FARMAKOLOGI 2
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 : ADE RAHMAYANTI
ADETRI RIZKI NABELA
AHDIAH MARTIA AYU
AHMAD YASIR
ALDI MULYADI
ALPI SYAHRINI
Dalam penulisan makalah ini, penyusun masih banyak kekurangan baik teknik
penulisan maupun materi oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pencahar............................................................................................. 3
D. Indikasi Laksatif................................................................................................... 6
A. Kesimpulan..........................................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laksatif atau yang dikenal sebagai pencahar merupakan terapi farmakologis yang
sangat umum digunakan masyarakat. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar 2007
menunjukkan sebagian besar penduduk Indonesia masih kurang konsumsi serat dari sayur
dan buah, kurang olah raga dan bertambah makan makanan yang mengandung pengawet, jadi
laksatif masih menjadi pilihan utama untuk mengatasi konstipasi. Karena tidak semua laksatif
dapat digunakan dalam waktu jangka panjang, maka pemilihan laksatif yang tepat harus
sangat diperhatikan.
Laksatif atau urus-urus atau pencahar ringan adalah obat yang berkhasiat untuk
memperlancar pengeluaran isi usus. Disebut juga sebagai aperients dan aperitive.
Laksatif adalah makanan atau obat-obatan yang diminum untuk membantu mengatasi
sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan mudah di usus. dalam operasi
pembedahan, obat ini juga diberikan kepada pasien untuk membersihkan usus sebelum
operasi dilakukan. laksatif merupakan obat bebas. obat yang biasanya digunakan untuk
mengatasi konstipasi atau sembelit. biasanya obat ini hanya digunakan saat mengalami
konstipasi atau sembelit saja karena mempunyai efek samping. Banyak orang menggunakan
1
Obat pencahar adalah obat yang biasa digunakan untuk mengatasi konstipasi atau
sembelit. Konstipasi atau sembelit merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami
kesulitan buang air besar atau jarang buang air besar. Untuk mencegah konstipasi adalah rajin
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pencahar
Laksatif atau pencahar adalah makanan atau obat-obatan yang diminum untuk
membantu mengatasi sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan mudah di usus.
Dalam operasi pembedahan, obat ini juga diberikan kepada pasien untuk membersihkan usus
sebelum operasi dilakukan. Laksatif merupakan obat bebas. obat yang biasanya digunakan
untuk mengatasi konstipasi atau sembelit. Biasanya obat ini hanya digunakan saat mengalami
1. Bulking Agents
2. Pelunak Tinja
3. Minyak Mineral
4. Bahan-bahan Osmotik
5. Pencahar Perangsang.
3
1.Bulking Agents.
menambahkan serat pada tinja. Penambahan serat ini akan merangsang kontraksi alami usus
dan tinja yang berserat lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan. Bulking agents bekerja
perlahan dan merupakan obat yang paling aman untuk merangsang buang air besar yang
teratur. Pada mulanya diberikan dalam jumlah kecil. Dosisnya ditingkatkan secara bertahap,
Orang yang menggunakan bahan-bahan ini harus selalu minum banyak cairan.
1. Pelunak Tinja.
Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja. Sebenarnya bahan
ini adalah detergen yang menurunkan tegangan permukaan dari tinja, sehingga
memungkinkan air menembus tinja dengan mudah dan menjadikannya lebih lunak.
Peningkatan jumlah serat akan merangsang kontraksi alami dari usus besar dan membantu
2. Minyak Mineral.
Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkannya keluar dari tubuh. Tetapi bahan
ini akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang larut dalam lemak. Dan jika seseorang
yang dalam keadaan lemah menghirup minyak mineral secara tidak sengaja, bisa terjadi
iritasi yang serius pada jaringan paru-paru. Selain itu, minyak mineral juga bisa merembes
dari rektum.
4
3. Bahan Osmotik.
Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus besar, sehingga tinja
menjadi lunak dan mudah dilepaskan. Cairan yang berlebihan juga meregangkan dinding
usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini mengandung garam-garam (fosfat, sulfat
dan magnesium) atau gula (laktulosa dan sorbitol). Beberapa bahan osmotik mengandung
natrium, menyebabkan retensi (penahanan) cairan pada penderita penyakit ginjal atau gagal
Bahan osmotik yang mengandung magnesium dan fosfat sebagian diserap ke dalam
aliran darah dan berbahaya untuk penderita gagal ginjal. Pencahar ini pada umumnya bekerja
dalam 3 jam dan lebih baik digunakan sebagai pengobatan daripada untuk pencegahan.
Bahan ini juga digunakan untuk mengosongkan usus sebelum pemeriksaan rontgen pada
4. Pencahar Perangsang.
berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Obat ini mengandung substansi yang dapat
mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau minyak kastor. Obat ini bekerja
setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja setengah padat, tapi sering menyebabkan kram perut.
