PENDAHULUAN
Tanah merupakan bagian dari tubuh alam yang menutupi bumi dengan lapisan
tipis, disintesis dalam bentuk profil dari pelapukan batu dan mineral, dan
mendekomposisi bahan organik yang kemudian menyediakan air dan unsur hara
Sehingga kualitas tanah dapat dilihat dari sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Sifat fisiknya seperti tekstur tanah, bahan organik, agregasi, kapasitas lapang air,
Sifat kimia tanah sebagai bagian dari tubuh alam mempunyai komposisi kimia
berbeda-beda. Tanah terdiri atas berbagai macam unsur kimia. Penentu sifat kimia
tanah antara lain kandungan bahan organik, unsur hara, dan pH tanah. Tanah yang
kita lihat adalah suatu campuran dari material-material batuan yang telah lapuk
Sifat Biologi tanah sebagai tempat tumbuh tanaman dan tempat hidup
biologi tanah. Misalnya, adanya cacing tanah akan meningkatkan unsur nitrogen,
fosfor, kalium, serta kalsium dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan
Pada pembibitan kelapa sawit media tanam menjadi pengaruh penting pada
pertumbuhan bibit kelapa sawit. Media tanam yang digunakan pada umumnya adalah
tanah top soil (tanah bagian atas). Namun, saat ini tanah top soil semakin sulit
terjadinya erosi. Oleh karena itu, maka penggunaan tanah top soil digantikan dengan
tanah sub soil. Namun, tanah sub soil memiliki faktor pembatas dalam
soil dapat membantu penggunaannya sebagai media tanam bibit kelapa sawit
(Harahap, 2010).
dalam pembibitan awal perlu dilakukan pemupukan. Pupuk dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan bahan
yang penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik secara fisik, kimia, dan
tanaman adalah penambahan unsur hara organik. Salah satu bahan organik yang
digunakan adalah abu janjang dan pupuk kandang. Bahan organik seperti abu janjang
dan pupuk kandang yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat. Sementara itu, abu
janjang dan pupuk kandang suatu bahan yang praktis dalam pemupukan.
Abu janjang yang berasal dari proses pengolahan berupa tandan kosong
kelapa sawit (TKKS), cangkang atau tempurung, serabut atau serat, sludge Kompos
TKKS merupakan bahan organik yang mengandung unsur utama N, P, K, dan Mg.
Abu janjang juga berfungsi sebagai pengganti pupuk MOP juga sangat berguna
sebagai bahan pengapuran di mana pH tanah pun otomatis menjadi meningkat. Selain
pemupukan sehingga pupuk yang diberikan untuk pembibitan kelapa sawit dapat
Pupuk kandang memiliki kandungan unsur hara yang lebih besar. Hal ini
disebabkan karena pupuk kandang memang dapat menambah tersedianya unsur hara
bagi tanaman. Pupuk kandang sangat kaya kandungan nitrogen organik untuk
menyuburkan tanah, selain itu pupuk kandang mempunyai peranan yang cukup
penting untuk memperbaiki sifat biologis, fisik dan kimia pada tanah secara alami
(Widodo, 2008).
pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di pre nursery dengan
pemberian abu janjang dan pupuk kandang dengan menggunakan media tanam tanah
subsoil.
1. Untuk mengetahui pengaruh abu janjang terhadap bibit kelapa sawit (Elaeis
kandang terhadap bibit kelapa sawit (Elaeis gueineensis Jacq) di pre nursery.
.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah
Tanah merupakan bagian dari tubuh alam yang menutupi bumi dengan lapisan
tipis, disintesis dalam bentuk profil dari pelapukan batu dan mineral, dan
mendekomposisi bahan organik yang kemudian menyediakan air dan unsur hara
yang berguna untuk pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan nutrisi, air dan
sumber karbon yang diperlukan untuk pertumbuhan dan aktivitasnya. Di dalam hal
ini, lingkungan tanah seperti faktor abiotik (sifat fisik dan kimia tanah) dan faktor
biotik (adanya biota tanah dengan tanaman tingkat tinggi) ikut berperan dalam
menentukan tingkat pertumbuhan dan aktivitas biota tanah tersebut (Fitri, 2011).
