Anda di halaman 1dari 20

Bab 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kebijakan dan program pemerintah yang banyak dilakukan saat ini ditunjukan terutama
untuk masalah ibu hamil. Hal ini dikarenakan ibu hamil yang mengalami defesiensi masalah gizi
merupakan penyebab utama kematian ibu dan bayi. Status gizi merupakan hal yang penting
diperhatikan selama masa kehamilan karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status
kesehatan ibu guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Kebutuhan gizi saat masa kehamilan
yakni Energi, Protein, Vitamin dan Mineral harus sesuai dengan status gizi ibu dan masa
kehamilan ibu.

Vitamin B12 disebut juga kobalamin adalah sebuah vitamin larut air yang berperan
penting dalam membantu sintesis sel darah marah dan menjaga kesehatan kardiovaskuler
(bekerjasama dengan asam folat menjaga kadar homosistein) serta merupakan produksi material
DNA dan RNA. Defisiensi vitamin B12 pada ibu hamil akan menimbulkan komplikasi bagi sang
ibu dan janin. Komplikasi yang terjadi pada ibu hamil yakni Anemia Megaloblastik. Anemia
megaloblastik adalah anemia makrositik yang ditandai dengan adanya peningkatan ukuran sel
darah merah yang disebabkan oleh adanya abnormalitas hematopoiesis akibat gangguan sintesis
DNA. Prevalensi umumnya terjadi pada wanita dengan usia saat hamil adalah > 40 tahun.
Berdasarkan RISKESDAS tahun 2007, sebanyak 14,8% penduduk Indonesia terkena anemia.
Komplikasi yang terjadi pada janin atau bayi adalah resiko kelahiran prematur, berat bayi lahir
rendah dan pertumbuhan janin terganggu.
BAB 2

DASAR TEORI

2.1 Vitamin

2.1.1 Vitamin Secara Umum


Vitamin merupakan nutrien organic yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk berbagai
fungsi biokimiawi dan yang umumnya tidak disintesis oleh tubuh sehingga harus dipasok dari
makanan.Vitamin yang pertama kali ditemukan adalah vitamin A dan B , dan ternyata masing-
masing larut dalam lemak dan larut dalam air. Kemudian ditemukan lagi vitamin-vitamin yang
lain yang juga bersifat larut dalam lemak atau larut dalam air. Sifat larut dalam lemak atau larut
dalam air dipakai sebagai dasar klasifikasi vitamin.Vitamin yang larut dalam air, seluruhnya
diberi symbol anggota B kompleks kecuali (vitamin C ) dan vitamin larut dalam lemak yang baru
ditemukan diberi symbol menurut abjad (vitamin A,D,E,K).Vitamin yang larut dalam air tidak
pernah dalam keadaan toksisitas di didalam tubuh karena kelebihan vitamin ini akan dikeluarkan
melalui urin.

2.1.2 Vitamin Yang Larut Di Dalam Lemak


Vitamin yang larut dalam lemak merupakan molekul hidrofobik apolar, yang semuanya
adalah derivat isoprene. Molekul-molekul ini tidak disintesis tubuh dalam jumlah yang memadai
sehingga harus disuplai dari makanan. Vitamin- vitamin yang larut dalam lemak ini memerlukan
absorbsi lemak yang normal agar vitamin tersebut dapat diabsorbsi secara efisien. Diabsorbsi
molekul vitamin tersebut harus diangkut dalam darah yaitu oleh lipoprotein atau protein pengikat
yang spesifik.Yang merupakan vitamin yang larut di dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan
K.
Fungsi dalam biomedis
Keadaan yang mempengaruhi proses pencernaan dan penyerapan seperti steatore dan
kelainan system biliaris dapat mempengaruhi proses penyerapan vitamin- vitamin yang larut
dalam lemak, sehingga dapat menimbulkan keadaan defisiensi. Defisiensi gizi akan
mempengaruhi fungsi vitamin-vitamin tersebut.
2.1.3 Vitamin Yang Larut Di Dalam Air
Fungsinya dalam biomedis
Tidak adanya vitamin atau defisiensi relative vitamin dalam diet akan menimbulkan
berbagai keadaan defisiensi dan penyakit yang khas. Defisiensi vitamin tunggal dari kelompok B
kompleks jarang terjadi ,karena diet yang jelek paling sering disertai dengan keadaan defisiensi
multiple.Diantara vitamin-vitamin yang larut dalam air ,dikenali keadaan defisiensi berikut ini :
1. Penyakit beri-beri (defisiensi tiamin)
2. Keilosis, glositis,sebore, dan fotofobia (defisiensi riboflavin)
3. Pellagra (defisiensi niasin)
4. Neuritis perifer (defisiensi piridoksin)
5. Anemia megaloblastik,asiduria metilmalonat dan anemia pernisiosa (defisiensi
kobalamin)
6. Anemia megaloblastik (defisiensi asam folat)
7. Penyakit skorbut / skurvi (defisiensi asam askorbat)

