Panduan Asesmen Dokter
Panduan Asesmen Dokter
No Halaman
1 Asesmen
Asesmen Awal
Asesmen Kemajuan
Teknologi Informasi
Diabetes Melitus
Hipertensi
Dengue
Malaria
Asma Bronchial
PPOK
PENDAHULUAN
Sudah sejak lama dokter menempatkan asesmen di kepala mereka. Dokter yang berpengalaman
berpikir cepat, bahkan sangat otomatis. Beberapa dokter bahkan tidak bisa menjelaskan logika di
belakang pemikiran klinis mereka.
Asesmen Pasien menjadi salah satu Bab penilaian akreditasi internasional JCI. Asesmen penting
karena menjadi dasar dari pelayanan pasien. Asesmen juga menjadi alat utama dalam menjelaskan
diagnosis dan rencana pelayanan dokter kepadag pasien atau keluarganya.
Kenyataannya Asesmen menjadi bagian langka dari status pasien. Tidak jarang alasan penegakan
diagnosis tidak dapat diselusuri pada data anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dokter seolah hanya
mengandalkan pada intuisi, berbagai alasan diagnosis sudah dilekatkan ke logika otomatis pikiran
mereka atau bahkan di pikiran bawah sadar. Pada catatan perkembangan, bagian Asesmen dari
SOAP seringkali hanya merupakan pengulangan diagnosis yang sudah dibuat sebelumnya. Tidak
tergambakan pendapat dokter mengenai bagaimana kemajuan pasien. Padahal seharusnya asesmen
pasien menggambarkan pendapat dokter mengenai perkembangan kemajuan, perburukan atau
bahkan perubahan pendapat diagnosis karena adanya data baru lebih mendukung ke diagnosis
banding dibandingkan diagnosis kerja. Selain itu pegangan pendapat dokter juga harus selalu
diperbaiki berdasarkan rekomendasi panduan internasional terkini.
Rencana Pelayanan selalu mengikuti asesmen pasien. Rencana pelayanan harus dibuat berdasarkan
asesmen dokter atas apa yang terjadi pada pasien. Baik asesmen maupun rencana pelayanan harus
selalu diinformasikan kepada pasien dan atau keluarganya
Panduan ini berusaha merangkum panduan-panduan (guideline) terkini dari berbagai kajian
internasional terkini di lingkup ilmu penyakit dalam. Ini adalah edisi pertama, selain kekurangan
pada edisi ini perbaruan harus selalu dilakukan karena perubahan rekomendasi karena
perkembangan penemuan ilmu kedokteran. Karenanya masukan, kritik dan saran selalu diperlukan
demi perbaikan pemahaman dokter akan apa yang sebenarnya terjadi pada setiap pasien.
ASESMEN
Assessment dalam bahasa Indonesia adalah kajian, analisis, komentar atau pendapat profesional dan
selanjutnya dalam panduan ini disebut asesmen.
Asesmen pasien adalah proses berjalan dan dinamis yang dilakukan di rawt jalan maupun rawat
inap. Asesmen Pasien terdiri dari tiga proses utama:
- Mengumpulkan informasi dan data dari pasien baik fisik, psikologis, keadaan sosial, maupun
riwayat penyakit.
- Analisis terhadap data dan informasi, termasuk pemeriksaan laboratorium dan radiologi, dalam
rangka mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien.
