PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum yang memberi petunjuk tentang perubahan spontan, yaitu hukum kedua
termodinamika, yang dinyatakan dalam fungsi keadaan lain, yaitu “entropi” S. Pada
hukum kedua ini entropi digunakan mengenali perubahan spontan di antara perubahan –
perubahan yang diperbolehkan ini:
Hukum Ketiga: jika entropi semua unsur dalam keadaan stabilnya pada T=0
diambil sama dengan nol, semua zat mempunyai entropi positif yang pada T=0 dapat
menjadi nol, dan untuk semua zat kristal sempurna termasuk senyawa-senyawa
entropinya menjadi nol.
Oleh karena itu, dengan adanya makalah yang berjudul “ Hukum Kedua dan
Ketiga Termodinamika“semoga dapat menambah kasanah pengetahuan kita tentang
termodinamika, khususnya tentang hukum kedua dan ketiga termodinamika.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan siklus carnot?
2. Bagaimana bunyi hukum termodinamika ke II?
3. Bagaimana bunyi hukum termodinamika ke III?
C. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk memberikan informasi tentang hukum termodinamika II dan III
2. Untuk memberikan informasi tentang siklus carnot
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. SIKLUS CARNOT
Siklus Carnot adalah proses termodinamik yang dialami oleh zat kerja (working
substance) pada mesin Carnot. Siklus ini terdiri atas dua proses isotermal dan dua proses
adiabatik. Pada proses isotermal pertama, yang terjadi pada temperatur lebih tinggi, zat
mengalami ekspansi dan menyerap kalor. Proses isotermal kedua, yang terjadi pada
temperatur rendah, zat mengalami kompresi dan melepas kalor. Garis isotermal pertama
dan kedua dihubungkan oleh dua proses adibatik. adiabatik pertama zat mengalami
ekspansi, sedangkan adibatik kedua zat mengalami kompresi.
Siklus carnot terdiri dari 4 tahapan proses, sebagai berikut.
Keempat proses di atas dapat dilukiskan dalam bentuk diagram P versus V, seperti di
bawah ini:
3
Gambar 1. Grafik Siklus Carnot
Karena sistem dikembalikan ke keadaan semula, maka perubahan besaran
keadaan (besaran termodinamika) seperti energi dalam maupun entalpi sistem proses
adalah nol. Dengan menggunakan hukum I termodinamika dapat dihitung kalor dan
kerja pada masing-masing tahap proses diatas.
Misalnya substansi melakukan kerja adalah suatu gas ideal.
Proses Ekspansi Isotermal Reversible
dU = đ Qrev – PdV atau dU = đ Qrev + dW
Proses Isotermal dU = 0, sehingga
- đ W = đ Qrev = PdV
W1 = -Q1 = -nRT ln V2/V1
Proses Ekspansi Adiabatik Reversibel
Pada proses adiabatic Q = 0, sehingga;
dU = đ W = -PdV
đ W = Cv(T2-T1), dimana T1>T2
Cv = kapasitas panas pada volume tetap
Proses Kompresi Isotermal Reversibel
Dengan menggunakan penjelasan yang mirip dengan proses ekspansi isotermal
reversibel, maka diperoleh kerja pada proses ini adalah:
W3 = -Q2 = -nRT ln V4/V3, dimana V3>V4
Proses Kompresi Adiabatik Reversibel
Dengan menggunakan penjelasan yang mirip dengan proses ekspansi adiabatik
reversibel. Maka diperoleh kerja untuk proses ini adalah :
W4 = Cv (T1-T2), dimana T1>T2
Total kerja, W yang dilakukan oleh mesin carnot dalam satu siklus adalah
4
W = W1 + W2 + W3 + W4
W = -nRT ln V2/V1 + Cv (T2-T1) – nRT ln V4/V3 + Cv (T1-T2)
W = -nRT ln V2/V1 – nRT ln V4/V3
W = -Q1 – Q2
Q2 berharga negatif karena V4<V3. Sesuai dengan fakta bahwa kalor ini
dilepaskan oleh sistem. Dengan demikian,
W = - Q1 + Q2 atau –W = Q1 - Q2
Kerja yang dilakukan oleh mesin adalah selisih antara kalor yang diserap, Q1
dengan kalor yang dilepaskan Q2.
Efisiensi mesin carnot, η adalah perbandingan antara kerja yang dilakukan mesin
dengan kalor yang diserap, Q1.
