Anda di halaman 1dari 11

Anatomy of Crime – Val Mcdermid (2014)

Ignatius Nalarkusumamurti Sutirto


091614653003
Umum

Ilmu forensik, (biasa disingkat forensik) adalah sebuah penerapan dari


berbagai ilmu pengetahuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
penting untuk sebuah sistem hukum yang mana hal ini mungkin terkait dengan
tindak pidana. Namun disamping keterkaitannya dengan sistem hukum, forensik
umumnya lebih meliputi sesuatu atau metode-metode yang bersifat ilmiah dan
juga aturan-aturan yang dibentuk dari fakta-fakta berbagai kejadian, untuk
melakukan pengenalan terhadap bukti-bukti fisik seperti mayat, bangkai, dan
sebagainya.
Forensik (berasal dari bahasa Yunani ’Forensis’ yang berarti debat atau
perdebatan) adalah bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu
proses penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu (sains). Dalam
kelompok ilmu-ilmu forensik ini dikenal antara lain ilmu fisika forensik, ilmu
kimia forensik, ilmu psikologi forensik, ilmu kedokteran forensik, ilmu
toksikologi forensik, komputer forensik, ilmu balistik forensik, ilmu metalurgi
forensik dan sebagainya. Dari pengertian-pengertian forensik maupun
kriminalistik terdapat beberapa unsur yang sama yaitu :
1. Ada satu metode, peralatan, proses dan pekerjaan.
2. Dengan mendayagunakan ilmu pengetahuan dengan teknologi terapan
3. Dilakukannya terhadap suatu benda yang berhubungan dengan suatu
tindakan pidana.
4. Bertujuan untuk membuat jelas suatu perkara sehingga hasilnya dapat
digunakan sebagai bukti di pengadilan.
Permasalahan

Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang


berkembang pesat tanpa memandang batasan. Ironisnya, hal itu juga
dieksploitasi dalam tindak kejahatan. Perkembangan tindak kejahatan yang
sebegitu rupa juga menuntut investigator dan ilmu forensik berkembang. Di
Indonesia, perkembangan ilmu pengetahuan yang sebegitu rupa belum
memenuhi pemenuhan target kegunaannya di mana ahli forensik di Indonesia
masih terbilang sedikit dan cenderung diremehkan karena, meski ilmu forensik
berperan besar dalam pengungkapan kejahatan, investigasi sebenarnya masih
berada di tangan penyidik dalma hal ini POLRI.

Dalam beberapa kasus yang pernah terjadi di Indonesia, beberapa kali


ditemukan kasus yang airtight (pelaku dipastikan bersalah), justru bisa divonis
bebas dikarenakan penyidik memiliki beberapa kekurangan yang, padahal dapat
ditanggulangi oleh ilmu forensik. Keberadaan ilmuwan forensik yang jarang di
Indonesia ini seharusnya perlu ditingkatkan karena penyidik yang unggul pasti
akan mendasarkan tuduhannya berdasarkan bukti-bukti yang valid di mana
bukti-bukti yang valid itu dapat diperoleh melalui investigasi oleh ahli forensik.
Rangkuman ini dibuat untuk menunjukkan beberapa aspek penting yang
terkadang diremehkan.
Kajian teori

Dalam Ilmu Forensik, ada beberapa aspek yang dapat ditelaah guna
mendapatkan kebenaran dari sebuah kasus. Aspek-aspek ini berperan penting
untuk mengungkapkan apa yang telah terjadi terhadap korban, bahkan
membantu penyidik mengidentifikasi pelaku kejahatan.