- Mengembangkan rencana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Organisasi (rumah sakit) harus menetapkan proses asesmen untuk mengidentifikasi kebutuhan
pelayanan pasien (AOP.1 – AP.1). Kebutuhan pelayanan pasien baik medis maupun perawatan
dicatat di rekam medis (AOP.1.3 – AP.1.3) dalam satu lokasi yang sama (COP.2.2-PP.2.2). Isi minimal
asesmen ditetapkan oleh setiap disiplin klinis yang melakukan asesmen dan merinci elemen yang
dibutuhkan di riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik (AOP.1.1-AP1.1). Asesmen awal pasien harus
sudah dilengkapi dalam 24 jam pertama sejak pasien dirawat di rumah sakit (AOP.1.5-AP.1.5). Secara
berkala harus dilakukan asesmen ulang (reasesmen) untuk menilai respon terhadap pengobatan,
rencana pelayanan selanjutnya dan saat pulang dari rumah sakit (AOP.2 – AP.2). Asesmen dan
reasesmen dilakukan oleh tenaga yang terkualifikasi (AOP.3 –AP.3). Dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya berkerjasama dalam menganalisa pasien dan mengintegrasikan dalam satu lokasi
rekam medis yang sama (AOP.4 –AP.4, COP.2.2-PP.2.2). Asesmen dan rencana pelayanan diinformasi
kepada pasien dan keluarganya. Pasien dan keluarga dilibatkan dalam mengambil keputusan
rencana pelayanan (AP.5)
Asesmen awal adalah asesmen yang dibuat pada kunjungan pertama. Asesmen awal meliputi
Asesmen awal akan mengarahkan rencana pelayanan baik rencana pemeriksaan, rencana terapi
maupun rencana edukasi.
Asesmen kemajuan dibuat pada catatan kemajuan (progressnote) berdasarkan data subjektif dan
objektif terkini. Asesmen kemajuan mempengaruhi perubahan rencana pelayanan
Perbaikan kondisi pasien selalu menjadi harapan pelayanan pasien. Tetapi tujuan tersebut tidak
selalu terwujud. Namun perbaikan pemahaman atas kondisi pasien harus selalu menjadi tujuan.
TEKNOLOGI INFORMASI
Rujukan
1. Joint Commision Internatonal Accreditation Standards for Hospital. Standards List Version. 1
Januari 2011
2. Standar Akreditasi Baru 2011.
3. POMR Loyola University
http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/MEDICINE/subint/pomrfinal.htm#complete
problem list
DENGUE
Fase Demam (Febrile Phase) Fase Kritis (Critical Phase) Fase Pemulihan(Recovery Phase)
Demam 2-7 hari Umumnya pada demam 3-7 hari Bila pasien selamat dari 24-48 jam
Muka kemerahan (facial flushing) Temperatur turun hingga 37.5-38C fase kritis, reabsorpsi bertahap
Eritema kulit atau kurang. cairan ektravaskuler terjadi pada
Nyeri seluruh tubuh Peningkatan permeabilitas kapiler 48-72 jam berikutnya.
Mialgia, Arthralgia, Nyeri kepala sebabkan peningkatan hematokrit. Pasien merasa lebih enak
Anoreksia, mual, muntah Plasma leakage umumnya Nafsu makan membaik
Beberapa pasien mengalami: berlangsung 24-48 jam Gejala pencernaan hilang
Radang tenggorok Lekopeni makin progresif Hemodinamik membaik
Injeksi faring Diikuti penuruan trombosis yang Diuresis membaik.
Injeksi konjungtiva mendahului plasma leakage Bisa terjadi “pulau putih pada
Uji turniket positif Bila permeabilitas kapiler membaik lautan rash”
Petekie dan perdarahan mukosa akan terjadi perbaikan. Beberapa mengalami pruritus
Perdarahan vagina Bila permeabilitas kapiler Bisa terjadi bradikardia
Jarang perdarahan gastrointestinal meningkat akan terjadi keilangan Hematokrit menurun
Hepatomegali plasma yang cukup besar Lekosit meningkat
Lekopeni Derajat plasma leakage ditentukan: Peningkatan Trombosit lebih
Gambaran klinis diatas tidak - Adanya asites, efusi pleura lambat dibanding lekosit
berbeda antara kasus berat atau - Peningkatan hematokrit
tidak. Hal tersebut dibedakan Bisa terjadi syok Bila cairan berlebihan bisa
dengan Warning Sign, Suhu menurun ketika syok terjadi hipervolemia, respiratory
Hipoperfusi bisa menyebabkan distress, efusi pleura masif, asites
gangguan organ (hepatitis, bahkan edema paru dan gagal
ensefalitis,miokarditis, perdarahan) jantung kongestif
asidosis metabolik dan DIC
WARNING SIGN
NEGATIF POSITIF
Meningkat/Menurun Normal
Troponin T Tidak Perlu
Lokasi
STEMI
PCI Primer dapat dilakukan kurang dari 120 menit PCI Primer tak dapat dilakukan kurang dari 120 menit
Segera rujuk ke fasilitas yang mampu lakukan PCI Segera Fibrinolis sebelum 30 menit
CICU RSHS 0222551175 Kontraindikasi absolut
RS Harapan Kita 0215684085 - Riwayat perdarahan intra kranial atau stroke tak
Jantung RSCM 0213901669 diketahui penyebabnya.
