode untuk meningkatkan keamanan. Alarm dipasang di dinding, atap
juga meningkatkan keamanan bangunan.

Ekonomis:
Kenyamanan, keamanan dan daya tahan adalah prinsip dasar dalam perencanaan sebuah bangunan. Namun
pemilihan bahan dan spesifikasi dari setiapa komponen harus maksimal atau dengan kata lain memilih nilai
yang baik, sehingga biaya perawatan dapat diminimalkan.

Penyediaan Ekspansi Masa Depan:


Setiap bangunan harus direncanakan memiliki ketentuan yang sesuai untuk dapat di lakukan ekspansi di
masa depan. Beberapa langkah yang diperlukan untuk itu adalah:

• Meningkatkan elevasi tanpa membongkar bagian manapun selama ekspansi di masa depan.
• Memperluas bangunan secara horisontal atau vertikal tanpa merusak bangunan yang ada.
• Memperbaiki lantai

Point-point diatas dapat dijadikan sebagai patokan untuk Anda dalam melakukan perencanaan bangunan.
Sehingga dapat melakukan kontrol terhadap rencana bangunan, spesifikasi bahan dan alat, kenyamana,
kemanan, elegan, daya tahan serta bernilai ekonimis dimasa sekarang dan dimasa mendatang.

Semoga informasi ini dapat membantu dalam perencanaan bangunan Anda. Bila Anda memiliki
pertanyaan serta kritik kami siap untuk membantu Anda, dapat dilakukan dengan memberikan komentar
dibawah atau mengirimkan surat elektronik melalui civilteknology@gmail.com

https://civiltekno.blogspot.co.id/2018/02/tahapan-perencanaan-bangunan.html
Tahapan Pembangunan Rumah
Untuk membangun rumah tentunya anda memerlukan langkah-langkah dalam membangun rumah,
terutama dalam menghitung rencana anggaran biaya (RAB).

Dan ini adalah langkah-langkah yang harus anda lakukan untuk membangun rumah :

1. Survei
2. Perencanaan Pembangunan
3. Pekerjaan Persiapan
4. Pekerjaan Fondasi
5. Pekerjaan Beton
6. Pekerjaan Pemasangan Bata Merah dan Plesteran
7. Pekerjaan Pemasangan Kusen dan Pintu
8. Pekerjaan Rangka Atap
9. Pekerjaan Pemasangan Plafond
10. Pekerjaan Pemasangan Keramik
11. Pekerjaan Sanitari
12. Pekerjaan Instalasi Air
13. Pekerjaan Instalasi Listrik
14. Pekerjaan Pengecatan
15. Tabel Rencana Anggaran Biaya
http://constructibuilding.blogspot.co.id/2015/03/tahapan-pembangunan-rumah.html

Survei - Membangun Rumah


Langkah pertama dalam pembangunan rumah tentu sebelumnya anda harus survei terlebih dahulu.
Tujuannya untuk mendapatkan data-data akurat, mengenai lokasi, material, dan keadaan lingkungan,
sehingga sangat memudahkan perencanaan membangun rumah tinggal anda.

1. Survei Lokasi

Anda yang berniat membangun rumah dan belum memiliki lahan sebaiknya melakukan suvei dan memilih
lahan yang cocok untuk tempat tinggal. Dan jika anda sudah memiliki lahan, tujuan survei ini juga adalah
untuk menentukan posisi dan tata letak rumah, mengukur lahan yang akan dibangun, dan menentukan
pembuangan limbah.

2. Survei Material

Tujuan survei material ini agar ketika pembangunan di mulai tidak terhambat dengan urusan material yang
sebelumnya tidak dipersiapkan dan tidak diperhitungkan. Dan untuk efektipitas waktu agar suplai material
lancar sehingga pekerjaan tidak tertunda. Oleh karena itu akan lebih baik tempat pembelian material di
tempat yang terdekat dengan lokasi pembangunan. Hal ini merupakan salah satu langkah penghematan
waktu dan biaya pengeluaran yang tidak terduga.

3. Survei Lingkungan

Lingkungan hal yang sangat penting untuk Anda perhitungkan dalam pembangunan rumah tinggal. Karena
lingkungan suatu ikatan sosial antara masyarakat di sekitarnya. Lingkungan yang Anda pilih harus aman,
nyaman, dan tentram yang tentunya berpengaruh dalam pelaksanaan pembangunan dan tentunya setelah
rumah itu telah Anda tempati.

Untuk membaca ke tahapan selanjutnya silahkan kunjungi kembali :

http://constructibuilding.blogspot.co.id/2015/03/survei-membangun-rumah.html

Perencanaan Pembangunan
Setelah langkah pertama dilakukan dalam pembangunan rumah yaitu survei lokasi, material, dan
lingkungan . Dengan survei Anda mendapatkan data-data akurat dan lengkap meliputi ukuran tanah yang
akan Anda bangun rumah, material yang diperlukan, dan lingkungan yang aman, nyaman. Selanjutnya
adalah perencanaan pembangunan rumah mulai dari mendesain bangunan , menghitung rencana
anggaran biaya (RAB), dan pelaksanaan pembangunan.

1. Desain Bangunan

Desain bangunan adalah proses menggambar sesuai dengan hasil survei lahan tanah, dan membentuk
gambar bangunan yang diinginkan. Dengan menggambar bangunan Anda akan mendapatkan bentuk dan
type rumah yang sesuai dengan keinginan baik dari segi interior maupun eksterior. Sehingga tercipta yang
disebut gambar rencana dan gambar kerja.

