Anda di halaman 1dari 9

Imran/J. Prog. Kim. Si.

2011, 1 (1): 16-24

Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder Fraksi Metilen Klorida


Ekstrak Kayu Batang Paliasa (Kleinhovia hospita L.)
Imran1) *
1) Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Haluoleo, Kendari,93232, Indonesia

Abstract

The aim of the research is to determine secondary metabolit compund group of wood
tissue of paliasa plant (Kleinhovia hospita L.) from methylene chloride extract. The pure
compounds were found by extraction, fractionation, and crystalization method. Determination
of melting point was conducted in the temperature interval 229-231 °C for the first compound
and 205-207 °C for Determination of compound groups was carried out by the Liebermann-
Burchard and Meyer methods. There were two compounds found as terpenoid groups. The all
compound gave the red colour. The first compound has more polarity than the second
compound.

Key words: Kleinhovia hospita L., compound group, methylene chloride, terpenoid.

Received: 18 April 2011


Accepted: 30 June 2011

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan golongan senyawa metabolit sekunder pada
jaringan kayu batang tumbuhan paliasa (Kleinhovia hospita L.) dari ekstrak metilen klorida.
Senyawa murni diperoleh melalui tahap ekstraksi, fraksinasi, dan kristalisasi. Penentuan
golongan senyawa dilakukan dengan metode Lieburmann-Burchard dan Meyer. Dua senyawa
dikarakterisasi lebih lanjut dengan cara pengujian uji titik leleh dan penentuan golongan
senyawa. Pengujian titik leleh senyawa pertama diperoleh pada rentang suhu 229-231 °C dan
senyawa kedua pada 205-207 °C. Setelah kedua senyawa metabolit sekunder ini dinyatakan
sebagai senyawa murni, selanjutnya diuji golongannya dengan pereaksi Liebermann-Burchard
dan Meyer. Senyawa pertama menunjukkan warna merah, positif sebagai golongan terpenoid.
Senyawa kedua menunjukkan warna merah, positif sebagai golongan senyawa terpenoid.
Kedua senyawa yang ditemukan dalam penelitian ini adalah golongan terpenoid. Senyawa
pertama memiliki sifat lebih polar dari senyawa kedua.

Kata kunci: Kleinhovia hospita L., golongan senyawa, metilen klorida, terpenoid.

Diterima: 18 April 2011


Disetujui untuk dipublikasikan: 28 Juni 2011

*Penulis Korespondensi/corresponding author: Telp.+62 81241184872 Fax. +62 401 3190496


E-mail: imran.gaffar@yahoo.com

16
Imran/J. Prog. Kim. Si. 2011, 1 (1): 16-24

1. Pendahuluan Tumbuhan tropis dunia diperkirakan


Area hutan tropis dunia hanya 7% dari lebih dari 250.000 spesies dan 1500 spesies
luas permukaan bumi, namun lebih dari diantaranya merupakan famili
50% spesies organisme terdapat dalam area Sterculiaceae yang terdapat dalam 70 genus
tersebut [1]. Keanekaragaman tumbuhan [1]. Di sebagai Brazil, kulit kayu spesies
tropis dunia merupakan sumber daya Waltheria douradihna dari famili tersebut
organik yang potensial untuk memperoleh telah digunakan obat anti bakteri dan
kerangka molekul senyawa metabolit yang ditemukan mengandung senyawa alkaloid
beranekaragam. Sumber daya organik [4]. Ekstrak metanol dari Sterculia
merupakan gudang senyawa kimia yang lychnophora mampu memperbaiki sel-sel
sangat potensial sebagai sumber senyawa hati mencit dan infus daunnya dapat
baru yang unik yang tidak dapat ditemukan berfungsi sebagai antitumor [5].
di laboratorium dan merupakan bahan yang Salah satu tumbuhan famili
sangat berguna untuk berbagai keperluan Sterculiaceae yang tersebar di seluruh
seperti obat-obatan, agrokimia, dan bahan kepulauan Indonesia dan sangat potensial
baku industri [2]. untuk diteliti adalah Kleinhovia hospita
Tumbuhan tropis diyakini memiliki Linn sebagai tumbuhan yang berkhasiat
kemampuan merekayasa beranekaragam [6]. Secara tradisional, daun tumbuhan K.
senyawa kimia yang mempunyai berbagai hospita telah dimanfaatkan sebagai obat
bioaktivitas tertentu. Kemampuan tersebut oleh masyarakat luas, khususnya di
salah satunya akibat mekanisme pertahanan Sulawesi Tenggara dan Selatan, dipercaya
diri terhadap ancaman lingkungan, karena berkhasiat sebagai obat yang mampu
pada umumnya hidup di bawah kondisi mengobati penyakit liver [7]. Penggunaan
lingkungan yang kadang kala kurang tumbuhan tersebut sebagai obat juga
menguntungkan, baik faktor iklim maupun tersebar di seluruh Nusantara termasuk di
gangguan dari herbivora, serangga, dan Maluku, Ternate dan Papua, bahkan
hama penyakit. Untuk itu, tumbuhan tropis sampai di Papua New Guinea (PNG) dan
dapat menghasilkan senyawa-senyawa Kepulauan Solomon di Kawasan Pasik [8].
kimia alami yang bersifat pestisida, Oleh karena itu, tumbuhan ini diyakini
insektisida, antifungi, dan sitotoksik [3]. dapat menghasilkan senyawa-senyawa
metabolit sekunder yang memiliki
17
Imran/J. Prog. Kim. Si. 2011, 1 (1): 16-24

