Anda di halaman 1dari 13

KATA PEGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat taufiq,
hidayah serta pertolongan-Nya saya dapat menyusun makalah ini dengan dan dapat
selesai tepat pada waktunya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya serta tabi’it-tabi’inya.
Dalam makalah ini saya membahas Etika Muslim Terhadap Orang Tua. Dalam
penyusunan makalah ini, penyusun menyadari jauh dari kesempurnaan baik dalam
penempatan kata, ejaan, maupun cara penyusunannya. Untuk itu, penyusun sangat
mengharap kritik dan saran untuk perbaikan pada kesempatan yang akan datang.
Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberikan ilmu,
informasi, pengetahuan, dan wawasan baru yang bermanfaat, guna untuk
mengembangkan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

Surabaya, 10 Desember 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................


DAFTAR ISI ..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .......................................................................................
I.2 Rumusan Masalah ..................................................................................
I.3 Tujuan .....................................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
II.1 Pengertian Birrul Walidain .....................................................................
II.2 Keutamaan Birrul Walidain ...................................................................
II.3 Bentuk-bentuk Birrul Walidain ..............................................................
II.4 Bentuk-bentuk Durhaka Terhadap Orang Tua .......................................
II.5 Pahala Berbakti Kepada Orang Tua .......................................................
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan .............................................................................................
III.2 Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Islam telah mengajarkan kepada kita agar berbakti kepada orang tua.
Mengingat banyak dan besarnya pengorbanan serta kebaikan orang tua terhadap
anak, yaitu memelihara dan mendidik kita sejak kecil tanpa perhitungan biaya
yang sudah dikeluarkan dan tidak mengharapkan balasan sedikit pun dari anak.
Meskipun anak sudah mandiri dan bercukupan tetapi orang tua tetap
memperlihatkan kasih sayangnya. Oleh karena itu seorang anak memiliki macam-
macam kewajiban terhadap orang tuanya menempati urutan kedua setelah Allah
Swt. Berbakti kepada orang tua tidak hanya sebatas pada saat keduanya masih
hidup, melainkan harus terus dilakukan setelah keduanya meninggal. Maka dari
itu dalam makalah ini, saya akan memaparkan tentang birrul walidain.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari birrul walidain dan dasar hukumnya?
2. Apa saja keutamaan dari birrul walidain?
3. Apa saja bentul-bentuk birrul walidain?
4. Bagaimana pahala berbakti kepada kedua orang tua?
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum birrul walidain.
2. Untuk mengetahui keutamaan dari birrul walidain.
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk birrul walidain.
4. Unruk mengetahui pahala berbakti kepada kedua orang tua.
BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Pengertian Birrul Walidain


Islam memandang, berbakti kepada kedua orang tua adalah ibadah yang
sangat besar pahalanya. Sebab merekalah yang mengasuh, membesarkan,
mendidik, dan menghidupi anak-anaknya. Bahkan dalam salah satu riwayat
Rasulullah menegaskan : “Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan kedua
orang tua dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan keduanya .” Bergaul
dengan keduanya dengan cara yang baik, berkata kepada keduanya dengan
perkataan yang lemah lembut, tawadlu (rendah diri), tidak boleh kibir (sombong)
bila sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia.
Firman Allah SWT dalam Al Quran:

ْ‫َٱع ُب ُدوا‬ ۡ ‫ٱّلل و‬ َْ ‫ش ِر ُكواْ و‬


َْ َ ‫َل‬ ۡ ُ‫هۦ ت‬ ِ ‫ي ِب‬ َ ْٔ‫ن ا‬
ْۡ ‫ٔش‬ ِْ ‫سنا َوبِ ۡٱل َٰ َولِد َۡي‬
َ َٰ ‫َى َوبِ ِذي إِ ۡح‬َْٰ ‫َى ۡٱل ُقرۡ ب‬
َْٰ ‫و َۡٱليَ َٰ َتم‬
ِْ ‫ك‬
‫ين‬ ِ ‫َس‬َ َٰ ‫َار و َۡٱلم‬ ِْ ‫َى ِذي و َۡٱلج‬ َْٰ ‫َار ۡٱل ُقرۡ ب‬
ِْ ‫ب و َۡٱلج‬ ُ ‫ب ۡٱل‬
ِْ ‫ج ُن‬ ِْ ‫ح‬ ِ ‫صا‬ َ ‫ب وَٱل‬ ِْ ‫ن بِ ۡٱلج َۢن‬
ِْ ‫يل و َۡٱب‬ َ
ِْ ‫ٱلس ِب‬ ‫َومَا‬
َ َ‫م مَل‬
ْۡ ‫ك‬
‫ت‬ َ َٰ ‫ن أَ ۡي‬
ْۡ ‫م ُن ُك‬ َْ ِ‫ٱّلل إ‬
َْ َ ‫ل‬
َْ ْ‫حب‬ ِ ‫ان مَن ُي‬ َْ ‫خورًا ُم ۡختَالْ َك‬ ُ ‫ َف‬٣٦