Gambar rencana meliputi gambar denah yaitu gambar tata letak ruang pada bangunan serta ukurannya,
gambar tampak depan rumah, gambar tampak belakang, gambar tampak samping, gambar potongan
melintang, dan gambar potongan memanjang. Dan gambar kerja meliputi gambar detail dari bentuk gambar
rencana. Dengan demikian akan memudahkan pengerjaan pembangunan rumah yang direncanakan.

2. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Rencana anggran Biaya (RAB) sebagai tolok ukur dalam perencanaan pembangunan. Dengan menghitung
RAB ini Anda dapat mengukur kemampuan materi dan mengetahui jenis-jenis material atau bahan yang
akan dipakai dalam pembangunan rumah, sehingga biaya yang dilkeluarkan lebih terarah dan sesuai
dengan yang direncanakan.

Tabel Rekapitulasi Tahap Pekerjaan


Harga Satuan Jumlah Harga
No. Jenis Pekerjaan Volume Satuan
(Rp) (Rp)

I. Pekerjaan Pendahuluan

II. Pekerjaan Pemasangan Fondasi

III. Pekerjaan Beton

IV. Pemasangan Bata Merah dan Plesteran

V. Pekerjaan Pemasangan Kusen dan Pintu

Pekerjaan Pemasangan Kayu Kap


VI.
dan Atap

VII. Pekerjaan Pemasangan Plafon

VIII. Pekerjaan Pembuatan Sanitasi

IX. Pekerjaan Pemasangan Keramik

X. Pekerjaan Instalasi Air

XI. Pekerjaan Instalasi Listrik

XII. Pekerjaan Pengecatan

Tabel Tahap Pekerjaan Rencana Anggaran (RAB)

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Jenis Pekerjaan Volume Satuan
(Rp) (Rp)

I. Pekerjaan Pendahuluan

1. Pembersihan lokasi m2

2. Pembuatan bedeng dan gudang m2

3. Persiapan listrik dan air untuk kerja hr

4. Pemasangan bouw plank m'

Jumlah
II. Pekerjaan Fondasi

1. Pekerjaan galian tanah fondasi m3

Urugan pasir bawah fondasi


2. m3
dan bawah lantai

3. Lantai kerja m3

4. Pasangan fondasi batu kali m3

5. Urugan tanah galian m3

6. Peninggian elevasi lantai m3

7. Pekerjaan fondasi telapak m3

Jumlah

III. Pekerjaan Beton

1. Pekerjaan sloof 15/15 K. 250 m3

2. Pekerjaan kolom utama 15/25 K. 250 m3

3. Pekerjaan kolom praktis 13/13 K. 250 m3

4. Ring Balk 13/13 K. 250 m3

5. Dak beton t = 10 cm m3

6. Konsol kanopi beton teras t = 6 cm m3

7. List plank beton t = 6 cm m3

Jumlah

IV. Pasang Bata Merah dan Plesteran

1. Pasangan dinding bata merah 1 : 5 m2

2. Pekerjaan plesteran dan acian 1 : 4 m2

3. Pasang batu alam (batu candi) m2

4. Pasang glass blok 20/20 bh

Jumlah
V. Pekerjaan Kusen dan Pintu

1. Pasang kusen kayu 6/12 m3

2. Pasang daun pintu panel dan jendela m2

3. Pasang kaca polos 6 mm m2

4. Perlengkapan pintu unit

5. Perlengkapan jendela unit

Jumlah

VI. Pekerjaan Kayu Kap dan Atap

1. Pekerjaan kuda-kuda m3

2. Pekerjaan rangka kaso 5/7 dan reng 3/4 m2

3. Papan list plank 3/20 m'

4. Pasang papan dan karet talang air m'

5. Pasang atap genting m2

6. Pekerjaan bubungan m'

Jumlah

VII. Pekerjaan Plafond

1. Pekerjaan rangka plafond m2

2. Pasang plafond m2

3. Pasang list plafond m'

Jumlah

VIII. Pekerjaan Lantai

1. Pasang lantai keramik 40/40 m2

2. Pasang lantai keramik 20/20 m2

3. Pasang dinding keramik 20/25 m2

4. Pasang plin 10/40 m'


Jumlah

IX. Pekerjaan Sanitasi

1. Pasang kloset unit

2. Pasang bak fiber unit

3. Pasang keran 3/4" unit

4. Pasang kitchen sink unit

5. Pasang floor drain unit

6. Tangki air unit

Jumlah

X. Instalasi Air

1. Pekerjaan pengeboran titik air unit

2. Pekerjaan saluran pembuangan m'

3. Pekerjaan saluran air bersih m'

4. Pekerjaan septictank dan rembesan unit

Jumlah

XI. Instalasi listrik

1. Instalasi stop kontak ttk

2. Instalasi titik lampu ttk

3. Instalasi sakelar ttk

4. Penyambungan daya PLN ls

Jumlah

XII. Pekerjaan Pengecatan

1. Cat dinding dalam dan plafond m2

2. Cat dinding luar wathershiel m2

3. Cat kayu m2
4. Pekerjaan melamik m2

4. Tir residu anti rayap m2

Jumlah

Jumlah Total (Rp.) ......................

Dibulatkan (Rp.) ......................

