Anda di halaman 1dari 16

OLEH KELOMPOK 1

1.
2.
3.
4.
5. NI KOMANG WIDYANTI
6. GUSTI AYU PUTU PRAMITA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG
2017
KATA PENGANTAR

Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas izinnya
kami dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah Ilmu Keperawatan Dasar dengan judul
“Pengantar Konsep Dasar KDM” dengan tepat padar waktunya.

Kami sudah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin, akan tetapi
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Namun berkat
arahan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak termasuk dosen dan teman-
teman, makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu serta memberikan arahan dan bimbingan kepada kami.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi
pembaca umumnya. Kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I....................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN..................................................................................................................... 1
1. Latar Belakang.............................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
3. Tujuan.......................................................................................................................... 2
4. Manfaat........................................................................................................................ 2
BAB II ISI................................................................................................................................ 3
A. Konsep VSD (Defek Septum Ventricular).....................................................................3
B. Asuhan Keperawatan Pada VSD..................................................................................9
1. Konsep Pengkajian: Bio-Psiko-Sosio-Spiritual.............................................................9
2. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................16
3. Intervensi Keperawatan..............................................................................................17
BAB III................................................................................................................................... 27
PENUTUP............................................................................................................................. 27
1. Simpulan.................................................................................................................... 27
2. Saran.......................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sebagai perawat atau ners materi yang sangat penting dan
menentukan adalah memahami konsep caring, mampu menanamkan dalam
hati, disirami, dipupuk untuk mampu memperlihatkan kemampuan soft skill
sebagai perawat yaitu empati, bertanggung jawab dan tanggung gugat serta
mampu belajar seumur hidup. Semua itu akan berhasil dicapai oleh perawat
kalau mereka mampu memahami apa itu caring. Saat ini, caring adalah isu
besar dalam profesionalisme keperawatan. Mata ajaran ini mendeskripsikan
tentang keperawatan dasar dimana perawat akan mendalami konsep sebagai
dasar ilmu keperawatan. Diharapkan perawat mampu memahami tentang
pentingnya perilaku caring sebagai dasar yang harus dikuasai oleh perawat
atau ners. Humanisme adalah upaya mengimplementasikan sikap dan
tindakan yang sesuai prinsip-prinsip penghargaan dan penghormatan nilai -
nilai kemanusiaan yang meliputi segala aspek kehidupan.

Teori keperawatan atau konsep model dalam keperawatan merupakan


teori yang mendasari bagaimana seorang perawat dalam mengaplikasikan
praktik keperawatan, beberapa teori diantaranya adalah teori adaptasi dari
roy, teori komunikasi terapeutik dari peplau, teorigoal atteccment dari bety
newman dan sebagainya. Leininger’s konsep model yang dikenal dengan
sunrise modelnya merupakan salah satu teori yang diap;ikasikan dalam
praktik keperawatan.

Teori leininger berasal dari ilmu antropologi, tapi konsep ini relevan
untuk keperawatan. Leininger mendefinisikan “Transkultural nursing” sebagai
area yang luas dalam keperawatan yang mana berfokus dalam komparatif
studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku
caring, nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku

3
dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk
kultur yang universal dalam keperawatan.

Aplikasi teori dalam transkultural dalam keperawatan diharapkan


adanya kesadaran dan apresiasi terhadap perbeaan kultur. Hal ini berarti
perawat yang professional memiliki pengetahuan dan praktek yang
berdasarkan kultur secara konsep petencanaan dan untuk praktik keperawatn.
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan
sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik
keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal kultur yang spesifik
adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh kelompok
laen. Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma – norma yang diyakini
dan dilakukan hamper semua kultur seperti budaya minum the dapat
membuat tubuh sehat (leininger, 2002).