Kelapa sawit memiliki karakteristik bibit yang khas. Persilangan antara Dura
dan Pesifera akan menghasilkan tanaman hibrida komersil Tenera yang seragam dan
pertumbuhan bibit yang berasal dari sumber benih resmi perlu dilakukan monitoring
a. Akar (Radix)
Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara di dalam
tanah dan respirasi tanaman, selain itu juga sebagai penyangga berdirinya tanaman
tahun.Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar
keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal dan menghujam kedalam
tanah dengan sudut yang beragam. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder
yang diameternya 2-4 mm.Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang
perakaran kelapa sawit lebih banyak berada dekat dengan permukaan tanah, tetapi
sawit berfungsi sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah, sebagai
system pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil
fotosintesis dari daun ke bawah berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan
(Pahan,2008).
c. Daun (Folium)
Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk,
bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun pertama yang keluar pada stadia bibit
(bifurcate) dan setelah beberapa bulan terbentuk daun seperti bulu (pinnate).
terhadap tanaman selama satu periode/siklus (±25 tahun). Tujuan pembibitan adalah
untuk menyediakan bibit siap salur dengan kondisi yang baik genetik maupun
Pembibitan dapat dilakukan dengan satu atau dua tahap pekerjaan. Pembibitan satu
tahap berarti kecambah kelapa sawit langsung ditanam di polybag besar atau
langsung di pembibitan utama (main nursery). Pembibitan dua tahap (double stage)
artinya penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (pre nursery) terlebih
nursery berumur 3-4 bulan menggunakan polybag lebih besar. Pembibitan dua tahap
(double stage) lebih banyak digunakan dan memiliki keuntungan yang lebih besar
luasan pembibitan menjadi lebih kecil dan memungkinkan untuk dibuat naungan.
(polybag besar), luas areal yang dibutuhkan cukup besar dan penggunaan naungan
tidak efektif. Proses penyiraman dan pengawasan menjadi lebih sulit karena tidak
tinggi yang harus tersedia pada saat penyiapan lahan tanam yang telah selesai.
Pembibitan yang terdiri dari 2 tahap, tahap pertama adalah tahap pembibitan awal
(pre nursery) dan tahap kedua pada pembibitan utama (main nursery) (Fairhust dan
Rankine, 2009).
mm) di lapangan. Awalnya jarak antar polybag diletakkan saling berdekatan dan
ketika bibit berumur 3 bulan baru diletakkan berjauhan dengan jarak tanam 90 cm x
Double stage adalah metode pembibitan dengan tahapan pre nursery selama
3 bulan dan main nursery selama 9 bulan. Pada tahapan pre nursery kecambah
ditanam pada baby bag berukuran 14 cm x 23 cm (tebal 0.1 mm) di bedengan dan
ketika berumur 3 bulan bibit dipindahkan menuju main nursery dengan mengganti
kelapa sawit menjadi bibit berukuran kecil. Lama waktu tahapan ini berlangsung
antara 2-3 bulan. Adapun tujuan sistem pembibitan pre nursery ini yaitu
pada baby bag berjenis black UV dengan menggunakan tanah sub soil. Polybag
seeding bed adalah 10 x 1,2 m dengan daya tampung setiap bed mencapai 1.000
kecambah. Kebutuhan air masing-masing bibit pada tahap prenursery ini yaitu 0,1-
0,3 liter/hari.
d.Tahap Pembibitan Main Nursery
Bibit kelapa sawit yang sudah berusia lebih dari 3 bulan selanjutnya akan
memasuki tahap pembibitan main nursery. Tahap ini berlangsung selama 10-12
dengan pemukiman, pada tahan pembibitan main nursery, pemilihan tempatnya lebih
baik dekat dengan kebun budidaya. Area yang dipakai memiliki permukaan rata,
bebas banjir, serta suci dari hama dan penyakit. Lokasi pembibitan kelapa sawit main
nursery dekat dengan sumber air dan sudah dilengkapi sistem drainase yang baik.
memiliki naungan, berupa atap buatan atau pohon. Pagar pre nursery untuk mencegah
sumber air. Kondisi debit air harus tetap dan tidak mengandung kapur (pH netral).