Terbilang :

3. Tahap Pelaksanaan Pembangunan

Tahap pelaksanaan pembangunan rumah berdasarkan gambar rencana dan gambar kerja. Dalam
pembangunan rumah pelaksananya adalah tukang dan pekerja (laden) dengan upah harian atau tenaga
kerja borongan. Semua material dan alat bantu yang dibutuhkan harus tersedia di lokasi agar proses
pembangunan rumah berjalan lancar dan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Untuk membaca ke tahapan selanjutnya silahkan kunjungi kembali :


Tahapan Pembangunan Rumah

http://constructibuilding.blogspot.co.id/2015/03/perencanaan-pembangunan-panduan.html

Pekerjaan Persiapan Membangun Rumah


Pekerjaan persiapan membangun rumah yaitu mempersiapkan apa saja yang di perlukan sejak awal
pelaksanaan sampai finishing pelaksanaan pembangunan. Beberapa jenis pekerjaan pendahuluan,
sebagai berikut :

1. Pekerjaan pembersihan lokasi


2. Pembuatan bedeng dan gudang
3. Persiapan listrik dan air kerja
4. Pemasangan bouw plank
Untuk mempersempit biaya pembangungan, pengawasan dan pelaksanaan di lapangan dilakukan oleh
owner sendiri (anda sendiri) yang berhubungan langsung dengan tukang atau pekerja.

1. Pekerjaan Pembersihan Lokasi

Pekerjaan ini adalah hal penting dari pekerjaan pendahuluan agar dalam proses pembangunan tidak
terganggu dan tidak terjadi efek yang tidak diinginkan. Lokasi harus berish dari sampah, rumput liar, pohon,
akar pohon, yang bisa menggangu kesetabilan tanah dari unsur yang bisa membusuk, sehingga tidak
terjadi penurunan permukaan tanah akibat beban bangunan.

Lahan yang harus dibersihkan sesuai dengan ukuran tanah dari perencanaan pembangunan rumah. Tanah
yang tersedia sebagai contoh 8 m x 15 m, sehingga satuan pekerjaan pembersihan lahan tanah ini
adalah m2 (meter persegi).

Volume pekerjaan pembersihan lahan

V = Panjang x lebar

= 15 x 8

= 120 m2

Analisis harga satuan pekerjaan pembersihan lokasi per 1 m2 adalah sebagai berikut :

Jenis Pekerjaan Harga Satuan Jumlah Satuan


Satuan Koefisien
dan Tenaga Kerja (Rp) (Rp)

Pekerjaan Orng 0,02 50.000 1000

Alat ls 1 350 350

Jumlah 1.350

Jadi total biaya pekerjaan pembersihan lokasi adalah

= 120 m2 x Rp. 1.350


= Rp. 162.000

2. Pembangunan Bedeng dan Gudang

Kenapa harus membangun bedeng, karena tujuannya adalah untuk tempat tinggal sementara bagi tukang
dan pekerja selama pelaksanaan pembangunan. Sedangkan gudang adalah tempat penyimpanan material
bangunan agar terlindung dari hujan dan panas ataupun menghindari agar tidak hilang. Pembangunan
bedeng dan gudang ini bisa saja tidak ada jika sudah ada tempat sementara bagi tukang dan pekerja, juga
untuk penyimpanan material agar terlindungi.
Dan jika bangunan bedeng dan gudang ini akan dibuat, maka material yang dibutuhkan di antaranya balok
kayu, triplek, papan, dan atap seng atau asbes. Sebagai contoh ukuran bedeng yang dibutuhkan adalah 3
x 4 m dan gudang 2 x 3 m. Satuan dalam pembangunan pekerjaan pembuatan bedeng dan gudang
adalah m2.

Volume pembuatan bedeng dan gudang

V = (3 x 4) + (2 x 3)

= 18 m2

Analisis harga satuan pembuatan bedeng dan gudang per 1 m2 sebagai berikut :

Jenis Pekerjaan Harga Satuan Jumlah Satuan


Satuan Koefisien
dan Tenaga Kerja (Rp) (Rp)

Balok kayu 10/6 borneo/setara m3 0,0153 2.954.249 45.200

Balok kayu 5/7 borneo/setara m3 0,028 2.461.874 68.932

Multipleks 9 mm m2 0,03 102.000 3.060

Tripleks 4 mm m2 0,03 43.250 1.298

Asbes m2 0,045 72.700 3.272

Paku kg 0,25 7.000 1.750

Tukang Kayu Ogr 0,8 80.000 64.000

Pekerja Org 0,15 50.000 7.500

Jumlah 195.012

Jadi biaya pekerjaan pembuatan bedeng dan gudang adalah :

= 18 m2 x Rp. 195.012
= Rp. 3.510.216

3. Persiapan Listrik dan Air Kerja

Persiapan listrik dan air tentunya untuk keperluan pembangunan rumah sejak dari awal pekerjaan sampai
akhir tidak terhambat. Akan lebih baik sumber listrik dari sumber yang terdekat dengan tempat
pembangunan. Dan jika di lokasi sulit untuk mendapatkan sumber air Anda harus melakukan pengeboran
titik air yang kemudian disedot menggunakan jet pump. Atau juga membuat sumur tergantung perencanaan
yang sudah ada dalam gambar kera, sehingga penempatan pembuatan sumur atau titik pengeboran sesuai
dengan gambar kerja.

4. Pemasangan Bouw Plank

Pemasangan bouw plank adalah pekerjaan yang dilakukan sebelum penggalian fondasi, dengan cara
menarik garis lurus sepanjang lahan yang akan dibangun dengan benang, yang dipasang di papan yang
menempel di pancang kayu balok 4/6 cm.

