Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum pertama termodinamika secara esensial adalah hukum kekekalan energi


yang memasukkan kalor sebagai model perpindahan energi. Menurut hukum pertama,
energi dalam suatu zat dapat ditingkatkan dengan menambahkan kalor ke zat atau dengan
melakukan usaha pada zat. Hukum pertama termodinamika tidak membatasi tentang arah
perpindahan kalor yang dapat terjadi. Pada hukum pertama termodinamika ini mengarah
ke pengenalan tentang energy dalam, U, yang merupakan fungsi keadaan yang
memungkinkan kita untuk mengkaji apakah suatu perubahan diperbolehkan. Perubahan
yang bisa terjadi hanya yang energi-dalam sistem- terisolasinya tetap sama.

Hukum yang memberi petunjuk tentang perubahan spontan, yaitu hukum kedua
termodinamika, yang dinyatakan dalam fungsi keadaan lain, yaitu “entropi” S. Pada
hukum kedua ini entropi digunakan mengenali perubahan spontan di antara perubahan –
perubahan yang diperbolehkan ini:
Hukum Ketiga: jika entropi semua unsur dalam keadaan stabilnya pada T=0
diambil sama dengan nol, semua zat mempunyai entropi positif yang pada T=0 dapat
menjadi nol, dan untuk semua zat kristal sempurna termasuk senyawa-senyawa
entropinya menjadi nol.
Oleh karena itu, dengan adanya makalah yang berjudul “ Hukum Kedua dan
Ketiga Termodinamika“semoga dapat menambah kasanah pengetahuan kita tentang
termodinamika, khususnya tentang hukum kedua dan ketiga termodinamika.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan siklus carnot?
2. Bagaimana bunyi hukum termodinamika ke II?
3. Bagaimana bunyi hukum termodinamika ke III?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui siklus carnot


2. Untuk mengetahui bunyi hukum termodinamika ke II
3. Untuk mengetahui bunyi hukum termodinamika ke III

C. Manfaat Penulisan
1. Untuk memberikan informasi tentang hukum termodinamika II dan III
2. Untuk memberikan informasi tentang siklus carnot

1
BAB II

PEMBAHASAN

2
A. SIKLUS CARNOT

Siklus Carnot adalah proses termodinamik yang dialami oleh zat kerja (working
substance) pada mesin Carnot. Siklus ini terdiri atas dua proses isotermal dan dua proses
adiabatik. Pada proses isotermal pertama, yang terjadi pada temperatur lebih tinggi, zat
mengalami ekspansi dan menyerap kalor. Proses isotermal kedua, yang terjadi pada
temperatur rendah, zat mengalami kompresi dan melepas kalor. Garis isotermal pertama
dan kedua dihubungkan oleh dua proses adibatik. adiabatik pertama zat mengalami
ekspansi, sedangkan adibatik kedua zat mengalami kompresi.
Siklus carnot terdiri dari 4 tahapan proses, sebagai berikut.

1. Proses 1. Ekspansi isothermal reversible, dimana material ( working substance)


menyerap kalor Q1 dari reservoir kalor pada temperature T1 dan sistem melakukan
kerja.
2. Ptoses 2. Ekspansi adiabatic reversible, dimana working substance berkurang
temperaturnya dari T1 menjadi T2 dan sistem melakukan kerja.

3. Prosses 3. Kompresi isothermal reversible, dimana working substance melepaskan


kalor Q2 ke reservoir dingin dengan tempertaur T2 dan kerja dikenakan terhadap
sistem.

4. Proses 4. Kompresi adiabatic reversible, dimana working substance dikembalikan ke


keadaan awal (semula), temperature sistem berubah dari T 2 menjadi T1 dan kerja
dikenakan terhadap sistem.