Lokasi harus dekat sumber media dengan subsoil yang cukup untuk mengisi
babybag (polibag kecil), tanah tidak bercadas atau tidak berkapur, dan akses jalan
kandungan Kalium sebesar 26,3% dan kandungan Phosphor sebesar 13,74%. Dengan
demikian AJKS merupakan salah satu sumber K alami yang sekaligus dapat
hara yang terkandung dalam AJKS antara lain K2O sebesar 35-47%, P2O 3,5%; MgO
6-9,5%; CaO 4-6% serta unsur hara mikro lainnya (Pahan, 2007).
menghasilkan pertambahan tinggi bibit kelapa sawit yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tanpa pemberian AJKS. Hal ini dikeranakan pemberian AJKS dapat
hara esensial makro dan mikro akan membantu proses fisiologi tanaman berjalan
Pupuk kandang memiliki kandungan unsur hara yang lebih besar. Hal ini
disebabkan karena pupuk kandang memang dapat menambah tersedianya unsur hara
bagi tanaman. Pupuk kandang juga memiliki pengaruh yang positif terhadap sifat
fisik dan kimiawi tanah, mendorong perkembangan jasad renik (Sutedjo, 2002).
Pupuk kandang terkandung sifat yang alami dan tidak merusak tanah,
menyediakan unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) dan
mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenium). Selain itu, pupuk kandang
berfungsi untuk meningkatkan daya tahan terhadap air, aktivitas mikrobiologi tanah,
nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur tanah. Pengaruh pemberian
pupuk kandang secara tidak langsung memudahkan tanah untuk menyerap air
(Rahmadani, 2015).
menyuburkan tanah, selain itu kotoran sapi mempunyai peranan yang cukup penting
untuk memperbaiki sifat biologis, fisik dan kimia pada tanah pertanian secara alami.
Kotoran sapi dapat dibedakan menjadi dua jenis bentuknya yaitu padat dan cair yang
2008).
kandungan bahan organik dalam tanah, dan dapat mengecilkan nilai erodobilitas
tanah yang pada akhirnya meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi (Rahmadani,
2015).
Pupuk kandang ayam tergolong pada pupuk dingin, dimana perombakan oleh
jasad renik berlangsung perlahan–lahan dalam arti kata kurang terbentuk panas dalam
proses perombakan. Pupuk kotoran ayam mengandung unsur -unsur yang dibutuhkan
oleh tanaman seperti N, P, dan K masing-masing sebanyak 0,4%, 0,2% dan 0,1%.
Sehingga kotoran ayam tergolong dalam pupuk yang lengkap, seimbang, alami, dan
tepat guna yang bekerja secara sinergis antara unsur makro, mikro, mikrobaprobiotik
dan hormon alami sehingga menghasilkan keseimbangan unsur yang dibutuhkan oleh
hara yang lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya (Santosoet al., 2004).
yang sukar dipecah secara fisik. Kotoran kambing dianjurkan untuk dikomposkan
dahulu sebelum digunakan hingga pupuk menjadi matang. Ciri-ciri kotoran kambing
yang telah matang suhunya dingin, kering dan relatif sudah tidak bau. Kotoran
kambing memiliki kandungan K yang lebih tinggi dibanding jenis pupuk kandang
lain. Pupuk ini sangat cocok diterapkan pada paruh pemupukan kedua untuk
Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Februari sampai Mei 2018, di
lahan masyarakat Desa Bakaran Batu, Kecamatan Lubuk Pakam. Letak geografis
lahan ini adalah 3057’ LU 98086’ BT dan berada sekitar 7 m di atas permukaan laut
(BPS,2017).untuk mengukur bobot segar dan bobot kering dilakukan dengan uji lab
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu pisau, cangkul, meteran,
penggaris (mistar), oven, timbangan analitik, bambu, paranet, alat tulis dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah abu janjang, pupuk kandang, bibit
kelapa sawit produksi dari PPKS Medan, polybag berukuran lebar 15 cm dengan
tinggi 22 cm dan tebal sekitar 0,1 ml sebanyak yang dibutuhkan, tanah subsoil dan air
untuk penyiraman.