Defisiensi vitamin dihindari dengan mengkomsumsi berbagai jenis makanan dalam jumlah
yang memadai. Vitamin yang larut di dalam air kelompok dari vitamin B kompleks merupakan
kofaktor dalam berbagai reaksi enzimatik yang terdapat di dalam tubuh kita. Vitamin B yang
penting bagi nutrisi manusia adalah :
1. Tiamin (vitamin B1)
2. Riboflavin (vitamin B2)
3. Niasin (asam nikotinat ,nikotinamida, vitamin B3)
4. Asam pantotenat (vitamin B5)
5. Vitamin B6 ( piridoksin ,pridoksal, piridoksamin)
6. Biotin
7. Vitamin B12 (kobalamin)
8. Asam folat

Karena kelarutannya dalam air , kelebihan vitamin ini akan diekskresikan ke dalam urin dan
dengan demikian jarang tertimbun dalam konsentrasi yang toksik. Penyimpanan vitamin B
kompleks bersifat terbatas (kecuali kobalamin) sebagai akibatnya vitamin B kompleks harus
dikomsumsi secara teratur.

2.2 ASI
ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara Ibu melalui proses
menyusui (Khasanah, 2011). ASI merupakan makanan yang disiapkan untuk bayi mulai masa
kehamilan payudara sudah mengalami perubahan untuk memproduksi ASI. Air Susu Ibu (ASI)
adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,laktosa dan garam-garam anorganik yang
sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. Sedangkan ASI
Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai
umur 4 (empat) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat. ASI dalam
jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi
selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi
sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.