Keempat proses di atas dapat dilukiskan dalam bentuk diagram P versus V, seperti di
bawah ini:

3
Gambar 1. Grafik Siklus Carnot
Karena sistem dikembalikan ke keadaan semula, maka perubahan besaran
keadaan (besaran termodinamika) seperti energi dalam maupun entalpi sistem proses
adalah nol. Dengan menggunakan hukum I termodinamika dapat dihitung kalor dan
kerja pada masing-masing tahap proses diatas.
Misalnya substansi melakukan kerja adalah suatu gas ideal.
 Proses Ekspansi Isotermal Reversible
dU = đ Qrev – PdV atau dU = đ Qrev + dW
Proses Isotermal dU = 0, sehingga
- đ W = đ Qrev = PdV
W1 = -Q1 = -nRT ln V2/V1
 Proses Ekspansi Adiabatik Reversibel
Pada proses adiabatic Q = 0, sehingga;
dU = đ W = -PdV
đ W = Cv(T2-T1), dimana T1>T2
Cv = kapasitas panas pada volume tetap
 Proses Kompresi Isotermal Reversibel
Dengan menggunakan penjelasan yang mirip dengan proses ekspansi isotermal
reversibel, maka diperoleh kerja pada proses ini adalah:
W3 = -Q2 = -nRT ln V4/V3, dimana V3>V4
 Proses Kompresi Adiabatik Reversibel
Dengan menggunakan penjelasan yang mirip dengan proses ekspansi adiabatik
reversibel. Maka diperoleh kerja untuk proses ini adalah :
W4 = Cv (T1-T2), dimana T1>T2
Total kerja, W yang dilakukan oleh mesin carnot dalam satu siklus adalah

4
W = W1 + W2 + W3 + W4
W = -nRT ln V2/V1 + Cv (T2-T1) – nRT ln V4/V3 + Cv (T1-T2)
W = -nRT ln V2/V1 – nRT ln V4/V3
W = -Q1 – Q2
Q2 berharga negatif karena V4<V3. Sesuai dengan fakta bahwa kalor ini
dilepaskan oleh sistem. Dengan demikian,
W = - Q1 + Q2 atau –W = Q1 - Q2
Kerja yang dilakukan oleh mesin adalah selisih antara kalor yang diserap, Q1
dengan kalor yang dilepaskan Q2.
Efisiensi mesin carnot, η adalah perbandingan antara kerja yang dilakukan mesin
dengan kalor yang diserap, Q1.
η = -W/Q1
η = (Q1-Q2)/Q1 = 1-Q2/Q1

Gambar 2. Mekanisme Kerja Siklus Carnot pada Gas Ideal


Sejumlah kalor Q1 diserap dari reservoir kalor yang temperaturenya T1,
sejumlah kalor Q2 dilepaskan ke reservoir kalor yang temperaturnya T 2 dan kerja
dilakukan oleh sistem, demikian seterusnya. Kalor yang ditransfer tergantung pada
beda temperatur antara dua reservoir tersebut. Temperatur reservoir ini disebut
temperatur termodinamika T. karena Q2/Q1 sebanding dengan temperatur
termodinamika dari reservoir, maka efisiensi mesin Carnot dapat dinyatakan sebagai
berikut:
η = 1-T2/T1

5
Dari hasil yang diperolehnya, Carnot menyampaikan hasil teoremanya bahwa
tidak ada mesin kalor yang bekerja antara dua reservoir kalor mempunyai efisiensi
lebih besar dari mesin Carnot (ideal) yang bekerja pada dua reservoir kalor yang
sama. Teorema diatas menunjukkan bahwa mesin kalor yang irreversibel mempunyai
efisiensi lebih rendah dari mesin reversibel.
Simpulan dari rumusan efisiensi mesin carnot:
 Semua mesin carnot yang bekerja pada dua reservoir kalor yang sama mempunyai
efisiensi yang sama
 Efisiensi mesin kalor tidak tergantung pada jenis material (working substance) yang
digunakan
 Temperatur termodinamika tidak tergantung pada jenis material (working substance)

B. HUKUM TERMODINAMIKA KE II

Hukum kedua termodinamika adalah ekspresi dari kecenderungan yang dari waktu
ke waktu, perbedaan suhu, tekanan, dan menyeimbangkan potensi kimia dalam
terisolasi sistem fisik. Dari keadaan kesetimbangan termodinamika, hukum menyimpulkan
prinsip peningkatan entropi dan menjelaskan fenomena ireversibilitas di alam.

Hukum kedua menyatakan ketidakmungkinan mesin yang menghasilkan energi yang


dapat digunakan dari energi internal melimpah alam dengan proses yang disebut gerak
abadi dari jenis yang kedua.