Pemasangan bouw plank harus sesuai dengan ukuran dan tata letak ruang yang ada di gambar denah dan
di tandai dengan cat atau tinta terang pada papan bouw plank agar kelihatan dan tidak salah menempatkan
benang. Satuan dalam perhitungan bouw plank adalah m'.

Volume pemasangan bouw plank

V = (Panjang x 2) + (Lebar x 2)

= (15 x 2) + (8 x 2)

= 46 m'

Analisis harga satuan pemasangan bouw plank per 1 m' sebagai berikut :

Jenis Pekerjaan Harga Satuan Jumlah Satuan


Satuan Koefisien
dan Tenaga Kerja (Rp) (Rp)

Papan + Pancang m3 0,01 2.461.874 24.619

Paku kg 0,1 7.000 700

Pekerja org 0,28 50.000 14.000

Alat ls 1 175 175


Jumlah 39.494

Jadi, biaya pekerjaan pemasangan bouw plank

= 46 m' x Rp. 39.494


= Rp. 1.816.724

Untuk membaca ke tahapan selanjutnya silahkan kunjungi kembali :


Tahapan Pembangunan Rumah

http://constructibuilding.blogspot.co.id/2015/03/pekerjaan-pendahuluan-membangun-rumah.html

Pekerjaan Pembuatan Fondasi


Setelah tahapan survei, perencanaan pembangunan, dan pekerjaan pendahuluan, yang tidak kalah
pentingnya sebelum bangunan ini berdiri tentunya harus dibuat dulu fondasi. Jenis fondasi sangat
beragam, diantaranya adalah fondasi menerus, fondasi telapak, tiang pancang, bor pile, dan fondasi
sumuran. Dan dalam tulisan ini fondasi yang digunakan adalah fondasi menerus yang dipakai adalah batu
kali dan fondasi telapak. Jenis fondasi menerus dibagi tiga jenis dengan ukuran yang berbeda, lihat contoh
di bawah ini.

Pada gambar di atas keterangan gambar A digunakan pada fondasi yang berbatasan dengan tanah atau
rumah orang lain. Gambar B digunakan di tengah-tengah bangunan atau di tengah lahan yang tersedia
(selain lokasi yang tidak berbatasan dengan lahan atau rumah orang lain). Dan untuk gambar C digunakan
pada fondasi pagar. Dan untuk lebih memperkuat bangunan dari beban horizontal gempa dan angin
digunakan fondasi telapak di beberapa sudut ruangan.
Di bawah ini adalah tahapan pekerjaan fondasi :

1. Pekerjaan penggalian tanah fondasi


2. Mengurug bagian bawah fondasi dan bawah lantai dengan pasir
3. Lantai kerja
4. Pasangan fondasi batu kali
5. Urugan tanah galian fondasi
6. Meninggikan elevasi lantai
7. Pemasangan fondasi telapak
Untuk membaca ke tahapan selanjutnya silahkan kunjungi kembali :
Tahapan Pembangunan Rumah

http://constructibuilding.blogspot.co.id/2015/03/pekerjaan-pembuatan-fondasi.html

Pekerjaan Beton

Pada era pembangunan sekarang ini konstruksi bangunan menunjukkan perkembangan cepat yang tidak
lepas dengan konstruksi beton. Konstruksi beton ini berfungsi memikul beban vertikal dan horizontal, dan
menguraikannya ke permukaan tanah. Bahan-bahan konstruksi beton ini adalah besi beton, air, semen,
split, dan pasir.

Konstruksi Beton ini biasa digunakan untuk struktur bangunan gedung, jembatan, jalan, dan fondasi.
Satuan perhitungan pekerjaan beton adalah m3.

Di bawah ini adalah jenis pekerjaan beton dalam pembangunan rumah :


1. Beton Sloof 15/15
2. Beton Kolom Utama 15/25
3. Beton Kolom Praktis 13/13
4. Ring Balk 13/13
5. Dak Beton t = 10 cm
6. Konsol Kanopi Beton Teras t = 6 cm
7. List Plank Beton t = 6 cm
Silahkan Anda pelajari jenis pekerjaan di atas satu persatu, mudah-mudahan membantu dan bermanfaat
bagi rencana pembangunan rumah Anda.

Untuk membaca ke tahapan selanjutnya silahkan kunjungi kembali :

Tahapan Pembangunan Rumah

http://constructibuilding.blogspot.co.id/2015/04/pekerjaan-beton.html

Pekerjaan Pemasangan Bata Merah dan Plesteran


Dalam hal pekerjaan pembuatan dinding relatif beragam dalam pemakaian material, di antaranya bata
merah, batako, hebel, celcon dan dinding partisi (gipsum dan multiplek). Dari semua jenis material dinding
tersebut semuanya mempunyai keunggulan dan kualitas berbeda.

Pembahasan kali ini dalam pembangunan dinding rumah biasanya menggunakan material bata merah dan
adukan semen pasir sebagai perekat dan pengikat. Kenapa pilihan pembangunan dinding memakai
material bata merah ? karena bata merah harganya realtif terjangkau dan memiliki keunggulan, yaitu
membuat dinding jauh berkualitas dibandingkan dengan material lainnya.

Pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan pasangan bata merah dan plesteran ini adalah :

1. Pemasangan Bata Merah


2. Plesteran dan Pengacian
3. Pemasangan Batu Alam (Batu Candi)
4. Pemasangan Glass Block
Demikian yang termasuk pekerjaan pemasangan bata merah, plesteran dan pengacian, silahkan Anda
coba point 1 sampai 4 yang sesuai dengan kebutuhan referensi Anda. Mudah-mudahan bermanfaat bagi
pembangunan rumah tinggal Anda.
http://constructibuilding.blogspot.co.id/2016/01/pekerjaan-pemasangan-bata-merah-dan.html
Jenis & Pekerjaan Pemasangan Kusen, Pintu, dan Jendela

Dalam pekerjaan pemasangan kusen baik itu kusen pintu juga kusen jendela untuk pembangunan rumah
sampai saat ini masih banyak menggunakan material dari kayu, meskipun sekarang sudah ada material
kusen dari alumunium. Material kayu dari pembuatan kusen ini yang dipakai dari kelas 1 - 3. Termasuk
daun pintu dan jendela pun menggunakan material kayu.

Pemasangan Kusen, Daun Pintu dan Daun Jendela

Material semua kusen, daun pintu, dan daun jendela yang digunakan sebagai contoh dalam perhitungan
di posting ini menggunakan jenis kayu kamper samarinda oven dengan finishing melamic gloss warna.
Tahapan pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan pemasangan kusen, daun pintu dan daun jendela, di
antaranya pemasangan kusen kayu kamper 6/12, pemasangan daun pintu panel dan daun jendela,
pemasangan kaca polos 6 mm, pemasangan perlengkapan pintu (engsel, tarikan pintu dan kunci), dan
pemasangan perlengkapan daun jendela (engsel, slot, dan jangka).

Detil Kusen Pintu P1


Kusen pintu P1 adalah tipe Pintu Panel Dobel (Pintu Kori) yaitu yang berdaun pintu 2 bh dengan
ketebalan 3 cm berdampingan yang terletak di depan ruang tamu berfungsi sebagai pintu utama. Sebagai
contoh kusen pintu P1 ini berbahan balok kayu kamper 6 x 12 cm dengan tinggi 216 cm dan lebar 132 cm.
Click disini -> Detil Gambar Kusen P1

Detil Kusen Pintu P2


Kusen pintu P2 adalah tipe Pintu Panel Single dengan ketebalan 3 cm yang digunakan untuk pintu kamar,
pintu dapur, pintu samping, dan pintu belakang. Sebagai contoh kusen pintu P2 ini berbahan balok kayu
kamper 6 x 12 cm dengan tinggi 216 cm dan lebar 92 cm.

Click disini -> Detil Gambar Kusen P2

Detil Kusen Pintu P3


Kusen pintu P3 adalah tipe Pintu Panel Single dengan ketebalan 3 cm yang digunakan untuk pintu kamar
mandi (WC). Sebagai contoh kusen pintu P3 ini berbahan balok kayu kamper 6 x 12 cm dengan tinggi 216
cm dan lebar 72 cm.

Click disini -> Detil Gambar Kusen P3

Detil Kusen Jendela J1

Kusen jendela tipe J1 dibuat dengan tinggi 122 cm dan lebarnya 182 cm, yang digunakan untuk jendela
kamar depan berfungsi sebagai sirkulasi udara. Sebagai contoh kusen J1 ini berbahan balok kayu kamper
6 x 12 cm. Dan daun jendela 3 x 10 cm dengan kaca yang digunakan berupa kaca polos 6 mm.

Click disini -> Detil Gambar Kusen J1

Detil Kusen Jendela J2

Kusen jendela tipe J2 dibuat dengan tinggi 182 cm dan lebar 50 cm, yang terletak di samping kiri dan
kanan pintu utama/pintu panel dobel (pintu kori) yang berfungsi sebagai pemantul sinar matahari untuk
menerangi ruang tamu. Sebagai contoh kusen J2 ini berbahan balok kayu 6 x 12 dengan kaca polos 6 mm.

Click disini -> Detil Gambar KusenJ2

Detil Kusen Jendela J3

Kusen jendela tipe J3 dibuat dengan tinggi 122 cm dan lebar 70 cm, yang terletak di belakang ruang dapur
dan berfungsi sebagai sirkulai udara, juga digunakan di kamar tidur belakang. Sebagai contoh kusen J3 ini
berbahan balok kayu kamper 6 x 12 cm. Dan daun jendela 3 x 10 cm dengan kaca yang digunakan berupa
kaca polos 6 mm.
Click disini -> Detil Gambar Kusen J3

Detil Kusen Jendela J4

Kusen jendela tipe J4 dibuat dengan tinggi 87 cm dan lebar 62 cm, yang terletak di kamar tidur paling
belakang dan berfungsi sebagai sirkulasi udara. Sebagai contoh kusen J4 ini berbahan balok kayu kamper
6 x 12 cm. Dan daun jendela 3 x 10 cm dengan kaca yang digunakan berupa kaca polos 6 mm.

Click disini -> Detil Gambar Kusen J4


Detil Kusen Bouvenligh

Kusen Bouvenligh dibuat dengan tinggi 37 cm dan lebar 27 cm, yang terletak di atas kusen jendela dan
kusen pintu, yang berfungsi sebagai sirkulasi udara. Sebagai contoh kusen K1 ini berbahan balok kayu
kamper 6 x 12 cm, kusen tipe K1 tidak menggunakan pentup, tapi hanya menggnakan silangan berupa
papan kayu dengan ketebalan 2 x 10 cm.