Dalam bentuk supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur), akan bekerja
setelah 15-60 menit. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada usus
besar, juga seseorang bisa menjadi tergantung pada obat ini sehingga usus menjadi malas
5
Pencahar ini sering digunakan untuk mengosongkan usus besar sebelum proses
diagnostik dan untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang
Mekanisme pencahar yang sepenuhnya masih belum jelas, namun secara umum dapat
a. Sifat hidrofilik atau osmotiknya sehingga terjadi penarikan air dengan akibat massa,
b. Laksatif bekerja secara langsung ataupun tidak langsung pada mukosa kolon dalam
c. Laksatif juga dapat meningkatkan motilitas usus dengan akibat menurunnya absorbs
D. Indikasi Laktasif
Untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk mencegah atau
mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang memperlambat kontraksi usus besar
(misalnya narkotik).Adapun salah satu contoh dari obat laksatif yang biasa digunakan oleh
6
NAMA OBAT PENCAHAR :
a) Indikasi :
diagnostik, terapi sebelum dan sesudah operasi dalam kondisi untuk mempercepat defeksi.
b.Kontra Indikasi :
Pada pasien ileus, abstruksi usus, yang baru mengalami pembedahan dibagian perut seperti
usus buntu, penyakit radang usus akut dan hehidrasi parah, dan juga pada pasien yang
7
b) Komposisi :
4,4'-diacetoxy-diphenyl-(pyridyl-2)-methane (=bisacodil)
c) Zat tambahan:
Laktosa, pti jagung, gliserol, magnesium stearat, sukrosa, talk, akasia, titanium dioksida,
eudragit L100 dan S100, dibutilftalat, polietilen glikol, Fe-oksida kuning, beeswax white,
Bisacodyl adalah laksatif yang bekerja lokal dari kelompok turunan difenil metan.
gerakan peristaltis usus besar setelah hidrolisis dalam usus besar, dan meningkatkan
8
Tablet salut enterik sebaiknya diminum pada malam hari untuk mendapatkan hasil
evakuasi pada esok paginya. Tablet mempunyai lapisan khusus, oleh karena itu tidak boleh
diminum bersama-sama dengan susu atau antasida. Tablet harus ditelan dalam keadaan utuh
abdomen atau persiapan sebelum operasi, maka penggunaan tablet DULCOLAX harus
dikombinasi dengan supositoria, agar didapat evakuasi yang sempurna dari usus.
Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 2 - 4 tablet pada malam sebelumnya
f) Efek Samping:
Sewaktu menggunakan DULCOLAX, dapat terjadi rasa tidak enak pada perut termasuk
kram, sakit perut, dan diare. Reaksi alergi, termasuk kasus-kasus angiooedema dan reaksi
g) Interaksi:
9
h) Overdosis:
Gejala Bila dosis DULCOLAX terlalu tinggi, maka dapat terjadi diare, kram perut dan
berkurangnya kadar kalium serta elektrolit lainnya secara nyata. Overdosis kronis
dan batu ginjal. Kerusakan tubulus ginjal, alkalosis metabolik dan kelelahan otot akibat
a. Indikasi:
penderita yang harus tinggal ditempat tidur, orang dewasa, orang tua, anak-anak dan wanita
hamil.
b. Kontra Indikasi:
Kontraindikasi Microlax adalah pada penderita wasir yang akut dan pada penderita yang
10
c. Komposisi :
- Sorbitol 4,465 g
d. Cara Kerja
terbasahi. Sorbitol, Na Sitrat à menyerap air ke dalam usus besar / rektum untuk melunakkan
e. Aturan pakai :
Untuk anak usia diatas 3 tahun dan dewasa diberikan 1 tube. Untuk anak usia 1-3 tahun
11
f. Peringatan dan Perhatian :
jangka pendek.
Jangan digunakan pada penderita wasir akut & orang yang mengalami peradangan
g. Efek Samping :
Microlax aman untuk digunakan, belum pernah ada laporan adanya efek samping.
h. Keunggulan Microlax :
Microlax® bekerja CEPAT mengatasi sembelit (kurang dari 15 menit masalah Buang
Microlax® AMAN karena bekerja lokal & tidak diserap oleh tubuh sehingga dapat
digunakan oleh anak-anak, dewasa, ibu hamil & orang lanjut usia.
lembut.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Laksatif atau pencahar adalah makanan atau obat-obatan yang diminum untuk
membantu mengatasi sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan mudah di usus.
Dalam operasi pembedahan, obat ini juga diberikan kepada pasien untuk membersihkan usus
Laksatif merupakan obat bebas. obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi
konstipasi atau sembelit. Biasanya obat ini hanya digunakan saat mengalami konstipasi atau
B.SARAN
Makalah ini bisa dikatakan tidaklah sempurna ,masih banyak kesalahan yang mana
semua terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman serta bahan yang saya
miliki,oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kebaikan
kedepannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, hal. 32-33, Sagung Seto,Jakarta
Arif, A., Sjamsudin, U., 1995, Obat Lokal dalam Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, hal. 509,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M. (editors),
2005, Pharmacotherapy: A Phatophysiologic Approach, 6th Edition, p.684-689, McGraw-
Hill, United States of America.
Gangarosa, L.M., Seibert, D.G., 2003, E-book: Modern Pharmacology With Clinical
Application, 6th Edition, p.474-476
McQuaid, K.R, 2006, E-book: Current Medical Diagnosis & Treatment: Allimentary Tract,
45th Edition, p.541-544, McGraw-Hill, United States of America