RS Santosa - Iskemik stroke dalam 6 bulan terakhir
- Kerusakan saraf pusat atau neoplasma atau
malfomasi atrioventrikuler
- Cedera berat trauma/bedah dalam 3 bulan terakhir
- Perdarahan gastrointestinal dalam 1 bulan terakhir
- Gangguan perdarahan termasuk haid
- Diseksi aorta
- Pungsi non kompresibel (hati, lumbar) dalam 24
Fibrinolisis gagal > Rescue PCI
jam
Fibrinolisis berhasil > Angiografi Koroner 3-24 jam
Kontraindikasi Relatif
- Transient Ichemic Attack dalam 6 bula terakhir
- Terapi antikoagulan oral
- Kehamilan atau dalam 1 minggu pasca persalinan
- Hipertensi refrakter (sistolik>180 diastolik>110
- Penyakit hati lanjut
- Endokarditis infektif
- Ulkus peptik aktif
- Resusitasi traumatik berkepanjangan
Streptokinase 1.5 juta unit selama 30-60 menit IV
Aspirin 150–500 mg oral
Clopidrogel 300 mg lalu 75 mg/hari
Heparin
Fondaparinux
Enoxaparine
1. Keluhan utama nyeri dada atau nyeri ulu hati hebat, seperti dihimpit benda berat, tercekik, ditekan, ditinju,
diremas, ditikam, atau rasa terbakar. Nyeri biasanya berlokasi di belakang sternum, di bagian tengah atau
dada kiri dan dapat menyebar ke seluruh dada sehingga tidak dapat ditunjuk dengan satu jari. Nyeri dapat
menjalar ke tengkuk, rahang, bahu, punggung, lengan kiri atau kedua lengan. Lama nyeri lebih 20 menit,
tidak hilang setelah istirahat atau pemberian nitrat.
2. Keluhan dapat juga berupa rasa tidak enak atau nyeri ulu hati dan sering disertai gejala otonom seperti
mual, muntah, sesak, lemah, puscat, kulit dingin, berkeringat dingin dan penurunan kesadaran.
