PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kebijakan dan program pemerintah yang banyak dilakukan saat ini ditunjukan terutama
untuk masalah ibu hamil. Hal ini dikarenakan ibu hamil yang mengalami defesiensi masalah gizi
merupakan penyebab utama kematian ibu dan bayi. Status gizi merupakan hal yang penting
diperhatikan selama masa kehamilan karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status
kesehatan ibu guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Kebutuhan gizi saat masa kehamilan
yakni Energi, Protein, Vitamin dan Mineral harus sesuai dengan status gizi ibu dan masa
kehamilan ibu.
Vitamin B12 disebut juga kobalamin adalah sebuah vitamin larut air yang berperan
penting dalam membantu sintesis sel darah marah dan menjaga kesehatan kardiovaskuler
(bekerjasama dengan asam folat menjaga kadar homosistein) serta merupakan produksi material
DNA dan RNA. Defisiensi vitamin B12 pada ibu hamil akan menimbulkan komplikasi bagi sang
ibu dan janin. Komplikasi yang terjadi pada ibu hamil yakni Anemia Megaloblastik. Anemia
megaloblastik adalah anemia makrositik yang ditandai dengan adanya peningkatan ukuran sel
darah merah yang disebabkan oleh adanya abnormalitas hematopoiesis akibat gangguan sintesis
DNA. Prevalensi umumnya terjadi pada wanita dengan usia saat hamil adalah > 40 tahun.
Berdasarkan RISKESDAS tahun 2007, sebanyak 14,8% penduduk Indonesia terkena anemia.
Komplikasi yang terjadi pada janin atau bayi adalah resiko kelahiran prematur, berat bayi lahir
rendah dan pertumbuhan janin terganggu.
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Vitamin
Defisiensi vitamin dihindari dengan mengkomsumsi berbagai jenis makanan dalam jumlah
yang memadai. Vitamin yang larut di dalam air kelompok dari vitamin B kompleks merupakan
kofaktor dalam berbagai reaksi enzimatik yang terdapat di dalam tubuh kita. Vitamin B yang
penting bagi nutrisi manusia adalah :
1. Tiamin (vitamin B1)
2. Riboflavin (vitamin B2)
3. Niasin (asam nikotinat ,nikotinamida, vitamin B3)
4. Asam pantotenat (vitamin B5)
5. Vitamin B6 ( piridoksin ,pridoksal, piridoksamin)
6. Biotin
7. Vitamin B12 (kobalamin)
8. Asam folat
Karena kelarutannya dalam air , kelebihan vitamin ini akan diekskresikan ke dalam urin dan
dengan demikian jarang tertimbun dalam konsentrasi yang toksik. Penyimpanan vitamin B
kompleks bersifat terbatas (kecuali kobalamin) sebagai akibatnya vitamin B kompleks harus
dikomsumsi secara teratur.
2.2 ASI
ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara Ibu melalui proses
menyusui (Khasanah, 2011). ASI merupakan makanan yang disiapkan untuk bayi mulai masa
kehamilan payudara sudah mengalami perubahan untuk memproduksi ASI. Air Susu Ibu (ASI)
adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,laktosa dan garam-garam anorganik yang
sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. Sedangkan ASI
Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai
umur 4 (empat) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat. ASI dalam
jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi
selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi
sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.
2.2.3 Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana bayi
memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui merupakan proses
alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun
membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari
lingkungan keluarga terutama suami. Keberhasilan dalam menyusui dipengaruhi adanya
dukungan keluarga, informasi yang jelas dan profesi atau tenaga kesehatan. Pendidikan ibu dan
keluarga , nutirisi yang adekuat juga akan mempengaruhi proses dalam menyusui. Bayi sesegera
mungkin disusukan setelah lahir dan pemberian ASI tidak dijadwal sesuai keinginan bayi,
dengan menggunakan kedua payudara setiap menyusui secara bergantian, dan istirahat yang
cukup.
Bayi dibiasakan menyusui sejak dini , yaitu segera setelah dilahirkan, ibu siap mental untuk
menyusui bayinya, petugas kesehatan siap membantu ibu agar dapat menyusui dengan mudah,
suami siap mendukung ibu untuk menyusui dengan baik. Misalnya dengan menyediakan menu
makanan yang memenuhi keperluan ibu menyusui, membuat pikiran ibu tenang, mau berbagi
dengan ibu dalam melaksanakan pekerjaan di rumah.