Leininger mengembangkan teorinya dari perbadaan kultur dan


universal berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan
kultur dapat menjadi sumber informasi dan menentuan jenis perawatan yang
diinginkan dari pemberian peleyanan yang professional, karena kultur adalah
pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan
tindakan. Culture care adalah teori yang holistic karena meletakan di dalam
nya ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk
social struktur, pandangan dunia, nilai cultural, konteks lingkungan, ekspresi
bahasa dan etnik serta system professional.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep caring, holisme dan humanisme?

b. Bagaimana pengembangan sikap empati dan caring?

c. Bagaimana aplikasi caring dalam kehidupan sehari-hari dan praktik


keperawatan?

d. Bagaimana perbedaan caring dan curing?

4
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep caring, holisme dan humanisme

b. Untuk mengetahui pengembangan sikap empati dan caring

c. Untuk mengetahui aplikasi caring dalam kehidupan sehari-hari dan praktik


keperawatan

d. Untuk mengetahui perbedaan caring dan curing

4. Manfaat
Dengan mempelajari ilmu keperawatan dasar dengan pengantar konsep dasar
KDM diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar KDM.

5
BAB II

ISI

A. Konsep Caring, Holisme Dan Humanisme


A. CARING
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir,
berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain.

Menurut Pasquali dan Arnold serta Watson,human care terdiri dari upaya untuk melindungi,
meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang
lain.
Menurut Watson, ada 7 asumsi yang mendasari konsep caring yaitu:
a) Caring hanya akan efektif bila Di perlihatkan dan dipraktekkan secara interperonal.
b) Caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam membantu memenuhi
kebutuhan manusia atau klien.
c) Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga.
d) Caring merupakan respon yang dterima oleh seseorang tidak hanya saat itu saja namun juga
mempengaruhi akan seperti apakah seseorang terebut nantinya.
e) Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung perkembangan seseorang
dan mempengaruh seseorang dalam memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri.
f) Caring lebih kompleks dari pada curing
g) Caring merupakan inti dari keperawatan.

Proses Keperawatan dalam Teori Caring


Watson (1979) menekankan bahwa proses keperawatan memiliki langkah - langkah
sama dengan proses riset ilmiah, karena kedua proses tersebut mencoba untuk menyelesaikan
masalah dan menemukan solusi yang terbaik.
Lebih lanjut Watson menggambarkan kedua proses tersebut sebagai berikut (tulisan
yang dimiringkan menandakan proses riset yang terdapat dalam proses keperawatan):

a. Pengkajian
Meliputi observasi, identifikas dan review masalah menggunakan pengetahuan dari
literature yang dapat diterapkan melibatkan pengetahuan konseptual untukpembentukan dan
konseptualisasi kerangka kerja yang digunakan untuk memandang dan mengkaji
masalah. (Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979 - 2697, Vol. 1 No.3, September 2008:147-
150). Pengkajian juga meliputi pendefinisian variabel yang akan diteliti dalam memecahkan
masalah.

Watson (1979) dalam Julia (1995) menjelaskan kebutuhan yang harus dikaji oleh perawat
yaitu:
6
1) Lower order needs (biophysical needs) yaitu kebutuhan untuk tetap hidup meliputi
kebutuhan nutrisi, cairan, eliminasi dan oksigenisasi.
2)Lower order needs (psychophysical needs) yaitu kebutuhan untuk berfungsi,
meliputi kebutuhan aktifitas, aman, nyaman dan seksualitas.
3)Higher order needs (psychosocial needs) yaitu kebutuhan integritas yang
meliputi kebutuhan akan penghargaan dan berafiliasi.
4) Higher order needs (intrapersonali needs) yaitu kebutuhan untuk aktualisasi diri.

b. Perencanaan
Perencanaan membantu untuk menentukan bagaimana variable -variabel akan diteliti
atau diukur, meliputi suatu pendekatan konseptual atau design untuk memecahan masalah
mengacu pada ASKEP serta meliputi penentuan data apa yang akan dikumpulkan dan pada
siapa serta bagaimana data akan dikumpulkan.

c. Implementasi
Merupakan tindakan langsung dan implementasi dari rencana serta
meliputipengumpulan data.

d. Evaluasi
Merupakan metode dan proses untuk menganalisa data juga untuk meneliti efek dari
intervensi berdasarkan data serta meliputi interpretasi hasil, tingkat dimana suatu tujuan yang
positif tercapai dan apakah hasil tersebut dapat digeneralisasikan.
Jadi, teori caring menurut Watson dapat disimpulkan bahwa adanya keseimbangan
antara aspek jasmani dan spiritual dalam asuhan keperawatan. (Sujana, 2008).