2.2.1 Kandungan ASI


Menurut Suradi (2004) kandungan ASI terdiri dari :
1) Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50% kalori ASI berasal dari lemak.
Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi
mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi
asamlemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar kolestrol ASI
lebih tinggi dari pada susu sapi, sehingga bayi mendapat ASI seharusnya mempunyai kadar
kolestrol darah lebih tinggi. Disamping kolestrol, ASI mengandung asam lemak essensial
yaitu asam linoleat (Omega 6) dan asam linolenat (Omega 3). Kedua asam lemak tersebut
adalah pembentuk asam lemak tidak jenuh rantai panjang disebut docosahexaenoic acid
(DHA) berasal dari Omega 3 dan arachidonic acid (AA) berasal dari Omega 6 yang
berfungsi sangat penting untuk pertumbuhan otak anak. Kadar lemak ASI matur dapat
berbeda menurut lama menyusui. Pada permulaan menyusu (5 menit pertama) disebut
foremilk kadar lemak ASI rendah (1-2 g/dl) dan lebih tinggi dapat hindmilk (ASI yang
dihasilkan pada akhir menyusu setelah 15-20 menit). Kadar lemak hindmilk bisa mencapai 3
kali dibandingkan dengan foremilk.
2) Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya paling tinggi dibanding susu
mamalia lain (7gr%). Laktosa mudah diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan
enzim lactase yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa mempunyai
manfaat lain yaitu mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan Lactobasillus
bifidus.
3) Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar 0.9%, 60%
diantaranya adalah whey, yang lebih mudah dicerna dibanding kasein. Dalam ASI terdapat dua
macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin. Sistin diperlukan
untuk pertumbuhan somatic, sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak. Selain dari ASI,
sebenarnya sistin dan taurin dapat diperoleh dari penguraian tirosin, tetapi pada bayi baru lahir
enzim pengurai tirosin ini belum ada.
4) Vitamin
ASI cukup mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K yang berfungsi sebagai
katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan
mudah dicerna. Dalam ASI juga banyak vitamin E, terutama di kolostrum. Dalam ASI juga
terdapat vitamin D, tetapi bayi prematur atau yang kurang mendapat sinar matahari dianjurkan
pemberian suplementasi vitamin D.
5) Zat besi
Bayi aterm normal biasanya lahir dengan hemoglobin tinggi (1622 gr/dl), yang berukuran
cepat setelah lahir. Zat besi yang diperoleh dari pemecahan hemoglobin digunakan kembali. Bayi
tersebut juga memiliki persediaan zat besi dalam jumlah banyak cukup untuk setidaknya 4-6
bulan. meskipun jumlah zat besi yang terkandung dalam ASI lebih sedikit dari yang terkandung
dalam susu formula, bioavailabilitas zat besi dalam ASI jauh lebih tinggi. 70% zat besi dalam
ASI dapat diserap, sedangkan hanya 10% jumlah zat besi dapat diserap dalam susu formula.
Perbedaan ini disebabkan rangkaian interaksi kompleks yang terjadi di usus. Bayi yang diberikan
susu sapi segar atau susu formula dapat mengalami anemia karena perdarahan kecil di usus.
6) Seng
Defisiensi mineral kelumit ini dapat menyebabkan kegagalan bertumbuh dan lesi kulit
tipikal. Meskipun seng lebih banyak terdapat pada susu formula dibanding ASI,
bioavalabilirasnya lebih besar pada ASI. Bayi yang diberi ASI mampu mempertahankan kadar
seng dalam plasma tetap tinggi dibanding bayi yang diberi susu formula, bahkan meskipun
konsentrasi seng yang terdapat di dalamnya tiga kali lebih banyak daripada ASI.
7) Kalsium
Kalsium lebih efisien diserap dari ASI dibanding susu pengganti ASI karena perbandingan
kalsium fosfor ASI lebih tinggi. Susu formula bayi yang berasal dari susu sapi tidak terelakkan
memiliki kandungan fosfor lebih tingi dari pada ASI dan dilaporkan meningkatkan resiko
tetanus pada neonatus.
8) Mineral
ASI memiliki kadar kalsium, fosfor, natrium, dan kalium yang lebih rendah daripada susu
formula. Tembaga, kobalt, dan selenium terdapat dalam kadar yang lebih tinggi. Semakin tinggi
bioavailabilitas mineral dan unsur kelumit ini, dipastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi dan
pada saat yang bersamaan, juga menimbulkan beban penyerapan yang lebih rendah pada ginjal
neonatus dari pada susu pengganti ASI (Prasetyo, 2009).
2.2.2 Refleks Pengisapan Terhadap Pengeluaran ASI

2.2.3 Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana bayi
memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui merupakan proses
alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun
membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari
lingkungan keluarga terutama suami. Keberhasilan dalam menyusui dipengaruhi adanya
dukungan keluarga, informasi yang jelas dan profesi atau tenaga kesehatan. Pendidikan ibu dan
keluarga , nutirisi yang adekuat juga akan mempengaruhi proses dalam menyusui. Bayi sesegera
mungkin disusukan setelah lahir dan pemberian ASI tidak dijadwal sesuai keinginan bayi,
dengan menggunakan kedua payudara setiap menyusui secara bergantian, dan istirahat yang
cukup.
Bayi dibiasakan menyusui sejak dini , yaitu segera setelah dilahirkan, ibu siap mental untuk
menyusui bayinya, petugas kesehatan siap membantu ibu agar dapat menyusui dengan mudah,
suami siap mendukung ibu untuk menyusui dengan baik. Misalnya dengan menyediakan menu
makanan yang memenuhi keperluan ibu menyusui, membuat pikiran ibu tenang, mau berbagi
dengan ibu dalam melaksanakan pekerjaan di rumah.