Seorang ibu dikodratkan untuk dapat memberikan air susunya kepada bayi yang telah
dilahirkannya, dimana kodrat ini merupakan suatu tugas yang mulia bagi ibu demi keselamatan
bayinya di kemudian hari. Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-
masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin dan
refleks let down ( Lawrence, 1994).
a. Refleks prolaktin
Hisapan bayi pada putting ibu menyebabkan aliran listrik yang bergerak ke hipotalamus
yang kemudian akan menuju kelenjar hipofisis bagian depan. Selanjutnya kelenjar ini
akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk memproduksi ASI. Makin sering
dan makin lama ASI diberikan, maka kadar prolaktin akan tetap tinggal dan akan
berakaibat ASI akan terus di produksi. Efek lain dari prolaktin adalah menekan fungsi
indung telur ( ovarium). Efek penekanan inipada ibu yang menyusui secara ekslusif akan
memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Dengan kata lain, menyusui
secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan.
b. Refleks let down ( milk ejection refleks)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan hisapan bayi selain disampaikan
ke kelenjar hipofisis bagian belakang dimana kelenjar ini akan mengeluarkan oksitosin
yang berfungsi memacu kontraksi otot polos yang berada di bawah alveoli dan dinding
saluran sekitar kelenjar payudara mengerut sehingga memeras ASI keluar. Semakin
sering ASI diberikan terjadi pengosongan alveoli, sehingga semakin kecil terjadi
pembendungan ASI di alveoli. Untuk itu dianjurkan kepada ibu menyusukan bayi tidak
dibatasi waktu dan “on demand”, akan membantu air susu.
Mekanisme Menyusui
Bayi yang sehat mempunyai 3 (tiga) refleks intrinsik, yang diperlukan untuk keberhasilannya
menyusui seperti :
a. Refleks mencari ( Rooting refleks)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan
rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi
berputar menuju puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.
b. Refleks menghisap (Sucking refleks)
Teknik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin dilakukan
pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu sudah dikatakan cukup bila rahang
bayi menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara dibelakang
putting susu, tidak dibenarkan bila bayi hanya menekan putting susunya. Dengan tekanan
bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan
sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke putting susu, selanjutnya bagian
belakang lidah menekan puting susu pada langitlangit yang mengakibatkan air susu
keluar dari putting susu. Cara ini akan membantu bayi mendapatkan jumlah air susu yang
maksimal dan tidak akan menimbulkan luka pada putting susu ibu.
c. Refleks menelan ( Swallowing refleks)
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap (
tekanan negative) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu
akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk lambung. Keadaan ini
tidak akan terjadi bila bayi diberi susu formula dengan botol. Dalam penggunaan susu
botol rahang bayi kurang berperan, sebab susu dapat mengalir dengan mudah dari lubang
dot.
Manfaat menyusui
Menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi akan tetapi juga memberikan keuntungan dan
manfaat bagi ibu terutama dengan menyusui bayi secara ekslusif.
1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Adanya faktor protektif dannutrient
yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitandan kematan anak
menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakanbahwa ASI melindungi bayi dan
anak dari penyakit infeksi, misalnya diare,otitis media, dan infeksi saluran pernafasan
akut bagian bawah.
2. Menghemat devisa Negara ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua
ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp.8,6 milyar yang
seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
3. Mengurangi susidi untuk rumah sakit Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat
gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan
dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak
sakit. Anak mendapat ASi lebih jarang masuk ke rumah sakit dibandingkan anak yang
mendapat susu formula.
4. Peningkatan kualitas generasi penerus Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang
secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
a) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas jari yang lain menopang dibawah(bentuk
C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telujukdan jari tengah(bentuk gunting),
di belakang aerola(kalang payudara)
b) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut( Rooting refleks)
c) Pastikan putting susu diatas”bibir atas” bayi dan berhadapan denganhidung bayi.
d) Kemudian masukan putting susu ibu menelusuri langit-langit mulut.
e) Setelah bayi muynusui/menghisap payudara dengan baik, payudaratidak perlu di
pegang atau disanggah lagi.
f) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipegunakan untuk mengelus-elusbayi.
BAB 3
HASIL DISKUSI
1. Gejala neuropsikologi:
Paraesthesia
Mati rasa
Memory loss
Ataxia
Depresi
Iritabilitas
Demensia
2. Gejala anemia
a. Glossitis
b. Stomatitis
c. Ikterus ringan
KESIMPULAN
Vitamin B12 disebut juga kobalamin adalah sebuah vitamin larut air yang
berperan penting dalam membantu sintesis sel darah marah dan menjaga
kesehatan kardiovaskuler (bekerjasama dengan asam folat menjaga kadar
homosistein) serta merupakan produksi material DNA dan RNA.
Vitamin B12 termasuk dalam kelompok vitamin yang larut di dalam air. Karena
kelarutannya dalam air , kelebihan vitamin ini akan diekskresikan ke dalam urin
dan dengan demikian jarang tertimbun dalam konsentrasi yang toksik