Anda di halaman 1dari 10

Penggunaan Mouth Wash pada Manajemen

Oral Mucositis
( Ilmu Penyakit Mulut)

Disusun Oleh:

Andarini Fitriyani ( 2015 – 16 – 057 )

Andreas Mangapul SS ( 2015 – 16 – 058 )

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA

2016
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah mukositis oral muncul pada akhir tahun 1980, untuk

menggambarkan proses inflamasi dan ulseratif pada mukosa orofaringeal yang

diinduksi oleh kemoterapi dan/atau radioterapi, atau transplantasi darah dan sel

stem sumsum tulang. Insidensi mukositis oral diperkirakan 40% pada pasien

yang menerima kemoterapi, 70%-90% pada pasien yang menjalani transplantasi

darah dan sel stem sumsum tulang, dan 80%-100% pada pasien yang menjalani

terapi radiasi yang melibatkan daerah oro-faring.1


Mukositis oral menimbulkan gejala klinis berupa rasa sakit, eritema,

ulserasi dan terkadang menimbulkan perdarahan. Sehingga dari gejala yang

ditimbulkan akan mempengaruhi kualitas hidup dari penderitanya, meningkatkan

risiko infeksi, menyebabkan penundaan/interupsi bahkan kegagalan perawatan kanker

itu sendiri dan berakibat perlunya hospitalisasi serta meningkatnya biaya perawatan.

Pada penatalaksanaan mukositis oral, penting untuk menilai derajat

keparahannya, umumnya digunakan sistem skor menurut World Health

Organization (WHO) 1979.2


Berdasarkan tingginya insidensi kejadian terjadinya mukositis oral pada

pasien yang menjalani kemoterapi dan/atau radioterapi, atau transplantasi darah

dan sel stem sumsum tulang mendasari pentingnya pencegahan yang baik dan

manajemen penyakit. Saat ini, beberapa solusi dan penggunaan obat seperti: obat

kumur, obat anti-inflamasi, cryotheraphy, terapi laser dan lain-lain telah banyak
digunakan dan dipublikasikan untuk mengatasi mukositis oral. Namun,

keefektifan dari masing-masing perawatan tersebut belum dikonfirmasi dengan

pasti. Kebanyakan perawatan yang mahal sulit diterapkan secara klinis

dikarenakan harganya yang cukup mahal. Perawatan dengan menggunakan

mouth wash (obat kumur) merupakan salah satu alternatif perawatan yang cukup

terjangkau namun dapat meminimalkan keparahan mukositis oral. Obat kumur

menunjukkan aktivitas antimikroba dan antijamur sprektrum luas, efektif

melawan bakteri gram positif dan gram negatif, juga sel ragi dan jamur, dan

terikat pada permukaan oral secara terus menerus.1,3


Pada makalah ini, akan dibahas mengenai penggunaan mouth wash antara

chlorhexidine, sodium bicarbonate, dan morphine dan keefektifannya dalam

meminimalkan keparahan terjadinya mukositis oral.

Pengertian
Mukositis merupakan keadaan mukosa dengan eritema yang luas, adanya

ulserasi dan nyeri, yang dapat terjadi setelah kemoterapi atau pun radioterapi.

Mukositis merupakan salah satu komplikasi dari prosedur perawatan

kemo/radioterapi. Mukositis dapat terjadi pada pasien semua umur dan pada pasien

dengan jenis kelamin laki laki atau pun perempuan. 2

Etiologi dan Patofisiologi

Oral mukositis memberikan sensasi rasa yang sangat nyeri dan secara

signifikan terdapat efek samping kekurangan nutrisi dan kebersihan mulut, serta

berkurangnya kualitas hidup pasien.5 Pasien yang mendapat radioterapi atau

kemoterapi dengan dosis yang besar oral mukositis merupakan factor komplikasi

yang sering terjadi. Pada pasien yang mendapatkan kemoterapi untuk limfoma tumor,

tingkat terjadinya oral mukositis 2 kali lebih riskan dari radiasi yang lainnya. Terapi

radiasi atau kemoterapi pada bagian kepala dan leher mayoritas pasien tidak dapat

makan akibat dari oral mukositis.5

Patofisiologi yang tepat dari mukositis belum terungkap semua, tetapi terdiri dari dua

mekanisme: direct mucositis dan indirect mukositis, yang dapat disebabtkan oleh

kemoterapi atau pun terapi radiasi. 4

Direct mucositis

Sel epithelial dari mukosa mulut terjadi begitu cepat, biasanya setip 7 sampai

14 hari, yang mana sel sel ini rentan terjadi alibat dari efek terapi siotoksik. Kedua

duanya kemoterapi dan terapi radiasi dapat mengganggu perkembangan dan

pertumbuhan sel epithelial, menyebabkan tidak normal dan kematian sel.


Indirect Mucositis

Mukositis oral dapat juga disebabkan oleh invasi swcara tidak langsung dari

bakteri gram negative dan spesies jamur. Pasien dapat beresiko tinggi terkena

penyakit infeksi oral ketika pasien ini mempunyai gangguan imun, dan ini biasanya

terjadi pada tidak langsung pada sistem pencernaan tidak berfungsi dengan baik.