Hukum kedua dapat dinyatakan dengan cara tertentu, tetapi rumusan pertama adalah
dikreditkan ke ilmuwan Jerman Rudolf Clausius .Hukum biasanya dinyatakan dalam
bentuk fisik proses mustahil. Dalam termodinamika klasik , hukum kedua adalah
dasar dalil yang berlaku untuk setiap sistem yang melibatkan terukur panas transfer,
sedangkan pada termodinamika statistik ,hukum kedua adalah konsekuensi
dari unitarity dalam teori kuantum . Dalam termodinamika klasik, hukum kedua
mendefinisikan konsep termodinamika entropi , sementara di entropi mekanika statistik
didefinisikan dari teori informasi , yang dikenal sebagai entropi Shannon.

Arah Proses Termodinamik

1. Proses termodinamik yang berlangsung secara alami seluruhnya disebut proses


ireversibel (irreversibel process). Proses tersebut berlanggsung secara spontan pada satu

6
arah tetapi tidak pada arah sebaliknya. Contohnya kalor berpindah dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
2. Proses reversibel adalah proses termodinamik yang dapat berlanggsung secara bolak-
balik. Sebuah sistem yang mengalami idealisasi proses reversibel selalu mendekati
keadaan kesetimbangan termodinamika antara sistem itu sendiri dan lingkungannya.
Proses reversibel merupakan proses seperti-kesetimbangan (quasi equilibrium process).

Tiga Pernyataan Bagi Hukum Kedua Termodinamika


1. Kalor tidak mengalir secara spontan dari dingin ke panas. (sebaliknya: dapat
spontan?)
2. Tidak ada mesin yang dapat mengubah kalor menjadi usaha secara utuh, (sebaliknya:
dapat spontan?)
3. Setiap sistem terisolasi condong menjadi acak. (sistem terbuka: dapat
menumbuhkaketeraturan?)

Kalor tidak akan mengalir spontan dari benda dingin ke benda panas
[Rudolf Clausius (1822 – 1888)]
1. Pada taraf molekular:

– Molekul yang bergerak lebih cepat, akan menyebarkan energinya kepada


lingkungannya
2. Pada taraf makroskopik:

– Perlu pasokan energi / usaha, untuk mendinginkan sebuah benda

Anda tidak dapat membuat mesin yang sekedar mengubah kalor menjadi usaha
sepenuhnya[Kelvin (1824 – 1907) & Planck (1858 – 1947)]
1. Efisiensi mesin tidak dapat 100%
2. Diperlukan tandon panas dan tandon dingin

3. Tandon panas menjadi sumber energi

4. Perlu membuang kalor pada suhu yang lebih rendah, ke tandon dingin

5. Biasanya tandon suhu terendah = atmosfer

7
Hukum II Termodinamika
1. Jika tidak ada kerja dari luar, panas tidak dapat merambat secara spontan dari suhu
rendah ke suhu tinggi (Clausius)
2. Proses perubahan kerja menjadi panas merupakan proses irreversible jika tidak terjadi
proses lainnya (Thomson-Kelvin-Planck)

3. Suatu mesin tidak mungkin bekerja dengan hanya mengambil energi dari suatu
sumber suhu tinggi kemudian membuangnya ke sumber panas tersebut untuk
menghasilkan kerja abadi (Ketidakmungkinan mesin abadi)

4. Mesin Carnot adalah salah satu mesin reversible yang menghasilkan daya paling
ideal. Mesin ideal memiliki efisiensi maksimum yang mungkin dicapai secara teoritis

Mesin Kalor
Rangkaian dari beberapa proses termodinamika yang berawal dan berakhir pada
keadaan yang sama disebut siklus.

Untuk sebuah siklus, T = 0 oleh karena itu U = 0. Sehingga Q = W.

8
Q menyatakan selisih kalor yang masuk (Q1) dan kalor yang keluar (Q2) (Q = Q1- Q2) dan
W adalah kerja total dalam satu siklus.
Mesin kalor yang telah dibahas sebelumnya menyatakan :
1. kalor diserap dari sumbernya pada temperatur tinggi (Qh)
2. Usaha dilakukan oleh mesin kalor (W).
3. Kalor dilepas pada temperatur rendah (Qc).
Dari kenyataan ini menujukkan bahwa efisiensi mesin kalor tidak pernah berharga 100 %.
karena Qc selalu ada dalam setiap siklus. Dari sini Kelvin-Planck menyatakan :
“Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor, yang beroperasi pada suatu siklus, hanyalah
mentransformasikan ke dalam usaha semua kalor yang diserapnya dari sebuah sumber”.