Manfaat Caring :
a) Dapat membantu memenuhi kebutuhan manusia dan klien.
b) Sebagai focus pemersatu untuk praktek keperawatan
c) Membantu menumbuhkan kepercayaan dan membuat hubungan dalam keperawatan secara
manusiawi
d) Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif dan negative atau baik
buruknya
e) Bias memberikan bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi pasien dan klien
f) Menimbulkan kesensitifas terhadap diri sendiri dan orang lain
g) Caring memberikan manfaat asuhan fisik yang baik serta meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien

Sikap Caring
ASKEP bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat
memperlihatkan sikap caring kepada klien. Dalam memberikan asuhan, perawat
menggunakankeahlian, kata - kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu
berada disamping klien dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan.
7
Karakteristik Caring
Menurut Wolf dan Barnum (1998) :
a. Mendengar dengan perhatian.
b. Memberi rasa nyaman.
c. Berkata jujur.
d. Memiliki kesabaran.
e. Bertanggung jawab.
f. Memberi informasi.
g. Memberi sentuhan.
h. Memajukan sensitifitas.
i. Menunjukan rasa hormat pada klien.
j. Memanggil klien dengan namanya.

B. HOLISME
Holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkahlaku sebagai kesatuan yang utuh,
bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur
terpisah tetapi bagian dari satu kesatuan dan apa yang terjadi dibagian satu akan
mempengaruhi bagian lain. Hukum inilah yangsemestinya ditemukan agar dapat dipahami
berfungsinya setiap komponen
Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah :
1. Kepribadian normal ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi dan koherensi
(unity, integration, consistency, dan coherence). Organisasi adalah keadaan normal dan
disorganisasi berarti patologik.
2. Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada bagian yang
dapat dipelajari dalam isolasi. Keseluruhan berfungsi menurut hukum-hukum yang tidak
terdapat dalam bagian-bagian.
3. Organisme memiliki satu dorongan yang berkuasa, yakni aktualisasi diri (self actualization).
Orang berjuang tanpa henti (continuous) untuk merealisasikan potensi inheren
yang dimilikinya pada ranah maupun terbuka baginya.
4. Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi
organisme, jika terkuak di lingkungan yang tepat, akan menghasilkan kepribadian yang sehat
dan integral.
5. Penelitian komprehensif terhadap satu orang lebih berguna daripada penelitian ekstensif
terhadap

C. HUMANISME
Pengertian Humanisme

8
Dalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal - hal yang
positif. Kemampuan positif ini disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik beraliran
humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang
positif. Kemampuan positif tersebut erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang
terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan karateristik sangat kuat yang nampak dari
para pendidik beraliran humanisme.
Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini
berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri serta realisasi diri
orang yang belajar secara optimal.

Ciri - Ciri Teori Humanisme


Pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif.
Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan
yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup
kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri ditujukan untuk
memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan masyarakat. Ketrampilan atau
kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan
karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.

Contoh teori humanistic :


Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat
laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik - baiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya
yaitu membantu masing - masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia unik dan membantu dalam mewujudkan potensi - potensi yang ada dalam diri
mereka.
Dalam keperawatan, humanisme merupakan suatu sikap dan pendekatan yang
memperlakukan pasien sebagai manusia yang mempunyai kebutuhan lebih dari sekedar
nomor tempat tidur atau sebagai seorang berpenyakit tertentu. perawat yang menggunakan
pendekatan humanistik dalam prakteknya memperhitungkan semua yang diketahuinya tentang
pasien yang meliputi pikiran, perasaan, nilai-nilai, pengalaman, kesukaan, dan bahasa tubuh.