η = -W/Q1
η = (Q1-Q2)/Q1 = 1-Q2/Q1
5
Dari hasil yang diperolehnya, Carnot menyampaikan hasil teoremanya bahwa
tidak ada mesin kalor yang bekerja antara dua reservoir kalor mempunyai efisiensi
lebih besar dari mesin Carnot (ideal) yang bekerja pada dua reservoir kalor yang
sama. Teorema diatas menunjukkan bahwa mesin kalor yang irreversibel mempunyai
efisiensi lebih rendah dari mesin reversibel.
Simpulan dari rumusan efisiensi mesin carnot:
Semua mesin carnot yang bekerja pada dua reservoir kalor yang sama mempunyai
efisiensi yang sama
Efisiensi mesin kalor tidak tergantung pada jenis material (working substance) yang
digunakan
Temperatur termodinamika tidak tergantung pada jenis material (working substance)
B. HUKUM TERMODINAMIKA KE II
Hukum kedua termodinamika adalah ekspresi dari kecenderungan yang dari waktu
ke waktu, perbedaan suhu, tekanan, dan menyeimbangkan potensi kimia dalam
terisolasi sistem fisik. Dari keadaan kesetimbangan termodinamika, hukum menyimpulkan
prinsip peningkatan entropi dan menjelaskan fenomena ireversibilitas di alam.
Hukum kedua dapat dinyatakan dengan cara tertentu, tetapi rumusan pertama adalah
dikreditkan ke ilmuwan Jerman Rudolf Clausius .Hukum biasanya dinyatakan dalam
bentuk fisik proses mustahil. Dalam termodinamika klasik , hukum kedua adalah
dasar dalil yang berlaku untuk setiap sistem yang melibatkan terukur panas transfer,
sedangkan pada termodinamika statistik ,hukum kedua adalah konsekuensi
dari unitarity dalam teori kuantum . Dalam termodinamika klasik, hukum kedua
mendefinisikan konsep termodinamika entropi , sementara di entropi mekanika statistik
didefinisikan dari teori informasi , yang dikenal sebagai entropi Shannon.
6
arah tetapi tidak pada arah sebaliknya. Contohnya kalor berpindah dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
2. Proses reversibel adalah proses termodinamik yang dapat berlanggsung secara bolak-
balik. Sebuah sistem yang mengalami idealisasi proses reversibel selalu mendekati
keadaan kesetimbangan termodinamika antara sistem itu sendiri dan lingkungannya.
Proses reversibel merupakan proses seperti-kesetimbangan (quasi equilibrium process).
Kalor tidak akan mengalir spontan dari benda dingin ke benda panas
[Rudolf Clausius (1822 – 1888)]
1. Pada taraf molekular:
Anda tidak dapat membuat mesin yang sekedar mengubah kalor menjadi usaha
sepenuhnya[Kelvin (1824 – 1907) & Planck (1858 – 1947)]
1. Efisiensi mesin tidak dapat 100%
2. Diperlukan tandon panas dan tandon dingin
4. Perlu membuang kalor pada suhu yang lebih rendah, ke tandon dingin
7
Hukum II Termodinamika
1. Jika tidak ada kerja dari luar, panas tidak dapat merambat secara spontan dari suhu
rendah ke suhu tinggi (Clausius)
2. Proses perubahan kerja menjadi panas merupakan proses irreversible jika tidak terjadi
proses lainnya (Thomson-Kelvin-Planck)
3. Suatu mesin tidak mungkin bekerja dengan hanya mengambil energi dari suatu
sumber suhu tinggi kemudian membuangnya ke sumber panas tersebut untuk
menghasilkan kerja abadi (Ketidakmungkinan mesin abadi)
4. Mesin Carnot adalah salah satu mesin reversible yang menghasilkan daya paling
ideal. Mesin ideal memiliki efisiensi maksimum yang mungkin dicapai secara teoritis
Mesin Kalor
Rangkaian dari beberapa proses termodinamika yang berawal dan berakhir pada
keadaan yang sama disebut siklus.
8
Q menyatakan selisih kalor yang masuk (Q1) dan kalor yang keluar (Q2) (Q = Q1- Q2) dan
W adalah kerja total dalam satu siklus.