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. (An
Nisa: 4/ 36)

ْ‫ى‬
َٰ ‫ض‬َ ‫ك و ََق‬
َْ ‫ل رَب‬َْ َ‫ل ٓ تَ ۡع ُب ُدوٓاْ أ‬
َْ ِ‫ن إِيَا ُْه إ‬
ِْ ‫س ًناْ َوبِ ۡٱل َٰ َولِد َۡي‬ َْ ‫ك يَبۡ لُ َغ‬
َ َٰ ‫ن إِ َما إِ ۡح‬ ِ ‫مْآ ۡٱلكِبَ َْر‬
َْ ‫عن َد‬ ُ ‫ح ُد‬
َ ‫ه‬ َ َ‫أ‬
ْ‫همَا أَ ۡو‬
ُ ‫َل كِ ََل‬ َ ‫َل أُفْ ل َ ُه‬
َْ ‫مْآ تَ ُقل َف‬ َْ ‫همَا و‬ ُ ۡ‫ َك ِريما َق ۡولْ لَ ُهمَا و َُقل تَ ۡنهَر‬٢٣ ‫ض‬ ۡ ‫ح لَ ُهمَا و‬
ْۡ ‫َٱخ ِف‬ َْ ‫جنَا‬َ
ْ‫ل‬
ِ ‫ة ِمنَْ ٱلذ‬ َ ‫ص ِغيرا َربَيَانِي َكمَا ٱرۡ ح َۡم ُهمَا َربِْ و َُقل ٱل َر ۡح‬
ِْ ‫م‬ َ ٢٤
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah
melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku,
sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah menyayangiku pada
waktu kecil.’” (QS : Al-Isro: 17/ 23-24)

ُ
َ ‫نسنَْ َو َو‬
‫ص ۡينَا‬ ِ ۡ ْ‫ه‬
َ َٰ ‫ٱۡل‬ ُْ ‫حمَلَ ۡت‬
ِ ‫ه بِ َٰ َولِد َۡي‬ ‫ىْ و َۡه ًنا أم ُۥ‬
َ ‫ه‬ ‫صلُ ُۥ‬
َٰ َ‫ه و َۡهنْ َعل‬ َ َٰ ِ‫نْ فِي َوف‬ ِ َ‫أ‬
ِ ‫نْ َعام َۡي‬
ْۡ‫ٱش ُكر‬ َْ َ‫صي ُْر إِل‬
َْ ‫ي َولِ َٰ َولِد َۡي‬
ۡ ‫ك لِي‬ ِ ‫م‬َ ‫ ۡٱل‬١٤