Secara sederhana, kalor tidak dapat mengalir dari objek dingin ke objek panas secara
spontan.

Entropi
Konsep temperatur muncul dalam hukum ke-nol termodinamika. Konsep energi internal
muncul dalam hukum pertama termodinamika. Dalam hukum kedua termodinamika
muncul konsep tentang entropi.
Misal ada proses terbalikkan, quasi-statik, jika dQ adalah kalor yang diserap atau dilepas
oleh sistem selama proses dalam interval lintasan yang kecil,
dS = dQ/T

9
1. Entropi dari alam naik bila proses yang berlangsung alamiah

2. Perubahan entropi dari suatu sistem hanya tergantung pada keadaan awal dan
keadaan akhir sistem. Untuk proses dalam satu siklus perubahan entropi nol S = 0.
3. Untuk proses adiabatik terbalikkan, tidak ada kalor yang masuk maupun keluar
sistem, maka S = 0. Proses ini disebut proses isentropik.
4. Entropi dari alam akan tetap konstan bila proses terjadi secara terbalikkan.
Untuk proses quasi-statik, terbalikkan, berlaku hubungan : dQ = dU + dW dimana dW =
pdV. Untuk gas ideal, dU = ncv dT dan P = nRT/V, oleh karena itu
dQ = dU + pdV = ncv dT + nRT dV/V
bila dibagi dengan T
dQ/T = ncvdT/T + nR dV/V
S = dQ/T = ncv ln(Tf/Ti) + nR ln(Vf/Vi)

C. HUKUM TERMODINAMIKA KE III

Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur energi dalam sistem
per satuan temperatur yang tak dapat digunakan untuk melakukan usaha. Fungsi keadaan
seperti energi internal dan entalpi tidak dapat diukur, hanya perubahannya yang dapat
diukur. Lain halnya dengan entropi, walaupun tergolong fungsi keadaan tetapi dapat
diukur. Entropi menyatakan derajat ketidakteraturan sistem atau lingkungan. Setiap zat
murni pada 0 K memiliki derajat keteraturan paling tinggi, dan dirujuk sebagai entropi
mutlak, S.

1. Hukum Ketiga Termodinamika

Andaikan dua buah cuplikan terpisah, masing-masing satu mol argon dan satu mol
neon, dan keduanya didinginkan pada tekanan 1 atm sampai mencair, yang akhirnya
membentuk padatan. Diasumsikan pada keadaan padat, keduanya membentuk kristal
sempurna. Jika suhunya diturunkan terus secara kontinu, maka jumlah ketidakteraturan
dalam kristal berkurang. Apa yang terjadi jika suhu mendekati titik nol mutlak?

Jika suhu mendekati 0 K, energi kinetika vibrasi atom-atom dalam kedua cuplikan
turun dan atom-atom berada pada posisinya dalam kristal. Pada suhu 0 K, atom-atom tidak

10
lagi bervibrasi dalam posisinya dan kedua zat memiliki jumlah ketidakteraturan mendekati
nol. Entropi keadaan standar pada 0 K adalah nol untuk zat kristalin sempurna. Keadaan
ini dinamakan hukum ketiga termodinamika :

"Entropi setiap zat murni pada keadaan setimbang didefinisikan sama dengan nol pada
0 K".

Oleh karena entropi mutlak tidak pernah dicapai untuk senyawa heterointi, maka
keberadaannya disederhanakan melalui hukum ketiga termodinamika, yang diungkapkan
dengan pernyataan berikut.

"Pada setiap proses termodinamika yang hanya melibatkan fasa murni pada keadaan
setimbang, perubahan entropinya nol pada 0 K".

Proses termodinamika yang dimaksud alaha perubahan entropi pada reaksi kimia,
dimana unsur-unsur yang bereaksi menghasilkan senyawa, dan entropinya nol pada 0 K.
Berdasarkan hal itu, untuk senyawa dan zat murni disimpulkan bahwa :

"Entropi setiap zat murni (unsur dan/atau senyawa) dalam keadaan setimbang adalah
nol pada 0 K".