1. The Crime Scene – Tempat Kejadian Perkara


adalah tempat atau lokasi terjadinya suatu tindak kejahatan dan merupakan
“saksi buta” dari perbuatan tersebut. Dalam ilmu forensik, Tempat Kejadian
Perkara seringkali menjadi kunci utama dalam mengungkap kejahatan
karena setiap aksi meninggalkan jejak (Locard Exchange Principle), karena
setiap kriminal pasti akan meninggalkan sebuah jejak, dan jejak itu pasti
akan sebanding dengan tingkat intensitas kejahatan yang dilakukan. Dalam
pengolahan Tempat Kejadian Perkara, ada 2 hal yang perlu diperhatikan
oleh investigator/CSI yaitu:
a. Keamanan
diperhatikan karena tidak menutup kemungkinan pelaku tindak
kejahatan masih buron dan bisa kembali ke Tempat Kejadian Perkara.
Investigator meskipun memiliki kewenangan sebagai penyelidik, dia
tidak memakai kevlar atau diperbolehkan membawa senjata maupun
borgol.
b. Preservasi
diperhatikan karena pelaku yang meninggalkan Tempat Kejadian
Perkara pasti akan selalu meninggalkan residu/jejak baik itu bercak
darah maupun bekas ban mobil, sehingga dapat dikatakan bahwa
pengamanan seluruh jalan bahkan kompleks bangunan adalah sebuha
tindakan yang logis.
2. Fire Scene Investigation – Investigasi tempat kebakaran
adalah tempat atau lokasi terjadinya suatu kebakaran. Sama seperti halnya
dengan Tempat Kejadian Perkara, lokasi kebakaran juga merupakan bagian
yang penting dari investigasi tindak kejahatan karena, sesuai dengan Locard
Exchange Principle, residu/sisa-sisa dari kebakaran bisa menunjukkan
apakah kebakaran yang terjadi merupakan akibat dari alam, atau
kecelakaan, atau bahkan disengaja. Kunci analisa dari investigasi kebakaran
diprakarsai oleh Michael Faraday dalam bukunya “The Chemical History
of a Candle” di mana dalam buku tersebut dituliskan bahwa udara segar
(oksigen) merupakan kebutuhan utama dalam proses
kombusti/pembakaran.
3. Entomology
adalah aplikasi ilmu serangga untuk kepentingan hal-hal kriminal terutama
yang berkaitan dengan kasus kematian. Entomologi forensik mengevaluasi
aktifitas serangga dengan berbagai teknik untuk membantu memperkirakan
saat kematian dan menentukan apakah jaringan tubuh atau mayat telah
dipindah dari suatu lokasi ke lokasi lain. Entomologi tidak hanya bergelut
dengan biologi dan histologi artropoda, namun saat ini entomologi dalam
metode-metodenya juga menggeluti ilmu lain seperti kimia dan genetika.
Dengan penggunaan pemeriksaan dan pengidentifikasi DNA pada tubuh
serangga dalam entomologi forensik, maka kemungkinan deteksi akan
semakin besar seperti akan memungkinkan untuk mengidentifikasi jaringan
tubuh atau mayat seseorang melalui serangga yang ditemukan pada tempat
kejadian perkara.
4. Pathology
adalah cabang dari ilmu forensik yang berkaitan dengan mencari penyebab
kematian berdasarkan pemeriksaan pada mayat (otopsi). Ahli patologi
secara khusus memusatkan perhatian pada posisi jenazah korban, bekas-
bekas luka yang tampak, dan setiap bukti material yang terdapat di sekitar
korban, atau segala sesuatu yang mungkin bisa memberikan petunjuk awal
mengenai waktu dan sebab-sebab kematian.
5. Toxicology
adalah penggunaan ilmu toksikologi dan ilmu-ilmu lainnya seperti analisis
kimia, ilmu farmasi dan kimia klinis untuk membantu penyelidikan
terhadap kasus kematian, keracunan, dan penggunaan obat-obat terlarang.
Fokus utama pada forensik toksikologi bukan pada hasil dari investigasi
toksikologi itu sendiri, melainkan teknologi atau teknik-teknik yang
digunakan untuk mendapatkan dan memperkirakan hasil tersebut.
6. Fingerprinting
adalah ilmu identifikasi sidik jari. Sidik jari sendiri merupakan hasil
reproduksi tapak jari, baik diambil secara sengaja mapun tidak. Sejalan
dengan Locard Exchange Principle di mana setiap kejadian akan
meninggalkan jejak, sidik jari merupakan salah satu instrumen pembuktian
apakah seseorang berada di suatu tempat kejadian perkara atau tidak.
Penggunaan sidik jari yang paling umum dalam investigasi adalah
pembuktian apakah seseorang menggunakan senjata yang ditemukan di
TKP.
7. Blood splatter & DNA
Adalah ilmu identifikasi bercak darah dan DNA. Sama seperti halnya
dengan sidik jari, bercak darah dan DNA juga merupakan residu/jejak yang
ditinggalkan oleh pelaku meskipun lebih mikroskopis dan memerlukan
keahlian yang berbeda. Dalam ilmu forensik salah satu contoh penggunaan
ilmu identifikasi ini adalah ketika seseorang tidak dapat dikenali wajahnya
sehingga membutuhkan indentifikasi DNA, dan juga untuk membuktikan
apakah seseorang mengalami pemerkosaan atau tidak.
8. Anthropology
adalah subdivisi dari ilmu forensik yang menerapkan ilmu antropologi fisik
(yang mana dalam arti khusus adalah bagian dari ilmu antropologi yang
mencoba menelusuri pengertian tentang sejarah terjadinya beraneka ragam
manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya) dan juga menerapkan ilmu
osteologi (yang merupakan ilmu anatomi dalam bidang kedokteran yang
mempelajari tentang struktur dan bentuk tulang khususnya anatomi tulang
manusia) dalam menganalisa dan melakukan pengenalan terhadap bukti-
bukti yang ada; salah satu contoh penerapan dari ilmu forensik ini adalah
misalnya melakukan pengenalan terhadap tubuh mayat yang sudah
membusuk, terbakar, dimutilasi atau yang sudah tidak dapat dikenali).
9. Facial Reconstruction (ilmu rekonstruksi wajah)
adalah ilmu rekonstruksi wajah. Dalam ilmu forensik, rekonstruksi wajah
memiliki kegunaan yang paling utama yaitu untuk membantu idnetifikasi,
baik untuk idnetifikasi korban kejahatan yang wajahnya mengalami
kerusakan hebat, atau untuk identifikasi wajah pelaku kejahatan yang
terlihat oleh saksi mata.
10. Digital Forensics
adalah salah satu subdivisi dari ilmu forensik yang melakukan pemeriksaan
dan menganalisa bukti legal yang ditemui pada komputer dan media
penyimpanan digital, misalnya seperti flash disk, hard disk, CD-ROM,
pesan email, gambar, atau bahkan sederetan paket atau informasi yang
berpindah dalam suatu jaringan komputer.
11. Forensics Psychology
adalah ilmu forensik yang menyangkut keadaan mental tersangka atau para
pihak dalam perkara perdata. Ilmu forensik sangat dibutuhkan jika di dalam
suatu kasus kita menemukan orang yang pura-pura sakit, anti sosial,
pemerkosa, pembunuh, dan masalah yang menyangkut seksual lainnya
seperti homoseksual, waria, operasi ganti kelamin, pedofilia, dan maniak.
12. The Courtroom - Persidangan
adalah aspek terakhir namun juga yang paling penting dalam ilmu forensik
karena persidangan merupakan tempat pemutusan apakah seseorang
bersalah atau tidak berdasarkan hasil investigasi dan bukt-bukti yang telah
dikumpulkan.
Selain dari 12 aspek yang telah dikemukan di atas, ada beberapa aspek penting
lainnya dalam ilmu fornesik yang juag mendukung laju investigasi seperti :