Click disini -> Detil Gambar Kusen Bouvenligh

Untuk membaca ke tahapan selanjutnya mengenai :


Cara Perhitungan Volume & Analisis Harga Pekerjaan Pemasangan Kusen Pintu & Jendela
Cara Perhitungan Volume & Analisis Pekerjaan Pemasangan Daun Pintu & Jendela
Cara Perhitungan Volume & Analisis Pekerjaan Pemasangan Kaca Polos Jendela
Cara Perhitungan Volume & Analisis Pekerjaan Pemasangan Perlengkapan Pintu

Atau Anda bisa kembali membaca :

Tahapan Pembangunan Rumah

http://constructibuilding.blogspot.co.id/2016/05/jenis-pekerjaan-pemasangan-kusen-pintu.html
TAHAP- TAHAP PELAKSANAAN DALAM PROYEK
KONSTRUKSI
muhibarayaOctober 8, 2016No comments
Q2Pekerjaan proyek konstruksi dimulai dengan tahap awal proyek yaitu
tahapperencanaan dan perancangan, kemudian dilanjutkan dengan tahap
konstruksiyaitu tahap pelaksanaan pembangunan fisik, berikutnya adalah tahap
operasional atau tahap penggunaan dan pemeliharaan.

Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi dari tahap awal proyek (tahap
perencanaan dan perancangan) hingga masa konstruksi (pelaksanaanpembangunan
fisik) ada tiga pihak yaitu:

1. Pemilik proyek (owner)


2. Pihak perencana (designer)
3. Pihak kontraktor (aannemer), (Ervianto, 2005)

Pihak/badan yang disebut konsultan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsultan
perencana dan konsultan pengawas. Konsultan perencana dapat dipisahkan menjadi
dua, yaitu konsultan perencana dan konsultan pengawas (ManajemenKonstruksi).
Berikut ini adalah bagan Tahap Kegiatan dalam Proyek Konstruksi:

Gambar 2.1. Grafik tahap kegiatan dalam proyek konstruksi

2.2 Konsultan Manajemen Konstruksi

Menghadapi perkembangan dunia konstruksi yang semakin pesat maka pelayanan


dalam bidang jasa konsultansi mulai mendapat perhatian yang besar. Manajemen
dalam suatu proyek konstruksi bukan saja hanya bertujuan agar pelaksanaan
pembangunan dapat berjalan lancar atau sesuai dengan rencana tetapi juga bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan.

Tercapainya kualitas yang sesuai dengan perencanaansangat ditentukan oleh


pelaksanaan manajemen dilapangan dan pelaksanaan manajemen dipengaruhi oleh
hubungankerja sama antara pihak-pihak yang terlibat, oleh karena itu dalam
pelaksanaan manajemen konstruksi dilapangan dibutuhkan konsultan yang bertindak
secara profesional.

“Dengan menerapkan sistem manajemen konstruksi kesenjangan persepsi diantara


unsur-unsur manajemen dapat dijembatani dan dihubungkan sehingga keseluruhannya
memiliki satu kerangka konsep yang sama mengenai kriteria keberhasilan proyek
konstruksi yang dilaksanakan. Semua bentuk tujuan, sasaran dan strategi proyek
dinyatakan secara jelas dan terperinci sehingga dapat dipakai untuk mewujudkan dasar
kesepakatan segenap unsur. Sistem manajemen konstruksi hendaknya dapat
memberikan kesamaan bahasa sekaligus memadukan tertib teknis dan sosial yang
dapat diterapkan disetiap jenjang manajemen dengan cara-cara sederhana, jelas dan
sistematis.

(Dipohusodo, 1996).”

Penggunaan konsultan manajemen konstruksi diterapkan pada proyek-proyek yang


dalam pelaksanaan melibatkan beberapa kontraktor dan bahkan lebih dari satu
konsultan perencana. Dalam hal ini konsultan manajemen konstruksi bertugas selaku
pengendali dan koordinator dalam keseluruhan sistem rekayasa sejak persiapan,
perencanaan sampai pelaksanaan konstruksi berakhir. Dalam hal ini boleh dikatakan
bahwa konsultan manajemen konstruksi merupakan lembaga yang memberi jasa untuk
bertanggung jawab atas pengelolaan proyek konstruksi secara keseluruhan.

Berikut ini definisi-definisi mengenai manajemen konstruksi ditinjau dari sudut

pelaku yaitu konsultan manajemen konstruksi (Sulaksono, 1995)

1. Konsultan manajemen konstruksi adalah suatu perusahaan yang bertindak sebagai “kapten”
dari suatu tim. Manajemen konstruksi yang memberi perencanaan (bukandesain), pengarahan
dan rekomendasinya dalam menentukan arah serta kebijaksnaan pelaksanaan proyek.
2. Konsultan manajemen konstruksi adalah suatu badan yang berfungsi membantu peneglola
proyek (pemilik) dalam melaksanakan konsultansi pada tahap perencanaan dan pengendalian
pada tahap konstruksi baik ditingkat program maupun operasional.
3. Konsultan manajemen konstruksi adalah suatu badan multi disiplin profesional, tangguh dan
independen yang bekerja untuk pemilik proyek dari awal perencanaan sama dengan arsitek
guna mencapai hasil yang optimal dalam aspek waktu, biaya serta kualitas seperti yang sudah
ditetapkan sebelumnya.
Menurut Kep. Dirjen. Cipta Karya Nomor. 295/KPTJ/CK/1997 tentang Pedoman Teknis
Bangunan Grdung Negara, konsultan manajemen konstruksi bertugas sejak tahap perencanaan
sampai serah terima pekerjaan konstruksi fisik dan berfungsi melaksanakan pengendalian pada
tahap perencanaan dan tahap konstruksi, baik ditingkat program mamupun ditingkat
operasional. Konsultan manajemen konstruksi melaksanakan tugas dan bertanggung jawab
secara kontraktual kepada pemimpin proyek. Apabila di daerah

tempat dilaksanakan proyek tidak terdapat perusahaan yang memenuhi persyaratan


dan bersedia melakukan tugas konsultan manajemen konstruksi maka dapat ditunjuk
perusahaan yang memenuhi persyaratan dan bersedia dari daerah lain atau provinsi
lain yang berdekatan.