2. Entropi Keadaan Standar

Oleh karena entropi pada keadaan setimbang adalah nol pada 0 K, maka entropi mutlak
suatu zat pada suhu lebih besar dari 0 K adalah jumlah dari kontribusi berikut: (a) Entropi
zat pada 0 K (dihitung berdasarkan kerumitan molekul dan jumlah susunan yang
mungkin); (b) peningkatan entropi untuk setiap perubahan fase yang berlangsung dari 0 K
sampai suhu terukur; (c) peningkatan entropi selama pemanasan untuk setiap perubahan
fase hingga mencapai stabil.

Pada umumnya data entropi pada keadaan standar menunjukkan fenomena sebagai
berikut:

a. Gas mempunyai entropi lebih besar daripada dalam keadaan cairannya. Contoh H2O
pada keadaan uap entropinya lebih besar daripada keadaan cairnya.

b. Zat dengan struktur molekul lebih kompleks atau kristalin mempunyai nilai entropi
lebih besar daripada dalam bentuk sederhananya. Contoh H2O2 memiliki entropi lebih
besar daripada H2O.

11
3. Entropi Dalam Reaksi Kimia

Entropi dapat berubah dalam reaksi kimia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
: (a) perubahan komposisi atom-atom; (b) perubahan fase; (c) perubahan dalam
susunan/struktur. Contoh, reaksi penguraian kalium klorat dengan katalis mangan
dioksida. Persamaan kimianya :

Penguraian termal kalium klorat menghasilkan peningkatan entropi sangat besar, sebab
dua mol pereaksi berwujud padat diubah menjadi dua mol yang juga padat dan tiga mol
berwujud gas. Kelebihan tiga mol gas ini mengakibatkan peningkatan entropi sangan
besar, yaitu 808,14 J/K. Sebaliknya, pada reaksi pembentukan gas amoniadari unsur-
unsurnya dengan persamaan :

Terjadi pengurangan jumlah mol gas, dari empat mol diubah menjadi 2 mol sehingga
entropinya turun. Perubahan entropinya =-198,55 J/K. Dalam reaksi yang tidak terjadi
perubahan dalam jumlah mol maupun perubahan fasa, entropinya sukar diramalkan.
Contoh :

Satu mol ion tembaga (II) bereaksi dengan satu mol logam seng membentuk satu mol
logam tembaga dan satu mol ion seng (II). Untuk reaksi tersebut sukar diramalkan, apakah
entropinya meningkat atau menurun. Perubahan entropi hanya dapat ditentukan dari
perbedaan struktur antara kristal tembaga dan seng serta perbedaan jumlah hidrasi dari
kedua ion dalam larutan. Menurut perhitungan, reaksi tersebut menghasilkan perubahan
entropi sekitar -21,0 J/K.

1. Persamaan Gibbs Helmholtz

Terdapat 2 persamaan yang berasal dari J. W. Gibbs dan H. Von Helmholtz, yang
disebut persamaan Gibbs-Helmholtz. Persamaan pertama mengatakan bahwa adanya

perubahan pada energi bebas ( ) dan entalpi ( ), sedangkan persamaan kedua

mengatakan bahwa adanya perubahan pada energi dalam ( ) dan fungsi kerja ( ).

12
Umumnya, dapat dipakai pada semua proses kimia maupun fisika, namun pada sistem
tertutup.

a. Energi bebas dan entalpi


Kita tahu bahwa:

Pada tekanan tetap , kemudian

Apabila adalah keadaan energi bebas pada suhu dan energi bebas pada

suhu adalah . Maka

Dimana merupakan entropi dari sistem keadaan awal. Misalkan energi bebas dari

sistem keadaan akhir adalah pada suhu adalah energi bebas pada

suhu pada sistem keadaan akhir.

Kemudian

Dimana merupakan enrtopi dari sistem keadaan akhir.