bioaktivitas tertentu dan efek terapetik Bahan-bahan yang digunakan adalah


yang ampuh. Kambium K. hospita. sampel kayu batang yang diperoleh dari
digunakan sebagai anti tumor dalam Desa Jambu, Kecamatan Bajo, Luwu,
sarkoma mencit [9]. Sementara ekstrak Sulawesi Selatan. Identitas biologi
daun K. hospita juga dapat melindungi tumbuhan tersebut ditentukan oleh Pusat
radang hati pada tikus putih betina Strain Herbarium Bogoriense, Bogor. Bahan
wistar yang diakibatkan oleh CCl4 [7]. kimia yang digunakan adalah Aluminium
Penelitian mengenai golongan senyawa silika gel Kieselgel 60 F254, Metanol p.a,
metabolit sekunder pada kulit batang larutan serium sulfat/H2SO4 15%, n-
tumbuhan K. hospita ditemukan heksan, metilen klorida, etil asetat.
mengandung senyawa terpenoid dan Alat-alat yang digunakan adalah
steroid [11]. Sementara penelitian lain penguji suhu lebur, pompa vakum, oven
ditemukan bahwa daun tumbuhan tersebut vakum, pengaduk mekanis, hot plate,
mengandung senyawa steroid dan evaporator, lampu ultra violet dan
flavonoid [7,12]. Selain itu, kayu batang peralatan gelas yang umum dipakai di
tumbuhan ini yang diekstraksi dengan laboratorium kimia.
menggunakan n-heksan ditemukan
mengandung senyawa steroid dan alkaloid 2.2. Isolasi Metabolit Sekunder
[13]. Ekstrak kayu batang tumbuhan K. Serbuk kering kayu batang (8 kg)
hospita sangat potensial untuk ditemukan dimaserasi dengan metanol selama 2 x 24
senyawa yang berkhasiat [6]. jam lalu disaring ekstraktnya dan
Penelitian ini bertujuan untuk dimaserasi ulang sebanyak dua kali sesuai
mengungkap senyawa apa saja dalam dengan cara maserasi awal. Ekstrak
jaringan kayu batang tumbuhan K. hospita metanol dipekatkan dalam alat evaporator
melalui uji kepolaran golongan senyawa pada tekanan rendah hingga diperoleh
senyawa terpenoid setelah ditemukan cairan kental. Sebanyak 50 mL larutan
sebagai senyawa murni. pekat ini dievaporasi hingga kering untuk
konversi berat. Berat sampel kering total
2. Bahan dan Metode yang larut dalam metanol diperoleh 69,17
2.1. Bahan dan Alat yang Digunakan gram. Berikutnya ekstrak ini difraksinasi
secara berturut-turut dari pelarut n-heksan,