Seorang ibu dikodratkan untuk dapat memberikan air susunya kepada bayi yang telah
dilahirkannya, dimana kodrat ini merupakan suatu tugas yang mulia bagi ibu demi keselamatan
bayinya di kemudian hari. Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-
masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin dan
refleks let down ( Lawrence, 1994).

a. Refleks prolaktin
Hisapan bayi pada putting ibu menyebabkan aliran listrik yang bergerak ke hipotalamus
yang kemudian akan menuju kelenjar hipofisis bagian depan. Selanjutnya kelenjar ini
akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk memproduksi ASI. Makin sering
dan makin lama ASI diberikan, maka kadar prolaktin akan tetap tinggal dan akan
berakaibat ASI akan terus di produksi. Efek lain dari prolaktin adalah menekan fungsi
indung telur ( ovarium). Efek penekanan inipada ibu yang menyusui secara ekslusif akan
memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Dengan kata lain, menyusui
secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan.
b. Refleks let down ( milk ejection refleks)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan hisapan bayi selain disampaikan
ke kelenjar hipofisis bagian belakang dimana kelenjar ini akan mengeluarkan oksitosin
yang berfungsi memacu kontraksi otot polos yang berada di bawah alveoli dan dinding
saluran sekitar kelenjar payudara mengerut sehingga memeras ASI keluar. Semakin
sering ASI diberikan terjadi pengosongan alveoli, sehingga semakin kecil terjadi
pembendungan ASI di alveoli. Untuk itu dianjurkan kepada ibu menyusukan bayi tidak
dibatasi waktu dan “on demand”, akan membantu air susu.
Mekanisme Menyusui
Bayi yang sehat mempunyai 3 (tiga) refleks intrinsik, yang diperlukan untuk keberhasilannya
menyusui seperti :
a. Refleks mencari ( Rooting refleks)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan
rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi
berputar menuju puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.
b. Refleks menghisap (Sucking refleks)
Teknik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin dilakukan
pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu sudah dikatakan cukup bila rahang
bayi menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara dibelakang
putting susu, tidak dibenarkan bila bayi hanya menekan putting susunya. Dengan tekanan
bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan
sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke putting susu, selanjutnya bagian
belakang lidah menekan puting susu pada langitlangit yang mengakibatkan air susu
keluar dari putting susu. Cara ini akan membantu bayi mendapatkan jumlah air susu yang
maksimal dan tidak akan menimbulkan luka pada putting susu ibu.
c. Refleks menelan ( Swallowing refleks)
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap (
tekanan negative) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu
akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk lambung. Keadaan ini
tidak akan terjadi bila bayi diberi susu formula dengan botol. Dalam penggunaan susu
botol rahang bayi kurang berperan, sebab susu dapat mengalir dengan mudah dari lubang
dot.
Manfaat menyusui
Menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi akan tetapi juga memberikan keuntungan dan
manfaat bagi ibu terutama dengan menyusui bayi secara ekslusif.

 Manfaat untuk bayi adalah :