3. Segera lakukan EKG pada penderita dengan keluhan diatas. Tentukan Lokasi dengan Tabel 1
4. Pemeriksaan fisik tanda vital (kesadaran, nadi, denyut jantung, tekakanan darah, pernapasan dan suhu.
5. Lakukan resusitasi sesuai Tabel 2 bila TD < 100 mmHG
6. Nilai Skor TIMI sesuai Tabel 3
7. Lakukan tindakan sesuai Skor TIMI, Tabel 4
DIABETES MELITUS
ASESMEN AWAL
Asesmen Awal Diabetes Melitus terdiri dari
1. Penegakkan diagnosis
2. Lama menderita (Durasi)
3. Terkontrol atau tidak terkontrol
4. Komplikasi
Diagnosis
Diagnosis Gejala Khas GDs Gdp ≥ 126 mg/dl Gd 2 j pasca 75 g
glucosa (TTGO)
DM Ada 1 x ≥200mg/dl - -
DM Ada - 1 x ≥126mg/dl
DM Tidak ada 2 x ≥200mg/dl
DM Tidak ada 2 x ≥126 mg/dl
DM Tidak ada 1 x ≥200mg/dl 1 x ≥126mg/dl
DM Tidak ada ≥200 mg/dl
TGT (IGT) 140< TGT < 200
GDPT (IFG) 100 <GDPT<`126
Gejala Khas :Poliuri, polidipsi, poliphagia, penurunan berat badan
Gds = Gula darah sewaktu
Gdp = Gula darah puasa
TTGO = Test Tolerasi Glukosa Oral
DM = Diabetes Melitus
TGT = Toleransi Glukosa Terganggu (IGT = Impaired Glucose Tolerance)
GDPT = Gula Darah Puasa Terganggu (IFG = Impaired Fasting Gucose)
Terkontrol
Pasien diharapkan terkontrol apabila kontrol teratur kedokter atau melakukan pemeriksaan gula
darah mandiri dan hasil pemeriksaan gula darah, tekanan darah dan kolesterol selalu mencapai
target dalam waktu yang cukup lama. Gula darah yang terkontrol dapat dipastikan dengan
pemeriksaan HbA1c kurang dari 6%.
Komplikasi
Komplikasi Kronik
Komplikasi Akut
Makroangiopati Mikroangiopati
Ketoasidosis Diabetik Cerebrovascular Diseases Nefropati (mikroalbuminurua)
Non ketotik Hiperosmoler Vaskulopati Retinopati
Hipoglikemia Neuropati
ASESMEN KEMAJUAN
Target Kontrol
Risiko
Parameter Individualisasi1
KV (-) KV (+)
IMT 18.5 - <23 18.5 - <23 Pertimbangan target yang lebih tinggi pada:
TD Sistolik (mmHg) < 130 < 130 - Durasi diabetes
TD Diastolik (mmHg) < 80 < 80 - Usia/harapan hidup
GD puasa (mg/dl) < 100 < 100 - Kondisi komorbid
Kolesterol (mg/dl) < 100 < 70 - Komplikasi makro dan mikrovaskular
HbA1c <7 <7 - Hipoglikemia unawareness
Kolesterol LDL (mg/dl) < 100 < 70 - Pertimbangan pribadi.
Kolesterol HDL (mg/dl) P > 40 P > 40
W > 50 W < 50
Trigliserida (mg/dl) < 150 < 150
RUJUKAN
1. American Diabetes Association, Standard of Medical Care in Diabetes – 2013. Diabetes Care,
36: Supplement 1, Januari 2013. care.diabetesjournals.org
2. PERKENI, Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe2 di Indonesia
2011.
HIPERTENSI
ASESMEN AWAL
Berbeda dengan JNC 7, Guideline Hipertensi 2014 sebagai cikal bakal JNC 8 tidak mendefiniskan
hipertensi dan prehipertensi, tetapi mendefiniskan ambang batas terapi farmakologis.
ASESMEN KEMAJUAN
Bila target tekanan darah tidak tercapai dalam 1 bulan, pilihannya adalah meningkatkan dosis obat
atau menambahkan obat lain pada pilihan utama.
Bila target tetap tidak tercapai, naikkan dosis obat hingga target tercapai.
Bila target tetap tidak tercapai, gunakan obat ketiga pada obat pilihan pertama.
Bila target masih tetap tidak tercapai, atau obat pilihan pertama kontra indikasi, gunakan obat pilhan
kedua.
Rujukan
1. James Paul A et al. 2014 Evidence-Based Guideline for Management of High Blood Pressure
in Adults. Report From the Panel Members Appointed to the Eight Joint National Commitee
(JNC 8). JAMA 2014: 311(5) 507-520 http://jama.jamanetwork.com/ download on
03/04/2014
HIPERKOLESTEROL
ASESMEN AWAL & KEMAJUAN
ATP III
FAKTOR RISIKO
Dapat dimodifikasi Tidak dapat dimodifikasi
Hipertensi Umur
Merokok Kelamin Laki-laki
Keadaan Trombogenik Riwayat keluarga CHD Prematur
Diabetes
Obesitas
Inaktifitas Fisik
Diet Atherogenik
Klinis ASCVD
Sindrom Koroner Akut
Riwayat Miokard infark
Angina stable atau unstable
Revaskularisasi koroner atau arterial lainnya
Stroke
TIA
Peripheral Arterial Diseases
Rujukan
1. Third Report of the National Cholesterol Education rogram (NCEP) Expert Panel on Detection
and Treatment of High Blood Cholesterol in Adult (Adult Treatment Panel III). National
Institute of Health, Sepetember 2002.