1. Forensic Odontology
adalah ilmu forensik untuk menentukan identitas individu melalui gigi yang
telah dikenal sejak era sebelum masehi. Kehandalan teknik identifikasi ini
bukan saja disebabkan karena ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris
menyamai ketepatan teknik sidik jari, akan tetapi karena kenyataan bahwa
gigi dan tulang adalah material biologis yang paling tahan terhadap
perubahan lingkungan dan terlindung. Gigi merupakan sarana identifikasi
yang dapat dipercaya apabila rekaman data dibuat secara baik dan benar.
Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa gigi dapat dipakai sebagai
sarana identifikasi adalah sebagai berikut :
 Gigi adalah merupakan bagian terkeras dari tubuh manusia yang
komposisi bahan organic dan airnya sedikit sekali dan sebagian besar
terdiri atas bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak, terletak
dalam rongga mulut yang terlindungi.
 Manusia memiliki 32 gigi dengan bentuk yang jelas dan masing-
masing mempunyai lima permukaan.
2. Criminalistics
adalah subdivisi dari ilmu forensik yang menganalisa dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bukti-bukti biologis, bukti
jejak, bukti cetakan (seperti sidik jari, jejak sepatu, dan jejak ban mobil),
controlled substances (zat-zat kimia yang dilarang oleh pemerintah karena
bisa menimbulkan potensi penyalahgunaan atau ketagihan), ilmu balistik
(pemeriksaan senjata api) dan bukti-bukti lainnya yang ditemukan pada
TKP. Biasanya, bukti-bukti tersebut diproses didalam sebuah laboratorium
(crime lab).
3. Forensic Archaeology
adalah ilmu forensik yang merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip
arkeologi, teknik-teknik dan juga metodologi-metodologi yang legal / sah.
Arkeolog biasanya dipekerjakan oleh polisi atau lembaga-lembaga hukum
yang ada untuk membantu menemukan, menggali bukti-bukti yang sudah
terkubur pada tempat kejadian perkara.
4. Forensic Geology
adalah ilmu yang mempelajari bumi dan menghubungkannya dengan ilmu
kriminologi. Melalui analisis tanah, batuan, forensik geologist dapat
menentukan dimana kejahatan terjadi. Contoh kasus : beton dari sebuah
tempat yang diduga diledakkan kemudian mengalami kebakaran akan
memiliki ciri fisik yang berbeda dengan beton yang hanya terbakar saja
tanpa adanya ledakan. Ledakan sebuah bom, misalnya mungkin akan
memiliki perbedaan dengan ledakan dynamit. Secara “naluri” seorang
forensik geologist akan mengetahui dengan perbedaan bahwa batuan yang
ditelitinya mengalami sebuah proses diawali dengan hentakan dan
pemanasan. Atau hanya sekedar pemanasan.
5. Forensic Meteorology
adalah ilmu untuk merekonstruksi kembali kejadian cuaca yang terjadi pada
suatu lokasi tertentu. Hal ini dilakukan dengan mengambil arsip catatan
informasi cuaca yang meliputi pengamatan suatu permukaan bumi, radar,
satelit, informasi sungai, dan lain sebagainya pada lokasi tersebut. Forensik
meteorologi paling sering digunakan untuk kasus-kasus pada perusahaan
asuransi (mengclaim gedung yang rusak karena cuaca misalnya) atau
investigasi pembunuhan (contohnya apakah seseorang terbunuh oleh kilat
ataukah dibunuh).
Kajian empirik/lapangan

