“Kolitis Ulseratif”
Disusun oleh:
Gilbert Christianto
406148141
Pembimbing:
dr. C. Prabani, Sp. B-KBD
di kripta lieberkuhn dan bergabung menjadi tukak. Daerah antara ulkus tampak
udem dan terjadi poliferasi radang yang mirip dengan polip (pseudopolip). Kolitis
Crohn dan bila sulit membedakan kedua hal tersebut, maka dimasukkan dalam
kategori indeterminate colitis.1 Tidak seperti Crohn disease, yang dapat mengenai
yang dapat meluas ke kolon decendens dan satu dari tiga penderita mengenai
seluruh kolon. Kolitis ulseratif merupakan penyakit seumur hidup yang memiliki
dampak emosional dan sosial yang amat sangat pada pasien yang terkena dan
ditandai dengan adanya eksaserbasi secara intermitten dan remisinya gejala klinik.
2
mengemukakan bahwa anak dengan berat badan lahir di bawah rata-rata yang
lahir dari ibu dengan Kolitis ulseratif memiliki risiko lebih besar untuk terjadinya
bakterial dapat berefek pada mukosa usus yang telah rusak sehingga
meningkatkan permeabilitasnya.2
2
Di Amerika Serikat, sekitar 1 miliar orang terkena Kolitis ulseratif.
prevalensinya antara 35-100 kasus per 100.000 orang.2 Sementara itu, puncak
kejadian penyakit tersebut adalah antara usia muda (15 dan 35 tahun) dan usia
lanjut (60-80 tahun), penyakit ini telah dilaporkan terjadi pada setiap decade
1
kehidupan. Kolitis ulseratif terjadi 3 kali lebih sering daripada Crohn disease.
Kolitis ulseratif terjadi lebih sering pada orang kulit putih daripada orang African
American atau Hispanic. Kolitis ulseratif juga lebih sering terjadi pada wanita
daripada laki-laki.2
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
kripta lieberkuhn dan bergabung menjadi tukak. Daerah antara ulkus tampak
udem dan terjadi poliferasi radang yang mirip dengan polip (pseudopolip).1
Kolitis ulseratif adalah salah satu bentuk Inflammatory Bowel disease yang
terus – menerus.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Kolitis ulseratif dapat mengenai 150 orang dari 100.000 populasi pada negara
bagian barat.5 Kolitis ulseratif memiliki prevalensi tiga kali lebih sering
dibandingkan dengan penyakit Crohn. Kolitis ulseratif lebih sering terjadi pada
lebih sering pada populasi dengan ras kulit putih. Berdasarkan statistik
Onset usia mengikuti pola bimodal, puncaknya berada di usia 15-30 tahun dan
onsetnya menurun pada usia 50-60 tahun, meskipun penyakit ini dapat mengenai
segala jenis usia. Kolitis ulseratif jarang mengenai populasi yang berusia lebih
muda dari 10 tahun. Dua dari 100.000 anak terkena penyakit ini, namun 20-25%
dari semua kasus Kolitis ulseratif terjadi pada usia 20 tahun ke bawah.2
4
2.3 KLASIFIKASI
Pergerakan usus <4 per hari 4-6 per hari >6 per hari
Rata-rata Rata-rata
Takikardia Tidak ada
<90×/menit >90×/menit
Eritema, granula
ada ulserasi
2.4 ANATOMI
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks dan rektum. Sekum
membentuk kantung buntu di bawah taut antara usus halus dan usus besar di
katup ileosekum. Tonjolan kecil mirip jari di dasar sekum adalah apendiks,
5
jaringan limfoid yang mengandung limfosit. Kolon membentuk sebagian besar
usus besar, tidak bergelung-gelung seperti usus halus, tetapi terdiri dari tiga
bagian yang relatif lurus – kolon asendens, kolon transversus, dan kolon
sigmoid (sigmoid berarti ‘berbentuk S’), dan kemudian berbentuk lurus yang
Lapisan otot polos longitudinal di sebelah luar tidak menutupi usus besar
secara penuh. Lapisan ini hanya terdiri dari tiga pita otot yang longitudinal, jelas,
dan terpisah yaitu taenia koli, yang berjalan di sepanjang usus besar. Taenia koli
ini lebih pendek daripada otot polos sirkuler dan lapisan mukosa di bawahnya
6
apabila yang terakhir ini dijadikan mendatar. Oleh karena itu, lapisan-lapisan di
bawahnya berkumpul di dalam kantung atau sakus yang disebut dengan haustra,