Mesin kalor yang telah dibahas sebelumnya menyatakan :
1. kalor diserap dari sumbernya pada temperatur tinggi (Qh)
2. Usaha dilakukan oleh mesin kalor (W).
3. Kalor dilepas pada temperatur rendah (Qc).
Dari kenyataan ini menujukkan bahwa efisiensi mesin kalor tidak pernah berharga 100 %.
karena Qc selalu ada dalam setiap siklus. Dari sini Kelvin-Planck menyatakan :
“Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor, yang beroperasi pada suatu siklus, hanyalah
mentransformasikan ke dalam usaha semua kalor yang diserapnya dari sebuah sumber”.
Secara sederhana, kalor tidak dapat mengalir dari objek dingin ke objek panas secara
spontan.
Entropi
Konsep temperatur muncul dalam hukum ke-nol termodinamika. Konsep energi internal
muncul dalam hukum pertama termodinamika. Dalam hukum kedua termodinamika
muncul konsep tentang entropi.
Misal ada proses terbalikkan, quasi-statik, jika dQ adalah kalor yang diserap atau dilepas
oleh sistem selama proses dalam interval lintasan yang kecil,
dS = dQ/T
9
1. Entropi dari alam naik bila proses yang berlangsung alamiah
2. Perubahan entropi dari suatu sistem hanya tergantung pada keadaan awal dan
keadaan akhir sistem. Untuk proses dalam satu siklus perubahan entropi nol S = 0.
3. Untuk proses adiabatik terbalikkan, tidak ada kalor yang masuk maupun keluar
sistem, maka S = 0. Proses ini disebut proses isentropik.
4. Entropi dari alam akan tetap konstan bila proses terjadi secara terbalikkan.
Untuk proses quasi-statik, terbalikkan, berlaku hubungan : dQ = dU + dW dimana dW =
pdV. Untuk gas ideal, dU = ncv dT dan P = nRT/V, oleh karena itu
dQ = dU + pdV = ncv dT + nRT dV/V
bila dibagi dengan T
dQ/T = ncvdT/T + nR dV/V
S = dQ/T = ncv ln(Tf/Ti) + nR ln(Vf/Vi)
Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur energi dalam sistem
per satuan temperatur yang tak dapat digunakan untuk melakukan usaha. Fungsi keadaan
seperti energi internal dan entalpi tidak dapat diukur, hanya perubahannya yang dapat
diukur. Lain halnya dengan entropi, walaupun tergolong fungsi keadaan tetapi dapat
diukur. Entropi menyatakan derajat ketidakteraturan sistem atau lingkungan. Setiap zat
murni pada 0 K memiliki derajat keteraturan paling tinggi, dan dirujuk sebagai entropi
mutlak, S.
Andaikan dua buah cuplikan terpisah, masing-masing satu mol argon dan satu mol
neon, dan keduanya didinginkan pada tekanan 1 atm sampai mencair, yang akhirnya
membentuk padatan. Diasumsikan pada keadaan padat, keduanya membentuk kristal
sempurna. Jika suhunya diturunkan terus secara kontinu, maka jumlah ketidakteraturan
dalam kristal berkurang. Apa yang terjadi jika suhu mendekati titik nol mutlak?
Jika suhu mendekati 0 K, energi kinetika vibrasi atom-atom dalam kedua cuplikan
turun dan atom-atom berada pada posisinya dalam kristal. Pada suhu 0 K, atom-atom tidak
10
lagi bervibrasi dalam posisinya dan kedua zat memiliki jumlah ketidakteraturan mendekati
nol. Entropi keadaan standar pada 0 K adalah nol untuk zat kristalin sempurna. Keadaan
ini dinamakan hukum ketiga termodinamika :
"Entropi setiap zat murni pada keadaan setimbang didefinisikan sama dengan nol pada
0 K".
Oleh karena entropi mutlak tidak pernah dicapai untuk senyawa heterointi, maka
keberadaannya disederhanakan melalui hukum ketiga termodinamika, yang diungkapkan
dengan pernyataan berikut.
"Pada setiap proses termodinamika yang hanya melibatkan fasa murni pada keadaan
setimbang, perubahan entropinya nol pada 0 K".
Proses termodinamika yang dimaksud alaha perubahan entropi pada reaksi kimia,
dimana unsur-unsur yang bereaksi menghasilkan senyawa, dan entropinya nol pada 0 K.
Berdasarkan hal itu, untuk senyawa dan zat murni disimpulkan bahwa :
"Entropi setiap zat murni (unsur dan/atau senyawa) dalam keadaan setimbang adalah
nol pada 0 K".