Fase-Fase Kegiatan Dalam Proyek Konstruksi

Fase Pelelangan Konsultan Perencana :

1. Persiapan dokumen lelang : penggandaan dokumen lelang yang sudah diverifikasi dan
divalidasi sesuai jumlah peserta lelang, atau sesuai jumlah yang tertera di kontrak awal.

b.prakualifikasi konsultan perencana : bersama dengan klien/pemilik proyek membuat


pengumuman lelang dan menyeleksi peserta yang mendaftar.

1. mengundang peserta lelang : bersama dengan klien/pemilik proyek mengundang peserta untuk
menghadiri penjelasan pekerjaan (aanwijzing)

d.pengambilan dokumen pelelangan : bersama dengan klien/pemilik proyek mengurus


pengambilan dokumen lelang oleh peserta lelang.

1. penjelasan dan petunjuk (aanwijzing) : bersama dengan klien/pemilik proyek, mengadakan


rapat dengan para konsultan perencana yang lolos prakualifikasi, menjelaskan secara detail
tata cara pelelangan dan detail teknis pekerjaan proyek yang harus dilaksanaan.
2. pemasukan penawaran: bersama dengan klien/pemilik proyek, menerima dokumen penawaran
yang diajukan oleh kontraktor.

g.memberikan masukan pemilihan konslutan perencana dengan pertimbangan-


pertimbangan dari aspek rencana teknis pengerjaan sampai besaran anggaran yang
diajukan.

h.membantu proses kontrak antara pemilik proyek dengan konsultan perencana:


mengawal klien/pemilik proyek, pada saat melakukan perjanjian kerja dengan
kontraktor terpilih.
Fase Perencanaan