mirip seperti bahan rok yang berkumpul di pinggang yang lebih sempit. Namun,
haustra bukan hanya sebagai tempat berkumpul permanen yang pasif, lokasi
haustra secara aktif berubah-ubah akibat kontraksi lapisan otot polos sirkuler.6
Mukosa usus besar seperti pada usus halus, mempunyai banyak kripta
Lieberkuhn; tetapi, berbeda dengan usus halus, mukosa usus besar tidak memiliki
vili. Sel-sel epitelnya hampir tidak mengandung enzim. Sebaliknya sel ini
terutama mengandung sel-sel mukus yang hanya mengekresi mukus. Sekresi yang
dominan pada usus besar adalah mukus. Mukus ini mengandung ion bikarbonat
dalam jumlah sedang yang disekresi oleh beberapa sel epitel yang tidak
taktil, langsung dari sel-sel epitel yang melapisi usus besar dan oleh refleks saraf
Fungsi utama kolon adalah absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk
membentuk feses yang padat dan penimbunan bahan feses sampai dapat
dikeluarkan. Sebagian besar absorbsi dalam usus besar terjadi pada pertengahan
kolon bagian distal pada prinsipnya berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses
sampai waktu yang tepat untuk ekskresi feses dan oleh karena itu disebut kolon
penyimpanan.7
Mukosa usus besar seperti juga mukosa usus halus, mempunyai kemampuan
absorpsi aktif natrium yang tinggi dan gradient potensial listrik yang diciptakan
oleh absorpsi natrium juga menyebabkan absorpsi klorida. Taut erat diantara sel-
7
sel epitel dari epitel usus besar jauh lebih erat daripada taut erat di usus halus.
mukosa usus besar yang kemudian akan menyebabkan absorpsi air. Usus besar
dapat mengabsorpsi maksimal 5 sampai 8 liter cairan dan elektrolit setiap hari.
Bila jumlah total cairan yang masuk usus besar melalui katup ileosekal atau
melalui sekresi usus besar melebihi jumlah ini, kelebihan cairan akan muncul
2.5 ETIOLOGI
Penyebab Kolitis ulseratif tidak diketahui. Teori yang paling umum bahwa
Kolitis ulseratif disebabkan oleh beberapa faktor genetik, reaksi sistem imun yang
steroid, kurangnya kadar anti oksidan di dalam tubuh, faktor stress, ada atau
contoh, beberapa orang memiliki risiko secara genetik untuk terkena penyakit ini.
Bakteri dan virus dapat memicu sistem imun mereka sehingga mengakibatkan
berkembang, sangat memungkinkan diet tinggi lemak jenuh dan makanan yang
a. Penyebab genetik
memperoleh kelainan pada respon imun humoral dan respon imun yang dimediasi
sel dan/atau respon imun secara umum yang direaktivasi oleh bakteri komensal
8
inflamasi pada kolon. Riwayat adanya Kolitis ulseratif pada keluarga
diasosiasikan dengan seseorang yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit ini.
dengan Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn. Baru-baru ini, salah satu lokus yang
Fenomena ini juga dapat berkontribusi pada risiko karsinoma yang meningkat.
Apakah abnormalitas ini merupakan penyebab atau akibat dari respon inflamasi
sistemik yang terus-menerus pada Kolitis ulseratif, hal ini juga belum diketahui.2
b. Reaksi imun
inflamasi usus. Selain itu, abnormalitas yang terjadi pada sistem imun dianggap
sedikit berperan pada rendahnya insiden Kolitis ulseratif pada pasien yang telah
c. Faktor lingkungan
sulfat, memproduksi sulfat, ditemukan pada sejumlah besar pasien dengan Kolitis
9
ulseratif dan produksi sulfat lebih tinggi pada pasien Kolitis ulseratif
dengan Kolitis ulseratif dibandingkan dengan kontrol dan sepertiga pasien dengan
anti inflamasi non-steroid. Penemuan ini dapat menjadi bukti bahwa penggunaan
obat-obatan anti inflamasi non-steroid harus dihindari pada pasien dengan Kolitis
ulseratif.2
e. Etiologi lainnya
eksaserbasi.
2.6 PATOFISIOLOGI
Kolitis ulseratif merupakan salah satu bentuk dari penyakit inflamasi pada
usus. Dalam penyakit inflamasi usus atau inflammatory bowel disease, lamina
propria diinfiltrasi oleh limfosit, makrofag dan sel-sel lain dari sistem imunitas.