2. Stone Neil J 2013 ACA/AHA Guideline on the Treatment of Blood Cholesterol to Reduce
Atherosclerotic Risk in Adults: A Report of the American College of Cardiology/American
Heart Association Task Force on Practice Guidelines. Circulation November 2013.
http://circ.ahajournals.org/content/early/2013/11/11/01.circ.0000437738.63853.7a.citation
3.
ASMA BRONKIAL
ASESMEN AWAL& KEMAJUAN
Diagnosis asma bronchial ditegakkan atas anamnesis serangan sesak berulang sejak berumur ...
tahun, hilang spontan atau dengan pemberian obat pelega.
Status kontrol Asma Bronkial menurut GINA 2013 dikaji dengan menggunakan
Rujukan
1. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiatif for Asthma (GINA)
Updated 2012.
2. Asthma Control Test. Asthma.com
PPOK
PPOK : Penyakit Paru Obstruksi Kronik (COPD: Chronic Obstructive Pulmonary Diseases)
1. Gejala
2. Derajat sumbatan jalan nafas (menggunakan spirometri)
3. Risiko eksaserbasi
4. Komorbiditas
Asesmen gejala dilakukan dengan menggunakan COPD Assessment Test (CAT) ata skala sesak dari
Modified Britisih Medical Research Council (mMRC) atau Clinical COPD Questionnaire (CCQ).
Asesmen derajat sumbatan jalan napasmenggunakan Spirometri. Dilakukan pada pasien dengan
FEV1/FVC < 0.70
GOLD 1 Ringan FEV1 ≥ 80% Predicted
GOLD 2 Sedang 50% ≤ FEV1 ≤ 80% Predicted
GOLD 3 Berat 30% ≤ FEV1 ≤ 50% Predicted
GOLD 4 Sangat Berat FEV1 < 30% Predicted
Asesmen Risiko. Ekseserbasi PPOK adalah kejadian akut bercirikan perburukan gejala respirasi di
bawah normal dari hari ke hari yang menyebabkan perubahan pengobatan. Ekaserbasi disebut
sering bila terjadi 2 atau lebih per tahun.
Rujukan
1. Global Initiative of Chronic Obstructive Pulmonary Diseases (GOLD). Global Strategy for The
Diagnosis, Management and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Diseases.
Updated 2013, www.goldcopd.org
2. Leader, Deborah. Modified Medical Research Council (MMRC) Dyspnea Scale Updated
January 13, 2013
PNEUMONIA
CURB - 65
Confusion Kesadaran :
BUN > 20 mg/dl Ureum :
Respiratory Rate ≥ 30 /m Pernapasan :
Low Blood Pressure ( ≤90/60) Tek. Darah :
Age ≥ 65 Umur L
RAWAT JALAN
Anamnesis Kemungkinan Organisme Pilihan Terapi
Umur < 2 th atau > 65 th Streptococcus pneumonia - Levofloxacine 750mg
Pengguna Alkohol Mycoplasma pneumonia - β lactam +
Penyakit Imunosupresif Hemopilus influenza - macrolide (Eritromisin)
Terapi Imunosupresif Chlamidia pneumonia - Amoxycillin 3dd1g
Menderita gagal jantung, Respiratory viruses - Amoxycillin Sulbactam
penyakit Paru, ginjal, hati, DM, Gram negative 2dd2g
keganasan. DRSP
Bergaul dengan anak kecil
RAWAT INAP
Anamnesis Kemungkinan organisme Pilihan Antibiotika (IV)
Non ICU Streptococcus pnemonia -Levofloxacine
Mycoplasma pneumonia - Cefotaxim/Ceftriaxon +
Hemopilus influenza Erytromisin/Doxyciclin