B. Pengembangan sikap empati dan caring

9
Empati
Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai dengan apa yang
dirasakan oleh orang lain secara psikologis. Empati memiliki beberapa fungsi yang dapat
membantu seseorang dalam bersosial, berinteraksi, berkomunikasi, dan bersikap di
lingkungan masyarakat.
Sebagai perawat dibutuhkan kemampuan khusus yang tidak semua orang memilikinya, yaitu
kemampuan empati. Perawat yang diharapkan memiliki kemampuan empati, yaitu
kemampuan untuk melakukan aksi komunikasi secara sadar kepada pasien sehingga dapat
memahami dan merasakan suasana hati pasien tersebut, mampu melihat permasalahan dari
sudut pandang pasiean, dan tidak bersikap menghakimi,menyalahkan atau menghina
pasien. Perilaku yang muncul dari tiap perawat terhadap pasien berbeda-beda, hal ini terkait
dengan kemampuan empati perawat itu sendiri, adapun yang mempengaruhi kemampuan
empati, yaitu: pikiran yang optimis, tingkat pendidikan, keadaan psikis (mood), pengalaman,
usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, status sosial, dan beban hidup. Faktor-
faktor tersebut diperlukan untuk menunjang perawat dalam meningkatkan kemampuan
empati.
Seperti disebutkan sebelumnya, apabila kondisi fisik seseorang mengalami suatu keadaan
sakit, maka akan mempengaruhi kondisi psikisnya pula, dan biasanya pasien akan lebih labil
emosinya. Nah, tenaga kesehatan khususnya perawat harus peka dengan keadaan seperti
ini, perawat tidak hanya menangani kondisi fisik dari pasien tetapi kondisi psikisnya juga,
dengan berempati kepada pasien maka diharapkan pasien dapat sembuh lebih cepat.
Membangun Pribadi “Caring” Perawat
Era globalisasi yang sedang dan akan kita hadapi dibidang kesehatan menimbulkan
secercah harapan akan peluang (opportunity) meningkatnya pelayanan kesehatan.
Terbukanya pasar bebas memberikan pengaruh yang penting dalam meningkatkan
kompetisi disektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit memberikan pengaruh dalam
manajemen rumah sakit baik milik pemerintah, swasta dan asing dengan tujuan akhir adalah
untuk meningkatkan pelayanan. Tuntutan masyrakat akan pelayanan kesehatan yang
memadai semakin meningkat turut meberikan warna diera globalisasi dan memacu rumah
sakit untuk memberikan layanan terbaiknya agar tidak dimarginalkan oleh masyarakat.
Mutu pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, bahkan
menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit) di mata
masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah
terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan orang lain, kesakitan,
kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah satu indikator mutu layanan keperawatan
adalah kepuasan pasien. Perilaku Caring perawat menjadi jaminan apakah layanan
perawatan bermutu apa tidak.
Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984), Benner (1989),
menempatkan caringsebagai dasar dalam praktek keperawatan. Diperkirakan bahwa ¾
pelayanan kesehatan adalah caringsedangkan ¼ adalah curing. Jika perawat sebagai suatu
kelompok profesi yang bekerja selama 24 jam di rumah sakit lebih
menekankan caring sebagai pusat dan aspek yang dominan dalam pelayanannya maka tak
dapat disangkal lagi bahwa perawat akan membuat suatu perbedaan yang besar
antara caring dan curing(Marriner A-Tomey, 1998). Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah
bahwa kebanyakan perawat terlibat secara aktif dan memusatkan diri pada fenomena medik
seperti cara diagnostik dan cara pengobatan.