Oleh karena entropi pada keadaan setimbang adalah nol pada 0 K, maka entropi mutlak
suatu zat pada suhu lebih besar dari 0 K adalah jumlah dari kontribusi berikut: (a) Entropi
zat pada 0 K (dihitung berdasarkan kerumitan molekul dan jumlah susunan yang
mungkin); (b) peningkatan entropi untuk setiap perubahan fase yang berlangsung dari 0 K
sampai suhu terukur; (c) peningkatan entropi selama pemanasan untuk setiap perubahan
fase hingga mencapai stabil.
Pada umumnya data entropi pada keadaan standar menunjukkan fenomena sebagai
berikut:
a. Gas mempunyai entropi lebih besar daripada dalam keadaan cairannya. Contoh H2O
pada keadaan uap entropinya lebih besar daripada keadaan cairnya.
b. Zat dengan struktur molekul lebih kompleks atau kristalin mempunyai nilai entropi
lebih besar daripada dalam bentuk sederhananya. Contoh H2O2 memiliki entropi lebih
besar daripada H2O.
11
3. Entropi Dalam Reaksi Kimia
Entropi dapat berubah dalam reaksi kimia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
: (a) perubahan komposisi atom-atom; (b) perubahan fase; (c) perubahan dalam
susunan/struktur. Contoh, reaksi penguraian kalium klorat dengan katalis mangan
dioksida. Persamaan kimianya :
Penguraian termal kalium klorat menghasilkan peningkatan entropi sangat besar, sebab
dua mol pereaksi berwujud padat diubah menjadi dua mol yang juga padat dan tiga mol
berwujud gas. Kelebihan tiga mol gas ini mengakibatkan peningkatan entropi sangan
besar, yaitu 808,14 J/K. Sebaliknya, pada reaksi pembentukan gas amoniadari unsur-
unsurnya dengan persamaan :
Terjadi pengurangan jumlah mol gas, dari empat mol diubah menjadi 2 mol sehingga
entropinya turun. Perubahan entropinya =-198,55 J/K. Dalam reaksi yang tidak terjadi
perubahan dalam jumlah mol maupun perubahan fasa, entropinya sukar diramalkan.
Contoh :
Satu mol ion tembaga (II) bereaksi dengan satu mol logam seng membentuk satu mol
logam tembaga dan satu mol ion seng (II). Untuk reaksi tersebut sukar diramalkan, apakah
entropinya meningkat atau menurun. Perubahan entropi hanya dapat ditentukan dari
perbedaan struktur antara kristal tembaga dan seng serta perbedaan jumlah hidrasi dari
kedua ion dalam larutan. Menurut perhitungan, reaksi tersebut menghasilkan perubahan
entropi sekitar -21,0 J/K.
Terdapat 2 persamaan yang berasal dari J. W. Gibbs dan H. Von Helmholtz, yang
disebut persamaan Gibbs-Helmholtz. Persamaan pertama mengatakan bahwa adanya
mengatakan bahwa adanya perubahan pada energi dalam ( ) dan fungsi kerja ( ).
12
Umumnya, dapat dipakai pada semua proses kimia maupun fisika, namun pada sistem
tertutup.
Apabila adalah keadaan energi bebas pada suhu dan energi bebas pada
Dimana merupakan entropi dari sistem keadaan awal. Misalkan energi bebas dari
sistem keadaan akhir adalah pada suhu adalah energi bebas pada
Kemudian
atau
13
Kita tahu
atau
atau
Persamaan Gibb Helmholtz ini pada perubahan energi tetap dan entalpi pada tekanan
tetap.
Atau
Atau
Atau
14
Perbandingan persamaan dan , kita mendapatkan
Apabila adalah fungsi kerja keadaan awal pada suhu dan adalah fungsi
kerja pada keadaan awal . Dan adalah fungsi kerja keadaan akhir pada suhu
Dan
Dimana dan adalah entropi pada sistem keadaan awal dan sistem keadaan akhir
berturut-turut.
Penurunan persamaan dari persamaan kita mendapatkan
Atau
Atau
Persamaan ini disebut persamaan Gibb Helmholtz pada energi dalam dan fungsi kerja pada
volume tetap.
15
Kondisi kesetimbangan dan ukuran/standar dari proses keadaan spotan.
a. Perubahan entropi
Entropi dari sistem yang tidak berubah merupakan perubahan reversible, sedangkan itu
bertambah dari perubahan yang irreversible.
untuk perubahan reversible
Dan
Jika kita mengambil perubahan pada keadaan sekitar sebagai reversible dan keadaan
Dimana adalah penambahan energi dalam dari sistem dan adalah kerja selesai dari
sistem.