18
Imran/J. Prog. Kim. Si. 2011, 1 (1): 16-24

metilen klorida, dan terakhir dengan etil Pengujian golongan senyawa yang
asetat berdasarkan tingkat kepolaran. dilakukan dalam penelitian ini setelah
Kemudian masing-masing fraksi ini senyawa tersebut ditemukan sebagai
dievaporasi hingga kering dan diperoleh senyawa murni. Metode yang digunakan
berat kering n-heksan 11,39 g, metilen adalah uji Liebermann-Burchard dan uji
klorida 14,43 g, dan etil asetat 10,69 g. Meyer. Metode pertama sangat spesifik
Selanjutnya fraksi metilen klorida terhadap senyawa metabolit golongan
direfraksinasi dan direkristalisasi untuk terpenoid dan steroid. Jika positif sebagai
memperoleh senyawa murni. golongan terpenoid maka reaksi akan
menunjukkan perubahan warna menjadi
2.3. Karakterisasi warna merah dan positif sebagai steroid
Titik leleh senyawa murni akan menujukan warna hijau atau biru [14].
ditetapkan menggunakan Electrothermal Sementara, metode kedua digunakan untuk
Melting Point Apparatus. Fraksinasi menentukan golongan alkaloid dengan
menggunakan kromatografi vakum cair terbentuk endapan berwarna putih [15].
(KVC) dengan silika gel Merck 60 GF254
katalog 7730. Impregnasi sampel 3. Hasil dan Pembahasan
menggunakan silika gel katalog 7733. 3.1. Isolasi Metabolit Sekunder
Penentuan senyawa murni menggunakan Empat belas koma empat tiga gram fraksi
kromatografi lapisan tipis (KLT) pada metilen klorida difraksinasi melalui metode
aluminium Si gel Merck Kieselgel 60 F254 kromatografi vakum cair dengan fasa diam
0,25 mm yang dipantau pada lampu ultra silika gel katalog 7734 dan fasa gerak
violet λ 254-366 nm dan penampakan noda eluen n-heksan; etil asetat-n-heksan;
menggunakan larutan serium sulfat/H2SO4 aseton; dan metanol, berdasarkan
15%. Kristalisasi dan rekristalisasi peningkatan kepolaran eluen, diperoleh 36
menggunakan pelarut metanol p.a dan fraksi. Fraksi-fraksi tersebut lalu dilakukan
beberapa pelarut lain dengan prinsip dapat analisis kromatorafi lapis tipis (KLT)
melarutkan senyawa isolat dan ketika secara bersamaan dengan eluen aseton:
didiamkam dapat mengendapkan senyawa klorofom = 4: 6. Melalui hasil kromtogram,
isolat. fraksi-fraklsi yang memiliki Rf (range of
flow) yang sama digabungkan dan

19
Imran/J. Prog. Kim. Si. 2011, 1 (1): 16-24

diperoleh 7 fraksi gabungan. Selanjutnya, Selanjutnya, FB, 0,82 gram


masing-masing fraksi gabungan ditimbang dikristalisasi dan direkristalisasi dengan
beratnya dan diuji bioaktivitasnya dengan metanol dan diteteskan sedikit aseton untuk
menggunakan A. salina dengan hasil meningkatkan daya larut sampel. Setelah
seperti pada Tabel 1. larut kemudian didiamkan hingga diperoleh
Berat FA diperoleh 0,62 g dengan hasil endapan putih dan disaring pada wadah
uji bioaktivitas terhadap A. salina LC50 penyaring kristal, lalu ditimbang. Kristal
adalah 231 µg/ml. Fraksi FA tersebut, yang diperoleh sebanyak 0,23 mg,
ketika dievaporasi, nampak ada endapan diidentifikasi dengan cara diKLT bersama-
berwarna putih kecoklatan. Hal ini sama dengan senyawa 2 terhadap beberapa
memungkinkan untuk perolehan kistal eluen dan selalu menunjukkan nilai Rf yang
murni senyawa metabolit sekunder dengan sama sehingga kristal yang diperoleh
cara kristalisasi dan rekristalisasi. Setelah tersebut juga merupakan senyawa 2.
dievaporasi hingga kering, fraksi FA ini Dalam kromatogram KLT senyawa 1
direkristalisasi dengan pelarut metanol (Gambar 1), eluen CHCl3 : n-heksan = 4 : 6
hingga diperoleh endapan putih. Endapan menunjukkan Rf 0,10. Selain itu,
ini selanjutnya dilarutkan dalam n-heksan kromatogram KLT senyawa 2 seperti pada
dan didiamkan hingga terbentuk kristal Gambar 2, eluen CHCl3 : n-heksan = 2 : 8
berbentuk jarum. Kristal yang terbentuk menunjukkan Rf 0,29. Pada kondisi
dipisahkan dari pelarut n-heksan dan tersebut, eluen KLT senyawa 1 lebih polar
direkristalisasi lebih lanjut dengan dari eluen KLT senyawa 2. Sementara itu,
menggunakan metanol hingga diperoleh nilai Rf senyawa 2 lebih tinggi dari
senyawa murni sebagai senyawa 1 dengan senyawa 1. Oleh karena itu, senyawa 1
berat 11, 8 mg. merupakan senyawa golongan terpenoid
Kemurnian senyawa tersebut diuji yang lebih polar dibandingkan senyawa 2.
dengan menggunakan kromatografi lapis
tipis (KLT) melalui beberapa macam eluen
dan hanya menampilkan spot tunggal
dengan nilai Rf, range of flow yang spesifik
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 1.

