Anda di halaman 1dari 5

Dampak Imunisasi TT

Penyakit tetanus merupakan masalah yang serius dan dapat berakibat pada kematian.
Penyakit ini dapat mengenai semua umur, tetapi lebih sering pada bayi baru lahir, atau disebut
dengan tetanus neonatorum. Saat ini tetanus neonatorum merupakan salah satu penyebab utama
kematian bayi di Indonesia yang timbul sebagai akibat masih rendahnya cakupan pelayanan
antenatal dan imunisasi TT. Hal ini dapat disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah
pengetahuan dan sikap yang termasuk sebagai faktor predisposisi yang menunjang ibu hamil
untuk berperilaku (Khaidirmuhaj, 2010). Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang pemberian
imunisasi TT saat kunjungan antenatal care dapat berdampak pada kelengkapan imunisasi TT
yang didapat saat kehamilan. Rendahnya hasil cakupan imunisasi TT lengkap pada ibu hamil
berarti akan mengurangi daya guna imunisasi ini dalam menimbulkan kekebalan dan melindungi
bayi dan ibu hamil dari penyakit tetanus. Keadaan ini dengan sendirinya akan mengurangi
keberhasilan program imunisasi secara keseluruhan (Junaedi, 2010).
Menurut dinkes RI (2001) program making pregnancy safer (MPS) di Indonesia ditetapkan
target untuk tahun 2010 adalah meningkatkan cakupan pelayanan antenatal (k1) menjadi 95%
termasuk cakupan TT1, sedangkan cakupan kunjungan ke empat (k4) menjadi 90% termasuk
cakupan TT2. Sedangkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan banyuwangi tahun 2009
cakupan TT hanya mencapai 11,3%. Data cakupan imunisasi TT yang diperoleh dari puskesmas
gitik tahun 2009 adalah cakupan pelayanan antenatal (k1) sebesar 880 dengan cakupan TT1
sebesar 27 (3,1%), sedangkan cakupan pelayanan antenatal (k4) sebesar 739 dengan cakupan
TT2 sebesar 64 (8,6%). Dari study pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan april tahun
2010 di Puskesmas Gitik dengan wawancara kepada 10 orang ibu hamil diperoleh hasil yaitu 4
ibu hamil yang mendapatkan imunisasi lengkap serta memiliki pengetahuan tentang imunisasi
TT yang baik dan ada 6 ibu hamil yang imunisasi TT tidak lengkap yang tidak mengetahui
tentang imunisasi TT. Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia kurang dari 1 bulan) yang dsebabkan oleh clostridiium tetani, yaitu
kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat. Spora kuman
tersebut masuk ke dalam tubuh bayi melalui pintu masuk satu-satunya, yaitu tali pusat, yang
dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat ketika bayi lahir maupun pada saat perawatan
sebelum puput (terlepasnya tali pusat). Masa inkubaasi 3-28 hari, rata-rata 6 hari.
Apabila masa inkubasi kurang dari 7 hari, biasanya penyakit lebih parah dan angka
kematiannya tinggi.(Prawiroharjo, 2002). Guna mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
kematian bayi, Departemen kesehatan telah melaksanakan berbagai program yang berhubungan
dengan kesehatan ibu dan anak dan salah satunya pencegahan tetanus neonatorum (Depkes,
2007). Meskipun tetanus neonatorum terbukti sebagai salah satu penyebab kesakitan dan
kematian neonatal, sesungguhnya dapat dicegah, pencegahan yang dilakukan diantaranya adalah
pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT). Salah satu faktor yang mempengaruhi kelengkapan
imunisasi TT pada ibu hamil adalah pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya imunisasi TT.
Pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya imunisasi TT merupakan dominan yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan ini dapat diperoleh
dari membaca buku, mendapat informasi dari tenaga kesehatan atau sarana lain (media massa,
televisi, dan radio). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul hubungan pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT dengan
kelengkapannya.
karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia di,
Puskesmas Gitik Desa Gitik Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi Usia (tahun) Responden
Persentase 20-25 >25-30 >30-35 13 12 6 45 39 16 Total 31 100 Sumber data : kuesioner
penelitian 2010 Dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 31 responden didapatkkan hasil bahwa
responden yang berusia 20-25 tahun berjumlah 13 responden (45%). 2. Karakteristik Responden
Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Gitik
Desa Gitik Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi. Pekerjaan Responden Persentase IRT PNS
Swasta Wiraswasta 9 3 13 6 29 10 42 19 Total 31 100 Sumber data : kuesioner penelitian 2010
Dari Tabel 4.2 diatas diketahui bahwa dari 31 responden didapatkan bahwa responden yang
bekerja sebagai swasta sebanyak 13 responden (42%). 3. Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan di Puskesmas Gitik Desa
Gitik Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi. Pendidikan Responden Persentase SD SLTP SLTA
Akademi/PN 3 14 9 5 9,6 45,3 29 16,1 Total 31 100 Sumber data : kuesioner penelitian 2010
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa responden yang tamatan SLTP sebanyak 14
responden (45,3%). 4.2.2 Data Khusus 1. Karakteristik Pengetahuan Responden Tentang
Imunisasi TT. Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden tentang pengetahuan ibu hamil tentang
imunisasi TT di Puskesmas Gitik Desa Gitik Kec Rogojampi Kab Banyuwangi. No Pengetahuan
Jumlah % 1. 2. 3. Baik Cukup Kurang 7 10 14 23 32 45 Total 31 100 Sumber data : kuesioner
penelitian 2010 Berdasarkan Tabel 4.4 di atas didapat data bahwa dari 31 responden yang
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 14 responden (45%). 2. Karakteristik Responden
Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi TT Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden tentang
kelengkapan imunisasi TT di Puskesmas Gitik Desa Gitik Kec Rogojampi Kab Banyuwangi. No
Kelengkapan jumlah % 1. 2. Lengkap Tidak Lengkap 14 17 45 55 Total 31 100 Sumber data :
kuesioner penelitian 2010 Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dijelaskan dari 31 responden yang
memiliki status imunisasi TT tidak lengkap sebanyak 17 responden (55%). 3. Hubungan
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Imunisasi TT dengan Kelengkapannya. Tabel 4.6 Distribusi
responden berdasarkan hubungan pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT dengan
kelengkannya di Puskesmas Gitik Desa Gitik Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi. P e n g e t a h
u a n Kelengkapan Baik Cukup Kurang Lengkap Tidak Lengkap Total ∑ % ∑ % ∑ % 7 23 0 0 7
23 7 23 3 9,6 10 32 0 0 14 45 14 45 14 45 17 55 31 100 Sumber data : Kuesioner Penelitian 2010
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa dari 31 responden yang mempunyai pengetahuan tentang
imunisasi TT baik dan semuanya memiiki status imunisasi TT lengkap sebanyak 7 responden
(23%). Responden yang memiliki pengetahuan cukup tentang imunisasi TT dan memiliki status
imunisasi TT lengkap sebanyak 7 responden (23%). Sedangkan responden yang memiliki
pengetahuan cukup tetapi memiliki status imunisasi TT tidak lengkap sebanyak 3 responden
(9,6%). Responden yang memiliki pengetahuan kurang, tidak ada yang memiliki status imunisasi
TT lengkap. Semua responden yang memiliki pengetahuan tentang imunisasi TT yang kurang
memiliki status imunisasi TT tidak lengkap sebanyak 14 responden (45%). Dari hasil
perhitungan data dengan menggunakan uji statistik spearman rank didapatkan ρ : 0,8, , dimana
untuk sampel diatas 30 tidak terdapat dalam tabel. Sehingga menggunakan rumus
alternative.(Sugiono, 2007) Dengan taraf signifikan α : 0,05 sehingga diperoleh t hitung 6,8.