10
Caring yang diharapkan dalam keperawatan adalah sebuah perilaku perawatan yang
didasari dari beberapa aspek diantaranya : 1) human altruistic (mengutamakan nilai-nilai
kemanusiaan), 2) Menanamkan kepercayaan-harapan, 3) Mengembangkan kepekaan
terhadap diri sendiri dan orang lain, 4) Pengembangan bantuan dan hubungan saling
percaya, (5) meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif dan negatif, (6)
sistematis dalam metode pemecahan masalah (7) Pengembangan pendidikan dan
pengetahuan interpersonal, (8) meningkatkan dukungan, perlindungan mental, fisik, sosial
budaya dan lingkungan spiritual (9) Senang membantu kebutuhan manusia, (10)
menghargai kekuatan eksistensial-phenomenologikal. (Watson, 1979).
Untuk membangun pribadi Caring, perawat dituntut memiliki pengetahuan tentang manusia,
aspek tumbuh kembang, respon terhadap lingkungan yang terus berubah, keterbatasan dan
kekuatan serta kebutuhan-kebutuhan manusia. Bukan berarti kalau pengetahuan perawat
tentang Caring meningkat akan menyokong perubahan perilaku perawat.
Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam
merawat pasien. Secara teoriti ada tiga kelokmpok variabel yang mempengaruhi kinerja
tenaga kesehatan diantaranya variabel individu, variabel organisasi dan psikologis. Menurut
Gibson(1987) yang termasuk variabel individu adalah kemampuan dan ketrampilan, latar
belakang dan demografi. Variable psikologi merupakan persepsi, sikap, kepribadian, belajar
dan motivasi. Dan variabel organisasi adalah kepemimpinan, sumber daya, imbalan struktur
dan desain pekerjaan. Dengan demikian membangun pribadi Caring perawat harus
menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan individu melalui peningkatan pengetahuan dan
ketrampilancaring. Pendekatan organisasi dapat dilakukan melalui perencanaan
pengembangan, imbalan atau yang terkait dengan kepuasan kerja perawat dan serta
adanya effektive leadership dalam keperawatan. Peran organisasi(rumah sakit) adalah
menciptakan iklim kerja yang kondusif dalam keperawatan melalui kepemmpinan yang
efektif, perencanaan jenjang karir perawat yang terstruktur, pengembangan system
remunerasi yang seimbang dan berbagai bentuk pencapaian kepuasan kerja perawat.
Karena itu semua dapat berdampak pada meningkatnya motivasi dan kinerja perawat dalam
caring.
Akan tetapi tidak mudah merubah perilaku seseorang dalam waktu yang singkat. Apakah
orang yang lulus pendidikan tinggi melalui pendidikan berlanjut menjadi baik
perilaku caring nya ? Apakah dengan iklim organisasi yang baik tiba-tiba seseorang perawat
akan lebih Caring. Bukan pekerjaan yang mudah untuk merubah perilaku seseorang. Yang
terbaik adalah membentuk Caring perawat sejak dini, yaitu sejak berada dalam pendidikan.
Artinya peran pendidikan dalam membangun caring perawat sangat penting. Dalam
penyusunan kurikulum pendidikan perawatan harus selalu memasukkan unsur caring dalam
setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan kepercayaan, komitmen
membantu orang lain dan berbagai unsure caring yang lain harus ada dalam pendidikan
perawatan. Andaikata pada saat rekruitmen sudah ada system yang bisa menemukan
bagaimana sikap caring calon mahasiswa keperawatan itu akan membuat perbedaan yang
mendasar antara perawat sekarang dan yang akan datang dalam perilaku caring– nya.
Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat
dapat memperlihatkan sikap “caring” kepada klien. Dalam memberikan asuhan, perawat
menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan,
selalu berada disamping klien, dan bersikap “caring” sebagai media pemberi asuhan
(Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para perawat dapat
diminta untuk merawat, namun meraka tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan
dengan menggunakan spirit “caring”.
11
Spirit “caring” seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati
perawat yang terdalam. Spritit “caring” bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan
perawata yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya,
setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berada ketika memberikan asuhan kepada
klien.
“Caring” merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat
etik dan filosofikal. “Caring” bukan semata-mata perilaku. “Caring” adalah cara yang memiliki
makna dan memotivasi tindakan (Marriner-Tomey, 1994). “Caring”juga didefinisikan sebagai
tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan perhatikan emosi sambil
meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999).
Sikap ini diberikan memalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Prilaku “caring” menolong
klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial.
Diyakini, bersikap “caring” untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai
lingkungan merupakan esensi keperawatan.
Watson menekankan dalam sikap”caring” ini harus tercermin sepuluh faktor kuratif yaitu:
 Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistik. Perawat menumbuhkan rasa
puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien. Selain itu, perawat juga
memperlihatkan kemapuan diri dengan memberikan pendidikan kesehatan pada
klien.
 Memberikan kepercayaan – harapan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan
asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu, perawat meningkatkan prilaku
klien dalam mencari pertolngan kesehatan.
 Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat belajar menghargai
kesensitifan dan perasaan kepada klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih
sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain.
 Mengembangan hubungan saling percaya. Perawat memberikan informasi dengan
jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut merasakan apa yang dialami klien.
 Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien. Perawat
memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien.
 Penggunaan sistematis metoda penyalesaian masalah untuk pengambilan
keputusan. Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir
dan pendekatan asuhan kepada klien.
 Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan
mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk
pertumbuhan personal klien.
 Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung.
Perawat perlu mengenali pengaruhi lingkungan internal dan eksternal klien terhadap
kesehatan kondisi penyakit klien.
 Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manisiawi. Perawat perlu
mengenali kebutuhan komperhensif diri dan klien. Pemenuhan kebutuhan paling
dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.
 Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar pertumbuhan diri dan
kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang seseorang klien perlu
12
dihadapkan pada pengalaman/pemikiran yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah
agar dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri.
Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalui dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam diri
klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat
diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk
lebih memahami diri sebelum mamahami orang lain.
Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan signifikan. Inti dari
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adlah hubungan perawat-klien yang
bersifat profesional dengan penekanan pada bentuknya tinteraksi aktif antara perawat dan
klien. Hubungan ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi
keinginan klien untuk bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.
C. APLIKASI CARING DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN DALAM KEPERAWATAN