Penurunan persamaan dari persamaan , didapatkan

atau

Pada tekanan tetap

13
Kita tahu

atau

Perbandingan persamaan dan

atau

Persamaan Gibb Helmholtz ini pada perubahan energi tetap dan entalpi pada tekanan
tetap.

b. Energi dalam dan fungsi kerja


Definisi dari fungsi kerja

Atau

Atau

Perbedaan dari persamaan , kita mendapatkan

Dari hukum pertama termodinamika

Dan pada volume tetap


Dari perubahan reversible

Atau

14
Perbandingan persamaan dan , kita mendapatkan

Apabila adalah fungsi kerja keadaan awal pada suhu dan adalah fungsi

kerja pada keadaan awal . Dan adalah fungsi kerja keadaan akhir pada suhu

dan adalah fungsi kerja pada keadaan akhir dimana . Lalu

Dan

Dimana dan adalah entropi pada sistem keadaan awal dan sistem keadaan akhir

berturut-turut.
Penurunan persamaan dari persamaan kita mendapatkan

Atau

Pada volume tetap

Dari persamaan kita memiliki

Apabila dibandingkan, kita memliki

Atau

Persamaan ini disebut persamaan Gibb Helmholtz pada energi dalam dan fungsi kerja pada
volume tetap.

Hal-hal penting dari persamaan Gibb Helmholtz :

Persamaan Gibb Helmholtz dipakai untuk menghitung energi panas saat

pada kedua suhu diketahui.

15
Kondisi kesetimbangan dan ukuran/standar dari proses keadaan spotan.

a. Perubahan entropi
Entropi dari sistem yang tidak berubah merupakan perubahan reversible, sedangkan itu
bertambah dari perubahan yang irreversible.
untuk perubahan reversible

Dan untuk perubahan irreversible

Untuk sistem keadaan sekitar itu, kita dapat menulisnya dengan

Dan

Substitusi dari kedua relasi diatas, kita memiliki

Jika kita mengambil perubahan pada keadaan sekitar sebagai reversible dan keadaan

sekitar menyusun dengan panas yang reversible, maka

Dari hukum pertama termodinamika


Kita tahu

Dimana adalah penambahan energi dalam dari sistem dan adalah kerja selesai dari

sistem.
Pada persamaan kita mendapatkan

16
Keadaan I saat dan adalah tetap.

Pada keadaan dan pada persamaan diturunkan menjadi

Atau

untuk perubahan irreversible (spontan)

Dan

untuk perubahan reversible (setimbang)

Keadaan II saat dan adalah tetap.

Dimana dan

Persamaan (i) diturunkan menjadi

Atau untuk perubahan irreversible

(spontan)

Dan untuk perubahan reversible (setimbang)

b. Peruahan entalpi
Kita tahu

Untuk membedakan

17
atau

Mengambil dari persamaan

Atau

Pada S dan P tetap

Dimana dan

Kita memiliki

Atau

untuk perubahan irreversible (spontan)

dan

untuk perubahan reversible (setimbang)

c. Perubahan energi bebas


Kita tahu

Atau

Untuk membedakan, kita mendapatkan

18
Menyubstitusi persamaan kita mendapatkan

Atau

Pada tekanan tetap di proses isotermal ( juga konstan) pada persamaan ini

Atau

untuk perubahan irreversible (spontan)

Dan

untuk perubahan reversible (setimbang)

Sementara itu, kondisi untuk spontan dan setimbang mungkin dijumlahkan seperti tabel 1.1

Kondisi Proses Irreversible Proses Reversible

(Spontan) (Setimbang)

Pada , tetap

Pada , tetap

Pada , tetap

Pada , tetap

19
2. Persamaan Clapeyron
Penggunaan hubungan termodinamika yang memberikan informasi penting tentang
sistem yang terdiri atas 2 fasa dari zat tunggal pada kesetimbangan kimia disebut
dengan persamaan Clapeyron. Diperoleh dari persamaan Gibbs-Helmholtz yang
telah disebutkan sebelumnya.
Sistem yang telah dipelajari

Kerja selesai selama penguapan

Untuk membedakan persamaan dengan suhu yang konstan , kita

mendapatkan

Menguras panas dari keadaan sekitar merupakan panas yang terpendam dari
menguapkan L dari substitusi di hukum pertama persamaannya menjadi

Dari substitusi persamaan dan pada persamaan Gibbs-Helmholtz, kita

memiliki

Atau

Atau

Umumnya, persamaan Clapeyron dapat ditulis sebagai berikut:

20
Dimana adalah transisi panas saat volume dari berat nyata dari perubahan bentuk

menjadi volume dari berat yang sama dari bentuk yang lain pada suhu .