10
Penelitian yang intensif pada antigen yang memicu respon imun belum
peradangan kronis level rendah pada lamina propria sebagai respon paparan
dalam patogenesis penyakit inflamasi usus. Pada penyakit inflamasi usus yaitu
(IL-1) dan tumor nekrosis faktor-α (TNF-α), dapat memperkuat respon imun.
Cedera epitel pada penyakit inflamasi usus tampaknya disebabkan jenis oksigen
reaktif dari neutrofil dan makrofag, serta sitokin seperti TNF-α dan IFN-γ.8
Pada tikus, colitis terjadi ketika gen IL-2, IL-10, atau transforming growth
factor-β1 terkalahkan atau ketika ada beberapa sel T pada reseptor mutan dan
colitis berkembang pada tikus transgenik jika gen manusia HLA-B27 telah lebih
dulu diperkenalkan. Jika hewan yang sama dibesarkan dalam lingkungan yang
bebas dari kuman, colitis tidak berkembang sehingga menunjukkan bahwa colitis
sistemik dan colitis adalah hasil dari respon imun abnormal terhadap bakteri
komensal.8
11
Gambar 3. Patogenesis kolitis ulseratif
2.7 DIAGNOSIS
a. Gejala Klinis
Gejala utama dari Kolitis ulseratif adalah diare yang bercampur darah, nanah
dan lendir, tenesmus, adanya mukus dan nyeri (kram) abdomen dan terkadang
inkontinesia alvi. Berat atau tidaknya gejala penyakit berjalan seiring dengan
luasnya proses penyakit. Meskipun Kolitis ulseratif dapat bersifat akut, rata-rata
12
Diare menandakan terjadinya gangguan yang meluas pada kolon. Pada pasien
dengan Kolitis ulseratif yang berat atau fulminan, gejala sistemik berupa keringat
malam, demam, mual dan muntah, serta penurunan berat badan dapat menyertai
(hypercoagulable state).4
1. Aspek Fisik
Pada pemeriksaan fisik, khususnya pemeriksaan fisik pada region abdomen, tidak
khas, kadang didapatkan nyeri tekan dan pada colok dubur dapat terasa nyeri
karena adanya fisura. Pemeriksaan fisik seringkali normal pada pasien dengan
gejala klinis yang ringan, kecuali terdapat nyeri perut pada kuadran kiri bawah.
Pasien dengan Kolitis ulseratif yang berat dapat memiliki gejala defisit cairan dan
2. Pemeriksaan Laboratorium
13
namun bukan merupakan indikator yang spesifik pada penyakit ini. Pada
fase akut dari penyakit ini. Sedangkan, pemeriksaan feses dilakukan untuk
c. Pemeriksaan Radiologi
Kolitis ulseratif. Foto polos abdomen dapat menunjukkan dilatasi kolon yang
masif yang disertai dengan kontur mukosa yang abnormal. Dilatasi yang terjadi
seringkali terdapat pada kolon transversal. Perforasi kolon merupakan salah satu
komplikasi dari Kolitis ulseratif. Perforasi dapat terjadi dengan atau tanpa
Residu feses biasanya tidak terlihat pada usus yang mengalami inflamasi.
Gambaran edema pada dinding usus biasa tampak pada fase akut dari Kolitis
mengalami ulserasi. Pada fase kronik, terjadi pemendekan usus akibat spasme
muskulus longitudinal atau fibrosis yang ireversibel. Selain itu, haustra pada
14
Thumbprinting
Pseudopolip
Spasme/striktur
2. Barium enema
bervariasi tergantung dari stadiumnya. Kolon bisa saja terlihat lebih sempit dan
15
hal ini bisa saja berhubungan dengan pengisian usus yang tidak sempurna akibat
lumen kolon. Adanya granula dapat disebabkan oleh hiperemia dan oedem pada
mukosa yang dapat menyebabkan ulserasi. Ulser superfisial dapat menyebar dan
akibat perlengketan barium pada ulser superfisial. Collar button ulcers merupakan
ulserasi yang lebih dalam pada mukosa yang oedem dengan kripte abses pada
submukosa.11,13
Striktur dapat terjadi pada 1-11% pasien yang menderita Kolitis ulseratif
dalam jangka waktu yang lama. Striktur terutama ditemukan pada kolon
asendens.2,13
pseudopolip
16
Gambar 6. Pemeriksaan barium enema dengan kontras dobel
menunjukkan keterlibatan kolon dengan collar button ulcers yang
banyak seperti yang diperlihatkan dengan tanda panah
17
Gambar 8. Pemeriksaan barium enema menunjukkan hilangnya
haustra pada seluruh kolon desendens disertai dengan ulserasi,
sehingga memberikan gambaran “lead-pipe”
dilatasi, penebalan pada bagian mural dan permukaan mukosa yang ireguler serta
terdapat target sign. Dapat juga terlihat pseudopolip pada dinding kolon dan
18
Gambar 9. CT-Scan abdomen dan pelvis potongan coronal
menunjukkan penebalan dinding mukosa dan iregularitas yang
terjadi pada kolon asendens dan desendens, seperti yang
diperlihatkan pada tanda panah.