Untuk dapat membuat terang suatu perkara dengan cara memeriksa dan
menganalisa barang bukti mati, sehingga dengan ilmu forensik haruslah didapat
berbagai informasi yang merupakan penerapan dari aspek-aspek yang telah
didalami, yaitu :
1. Information on corpus delicti, dari pemeriksaan baik TKP maupun barang
bukti dapat menjelaskan dan membuktikan bahwa telah terjadi suatu tindak
pidana .
2. Information on modus operandi, beberapa pelaku kejahatan mempunyai
cara – cara tersendiri dalam melakukan kejahatan dengan pemeriksaan
barang bukti kaitannya dengan modus operandi sehingga dapat diharapkan
siapa pelakunya .
3. Linking a suspect with a victim, pemeriksaan terhadap barang bukti di TKP
ataupun korban dapat mengakibatkan keterlibatan tersangka dengan korban,
karena dalam suatu tindak pidana pasti ada material dari tersangka yang
tertinggal pada korban.
4. Linking a person to a crime scene, setelah terjadi tindak pidana banyak
kemungkinan terjadi terhadap TKP maupun korban yang dilakukan oleh
orang lain selain tersangka mengambil keuntungan.
5. Disproving or supporting a Witness ’s Testimony, pemeriksaan terhadap
barang bukti dapat memberikan petunjuk apakah keterangan yang diberikan
oleh tersangka ataupun saksi berbohong atau tidak.
6. Identification of a suspect, barang bukti terbaik yang dapat digunakan untuk
mengindentifikasi seorang tersangka adalah sidik jari, karena sidik jari
mempunyai sifat sangat karakteristik dan sangat individu bagi setiap orang.
7. Providing Investigative leads, pemeriksaan dari barang bukti dapat
memberikan arah yang jelas dalam penyidikan.
Rekomendasi

Di Indonesia, penerapan ilmu forensik di Indonesia agak terbilang tidak


maksimal dan cenderung mencari publikasi. Hal itu dapat terlihat ketika terjadi
kasus-kasus besar seperti terorisme (Bom Bali 1 dan 2), penerapan ilmu
forensik bisa mencapai titik maksimal di mana pelaku bisa ditahan dalam
hitungan hari sedangkan untuk kasus-kasus kecil ilmu forensik cenderung tidak
terjamah dan hanya berpegang pada temuan penyidik (POLRI). Bahkan untuk
kasus pembunuhan Sianida yang sekarang sedang ramai dipersidangkan,
ilmuwan forensik justru dipergunakan sebagai bahan untuk menyanggah
temuan investigasi.
Keunikan dalam fenomena ini disebabkan karena sistem hukum di
Indonesia yang menganut sistem hukum continental, di mana dalam sistem
hukum ini penyidik (POLRI) diutamakan sebagai investigator, sedangkan ahli
forensik hanya berfungsi sebagai ahli semata. Namun apabila dilihat secara
menyeluruh, kecenderungan untuk bergantung pada investigator utama dapat
membuat kesalahan fatal, seperti pada kasus Marsinah di mana ada beberapa
bukti yang tidak diperiksa. POLRI sebagai penyelidik dan penegak hukum di
Indonesia ke depannya diharapkan mengikutsertakan ahli forensik dalam
investigasi lebih banyak sehingga dapat meminimalisir kemungkinan
kesalahan pendakwaan yang terjadi, bahkan paling buruk membiarkan seorang
pelaku kejahatan bebas atau menghukum orang yang tidak bersalah.

Anda mungkin juga menyukai