Menerima nutrisi terbaik, baik kualitas maupunkuantitasnya, meningkatkan daya tahan
tubuh , jalinan kasih sayang (bonding), danmeningkatkan kecerdasan. Bagi ibu dapat
mengurangi pendarahan pos partum (paskamelahirkan), terjadinya anemia, kemungkinan
penderita kanker payudara dan kankerindung telur, menjarangkan kelahiran, dapat
mengembalikan lebih cepat berat badandan besarnya rahim ke ukuran normal, ekonomis,
hemat waktu, tidak merepotkanterutama saat menyusui dimalam hari, juga dapat
memberikan kepuasan dan rasabahagia bagi ibu
a. ASI sebagai nutrisi
Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai sepasang atau
lebih kelenjar air susu. Pada saat melahirkan, kelenjar ini akan memproduksi
air susu khusus untuk makanan bayinya. Komposisi air susu untuk setiap
mamalia berbeda satu sama lainnya. Air susu seorang ibu juga secara khusus
disesuaikan untuk bayinya sendiri, misalnya ASI dari seorang ibu yang
melahirkan prematur komposisinya akan berbeda dengan ASI yang dihasilkan
oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Selain itu, komposisi ASI dari
seorang ibu juga berbeda-beda dari hari ke hari. ASI yang keluar pada saat
kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum) berbeda dengan ASI yang
keluar dari ke-4 atau ke-7 sampai hari ke 10 atau ke-14 setelah kelahiran (ASI
transisi). Komposisi ini akan berbeda lagi setelah hari ke-14 ( ASImatang).
ASI yang keluar pada menit-menit pertama menyusui disebut
foremilk,sedangkan ASI yang keluar pada saat akhir menyusui disebut
hindmilk.
b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin ( zatkekebalan
tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali
menurun segera setelah lahir. Badan bayi sendiri membuatzat kekebalan
cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia sekitar 9
sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan
yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi
kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang bila bayi
diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan
yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus,
parasit, dan jamur. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih
banyak dari susu matang ( mature). Zat kekebalan yang terdapat di ASI antara
lain akan melindungi bayi dari penyakit mencret (diare). Pada suatu penelitian
di Brasil Selatan bayi-bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan
meninggal karena mencret 14,2 kali lebih banyak daripada bayi ASI eksklusif.
ASI juga akan menurunkan kemungkinkan bayi terkena penyakit infeksi
telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi. Bayi ASI eksklusif ternyata akan
lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi
ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya
dibanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya berat.
c. ASI meningkatkan kecerdasan
Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak, maka jelas
bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah
pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting dalam proses pertumbuhan
termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas dan kuantitas nutrisi secara langsung juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan, termasuk pertumbuhan otak. Nutrien yang
diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali
pada susu sapi, antara lain :
1. Taurin : suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI
2. Laktosa : merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit
sekali terdapat dalam susu sapi.
3. Asam lemak ( DHA, omega-3, omega-6) : merupakan asam lemak utama
dalam ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi.
Mengingat hal-hal tersebut, dapat dimengerti bahwa pertumbuhan otak
bayi yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal dengan kualitas yang
optimal pula.

 Manfaat ASI Bagi Ibu

Bagi ibu ASI juga mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Mengurangi Pendarahan Setelah Melahirkan. Apabila bayi disusukan segera


setelah dilahirkan, maka kemungkinan terjadinya pendarahan setelah melahirkan
(post partum) akan berkurang. Pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar
oksitosin yang berguna juga untuk kontraksi atau penutupan pembuluh darah
sehingga pendarahan akan lebih cepat berhenti.
2. Menjarangkan Kehamilan Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang
aman,murah, dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan
belumhaid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan
96%tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.
3. Menempelkan segera bayi pada payudara membantu pengeluaran plasentakarena
hisapan bayi merangsang kontraksi rahim, karena itu menurunkanresiko
pendarahan pasca persalinan.
4. Memberikan ASI segera (dalam waktu 60 menit), membantu
meningkatkanproduksi ASI dan proses laktasi.
5. Hisapan puting yang segera dan sering membantu mencegah payudarabengkak.
6. Pemberian ASI membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersediakapan
dan dimana saja. ASI selalu bersih, sehat dan tersedia dalam suhu yangcocok.
7. Pemberian ASI ekonomis/murah
8. Menurunkan resiko kanker payudara
9. Aspek Psikologis
10. Memberi kepuasan bagi ibu. Keuntungan menyusui bukan hanya
bermanfaatuntuk bayi, tetapi juga untuk ibu. lbu akan merasa bangga dan
diperlukan rasasayang yang dibutuhkan oleh semua manusia.
 Manfaat ASI Bagi Keluarga
1. Aspek Ekonomi. ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya
digunakan untuk susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Selain itu,
penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit
sehingga mengurangi biaya berobat.
2. Aspek Psikologis. Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih
jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendapatkan hubungan
kasih bayi dalam keluarga.
3. Aspek kemudahan. Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan di mana saja
dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot
yang harus dibersihkan. Tidak perlu meminta pertolongan orang lain.