Chlamidia pneumonia
Legionella sp
Respiratory viruses
ICU curiga Pseudomonas Pseudomonas - Meropenem/Cefipime
Kerusakan struktur paru +Cyprofloxacine/
COPD berat yang sering Levofloxacine750
menggunakan antibiotik dan
atau steroid Bila perlu +
Penggunaan antibiotik sblmnya Gentamycin/Amikacin
ICU curiga CA MRSA CA MRSA Antibiotika diatas ditambah
Gagal Ginjal Terminal Vancomycin
IDU
Sblmnya Influenza
Sblmnya Fluoroquinolon IV
KRITERIA STABILITAS KLINIK
Hasil
Suhu 37.8 ºC Suhu :
Denyut Jantung 100/menit Denyut Jantung :
Pernapasanan 24/menit Pernapasan :
TD Sistolik > 90 mm Hg Tekanan Darah :
Saturasi Oksigen Arteri > 90 % Saturasi Oksigen :
Dapat intake oral Intake oral :
Status mental normal Kesadaran :
Rujukan
1. Lim WS, van der Eerden MM, Laing R, et. al. Defining community acquired pneumonia severity on presentation
to hospital: an international derivation and validation study. Thorax. 2003 May;58(5):377-82.
2. Lim WS, Macfarlane JT, Boswell TC, et. al. Study of community acquired pneumonia aetiology (SCAPA) in adults
admitted to hospital: implications for management guidelines. Thorax. 2001 Apr;56(4):296-301.
SEPSIS
Infeksi, terdokumentasi atau dicurigai dan beberapa dari tanda dan gejala berikut
SEPSIS SEPSIS BERAT + SYOK SEPTIK +
Variabel Umum Variabel perfusi jaringan Variabel Hemodinamik
- Demam >38.3ᵒC Hiperlaktatemia > 1 mmol/L Hipotensi arterial
- Hypothermia <36ͦC Penurunan refill kapiler - TD Sistolik < 90mmHG
- HR > 90/menit Variabel Disfungsi Organ - MAP <70 mmHg
- Takipnea Hipoksemia arterial - Penurunan TD Sistolik >40
- Gangguan mental (PaO2/FIO2<300) mmHG pada dewasa.
- Edema atau balans cairan Urine Output <0.5 ml/kg/jam lebih Variabel Perfusi Jaringan
positif 2 jam meski cukup cairan resusitasi Hiperlaktatemia > 4 mmol/L
- Hiperglikemia plasma >140 Acute Lung Injury
mg/dl tanpa diabetes, (PaO2/FIO2<250)
Variabel Inlamasi Kreatinin > 2mg/dl
- Lekositosis > 12000 µL Bilirubin > 2 mg/dl
- Lekopenia < 4000 µL Trombosit < 100.000 µL
- Lekosit normal dengan bentuk Koagulopati (INR >1.5)
imatur > 10% Ileus (bising usus menghilang)
- Plasma CRP > 2SD diatas
normal
- Plasma Procalcitonis >2SD
diatas normal
Penatalaksanaan
Terapi antimikroba Resusitasi Awal
Antimikroba IV empiris 7-10 hari - Beri kristaloid 30ml/kg
Pseudomonas Aeruginosa: - Bila tidak berhasil berikan
- Beta laktam spektrum luas vasopresor norepinefrin
- + fluorokuinolon atau Dalam 6 jam pertama harus dicapai
aminoglikosida\ - CVP 8-12 mmHg
Streptococcus pneumoniae - MAP ≥ 65 mmHg
- Beta laktam spektrum luas - Urine Output ≥ o.5 ml/kg/jam
- + Makrolid - Lactat normal
Pengambilan kultur sebelum Terapi antimikroba
pemberian antimikroba IV, bila Terapi antiviral
tidak memperlambat pemberian
antibiotik > 45 menit.