13
BAB III

PENUTUP

1. Simpulan
Caring merupakanfenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir,
berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain.Caring merupakan inti dari
keperawatan.Perawat dituntut untuk bersikap care dan juga harung caring dengan
sekitarnya.Tujuan caring adalah untuk mendukung proses penyembuhan secara
total(hoover,2002). Perilaku caring dan curing sangatlah berbeda karena caring identik
dengan tindakan asuhan keperawatan ,sedangkan curing adalah pengobatan terhadap
penyakit klien.Antar caring dan curing saling berhubungan satu sama lain.

SARAN

Sikap caring harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari – hari,agar perilaku caring tumbuh
secara alami dalam jiwa perawat.ketika menghadapi klien,perawat dengan mudah
memberikan asuhan keperawatan.Klien yang sakitkadang hanya butuh perhatian dan empati
dari seseorang yang merawatnya agar ia lebih semangat dalam menghadapi penyakitnya.Oleh
karena itu sebagai perawat disarankan agar benar – benar faham tentang perilaku caring ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

A Potter, & Perry, A. G. 2007. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,. Proses,
Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.

Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC

http://abisha.co.id/notes/membangun-pribadi-caring-perawat/
Watson, J. Human Caring Science. Jones & Bartlett Publishers; 2011.
Watson, J., Foster, R. (2003). The Attending Nurse Caring Model®: integrating theory,
evidence and advanced caring–healing therapeutics for transforming professional
practice. Journal of clinical nursing; 2003 : 360–365.
https://staff.ui.ac.id/internal/132014715/material/PerilakuCaringdalamPemberianAsuhanKeper
awatan.pdf
https://www.scribd.com/doc/44891595/Caring-Menurut-Watson

15

Anda mungkin juga menyukai