 Manfaat ASI bagi Masyarakat


1. Menyusui/memberi ASI kepada bayi sangat penting untuk mengatasi masalah
kelaparan. Pada kebanyakan masyarakat, banyak keluarga dan individu tidak
mempunyai makanan yang cukup, oleh karena itu sering menderita kelaparan.
Dengan menyusui dapat memberi jaminan pangan yang sangat penting bagi
keluarga yang mengalami kekurangan pangan dalam situasi darurat.
2. Para Ibu harus yakin bahwa mereka dapat memberikan makanan yang terbaik
bagi bayi mereka. Bahkan Ibu yang kelaparan karena tidak mampu membeli
makanan mereka setiap hari masih dapat memberi ASI lebih sering dari pada ibu
yang mendapat makanan cukup.
3. Selain itu, bayi yang mendapat ASI memiliki IQ lebih tinggi dari yang tidak
mendapat, maka masyarakat akan diuntungkan. Ibu lebih sehat dan biaya untuk
kesehatan lebih kecil. Menyusui/memberi ASI merupakan cara terbaik untuk
meningkatkan kelangsungan hidup anak.
Manfaat ASI Bagi Negara

1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Adanya faktor protektif dannutrient
yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitandan kematan anak
menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakanbahwa ASI melindungi bayi dan
anak dari penyakit infeksi, misalnya diare,otitis media, dan infeksi saluran pernafasan
akut bagian bawah.
2. Menghemat devisa Negara ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua
ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp.8,6 milyar yang
seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
3. Mengurangi susidi untuk rumah sakit Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat
gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan
dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak
sakit. Anak mendapat ASi lebih jarang masuk ke rumah sakit dibandingkan anak yang
mendapat susu formula.
4. Peningkatan kualitas generasi penerus Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang
secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

Cara Menyusui Yang Baik Dan Benar

1. Posisi badan ibu dan bayi


a) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai.
b) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.
c) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.
d) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara.
e) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.
f) Dengan posisi maka telinga bayi akan berada pada satu garis dengan leher dan lengan
bayi.
g) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan
lengan ibu bagian dalam.
2. Posisi mulut bayi dan putting susu ibu

a) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas jari yang lain menopang dibawah(bentuk
C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telujukdan jari tengah(bentuk gunting),
di belakang aerola(kalang payudara)
b) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut( Rooting refleks)
c) Pastikan putting susu diatas”bibir atas” bayi dan berhadapan denganhidung bayi.
d) Kemudian masukan putting susu ibu menelusuri langit-langit mulut.
e) Setelah bayi muynusui/menghisap payudara dengan baik, payudaratidak perlu di
pegang atau disanggah lagi.
f) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipegunakan untuk mengelus-elusbayi.
BAB 3

HASIL DISKUSI

3.1 VITAMIN B12


3.1.1 Kebutuhan B12 pada Ibu Menyusui adalah :

a. 0-6 bulan :0,3µg


b. 7-12 bulan : 0,3µg

3.1.2 Dampak Kekurangan Vitamin B12 Pada Ibu Dan Bayi


Kebutuhan vitamin B12 meningkat selama kehamilan karena perkalian sel
yang cepat akibat pembesaran rahim, perkembangan plasenta, dan pertumbuhan janin.
Vitamin B12 merupakan vitamin yang larut dalam air dan merupakan nutrisi penting
yang dibutuhkan untuk pemeliharaan eritropioiesis normal, sintesis nukleoprotein dan
myelin, reproduksi sel dan pertumbuhan normal. Akibatnya, jika terjadi kekurangan
vitamin B12 dapat menyebabkan kerusakan DNA metilasi yang berdampak pada
perubahan metabolisme (karbohidrat dan lipid) janin dan peningkatan resiko penyakit
kronis di kemudian hari, seperti penyakit kardiovaskular.
Sejauh ini alasan paling umum bagi bayi untuk terjadi kekurangan vitamin
B12 adalah karena ibu mengkonsumsi diet vegetarian yang ketat dan memulai
kehamilan atau menyusui dengan kebutuhan yang kurang memadai untuk mendukung
kebutuhan dari janin atau neonatus. Sumber lain mengatakan bahwa konsekuensi yang
paling serius dari kekurangan vitamin B12 selama periode neonatal adalah gangguan
perkembangan dan fungsi neurologis proses. Banyak proses saraf penting, termasuk
myelination pada masa bayi. Efek neural yang parah termasuk lesi demyelination klasik
(subakut gabungan degenerasi tulang belakang tali pusat). Dalam hal ini, bayi biasanya
gagal berkembang dan sering tampak defisit neurologis bukan megaloblastik anemia.
Bayi yang terus mengkonsumsi diet makrobiotik juga berisiko tinggi mengalami
defisiensi vitamin B12 dan dalam satu studi tentang anak-anak tersebut di antara usia
10 dan 20 bulan, plasma MMA sangat tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol
nonvegetarian.
Gejala neurologis tampaknya mempengaruhi sistem saraf pusat dan pada
kasus yang parah, menyebabkan atrofi otak. Sebagai tambahannya, gejala neurologis bayi
mungkin mengalami gejala fisik lainnya, termasuk pigmentasi abnormal, hipotonia,
pembesaran hati dan limpa, rambut jarang, penolakan makanan, anoreksia, gagal
berkembang, dan diare.
Tanda pertama kekurangan vitamin B12 ditandai dengan penurunan serum
holotranscobalamin (holoTC). Setelah itu, kedua serum methylmalonyl acid (MMA) dan
plasma total homosistein mulai meningkat, yang akhirnya ada pengurangan vitamin
serum B12. Tahap selanjutnya dari keseimbangan vitamin B12 negatif adalah
terganggunya eritropoiesis disertai dengan konsentrasi holoTC yang rendah, serum B12,
dan neutrofil yang terdistribusi. Pada akhirnya konsentrasi hemoglobin berkurang
sehingga menghasilkan anemia makrositik.
Kekurangan vitamin B12 biasa terjadi selama kehamilan dan dalam
kebanyakan kasus tidak terkait dengan anemia pernisium laten. Beberapa kelompok telah
melakukan studi longitudinal vitamin B12 selama kehamilan normal, dan melaporkan
penurunan bertahap sekitar 30% antara trimester pertama dan ketiga yang normal dalam
beberapa hari setelahnya.
Tanda dan gejala ibu yang kekurangan vitamin B12:

1. Gejala neuropsikologi:
 Paraesthesia
 Mati rasa
 Memory loss
 Ataxia
 Depresi
 Iritabilitas
 Demensia

2. Gejala anemia
a. Glossitis
b. Stomatitis
c. Ikterus ringan

3.1.3 Pencegahan Terhadap Kekurangan Vitamin B12


Hanya sedikit vitamin B12 yang dapat disimpan dalam tubuh. Total simpanan dalam
tubuh sekitar 2-5 mg pada orang dewasa, sekitar 80 % disimpan dalam hati. Vitamin B12 yang
masuk dalam empedu dapat diserap kembali secara efektif, yang disebut sebagai sirkulasi
enterohepatik. Kelebihan vitamin B12 dikeluarkan melalui ginjal dalam jumlah yang bervariasi
mulai dari 1 – 10 μg/hari.
Tabel 3.1.3 Kecukupan Vit B12 Berdasarkan Kelompok Umur
Sebagai upaya pencegahan kurangnya vitamin B12 dalam tubuh maka dianjurkan :
1. Makan gizi seimbang
2. Mengkonsumsi pangan hewani, seperti daging, susu, telur, ikan, kerang dan lain-
lain. Menurut Sauberlich HE (1999) pangan hewani satu-satunya sumber vitamin
B12 dalam penyediaan pangan. Daging menyumbang sekitar 69 persen, susu 21
persen, dan telur 8,5 persen.
3. Untuk perkembangan janin yang lebih baik pada awal-awal kehamilan diberikan
suplementasi asam folat 400 mcg/hari . dan untuk defisiensi asam folat yang
bermanifestasi anemia makrositik hiperkrom bisa diberikan tambahan vitamin
B12 1 x 250-1000 ug .( konsulkan dengan dokter )
4. Ibu menyusui dianjurkan untuk mengkonsumsi vit B12 untuk mencegah
kurangnya kadar vitamin B12 dalam ASI
BAB 4

KESIMPULAN

 Vitamin B12 disebut juga kobalamin adalah sebuah vitamin larut air yang
berperan penting dalam membantu sintesis sel darah marah dan menjaga
kesehatan kardiovaskuler (bekerjasama dengan asam folat menjaga kadar
homosistein) serta merupakan produksi material DNA dan RNA.
 Vitamin B12 termasuk dalam kelompok vitamin yang larut di dalam air. Karena
kelarutannya dalam air , kelebihan vitamin ini akan diekskresikan ke dalam urin
dan dengan demikian jarang tertimbun dalam konsentrasi yang toksik

Anda mungkin juga menyukai