19
Gambar 11. CT-Scan abdomen dan pelvis potongan aksial
menunjukkan pelebaran pembuluh darah perisigmoid dan ascites,
seperti yang diperlihatkan pada tanda panah
dan mengungkapkan bahwa MRI dapat menjadi modalitas pencitraan yang baru
untuk mendeteksi perubahan dinding kolon pada Kolitis ulseratif. Hasil in vitro
submukosa.12
kolonoskopi, harus dilakukan. Selain itu, harus dilakukan biopsi pada mukosa
20
yang meradang dan pada mukosa yang normal. Hasil yang didapatkan pada
ulseratif dan juga berguna untuk melihat atau memantau sejauh mana perjalanan
penyakit tersebut. Namun, tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati karena
Kolitis ulseratif yang berat ditandai dengan adanya ulser dan perdarahan
spontan.2,16
2. Pemeriksaan histopatologi
mukosa dan submukosa yang superfisial, lapisan bagian dalam tidak terlibat
kecuali pada Kolitis ulseratif fulminan. Pada Kolitis ulseratif, terdapat dua tanda
21
Kolitis ulseratif akut dan Kolitis ulseratif yang self-limiting. Pertama, terdapat
kripte yang terdistorsi pada kolon; kripte bisa saja berbentuk bifida dan sedikit
jumlahnya dan seringkali terdapat celah di antara dasar kripte dan muskularis
mukosa. Kedua, beberapa pasien memiliki sel basal plasma dan agregasi limfoid
basal multipel. Dapat juga ditemukan kongesti vaskuler pada mukosa, dengan
edema dan perdarahan fokal dan infiltrat sel-sel inflamasi, seperti neutrofil,
karena diagnosis yang beda memiliki terapi yang berbeda pula. Perbedaan antara
Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn dapat dilihat pada tabel di bawah ini:2
22
Tabel 2. Perbedaan antara kolitis ulseratif dan penyakit Crohn
diverticulitis, demam tifoid, amubiasis. Selain itu, Kolitis ulseratif dapat juga
tuberkulosis gastrointestinal biasanya terdapat nyeri pada fossa iliaka yang disertai
dengan massa yang dapat dipalpasi. Cara membedakannya juga bisa melalui foto
toraks, di mana lesi pulmoner yang aktif dapat ditemukan pada 60% kasus
23
kalsifikasi. Selain itu, untuk membedakannya, dapat juga kita lakukan
2.9 PENATALAKSANAAN
pengikat produk bakteri, mengistirahatkan kerja usus dan perubahan pola dietetik.
Pada prinsipnya, pengobatan IBD ditujukan pada serangan akut dan terapi
acetil salicylic acid (5-ASA) dan obat kortikosteroid (baik sistemik maupun
topikal). Bila gagal, maka diberikan obat lini kedua yang pada umumnya bersifat
maupun kronik. Pada Kolitis ulseratif akut laparatomi dilakukan pada perforasi,
dilakukan apabila dilatasi kolon akut/ megatoksik kolon, perdarahan masif, ileus
24
ulseratif ringan-sedang. Bekerja secara lokal pada kolon untuk menurunkan
Temuan klinis pada Kolitis ulseratif yang berat berhubungan dengan nekrosis
luas pada mukosa kolon dan perforasi dengan sepsis. Antibiotik intravena
histamin terdapat pada enterochromaffin like cell, sel mast dan nervus intramural
cairan dan mucus, mempengaruhi motilitas usus, berpartisipasi dalam alergi tipe
cepat dan respon inflamasi, stimulasi pertumbuhan dan proses regenerasi serta
H1, H2, H3 dan H4. Hiperplasia sel mast pada mukosa dan submukosa
dengan kolektomi. Hal serupa berlaku pada perdarahan hebat dan colitis
fulminans. Kolitis ulseratif fulminans dapat membaik dalam waktu kurang dari
kelelahan menetap, tak dapat bekerja dan menikmati hubungan sosial, gangguan
25
dengan mempertahankan otot dasar panggul dan sfingter anus. Reservoair
biasanya dibuat dari ileum terminal. Prognosis pasca kolektomi elektif dengan
1%. Sembilan puluh persen penderita dapat hidup dan bekerja normal kembali.