Untuk mengetahui harga t signifikan atau tidak maka dibandingkan dengan tabel t. dengan dk:29
diperoleh harga t tabel :2,045. Karena t hitung 6,8 > dari t tabel 2,045. Jadi H1 diterima yang
berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT dengan
kelengkapannya. 4.3 Pembahasan 4.3.1 Pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner dari 31 responden yang menjadi
sampel penelitian, maka dapat diketahui sebagian sampel responden memiliki pengetahuan baik
tentang imunisasi TT (23%). Sedangkan yang termasuk dalam kategori cukup (32%). Dan yang
termasuk dalam kategori kurang (45%). Dalam penelitian ini banyak ibu hamil yang memiliki
pengetahuan kurang tentang imunisasi TT pada saat kehamilan. Dari data yang didapat ternyata
kebanyakan responden tidak mengetahui tentang kepanjangan imunisasi TT, masa perlindungan
imunisasi TT dan berapa lama efek samping imunisasi TT berlangsung. Menurut Notoatmodjo
(2003), pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut Nursalam
adalah umur, pekerjaan, pendidikan dan paritas. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan
tingkat kekuatan seseorang akan lebih matang dalam beerfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang leih dewasa akan lebih dipercaya dari seseorang yang
belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan
jiwa. Begitu juga dari faktor pendidikan, makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah
menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya
pendidikan yang kurang menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang
baru dikenalnya. Dari faktor pekerjaan dijelaskan bahwa pekerjaan umumnya merupakan hal
penting dan cenderung menyita waktu serta memerlukan aktivitas sehingga ia akan merasa
terganggu dengan penyakitnya. Dan dari faktor paritas yang merupakan bagian dari lingkungan
dimana lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang
dapat dipengaruhi oleh perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan adalah
input kedalam diri seseorang sebagai system adaptif yang melibatkan faktor internal maupun
eksternal. Dan dijelaskan dari faktor merupakan sebagai akibat dari pengalaman yang termasuk
didalamnya paritas dan kematangan jiwa. Pengetahuan ibu yang kurang tentang masa
perlindungan imunisasi TT dan berapa lama efek samping imunisasi TT berlangsung bisa
sisebabkan karena sebagian besar responden hanya berpendidikan SMP, sehingga kemampuan
dalam menerima informasi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari juga kurang. Selain
itu, ibu yang sebagian besar bakerja juga menyebabkan informasi yang diterima tentang
imunisasi TT juga kurang. Hal ini dapat disebabkan karena kesibukan yang menyita waktu
sehingga ibu tidak bisa meluangkan waktunya untuk mencari informasi tentang pentingnya
imunisasi TT. Oleh karena pengetahuan yang didapat belum maksimal, hal ini menyebabkan
sebagian ibu tidak bisa sepenuhnya mau atau peduli benar dengan pentingnya mendapatkan
pengetahuan tentang imunisasi TT demi keselamatannya dan janin yang sedang dikandungnya.
Sedangkan ibu yang tidak bekerja, misalnya ibu rumah tangga yang dapat meluangkan waktu
untuk mendapatkan informasi tentang imunisasi TT. Ibu rumah tangga bisa memperoleh
informasi dan pengalaman dari keluarga, teman, media, dan tenaga kesehatan mengenai
kehamilannya, khususnya tentang imunisasi TT. Dimana lingkungan sekitar bisa angat
membantu dalam memperoleh wawasan yang luas. Peningkatan pengetahuan ibu tentang
pemberian imunisasi TT dibutuhkan kreativitas dari ibu dalam mencari informasi serta dukungan
dari keluarga dalam memotifasi ibu untuk mencari informasi sangatlah penting dapat dilakukan
dengan penyuluhan secara perorangan atau kelompok dengan melibatkan tokoh agama, tokoh
masyarakat, karang taruna, PKK, lintas sektor. Kegiatan penyuluhan dilakukan bersamaan
dengan kegiatan rutin di desa seperti Posyandu, pertemuan rutin PKK, tahlilan, pengajian dan
penyebaran leaflet 4.3.2 Kelengkapan Imunisasi TT Berdasarkan hasil penelitian dengan
menggunakan kuesioner dari 31 responden yang menjadi sampel penelitian, maka dapat
diketahui bahwa yang mendapat imunisasi TT lengkap (45%), dan tidak lengkap (55%). Dari
hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden masih belum mendapatkan imunisasi TT
yang tidak lengkap dengan kata lain status imunisasi TT pada responden tidak lengkap. Keadaan
tersebut sangat berhubungan dengan pengetahuan ibu. Menurut teori setelah seseorang
mengetahui stimulus,obyek, maka proses selanjutnya akan bersikap terhadap stimulus tersebut.