“Dan Saya perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS :
Luqman :31/ 14)
Bir: kebaikan, berdasarkan sabda Rosulullah SAW, “al-birr adalah
baiknya akhlak”.(H.R.Muslim) Al-birr adalah mentaati kedua orang tua didalam
semua apa yang mereka perintahkan kepada engkau, selama tidak bermaksiat
kepada Allah, dan AL-‘uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat baik
kepadanya.
Jadi, birrul walidain yaitu kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh
seorang anak kepada kedua orang tuanya. Lawannya adalah durhaka kepada
kedua orang tua, berbuat kejelekan dan menyianyiakan hak.
a. Hukum Birrul Walidain
1. Birrul walidain hukumnya adalah wajib kecuali dalam hal yang haram.
2. Dasarnya adalah al-qur’an, sunnah, dan ijma’.
b. Kedudukan Birrul Walidain
Syari’at islam meletakkan kewajiban birrul walidain menempati rangking
kedua setelah beribadah kepada Allah SWT dengan mengesakan-Nya. Birrul
Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan
Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga
berbuat baik pada keduanya juga menempati posisi yang sangat mulia, dan
sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang sangat hina.
Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses
reproduksi dan regenerasi umat manusia.
Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan
seorang ibu dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya.
Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia berperan besar
dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan dan mendidik
anaknya, sehingga mampu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat tidak
terbatas.
Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si
anak dituntut untuk berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk
mendurhakainya.
II.2 Keutamaan Birrul Walidain
1. Hadis Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.
ُْ ‫ل قال قال عنهما هللا رضي َعم ٍرو بن هللا َعب‬
ْ‫د َعن‬ ُْ ‫وسلم عليه هللا صلى هللا رسو‬:
َ ‫ضى فى هللاُْ ِر‬
‫ضى‬ ِْ ‫طُ و الوَالِدَي‬
َ ‫ن ِر‬ ْ‫خ‬ َ ‫طُ فى هللا‬
َ ‫س‬ ْ‫خ‬َ ‫س‬
َ ‫ن‬
ِْ ‫الوَالِدَي‬
( ‫)والحاكم حبان ابن وصححه الترمذي اخرجه‬