Sedikitnya 2 set (botol aerob dan
anaerob) dari perkutaneus dan
akses vaskular.
Terapi antiviral
Harus diberi bila penyebab viral
No Rekomendasi Grade Evidence
1 Resusitasi kuantitatif dini dalam 6 jam pertama 1C
2 Kultur darah sebelum pemberian antibiotika 1C
3 Pemeriksaan radiologi segera untuk konfirmasi potensial sumber infeksi UG
4 Pemberian antimikroba spektrum luas dalam 1 jam diagnosis sepsis 1B
5 Pemberian antimikroba spektrum luas dalam 1 jam diagnosis sepsis berat tanpa 1C
syok
6 Reasesmen terapi antibuotika tiap hari untuk deeskalasi bila appropiate 1B
7 Kendali sumber infeksi dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko dari 1C
metode terpilih dalam 12 jam diagnosis
8 Resusitasi awal dengan cairan kristaloid 1B
9 Pertimbangkan pemberian albumin pada pasien yang terus menerus memerlukan 2C
cairan kristaloid untukmempertahakan MAP
10 Menghindari formula hetastarch 1C
11 Initial fluid challange padapasien dengan hipoperfusi jaringan yang disebabkan 1C
oleh sepsis dan curiga hipovolemia untuk mencapai minimum 30 mL/Kg
kristaloid (pada beberpa pasien diperlukan cairan yang lebih banyak dan lebih
cepat)
12 Tekhnik fluid challange diteruskan sepanjangperbaikan hemodinamik, berdasarak UG
variabel dinamis atau statis
13 Norepinefrin adalah vasopresor pilihan utama untuk mempertahankan MAP ≥ 65 1B
mmHg
14 Epinefrin sebagai obat tambahan diperlukan untuk mempertahankan tekanan 2B
darah
15 Vasopresin (0.03 U/min) dapat ditambahkan pada norepinefrin untuk menaikkan UG
MAP mencapai target tetapi tidak boleh menjadi pilihan utama
16 Dopamin tidak disarankan kecuali pada keadaan yang sangat khusus 2C
17 Infus dobutamin diberikan atau ditambahkan ke vasopresor bila terdapat disfungsi 1C
miokardial mempertimbankan a) peningkatan cardiac filing ressure dan low
cardiac output atau b) tanda hipoperfusi tetap ada meskipun volume intravaskular
tercapai dan MAP cukup
18 Hindari penggunaan hidrokortison intravena pada septik syok pasien dewasa bila 2C
resusitasi cairan cukup dan terapi vasopresor dapat memulihkan stabilitas
hemodinamik
19 Target hemoglobin 7-9 g/dl tanpa hipoperfusi jaringan, iskemiarteri koroner atau 1B
perdarahan akut
20
Rujukan
Pada tahun 1982, American Rheumatism Association (ARA) menetapkan kriteria untuk
klasifikasi SLE yang diperbarui pada tahun 1997. Kriteria SLE ini mempunyai selektivitas
96%. Diagnosa SLE dapat ditegakkan jika pada suatu periode pengamatan ditemukan 4 atau
lebih kriteria dari 11 kriteria yaitu :
1 Ruam malar eritema persisten, datar atau meninggi, pada daerah hidung dan pipi.
2 Ruam diskoid bercak eritematosa yang meninggi dengan sisik keratinyang melekat
dan sumbatan folikel, dapat terjadi jaringan parut.
3 Fotosensitivitas terjadi lesi kulit akibat abnormalitas terhadap cahaya matahari.
4 Ulserasi mulut ulserasi di mulut atau nasofaring, umumnya tidak nyeri.
5 Artritis artritis nonerosif yang mengenai 2 sendi perifer ditandai oleh nyeri,
bengkak, atau efusi.
6 Serositis a. Pleuritis: adanya riwayat nyeri pleural atau terdengarnya
bunyi gesekan pleura atau adanya efusi pleura.
b. Perikarditis: diperoleh dari gambaran EKG atau terdengarnya
bunyi gesekan perikard atau efusi perikard.