(Notoatmodjo, 2003). Status imunisasi responden yang tidak lengkap bisa disebabkan karena
sebagian besar responden hamil anak pertama dengan usia kehamilan kurang dari 7 bulan dan
bekerja. Kurangnya pengalaman dan pengetahuan responden dapat menyebabkan responden
memiliki status imunisasi TT tidak lengkap. Dimana pengalaman yang termasuk didalamnya
paritas dan kematangan jiwa. Selai itu, dikarenakan kesibukan yang menyita waktu. sehingga
kurang memperhatikan masalah kesehatannya, Dari segi umur dan pekerjaan responden yang
mendapat imunisasi TT lengkap adalah antara umur 20-25 tahun dan ibu bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Semakin cukup umur maka bertambah juga pengetahuan seseorang yang dapat
merubah perilaku untuk lebih baik. Selain itu pekerjaan ibu rumah tangga yang memiliki banyak
waktu luang untuk menggali informasi tentang masalah imunisasi TT. Tetapi masih ada
responden yang memiliki status imunisasi TT masih belum lengkap karena dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti faktor lingkungan, keluarga, sosial, budaya, dll. Kelengkapan imunisasi TT
pada ibu hamil dibutuhkan kesadaran dari ibu hamil itu sendiri. Selain itu, kedisiplinan ibu dalam
memeriksakan kehamilannya dan dibantu oleh dukungan keluarga dalam memberikan semangat
secara fisik dan mental kepada ibu serta arahan dari tenaga kesehatan dapat membantu ibu
melewati masa-masa bahagia dalam kehamilannya dan mendapatkan informasi penting bagi
kesehatannya dan janin terutama tentang imunisasi TT sehingga ibu dapat memperoleh imunisasi
TT yang lengkap. 4.3.3 Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT dengan
kelengkapannya. Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui pengetahuan responden tentang
imunisasi TT yang berhubungan dengan kelengkapannya. Didapatkan selisih antara responden
yang memiliki pengetahuan yang baik dengan yang kurang adalah 1:2. Dari hasil perhitungan
data dengan menggunakan uji statistik spearman rank didapatkan ρ :0.8 dimana untuk sampel
diatas 30 tidak terdapat dalam tabel, sehingga menggunakan rumus alternative.(Sugiono, 2007)
Dengan taraf signifikan α : 0.05 sehingga diperoleh t hitung 6,8 > t tabel 2,045. Jadi H1 diterima,
yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT
dengan kelengkapannya. Dari fakta yang ada dan dari penelitain sebelumnya menyebutkan
bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kelengkapan status
imunisasi TT. (www.diqilib.ac.id). Dari hasil yang didapat yaitu mayoritas responden memiliki
pengetahuan kurang mengenai imunisasi TT dan semuanya memiliki status imunisasi TT tidak
lengkap. Dan sebaliknya semua ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang imunisasi TT baik
memiliki status imunisasi TT lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu hamil
tentang imunisasi TT mempengaruhi atau berhubungan dengan kelengkapan imunisasi TT yang
didapat. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik akan memperoleh status imunisasi TT yang
lengkap dan sebaliknya, ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang imunisasi TT yang
kurang akan medapatka status imunisasi TT tadak lengkap. Sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa perilaku yang baik didasari oleh pengetahuan yang baik pula. (Notoatmodjo,
2003). Mengingat hal tersebut diatas maka disarankan kepada kepala puskesmas gitik khususnya
dan kepala dinas kabupaten banyuwangi pada umumnya untuk dapat meningkatkan penyuluhan
perorangan (anjuran), meningkatkan kemampuan dan profesinalisme petugas, menekan
terjadinya missed opportunity ANC dan imunisasi TT, Membentuk pos vaksinasi khusus
didaerah yang jauh dari posyandu/puskesmas.selain itu, ibu-ibu yang sedang hamil BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT
dengan katagori kurang sebanyak 14 responden (45%). 2. Ibu hamil yang mendapat imunisasi
TT tidak lengkap sebanyak 17 responden (55%). 3. Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil
tentang imunisasi TT dengan kelengkapannya di Puskesmas Gitik Desa Gitik Kec. Rogojjampi
Kab. Banyuwangi.

Anda mungkin juga menyukai