Artinya: dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah
bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka
Allah itu terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai
shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
2. Hadis Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.
ْ‫هرَي َر َْة اَبِي َعن‬
ُ ‫جلْ جَا َْء قال عنه هللا رضي‬ ُ ‫ل الى َر‬ِْ ‫يَا فقال وسلم عليه هللا صلى هللا رسو‬
َْ ‫اس اَحَقْ مَنْ هللا رسو‬
‫ل‬ ِْ ‫ن الن‬ ُ ِ‫صحَابَتِي؟ ب‬
ِْ ‫حس‬ َ ‫قال‬: ‫قال اُمك‬: ‫م‬ َْ ُ‫قال اُمك ث‬: ‫ثم‬
َْ ُ‫قال مَن؟ ث‬: ‫م‬
‫ قال من؟‬:‫قال امك ثم‬: ‫ قال من؟ ثم‬: ‫ك ثم‬ َْ ‫)البخاري اخرجه( اَ ُبو‬
Artinya: dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: “ Suatu saat ada seorang laki-laki datang
kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya: “ Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak aku
pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab : “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah
menjawab: “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “Ibumu!”. Sekali lagi orang itu
bertanya: kemudian siapa? Rasulullah menjawab: “Bapakmu!”(H.R.Bukhari).
3. Hadis Abdullah bin Mas’ud tentang amal yang paling disukai Allah SWT.
َ ‫د أَ ُبو‬
‫ح َدثَنَا‬ ِْ ‫ح َدثَنَا ال َولِي‬
َ ‫َة‬ُْ ‫شعب‬ ُ ‫ل‬ َْ ‫د َقا‬ ُْ ‫ن ال َولِي‬ ٍْ ‫ل أَخبَ َرنِي َعيز‬
ُْ ‫َار ب‬ َْ ‫ت َقا‬
ُْ ‫مع‬ ِ ‫س‬َ ‫ي َعم ٍرو أَبَا‬ َ
َْ ِ‫الشيبَان‬
ُْ ‫ب أَخبَ َرنَا ي َُق‬
‫ول‬ ُْ ‫ح‬ ِ ‫ه ِذ ِْه صَا‬ ِْ ‫َار إِلَى بِيَ ِد ِْه وَأَومَْأَ ال َد‬
َ ‫ار‬ ِْ َ ‫ل‬
ِْ ‫ّللا َعب‬
ِْ ‫د د‬ ُْ ‫سأَل‬
َْ ‫ت َقا‬ َ ‫ي‬َْ ‫ّللا صَلَى ال َن ِب‬
ُْ َ
ْ‫ه‬ َْ َ‫َسل‬
ِ ‫م َعلَي‬ َ ‫َل أَيْ و‬ ِْ ‫ّللا إِلَى أَحَبْ ال َعم‬
ِْ َ ‫ل‬ َْ ‫ص ََل ُْة َقا‬
َ ‫ل وَقتِهَا َعلَى ال‬ َْ ُ‫ل أَيْ ث‬
َْ ‫م َقا‬ َْ ‫ن بِرْ َقا‬ َْ ‫َقا‬
ِْ ‫ل الوَالِدَي‬
َْ ُ‫ل أَيْ ث‬
‫م‬ َْ ‫يل فِي الجِهَا ُْد َقا‬ ِْ َ ‫ل‬
َ ‫ّللا‬
ِْ ِ‫سب‬ َْ ‫ح َدثَنِي َقا‬ َ ‫ن‬َْ ‫ه وَلَوْ بِ ِه‬
ُْ ُ‫لَزَا َدنِي اس َتزَدت‬
Telah menceritakan kepada saya Abu Al Walid telah menceritakan kepada saya Syu'bah
berkata; Al Walid bin 'Aizar telah mengabarkan kepadaku dia berkata: saya mendengar
Abu 'Amru Asy Syaibani berkata; telah mengabarkan kepada saya pemilik rumah ini,
sambil menunjuk kerumah Abdullah dia berkata: saya bertanya kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam; "Amalan apakah yang paling dicintai Allah? Beliau bersabda: "Shalat
tepat pada waktunya." Dia bertanya lagi; "Kemudian apa?" beliau menjawab: "Berbakti
kepada kedua orang tua." Dia bertanya; "Kemudian apa lagi?" beliau menjawab:
"Berjuang di jalan Allah." Abu 'Amru berkata; "Dia (Abdullah) telah menceritakan
kepadaku semuanya, sekiranya aku menambahkan niscaya dia pun akan menambahkan
(amalan) tersebut kepadaku."
4. Hadis Al-Mughirah bin Su’bah tentang Allah mengharamkan durhaka kepada ibu,
menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya.
‫ وسلم عليه هللا صلى النبي قال شعبة بن المغيرة عن‬: ‫المهات عقوق عليكم حرم هللا ان‬
‫)البخاري اخرجه( المال واضاعة السؤال وكثرة وقال قيل لكم وكره وهات ومنع البنات ووأد‬
Artinya: dari Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah bersabda: “
Sungguh Allah ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban,
meminta yang bukan haknya dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga
membenci orang yang banyak bicara, banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.”
(H.R.Bukhari).
C. Bentuk-bentuk birrul walidain
Berbuat baik kepada orang tua merupakan kewajiban seorang anak. Sehingga kita
berkewajiban melaksanakan apa yang telah diperintahkan dalam Al Quran dan As
Sunnah, yaitu :
v Saat orang tua masih hidup :
· Mentaati perintah orang tua selama tidak bertentangan dengan syariat dan akidah.
· Berbakti dan merendah diri (tawadhu’) dihadapan orang tua.
· Tidak sombong dihadapan orang tua
· Mendahulukan berbakti kepada Ibu dari pada ayah.
· Berbicara dengan lembut dihadapan mereka.
· Menyediakan makanan untuk mereka.
· Meminta izin kepada orang tua sebelum berjihad dan pergi untuk urusan lainnya.
· Memberi harta kepada orang tua menurut jumlah yang mereka inginkan, karena pada
hakikatnya semua harta kita adalah milik orang tua. Oleh karena itu berikanlah harta itu
kepada kedua orang tua, baik ketika mereka minta ataupun tidak.
· Membuat keduanya Ridho dengan berbuat baik kepada orang orang yang dicintai
mereka.
· Memenuhi sumpah kedua orang tua.
· Tidak mencela orang tua atau tidak menyebabkan mereka dicela orang lain.
· Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan santun,
baik dalam tingkah laku maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia
senja.[4]
v Ketika orang tua telah meninggal dunia, maka tidak ada yang diharapkan dari yang
hidup kecuali apa-apa yang bisa memberikan manfaat kepada akhirat-nya, berupa
pahala dan yang dapat menyelamatkannya dari siksa. Di antara yang dapat memberikan
manfaat kepada orang tua setelah meninggalnya yang dapat dilakukan oleh sang anak
dalam mewujudkan baktinya, adalah:
· Menyelenggarakan pengurusan jenazahnya seperti: memandikannya, mengkafaninya,
mensolatakannya dan menguburkannya.
· Berdoa untuk keduanya (asshalatu’alaihima)
· Memohonkan ampun keduanya (wal isthugfarulahuma)
· Memenuhi segala janjinya semasa hidup yang belum terlaksana seperti : wasiat,
utang piutang (wainfadu ahdihima). Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
ِْ ‫صيَامْ َو َعلَي‬
َْ ‫ه م‬
ْ‫َات مَن‬ ُْ ‫ه َعن‬
َْ ‫ه صَا‬
ِ ،‫م‬ ُْ ‫َولِي‬
“Barangsiapa yang meninggal dan masih menanggung hutang puasa, maka walinya
yang menunaikannya.” (HR. Bukhari, Muslim)
· Menghormati teman dan sahabat orang tua semasa keduanya masih hidup (waiqramu
shadiqihima).
· Menyambung kebiasaan baik orang tua semasa hidup, seperti sholat berjamaah di
mesjid, infaq dan shodaqoh, dll.
· Menyambung silaturrahim kepada orang yang keduanya juga pernah
menyambungnya. Antara lain dengan kerabat, handai taulan, sahabat. Abdullah Ibnu
‘Umar radhiyallahu'anhuma mengatakan, “aku mendengar Rasulullah shallallahu'alaihi
wa sallam bersabda:
َْ ِ‫ة ال ِب ِْر أَبَ َْر إ‬
‫ن‬ ُْ َ‫صل‬ َْ ‫ه ُو ِْد أَه‬
ِْ َ‫ل الوَل‬
ِ ‫د‬ ِْ ‫أَبِي‬
“Termasuk kebaikan yang paling baik adalah seorang anak menyambung hubungan
dengan keluarga orang yang dicintai orang tuanya setelah meninggalnya”. (HR.
Muslim: 2552).[5]
Teringatlah kita akan al Qamah sahabat sejati Allah Swt. Tersedak jiwanya di
kerongkongan karena tidak mendapat restu sang ibu. Hanya karena selimut hati sang ibu
yang tersingkap restunya, al- Qamah tenteram dan ruhnya melesat memburu ridla ilahi.
Karenanya jangan biarkan hati orang tuamu terluka karena ucapan dan perila kukita.
Suatu saat Rasulullah menyampaikan wasiat terhadap para sahabat bahwa nanti kalian
akan berjumpa dengan seorang pemuda dari Yamanbernama Uwais ibnu Amir dari suku
Qaran. Ia sosok pemuda yang sangat hormat dan ditubuhnya mengalir darah yang
mengalir penuh kasih sayang terhadap ibunya. Sehingga setiap kali berdoa, langit
bergetar mengabulokan doa-doanya. Rasulullah saw. Berwasiat kepada para sahabat,
“Bila kalian berjumpa dengannya, mintalah doanya untukmu.” (HR Muslim).[6]
D. Bentuk-bentuk durhaka terhadap orang tua
1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun
perbuatan yang membuat orang tua sedih atau sakit hati.
2. Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
3. Membentak atau menghardik orang tua.
4. Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang
lain daripada mengurus orang tuanya, padahal orang tuanya sangat membutuhkan.
Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
5. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua,
mengatakan bodoh, “kolot”, dan lain-lain.
6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan.
7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama
baik orang tua.
8. Malu mengakui orang tuanya.
E. Pahala bagi orang yang berbakti kepada orang tua
Allah telah menjanjikan orang-orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya dengan
kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat dan dia akan mendapatkan pahala yang
besar di akhirat, dan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pahala di Dunia
a. Dipanjangkan umurnya dan diperbanyak rizkinya
ْ‫ن أَنَسِْ َعن‬ ِْ ‫ك ب‬ َْ ‫ت َقا‬
ٍْ ِ‫ل مَال‬ ُْ ‫مع‬ ِ ‫س‬ َ ‫ل‬َْ ‫َسو‬ ِْ َ ‫ّللا صَلَى‬
ُ ‫ّللا ر‬ ُْ َ ‫ه‬ َْ َ‫َسل‬
ِْ ‫م َعلَي‬ َ ‫لو‬ َ ْ‫طَ أَن‬
ُْ ‫س َر ُْه مَنْ ي َُقو‬ ْ‫س‬َ ‫ُيب‬
‫ه‬ ُْ ‫سْأَ أَوْ ِرز ُق‬
ِْ ‫ه َعلَي‬ َ ‫صلْ أَثَ ِر ِْه فِي ُين‬ِ َ‫َه َفلي‬
ُْ ‫حم‬ِ ‫َر‬
Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Saya pernah mendengar Rasulullah SAW
bersabda, 'Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka
hendaklah ia menyambung tali silaturahim" . Silaturahmi di sini juga termasuk
silaturahmi kepada orang tua.
Dosa memutus silatu rahim
‫ح َدثَنَا‬
َ ‫ن يَحيَى‬ َ ‫ح َدثَنَا ُب‬
ُْ ‫كي ٍْر ب‬ ُْ ‫ل َعنْ اللَي‬
َ ‫ث‬ ٍْ ‫ن َعنْ ُع َقي‬ِْ ‫ب اب‬ ٍْ ‫شهَا‬ِ ‫ن‬ َْ َ‫د أ‬
َْ ‫م‬َ ‫ح‬
َ ‫جبَي ِْر بنَْ ُم‬ ُ ‫ن‬ ٍْ ‫ُمط ِع‬
ِْ ‫م ب‬
َْ ‫ن َقا‬
‫ل‬ َْ ِ‫جبَي َْر إ‬
ُ َْ‫م بن‬ٍْ ‫ه أَخبَ َر ُْه ُمط ِع‬ُْ َ ‫ع أَن‬
َْ ‫م‬ َ ‫ي‬
ِ ‫س‬ َْ ِ‫ّللا صَلَى ال َنب‬
ُْ َ ‫ه‬ ِْ ‫م َعلَي‬ َْ َ‫َسل‬َ ‫لو‬ ُْ ‫ل ي َُقو‬
َْ ‫ل‬ُْ ‫خ‬ُ ‫ة يَد‬ َْ ‫ج َن‬
َ ‫ال‬
ْ‫طع‬ ِ ‫َقا‬
Telah menceritakan kepada saya Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada saya Al
Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab bahwa Muhammad bin Jubair bin Muth'im berkata;
bahwa Jubair bin Muth'im telah mengabarkan kepadanya bahwa dia mendengar Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang memutus
tali silaturrahmi."
b. Dikabulkan doanya
c. Anak dan cucunya akan berbakti kepadanya
d. Dicintai keluarganya dan tetangganya
e. Dijauhkan dari mati dalam keburukan
f. Dipuji oleh manusia dan mereka akan berterima kasih padanya
g. Allah akan meridhainya
2. Pahala di Akhirat
a. Berbakti adalah salah satu penyebab utama masuk surga
b. Dimasukan surga dengan orang-orang yang pertama kali dimasukkan surga.
c. Penebus dosa[7]