1. Sub Bidang Persiapan :


2. pengidentifikasi proyek : mempelajari secara cermat jenis, maksud dan tujuan dari proyek
terkait, agar sesuai dengan apa yang dibutuhkan pemilik proyek.
3. penyusunan jadwal pekerjaan : membuat perencanaan progres kerja yang harus dilakukan
untuk menyelesaikan proyek.
4. persiapan SDM+peralatan : menyiapkan sumber daya manusia (tenaga ahli) yang diperlukan
sesuai kebutuhan dan syarat dari proyek tersebut, serta mempersiapkan alat-alat yang
mendukung.
5. penyusunan rencana pemakaian sumber daya : menyusun jadwal dan pembagian tugas (job
description) sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing sumber daya manusia
dan sumber daya peralatan.
6. Sub Bidang Konsep :
7. perumusan maksud+tujuan proyek : mendeskripsikan sejelas mungkin maksud dan tujuan
proyek secara teknis dan kemudian dilakukan pencarian solusi/jawaban atas permasalahan
desain yang diberikan.
8. pengkajian kebutuhan fungsional ruang : menganalisis kebutuhan ruang yang diperlukan secara
ideal pada proyek tersebut
9. pengkajian data teknis situasi eksisting : menganalisis segala data pada kondisi eksisting
proyek, terutama untuk proyek rehabilitasi atau proyek melanjutkan (bukan tahap pertama).
10. pengkajian tapak+lingkungan proyek : menganalisis kondisi lahan yang hendak ditempati
bangunan, beserta keadaan lingkungan di sekitarnya. Mencakup aspek kontur, tipe tanah,
pencahayaan, penghawaan, kebisingan, juga peraturan daerah setempat, dan aspek-aspek lain
yang sekiranya diperlukan.
11. pengkajian spesifikasi desain yang dibutuhkan : menganalisis bagaimana sebenarnya
kebutuhan desain yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan perancanaan. Misalnya
dari segi penghawaan, pengudaraan, akustik, pemilihan warna yang spesifik, dll.
12. pengkajian standar teknis : mengumpulkan referensi dan menganalisis standar teknis bangunan
untuk kebutuhan proyek, seperti standar baja, mutu beton, fire protection, dan standar-standar
keamanan bangunan yang lainnya.
13. penentuan tema desain/konsep makro : menentukan tema awal bangunan, sesuai tema yang
hendak diusung berdasarkan kebutuhan pengguna.
14. Sub Bidang Pra Rancangan :
15. pencarian konsep desain : mengembangkan tema awal menjadi sebuah konsep arsitektural
yang dituangkan dalam sketsa.
16. penyusunan pola dan bentuk arsitektur : pengembangan sketsa menjadi sebuah pola
kedekatan ruang dan konfigurasi bentukan bangunan secara makro sebagai blue print
penataan ruang dan ide desain awal.
17. penyusunan diagram fungsi ruang dan bangunan : menyusun penataan konsep perletakkan
ruang dan massa bangunan (jika multi massa)
18. pembuatan diagram aspek kualitatif-kuantitatif : membuat diagram mencakup dimensi ruangan,
kapasitas yang diperlukan berdasar kebutuhan, organisasi ruang, penataan sirkulasi, dan aspek
estetika bangunan.
19. pengkonsepan bahan dan teknologi yang dipakai : merencanakan material-material yang
hendak digunakan, beserta metode/teknologi pelaksanaan di lapangannya.
20. pengkonsepan alokasi biaya dan waktu proyek : menyusun perencanaan penggunaan biaya
dan waktu sesuai pagu anggaran dan batasan waktu yang tercantum di dalam kontrak.
21. Sub Bidang Rancangan :
22. pematangan hasil studi kelayakan : melakukan peninjauan kembali hasil dari studi kelayakan
proyek dan memasukkan aspek-aspek penting yang mungkin terlupakan ke dalam
perencanaan yang sedang dikerjakan.
23. pematangan aspek fungsional : melakukan peninjauan kembali hasil dari konsultasi klien dan
studi kebutuhan fungsional ruang ke dalam perencanaan yang sedang dikerjakan.
24. pematangan aspek estetika : melakukan peninjauan kembali hasil dari konsultasi klien dan studi
kebutuhan estetika beserta hasil eksplorasi desain ke dalam perencanaan yang sedang
dikerjakan.
25. pematangan aspek ekonomi : melakukan peninjauan kembali hasil dari konsultasi klien dan
studi perencanaan anggaran biaya dan jadwal proyek beserta aspek-aspek ekonomi yang
lainnya ke dalam perencanaan yang sedang dikerjakan.
26. Sub Bidang Dokumen :
27. penyusunan Detailed Engineering Design (DED) : membuat gambar kerja untuk pelelangan
sekaligus gambar pedoman pelaksanaan pembangunan di lapangan.
28. penyusunan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) : membuat spesifikasi material/bahan,
alat, teknik/metoda kerja sebagian pedoman pelaksana, dan hal-hal yang bersifat administratif
dalam proyek.
29. penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Bill of Quantity (BQ) : RAB diberikan untuk
klien/pemilik proyek sebagai pedoman untuk menyeleksi kontraktor, sedangkan BQ diberikan
untuk calon kontraktor yang mengikuti tahapan prakualifikasi untuk membantu membuat
penawaran proyek.
30. penyusunan perhitungan teknik, dokumen kontrak, dan daftar informasi supplier : perhitungan
struktur digunakan sebagai dasar pembuatan gambar kerja struktur yang sekaligus diperlukan
untuk kepentingan non teknis proyek seperti proses pengurusan IMB. Dokumen kontrak dibuat
untuk klien/pemilik proyek yang telah berhasil menentukan kontraktor untuk melakukan
perjanjian tertulis. Informasi supplier diberikan kepada klien/pemilik proyek sebagai panduan
untuk membandingkan harga pasaran dengan harga yang ditawarkan kontraktor, terutama saat
terjadi pekerjaan tambah-kurang di lapangan.
31. verifikasi dan validasi desain : verifikasi adalah pemerikasaan kembali segala dokumen yang
hendak dilelangkan, yang dilakukan bersama dengan klien/pemilik proyek. Sedangkan validasi
adalah pemeriksaan dan penyetujuan diokumen oleh pihak yang berwenang, misalnya untuk
bangunan gedung pemerintahan, maka diperlukan eksaminasi dokumen oleh Dinas Pekerjaan
Umum bidang Cipta Karya.
32. perubahan desain (aanvuling) : perubahan desain dilakukan jika ternyata setelah melalui tahap
verifikasi an eksaminasi, ternyata pihak pemeriksa menemukan adanya ketidakbenaran dalam
dokumen, sehingga diperlukan perbaikan dokumen gambar DED atau dokumen RKS.

2.3.3 Pelelangan Kontraktor :

1. menyiapkan dokumen lelang : menggandakan dokumen lelang yang sudah diverifikasi dan
divalidasi sesuai jumlah peserta lelang, atau sesuai jumlah yang tertera di kontrak awal.
2. prakualifikasi kontraktor : bersama dengan klien/pemilik proyek membuat pengumuman lelang
dan menyeleksi kontraktor yang mendaftar.
3. mengundang kontraktor : bersama dengan klien/pemilik proyek mengundang kontraktor untuk
menghadiri penjelasan pekerjaan (aanwijzing)
4. pengambilan dokumen pelelangan : bersama dengan klien/pemilik proyek mengurus
pengambilan dokumen lelang oleh para kontraktor.
5. penjelasan dan petunjuk (aanwijzing) : bersama dengan klien/pemilik proyek, mengadakan
rapat dengan para kontraktor yang lolos prakualifikasi, menjelaskan secara detail tata cara
pelelangan dan detail teknis pekerjaan proyek yang harus dilaksanaan.
6. pemasukan penawaran kontraktor : bersama dengan klien/pemilik proyek, menerima dokumen
penawaran yang diajukan oleh kontraktor.
7. memberikan masukan pemilihan kontraktor dengan pertimbangan-pertimbangan dari aspek
rencana teknis pengerjaan sampai besaran anggaran yang diajukan.
8. membantu proses kontrak antara pemilik proyek dengan kontraktor : mengawal klien/pemilik
proyek, pada saat melakukan perjanjian kerja dengan kontraktor terpilih.

https://muhibaraya.com/tahap-tahap-proyek-konstruksi/

Anda mungkin juga menyukai