7 Kelainan ginjal a. Proteinuria yang lebih besar 0,5 g/dL atau lebih dari 3+
b. Ditemukan eritrosit, hemoglobin granular, tubular, atau
campuran.
CLINICAL CRITERIA
Criteria Description
1 Acute Cutaneous Acute cutaneous lupus: lupus malar rash (do not count if malar
Lupus OR Subacute discoid), bullous lupus, toxic epidermal necrolysis variant of SLE,
Cutaneous Lupus maculopapular lupus rash, photosensitive lupus rash (in the absence
of dermatomyositis)
Subacute cutaneous lupus: nonindurated psoriaform and/or
annular polycyclic lesions that resolve without scarring, although
occasionally with postinflammatory dyspigmentation or
telangiectasias)
2 Chronic Cutaneous Classic discoid rash localized (above the neck) or generalized
Lupus (above and below the neck), hypertrophic (verrucous) lupus, lupus
panniculitis (profundus), mucosal lupus, lupus erythematosus
tumidus, chillblains lupus, discoid lupus/lichen planus overlap
3 Oral Ulcers OR Oral: palate, buccal, tongue, Nasal ulcers
Nasal Ulcers In the absence of other causes, such as vasculitis, Behcet’s disease,
infection (herpesvirus), inflammatory bowel disease, reactive
arthritis, and acidic foods
4 Nonscarring Diffuse thinning or hair fragility with visible broken hairs, in the
alopecia absence of other causes such as alopecia areata, drugs, iron
deficiency, and androgenic alopecia
5 Synovitis involving 2 Characterized by swelling or effusion
or more joints OR tenderness in 2 or more joints and at least 30 minutes of
morning stiffness
6 Serositis Typical pleurisy for more than 1 day OR pleural effusions OR
pleural rub
Typical pericardial pain (pain with recumbency improved by sitting
forward) for more than 1 day OR pericardial effusion OR
pericardial rub OR pericarditis by electrocardiography
In the absence of other causes, such as infection, uremia, and
Dressler’s pericarditis
7 Renal Urine protein–to-creatinine ratio (or 24-hour urine protein)
representing 500 mg protein/24 hours OR red blood cell casts
8 Neurologic Seizures, psychosis, mononeuritis multiplex(in the absence of other
known causes such as primary vasculitis), myelitis, peripheral or
cranial neuropathy (in the absence of other known causes such as
primary vasculitis, infection, and diabetes mellitus), acute
confusional state (in the absence of other causes, including
toxic/metabolic, uremia, drugs)
10 Hemolytic anemia
11 Leukopenia Leucopenia at least once: In the absence of other known causes
(<4000/mm3) OR such as Felty’s syndrome, drugs, and portal hypertension.
Lymphopenia Lymphopenia at least once: in the absence of other known causes
(<1000/mm3) such as corticosteroids, drugs, and infection
12 Thrombocytopenia At least once in the absence of other known causes such as drugs,
(<100,000/mm3) portal hypertension, and thrombotic thrombocytopenic purpura
IMMUNOLOGIC CRITERIA
1 ANA level above laboratory reference range
2 Anti-dsDNA antibody level above laboratory reference range (or 2-fold the
reference range if tested by ELISA)
3 Anti-Sm presence of antibody to Sm nuclear antigen
4 Antiphospholipid positivity, as determined by
antibody Positive test for lupus anticoagulant
False-positive test result for rapid plasma reagin
Medium- or high-titer anticardiolipin antibody level (IgA,
IgG, or IgM)
Positive test result for anti–2-glycoprotein I (IgA, IgG, or
IgM)
5 Low complement (C3, C4, or CH50)
6 Direct Coombs’ (in the absence of hemolytic anemia)
test
SLEDAI (SLE Disease Activity Index) Modifikasi Selena
Deskriptor dideteksi dalam 10 hari terakhir.
Rujukan