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Birrul walidain: kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh seorang anak kepada
kedua orang tuanya.lawannya adalah durhaka kepada kedua orang tua, berbuat
kejelekan dan menyianyiakan hak.
Berbuat baik kepada orang tua merupakan kewajiban seorang anak. Sehingga kita
berkewajiban melaksanakan apa yang telah diperintahkan dalam Al Quran dan As
Sunnah.
Ketika orang tua telah meninggal dunia, maka tidak ada yang diharapkan dari yang
hidup kecuali apa-apa yang bisa memberikan manfaat kepada akhirat-nya, berupa
pahala dan yang dapat menyelamatkannya dari siksa.
4.2 Usul dan saran
Diharapkan kepada semua pembaca agar menghormati dan menyayangi Orang Tua Kita
kapanpun dan dimanapun Kita berada,berbaktilah kepada kedua orang tua kita dan
janganlah kita durhaka kepada keduanya.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, Maria. Surga Dibawah Kaki Ibu, (Klaten: Cable Book, Cet I ), 2012.

Ilyas Yunahar, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI,Cet IX), 2007.


Mahmud Sya’roni, Cermin Kehidupan Rosul, (Semarang: Aneka Ilmu, cet I), 2006.
Ritonga,A. Rahman,.Berbuat baik kepada Orang Tua. (Surabaya: Amalia), 2005.
Tasmara Toto, 60 Materi Kultum Untuk Semua Momentum, (Jakarta: Al Kalam), 2010.
Yahya, Materi Hadits III IAIN SALATIGA, (Salatiga), 2015

Anda mungkin juga menyukai