3. Persamaan Clausius-Clapeyron
Persamaan diatas dapat disederhanakan dengan cara mengabaikan volume yang kecil
dari cairan dengan perbandingan dengan volume dari uap. Persamaan (1) diketahui
seperti diatas, menjadi:

Andaikan uap mengikuti hukum gas ideal, yaitu

atau

Tapi

Jadi

Persamaan (2) diatas dikenal sebagai persamaan Clausius-Clapeyron.

Jika adalah konstan, kita integralkan sebagai

Atau

21
Jika adalah tekanan uap pada dan adalah tekanan uap pada , kita

mendapatkan

Dan

Penurunan dari

PENGAPLIKASIAN PERSAMAAN CLAUSIUS-CLAPEYRON

a. Menghitung Panas dari Penguapan


Jika tekanan uap dari cairan pada dua temperatur dan adalah dan

bertutut turut, molar dari panas uap dapat dihitung dengan cara menyubstitusi

nilai yang ada pada pada persamaan Clausius-Clapeyron.

b. Menghitung titik didih atau titik beku


Pada titik beku atau titik didih dari cairan yang salah satunya diketahui
tekanannya, hal itu memungkinkan dalam menghitung tekanan yang lain
menggunakan persamaan Clausius-Clapeyron.

22
c. Menghitung tekanan uap pada suhu yang berbeda
Apabila panas dari penguapan diketahui, itu memungkinkan dalam menghitung
tekanan uap dari cairan yang diketahui suhu, jika tekanan uap pada suhu yang lain
adalah diketahui.

d. Menghitung molal konstan


( ) dari pelarut didefinisikan sebagai total titik didih dimana secara teoritis akan

dihasilkan ketika 1 mol dari zat terlarut dilarutkan kedalam 1000 gram dari
pelarut.

Jika gram zat terlarut dari berat molekul dilarutkan kedalam 1000 gram dari

pelarut dan adalah total yang terbentuk, total molal diketahui dari

persamaan:

Titik didih dari pelarut murni adalah dan pelarut tersebut saat satuan

tekanan . Sementara itu adalah tekanan uap dari larutan tersebut

dan itu juga tekanan uap dari pelarut adalah tekanan uap dari larutan

tersebut dapat dihitung dengan persamaan Clausius-Clapeyron.

saat adalah sangat kecil.

Lalu sejak adalah sangat kecil dan merupakan

sisa keadaan yang terbuang.

23
Dari hukum Raoult, tekanan uap yang rendah pada zat terlarut yang dicairkan adalah sama
dengan fraksi mol dari zat terlarut dalam larutan.

Jadi,

Ketika perbedaan antara dan adalah sangat kecil dan hanya diharapkan, mungkin

sama seperti

Jadi,

Atau

Tapi,

dan

Jadi,

24
Jika 1 mol dari zat terlarut dilarutkan kedalam 1000 gram dari pelarut, persamaan menjadi:

Tapi,

Tapi,

, panas dari penguapan/gram dari pelarut.

Apabila ,

Maka didapatkan

4. Energi Bebas dan Fungsi Kerja

Semua kuantitas dalam persamaan diatas adalah berhubungan dengan sistem,


dan T adalah suhu sistem. Dapat dilihat bahwa G mempunyai satuan energi (baik H
maupun TS adalah dalam satuan energi). Sama seperti H dan S, G adalah fungsi
keadaan.

Perubahan energi bebas suatu sistem pada proses pada suhu tetap ialah

25
Dalam konteks ini, energi bebas ialah “energi yang tersedia untuk melakukan
kerja”. Jadi, jika suatu reaksi diiringi dengan pelepasan energi yang berguna (dengan

kata lain, jika negatif). Kenyataan ini sendiri saja sudah menjamin bahwa

reaksinya spontan dan tak perlu mengkhawatirkan bagian lain dari semesta.

Syarat-syarat untuk kespontanan dan kesetimbangan pada suhu dan tekanan tetap dari segi

1. reaksi spontan kearah depan


2. reaksi non spontan. Reaksi ini spontan pada arah yang berlawanan.
3. sistem berada pada kesetimbangan. Tidak ada perubahan bersih.

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan uraian di tas dapat disimpulkan bahwa:


1. Siklus Carnot adalah proses termodinamik yang dialami oleh zat kerja (working
substance) pada mesin Carnot.
2. Hukum kedua termodinamika adalah ekspresi dari kecenderungan yang dari waktu ke
waktu, perbedaan suhu, tekanan, dan menyeimbangkan potensi kimia dalam
terisolasi sistem fisik. Dari keadaan kesetimbangan termodinamika, hukum
menyimpulkan prinsip peningkatan entropi dan menjelaskan fenomena ireversibilitas
di alam.

3. Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa entropi Kristal sempurna semua


unsure dan senyawa murni pada suhu nol mutlak adal nol. S0= 0

26
DAFTAR PUSTAKA
Bahl, BS. 2002. Essential of Physical Chemistry. New Delhi: S. Chand and Company
Ltd.
http://ardi-thermodynamics.blogspot.co.id/2015/03/persamaan-clausius-clapeyron.html
http://furqanwera.blogspot.com/2012/12/hukum-ii
termodinamika.html#ixzz3EILyF7CL
http://mtdp.blogspot.co.id/2015/01/siklus-carnot.html

27

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Keterampilan Proses
    Makalah Keterampilan Proses
    Dokumen19 halaman
    Makalah Keterampilan Proses
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Laporan KLT TERBARU
    Laporan KLT TERBARU
    Dokumen33 halaman
    Laporan KLT TERBARU
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Program Semester
    Program Semester
    Dokumen4 halaman
    Program Semester
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Penilaian Sikap Spiritual
    Penilaian Sikap Spiritual
    Dokumen6 halaman
    Penilaian Sikap Spiritual
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Program Semester
    Program Semester
    Dokumen4 halaman
    Program Semester
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Analisis
    Analisis
    Dokumen5 halaman
    Analisis
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Program Semester
    Program Semester
    Dokumen4 halaman
    Program Semester
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Ejaan
    Ejaan
    Dokumen6 halaman
    Ejaan
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Basic Konsep
    Basic Konsep
    Dokumen7 halaman
    Basic Konsep
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • 1.Suplemen-1-Ketr Proses Dan Inkuiri
    1.Suplemen-1-Ketr Proses Dan Inkuiri
    Dokumen24 halaman
    1.Suplemen-1-Ketr Proses Dan Inkuiri
    Anonymous T5Zhdf
    Belum ada peringkat
  • Penilaian Sikap Spiritual
    Penilaian Sikap Spiritual
    Dokumen6 halaman
    Penilaian Sikap Spiritual
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Kompleksometri Fix
    Kompleksometri Fix
    Dokumen27 halaman
    Kompleksometri Fix
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Hukum I Termodinamika
    Hukum I Termodinamika
    Dokumen7 halaman
    Hukum I Termodinamika
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Laspen Humor
    Laspen Humor
    Dokumen4 halaman
    Laspen Humor
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • No
    No
    Dokumen6 halaman
    No
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Assesment 10,11
    Assesment 10,11
    Dokumen2 halaman
    Assesment 10,11
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Makalah Keterampilan Proses
    Makalah Keterampilan Proses
    Dokumen19 halaman
    Makalah Keterampilan Proses
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Pra Lab A Dan B
    Pra Lab A Dan B
    Dokumen7 halaman
    Pra Lab A Dan B
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • DT
    DT
    Dokumen4 halaman
    DT
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • LAPRES
    LAPRES
    Dokumen39 halaman
    LAPRES
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Alur Kerja
    Alur Kerja
    Dokumen2 halaman
    Alur Kerja
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • LAPRES
    LAPRES
    Dokumen39 halaman
    LAPRES
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Pra Lab A Dan B
    Pra Lab A Dan B
    Dokumen7 halaman
    Pra Lab A Dan B
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Soal Assesment
    Soal Assesment
    Dokumen1 halaman
    Soal Assesment
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Dasar Teori
    Dasar Teori
    Dokumen10 halaman
    Dasar Teori
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Lembar Kerja Siswa
    Lembar Kerja Siswa
    Dokumen6 halaman
    Lembar Kerja Siswa
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Penilaian Sikap Spiritual
    Penilaian Sikap Spiritual
    Dokumen6 halaman
    Penilaian Sikap Spiritual
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Analisis
    Analisis
    Dokumen5 halaman
    Analisis
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat
  • Penilaian Sikap Spiritual
    Penilaian Sikap Spiritual
    Dokumen6 halaman
    Penilaian Sikap Spiritual
    Maftukhatun Ni'mah
    Belum ada peringkat