Pada persamaan kita mendapatkan
16
Keadaan I saat dan adalah tetap.
Atau
Dan
Dimana dan
(spontan)
b. Peruahan entalpi
Kita tahu
Untuk membedakan
17
atau
Atau
Dimana dan
Kita memiliki
Atau
dan
Atau
18
Menyubstitusi persamaan kita mendapatkan
Atau
Pada tekanan tetap di proses isotermal ( juga konstan) pada persamaan ini
Atau
Dan
Sementara itu, kondisi untuk spontan dan setimbang mungkin dijumlahkan seperti tabel 1.1
(Spontan) (Setimbang)
Pada , tetap
Pada , tetap
Pada , tetap
Pada , tetap
19
2. Persamaan Clapeyron
Penggunaan hubungan termodinamika yang memberikan informasi penting tentang
sistem yang terdiri atas 2 fasa dari zat tunggal pada kesetimbangan kimia disebut
dengan persamaan Clapeyron. Diperoleh dari persamaan Gibbs-Helmholtz yang
telah disebutkan sebelumnya.
Sistem yang telah dipelajari
mendapatkan
Menguras panas dari keadaan sekitar merupakan panas yang terpendam dari
menguapkan L dari substitusi di hukum pertama persamaannya menjadi
memiliki
Atau
Atau
20
Dimana adalah transisi panas saat volume dari berat nyata dari perubahan bentuk
menjadi volume dari berat yang sama dari bentuk yang lain pada suhu .
3. Persamaan Clausius-Clapeyron
Persamaan diatas dapat disederhanakan dengan cara mengabaikan volume yang kecil
dari cairan dengan perbandingan dengan volume dari uap. Persamaan (1) diketahui
seperti diatas, menjadi:
atau
Tapi
Jadi
Atau
21
Jika adalah tekanan uap pada dan adalah tekanan uap pada , kita
mendapatkan
Dan
Penurunan dari
bertutut turut, molar dari panas uap dapat dihitung dengan cara menyubstitusi
22
c. Menghitung tekanan uap pada suhu yang berbeda
Apabila panas dari penguapan diketahui, itu memungkinkan dalam menghitung
tekanan uap dari cairan yang diketahui suhu, jika tekanan uap pada suhu yang lain
adalah diketahui.
dihasilkan ketika 1 mol dari zat terlarut dilarutkan kedalam 1000 gram dari
pelarut.
Jika gram zat terlarut dari berat molekul dilarutkan kedalam 1000 gram dari
pelarut dan adalah total yang terbentuk, total molal diketahui dari
persamaan:
Titik didih dari pelarut murni adalah dan pelarut tersebut saat satuan
dan itu juga tekanan uap dari pelarut adalah tekanan uap dari larutan
23
Dari hukum Raoult, tekanan uap yang rendah pada zat terlarut yang dicairkan adalah sama
dengan fraksi mol dari zat terlarut dalam larutan.
Jadi,
Ketika perbedaan antara dan adalah sangat kecil dan hanya diharapkan, mungkin
sama seperti
Jadi,
Atau
Tapi,
dan
Jadi,
24
Jika 1 mol dari zat terlarut dilarutkan kedalam 1000 gram dari pelarut, persamaan menjadi:
Tapi,
Tapi,
Apabila ,
Maka didapatkan
Perubahan energi bebas suatu sistem pada proses pada suhu tetap ialah
25
Dalam konteks ini, energi bebas ialah “energi yang tersedia untuk melakukan
kerja”. Jadi, jika suatu reaksi diiringi dengan pelepasan energi yang berguna (dengan
kata lain, jika negatif). Kenyataan ini sendiri saja sudah menjamin bahwa
reaksinya spontan dan tak perlu mengkhawatirkan bagian lain dari semesta.
Syarat-syarat untuk kespontanan dan kesetimbangan pada suhu dan tekanan tetap dari segi
BAB III
PENUTUP
26
DAFTAR PUSTAKA
Bahl, BS. 2002. Essential of Physical Chemistry. New Delhi: S. Chand and Company
Ltd.
http://ardi-thermodynamics.blogspot.co.id/2015/03/persamaan-clausius-clapeyron.html
http://furqanwera.blogspot.com/2012/12/hukum-ii
termodinamika.html#ixzz3EILyF7CL
http://mtdp.blogspot.co.id/2015/01/siklus-carnot.html
27