spesifik, dapat mempengaruhi gejala dari Kolitis ulseratif dan ikut berperan dalam
insoluble (tinggi serat) tidak baik untuk pasien, contohnya : kubis, brokoli, jagung
manis, kulit buah seperti apel dan anggur), karena jenis serat ini melewati seluruh
traktus digestivus tanpa dicerna, dan dapat menempel pada dinding colon ketika
inflamasi, semakin mengiritasi kolon dan memperparah colitis. Serat yang soluble
sangat baik untuk pasien karena akan dicerna dalam kolon, menghasilkan feses
yang lunak dan pergerakan usus yang bagus, tidak menempel pada dinding usus
dan tidak menyebabkan inflamasi. Contoh serat yang soluble adalah buah-buahan
2.10 PROGNOSIS
meningkat pada pasien-pasien usia tua, dan pada pasien yang disertai komplikasi
(misalnya: syok, malnutrisi, anemia). Kasus-kasus yang berat dan kronik dapat
26
menjadi lesi prakanker. Penyebab kematian yang tersering pada Kolitis ulseratif
2.11 KOMPLIKASI
Penyulit dapat ditemukan pada anus dan kolon; pada anus dapat terjadi fisura,
abses perianal, dan fistel perianal, sementara pada kolon dapat terjadi perforasi
terutama di sigmoid dan kolon decendens. Komplikasi lain berupa dilatasi kolon
Dilatasi kolon akut atau megakolon toksik yang disebabkan oleh progresivitas
takikardi dan syok toksisk. Diagnosis dapat dibuat melalui foto polos abdomen.
Gambaran klinis megakolon toksisk juga dapat ditemukan pada morbus Crohn,
IBD lebih kurang 13%. Karsinoma adalah penyulit lambat yang ditemukan pada
25% penderita setelah 20 tahun dan oada 30-40% setelah 30 tahun. Karsinoma
sering timbul multisentrik, dan dapat ditemukan dysplasia epitel mukosa pada
27
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kolitis ulseratif merupakan suatu peradangan kronis pada mukosa usus besar
(kolon) ataupun pada rektum. Kolitis ulseratif memiliki prevalensi tiga kali
lebih sering pada orang kulit putih daripada orang African American atau
Hispanic. Kolitis ulseratif juga lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-
laki. Kolitis ulseratif disebabkan oleh beberapa faktor genetik, reaksi sistem
topikal). Bila gagal, maka diberikan obat lini kedua yang pada umumnya
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong D, editor. Buku ajar ilmu bedah edisi 3. Jakarta: ECG, 2016.
28
2. Ehrlich SD. Ulcerative colitis. Available in University of Maryland Medical
Februari 2016
5. Fauci AS, Braunwald E, Isselbacher KJ, Wilson JD, Martin JB, Kasper DL, et
6. Keshav S. Ulcerative colitis and crohn’s disease. In: Keshav S, editor. The
2004. p 78-9
7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 2. Jakarta: EGC; 1996.
hlm. 582-3
29
11. Hanauer SB. Inflammatory bowel diseases. In: Dale DC, Federman DD,
2016.
13. Khan AN, Lin EC. Ulcerative colitis imaging . Available in Medscape
14. Brant WE. Pediatric chest. In: Brant WE, Helms CA, editors. Fundamentals of
diagnostic radiology 2nd ed. USA: Lippincott Williams and Wilkins; 2007.
15. Eastman GW, Wald C, Crossin J. Getiing started in clinical radiology from
16. Roggeveen MJ, Tismenetsky M, Shapiro R. Best cases from the AFIP:
92-101.
Pengobatannya di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi ke-
IV. Hal. 384-388. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI.
30
20. Fogel, W.A., et all. 2005. The Role of Histamine in Experimental Ulcerative
26 Februari 2016.
http://www.webmd.com/ibd-crohns-disease/ulcerative-colitis/creating-an-
Februari 2016.
31