Anda di halaman 1dari 1

BAB III

KESIMPULAN

Pada keadaan normal, tubuh manusia dapat bekerja dengan optimal pada suhu inti
tubuh 36.5-37.5°C. Suhu tubuh manusia diatur oleh meksnisme termoregulasi yang dikontrol
oleh hipotalamus. Suhu tubuh dapat dipertahankan melalui keseimbangan produksi panas
dengan pengeluaran panas tubuh. Mekanisme pengeluaran panas tubuh dapat terjadi melalui
konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi.

Kondisi di mana suhu inti tubuh mengalami penurunan mencapai di bawah 35°C
dinamakan hipotermia. Hipotermia dapat dibagi hipotermia yang tidak sengaja akibat paparan
suhu rendah dan hipotermia yang disengaja untuk tujuan terapi pada pasien post cardiac
arrest, hipotermia primer yang terjadi secara langsung akibat paparan suhu rendah dan
hipotermia sekunder akibat penyakit atau kondisi medis seperti sepsis, dan sesuai dengan
derajat hipotermia.

Pengaruh paling signifikan dari hipotermia adalah terhadap sistem kardiovaskuler dan
sistem saraf pusat. Hipotermia menyebabkan penurunan depolarisasi sel pacemaker jantung,
menyebabkan bradikardi. Bradikardi pada kasus ini dapat bersifat refraktorial terhadap terapi
standar bradikardi seperti atropin. Mean arterial pressure (MAP) dan cardiac output
mengalami penurunan, dan pada EKG dapat menunjukkan gambaran gelombang J.

Anastesi spinal dan epidural memiliki efek menurunkan ambang untuk mekanisme
respon menggigil dan vasokonstriksi terhadap hipotermia. Menggigil yang hebat dapat
meningkatkan konsumsi oksigen, produksi karbon dioksida, dan cardiac output. Upaya
penanganan hipotermia dapat berupa penghangatan pasif, penghangatan eksternal aktif,
minimally invasive core rewaming, invasive active core rewarming (ECMO dan non-ECMO).
Upaya mempertahankan normotermia pasien post operasi yang merupakan pilihan adalah
dengan dengan penggunaan forced-air warming device.

Anda mungkin juga menyukai