3.3.Metode Penelitian
dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) secara faktorial. Faktor I adalah
abu janjang yang terdiri dari 4 taraf, yaitu kontrol (A0), 250 gram (A1), 500 gram
(A2), dan 750 gram (A3). Faktor II adalah pupuk kandang yang terdiri dari 4 taraf,
yaitu kontrol (K0), 250 gram (K1), 500 gram (K2), dan 750 gram (K3). Dari dua
faktor ini di peroleh 16 perlakuan (Tabel 1) dengan tiga ulangan dalam penelitian ini.
Setiap plot terdiri dari 2 benih kelapa sawit sehingga terdapat 96 jumlah sampel yang
Model linear analisis ragam menurut Yitnosumarto (1995) yang diasumsikan untuk
Keterangan :
Yijk : Nilai pengamatan suatu perlakuan konsentrasi ekstrak bawang merah
ke-i waktu perendaman ekstrak bawang merah ke-j dan ulangan ke-
k
Εijk : Galat i, j, k
Tabel 1. Pemberian abu janjang dan pupuk kandang pada pertumbuhan bibit kelapa
sawit di tahap pre-nursery
Abu Janjang
Pupuk Kandang
0 gram (A0) 250 gram 500 gram 750 gram
(A1) (A2) (A3)
Kontrol (K0) A0K0 A1K0 A2K0 A3K0
250 gram (K1) A0K1 A1K1 A2K1 A3K1
500 gram (K2) A0K2 A1K2 A2K2 A3K2
750 gram (K3) A0K3 A1K3 A2K3 A3K3
tingkat signifikan, apabila terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjutan
Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% dengan menggunakan perangkat
1. Persiapan lahan: Areal penelitian yang digunakan harus bersih dan bebas dari
pertumbuhan gulma. Pembuatan bedengan dan naungan pada pre nursery sangat
di perlukan agar bibit dapat tumbuh dengan baik. Bedengan dibuat dengan
berukuran sekitar 4 m x 4 m dibatasi oleh kayu atau papan kecil berukuran
meter. Setelah itu dapat segera dibuat plot. Setiap masing-masing ulangan terdiri
dari 48 plot, dengan ukuran plot 20 cm x 10 cm , jarak antar plot 20 cm, dan
dengan cara melubangi polybag yang sudah berisikan media tanam dengan
dilakukan penyiraman.
6. Pemeliharaan: Penyiraman bibit kelapa sawit yang sudah ditanam disiram
dengan air setiap hari (pagi dan sore) agar bibit kelapa sawit tumbuh dengan baik
1. Tinggi Tanaman (cm): Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah
yang diberikan tanda sampai dengan daun tertinggi. Pangkal batang dibuat
bawah dan diukur pada kedua sisi yang berbeda, kemudian nilai tersebut
sempurna dan daun berbentuk lanset. Jumlah daun dihitung setelah tanam
MST. Tanaman kemudian dibersihkan dengan air dan dikering angin kan
kedalam tempat yang sudah disediakan, dioven dengan suhu 105 0C selama 24
jam atau sampai akar tidak mengalami penurunan berat lagi. Tanaman
Lubis, A.M. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian UISU Medan.
Pahan, I. 2010. Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta.
Siregar, Z. 2002. Pengaruh Pemberian Limbah Kelapa Sawit (Sludge) dan Pupuk
Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensisn Jacq) di Pembibitan Awal. Universitas Sumatera Utara.
Sutedjo, M.M. dan A.G. Kartasapoetra. 1988. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Bina
Aksara. Jakarta.