20
Imran/J. Prog. Kim. Si. 2011, 1 (1): 16-24

Tabel 1. Kisaran Rf, berat, dan bioaktivitas masing-masing fraksi gabungan


Fraksi gabungan Kisaran Rf Berat (g) Letalitas,
LC50
(µg/ml)
FA (F1-6) 0,75-1,00 0,62 231
FB (F7-11) 0,70-0,95 0,82 259
FC (F12-15) 0,50-0,92 1,36 141
FD (F16-21) 0,40-0,75 2,86 145
FE (F22-25) 0,05-0,55 3,45 276
FF (F26-28) 0,03-0,38 2,49 452
FG (F29-36) 0 2,13 917

CHCl3 : n-heksan Aseton : n-heksan EtOAc : n-heksan MeOH : CHCl3

4:6 1:9 2:8 0,5 : 9,5

Gambar 1. Kromatogram KLT senyawa 1 dengan beberapa eluen

21
Imran/J. Prog. Kim. Si. 2011, 1 (1): 16-24

CH2Cl2 : n-heksan CHCl3 : n-heksan EtOAc : n-heksan CHCl3

1:9 2:8 0,5 : 9,5 100 %

Gambar 2. Kromatogram KLT senyawa 2 dengan beberapa eluen

3.2 Isolasi Metabolit Sekunder alkaloid menggunakan pereaksi meyer


Senyawa 1 dan 2 dikarakterisasi negative terlihat pada Tabel 2..
lebih lanjut dengan cara pengujian uji titik
leleh dan penentuan golongan senyawa. Tabel 2. Data uji titik leleh dan golongan
senyawa 1 dan 2
Pengujian titik leleh senyawa 1 diperoleh
Titik Golongan senyawa
pada 229-231 °C dan senyawa 2 205-207
°
° Senyawa leleh, C Terpenoid Steroid Alkaloid
C menggunakan Apparatus Melting Ponit.
Rentang suhu leleh senyawa murni berkisar 1 229-231 + - -
°
1-2 C. Setelah kedua senyawa metabolit 2 205-207 + - -
sekunder ini dinyatakan sebagai senyawa
murni, selanjutnya diuji golongannya
dengan pereaksi Liebermann-Burchard dan 4. Kesimpulan
Pada jaringan kayu batang tumbuhan
Meyer. Senyawa 1 menunjukkan warna
paliasa K. hospita L. telah ditemukan dua
merah, positif sebagai golongan terpenoid.
senyawa metabolit sekunder golongan
Demikian pula senyawa 2 menunjukkan
terpenoid dalam ekstrak metilen klorida.
warna merah, positif sebagai golongan
Senyawa 1 adalah golongan terpenoid yang
senyawa terpenoid. Hasil pengujian
memberikan warna merah, juga senyawa 2

22
Imran/J. Prog. Kim. Si. 2011, 1 (1): 16-24

golongan terpenoid yang memberikan 3. Wink, M. 2003. Evolution of secondary


warna merah pada pengujian metode metabolites from an ecolological and
Liebermann Burchard. Senyawa 1 molecular phylogenetic perspective.
mempunyai titik leleh 229-231 °C dan Phytochemistry. 64: 13-19
senyawa 2 205-207 °C. Senyawa 1 memliki 4. Morel, A. F., Flach, A., Zanatta, N.,
sifat lebih polar dari senyawa 2. Ethur, E. M., Mostardeiro, M. A., and
Diharapkan adanya penelitian lanjutan Gehrke, T. S. 2005. A New
dari sampel yang sama dengan sampel cyclopeptide alkaloid from the bark of
dalam penelitian ini untuk penentuan Waltheria douradinha. Tetrahedron
struktur senyawa sehingga kedua senyawa Lett. 40, 9205-9209.
metabolit sekunder tersebut dapat 5. Hamza, O. J., Beukel, J. P.J. van den,
ditentukan strukturnya. Selain itu perlu Matee, M. I. M., Moshi, M. J., Mikx, F.
dilakukan pengujian akan khasiat senyawa H. M., Selemani, H. O., Mbwambo, Z.
yang ditemukan dalam penelitian ini H., and Verweij, P. E. 2006. Antifungal
sebagai perbandingan akan khasiat activity of some Tanzanian plants used
tumbuhan tersebut yang telah dimanfaatkan traditional for the treatment of fungal
sebelumnya secara tradisional. infections. Journal of
Ethnopharmacology. 108: 124-132.
5. Pustaka 6. Imran, G., Noor, A., Harlim, T., dan

1. Gressler, V., Stüker, C. Z., Dias, G. O. Soekamto, N. H. 2007. Skrining

C. de, Dalcol, I. I., Burrow, R. A., bioaktivitas jaringan tumbuhan paliasa

Schmidt, J., Wessjohann, L., and Morel, (Kleinhovia Hospita L.) asal Sulawesi

A. F. 2007. Quinolone alkaloid from Selatan. Jurnal Kimia dan Pendidikan

Waltheria douradinha. Phytochemistry. Kimia, Chemica. 8(2): 68-75.

69: 99-999. 7. Raflizar, Adimunca, C., dan Tuminah,

2. Ahmad, S.A. 2006. Keanekaragaman S. 2006. Dekok daun paliasa

sumber alam hayati sebagai sumber (Kleinhovia hospita Linn.) sebagai obat

senyawa kimia yang berguna. Makalah radang hati akut. Cermin Dunia

Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kedokteran. 50 : 10-14.

Kimia FMIPA, Universitas Negeri


Makassar, Makassar 2 September 2006.

23
Imran/J. Prog. Kim. Si. 2011, 1 (1): 16-24

8. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna dalam Seminar Pascasarjana Universitas


Indonesia II. Jakarta: Badan Libang Hasanuddin, Makassar, 23 Februari
Kehutanan. 2004.
9. Latif, A., Faridah, H.I., and Maesa, 13. Imran, G., Noor, A., Harlim, T., dan
L.J.G. Van den. 1997. Kleinhovia Soekamto, N. H. 2008. Senyawa
hospita Linn. Plant Resources in triterpenoid asam 3-asetoksi-12-
Southeast Asia, No. 11. Bogor: oleanen-28-oat dari ekstrak metilen
Indonesia. klorida pada tumbuhan (Kleinhovia
10. Anderson, J.E., Goeetz, C.M., hospita Linn.). Informasi Teknologi. 14
McLaughlin. 1990. A blind comparison (2): 92-100.
of simple bench-top bioassay and 14. Imran, G., Noor, A., Soekamto, N. H.,
human tumor cell cytotoxicities as dan Harlim, T. 2009. Penentuan
antitumor prescreen. Journal golongan senyawa metabolit sekunder
Phytochemical Analysis. 6: 107-111. dalam ekstrak n-heksan pada kayu
11. Noor, A. dan Kumanireng, A.S. 2004. batang tumbuhan (Kleinhovia hospita
Isolasi dan identifikasi konstituen Linn.). Informasi Sains dan Teknologi
organik tanaman daun paliasa, Kimia. 1 (3): 22-28.
Kleinhovia hospita Linn., pada 15. Fahmi, R. 2002. Uji fitokimia
kelarutan berdasarkan kelompok kandungan metabolit sekunder (Untuk
polaritasnya. Laporan Hasil Penelitian. Survey di Lapangan). Makalah
Makassar: TPSDP BATCH II Unhas. Workshop Peningkatan Sumberdaya
12. Taebe, B. 2004. Standarisasi ekstrak Manusia Kajian Kimia Organik Bahan
daun paliasa (Kleinhovia hospital Alam Hayati dan Pelestarian Hutan,
Linn.) sebagai bahan baku sediaan Padang 21-27 Juli 2002.
fitofarmaka. Makalah disampaikan

24

Anda mungkin juga menyukai