Permulaan mukositis sekunder menjadi variasi myelosupresi, tergantung dari waktu

titik rendahnya neutrophil terkait agen kemoterapi diberikan, namun biasanya terjadi

pada hari ke 10 sampai 21 setelah proses kemoterapi. Berdasarlkan pertimbangan di

atas, patofisiologi terbaru terjadi melalui empat fase:

Fase 1: inflamasi awal/fase peredaran darah: pada fase ini, sel sel seperti epitelal,

endothelial, dan sel jaringan lunak pada bagian bukal mukosa melepaskan radikal

bebas, protein modifikasi, dan sitokin yang mendukung inflamasi, termasuk

interleukin-1B, prostaglandins, dan faktor nekrose tumor (TNF).

Fase II: fase epithelial. Pada fase ini kemoterapi atau radiasi menghambat

pembentukan divisi sel pada mukosa oral epitelium, adanya faktor yang mengurangi

regenerasi, sehinggal sel epitel hancur. Fase ini terdapat eritema karena bertambahnya

vaskularisasi dan atropi sel epitel 4-5 hari setelah proses radiasi. Pada tahap ini juga,

pasien mengalami kesulitan dalam berbicara, menelan, dan mastikasi.

Fase III: ulserasi/fase bakteriologi(pseudomembranous): kerusakan sel epitel terjadi

pada tahap ini, yang mana terjadi selama 1 minggu prosedur radiasi. Kehilangan

epitel dan exudat menghasilkan ulserasi dan pseudomembran. Terdapat kolonisasi

mikrobial pada mukosa yang mengalami kerusakan, terdiri dari koloni bakteri gram
negative dan jamur, dan kemungkinan diperburuk seiring terjadi neutropenia,

meningkatnya komplikasi infeksi.

Fase IV: fase penyembuhan. Durasi pada fase ini biasanya pada hari ke 12-16,

tergantung pada proliferasi epitel, regenerasi hematopoetic, pembentukan kembali

mikrobial flora lokal rongga mulut, dan tidak adanya faktoe yang mengganggu proses

penyembuhan infeksi.

Klasifikasi Mukositis

Mukositis berdasarkan WHO (World Health Organization) diklasifikasikan

enjadi empat skala, yaitu:2

1. Adanya nyeri atau kemerahan

2. Adanya peradangan dan ulserasi yang rata, pasien masih dapat makan

3. Ulserasi semakin dalam dan pasien hanya mampu memakan makanan dengan

konsistensi cair

4. Mukositis semakin parah dan pasien tidak dapat makan

Keadaan klinis

Tahap awal oral mukositis gejala kinis yang terdapat pada mukosa adalah

eritema yang menjadi ulkus dan erosi. Ulser tersebut dilapisi oleh suatu gumpalan

fibrin putih yang kekuning-kuningan disebut sebagai pseudomembrane.

Manajemen Oral Mukositis

Terdapat 5 cara manajemen oral mukositis:


1. Oral debridement; dengan agen mukolitik, seperti alkohol, help mengeluarkan

secret yang kering

2. Oral decontamination,termasuk obat kumur antibacterial dan antifungal

3. Topical and systemic pain management, contohnya lidocaine 2%, magic

mouthwash, dan larutan morphine topikal; dan laurtan obat kumur doxepn

yang mampu meringankan oral mukositis

4. Pencegahan penyakit, seperti cryotherapy, Palifermin (keratinocyte growth

factor), dan pemberian medikasi antiviral

5. Control pendarahan menggunakan thrombin dan agen antifibronolitik

Obat Kumur (Mouthwash)

Obat kumur atau mouthwash merupakan sediaan cair yang digunakan untuk

membilas daerah rongga mulut yang bertujuan untuk: (1)Menghilangkan atau

menghancurkan bakteri (antibacterial), (2)Mengurangi inflamasi serta nyeri,

(3)Memiliki efek terapi mencegah terjadinya infeksi sekunder, (4)Astringents (zat

penciut), menyebabkan pembuluh darah lokal berkontraksi dengan demikian dapat

mengurangi bengkak pada jaringan, (5)Deodorizing agents (bahan penghilang bau),

menetralisir bau yang dihasilkan dari proses penguraian sisa makanan. (Farah CS.

Mouthwashes. Aust Precsr 2009; 32:162-4, Akande O O. Efficicacy of different

brands of mouth rinses on oral bacterial load count in healthy adults. African Journal

of Biomedical Research, Vol. 7 (2004); 125 - 128)

Pada saat ini banyak jenis obat kumur yang tersedia. Beberapa jenis obat

kumur ada yang hanya memberikan efek kesegaran saja dan ada pula yang dapat
memberika kesembuhan akibat infeksi di dalam rongga mulut, bila bahan tersebut

digunakan sesuai dengan indikasi dan aturan pakainya. (Farah CS. Mouthwashes.

Aust Precsr 2009; 32:162-4)

Klorheksidin

Klorheksidin merupakan obat kumur golongan bis-guanida. Klorheksidin

adalah obat kumur yang menunjukkan aktivitas antimikroba dan antijamur sprektrum

luas,2,17 efektif melawan bakteri gram positif dan gram negatif, juga sel ragi dan

jamur dan terikat pada permukaan oral secara terus menerus. Klorheksidin berguna

untuk menurunkan gingivitis dan pembentukan plak. Sebagai chlorhexidine dapat

berinteraksi dengan fluoride dan natrium lauril sulfat (deterjen yang ditemukan dalam

pasta gigi), harus digunakan setelah berkumur dengan air atau 0,5-2 jam setelah

menggunakan pastagigi. Rekomendasi saat ini, chlorhexidine hanya digunakan dua

kali sehari sebagai tambahan jangka pendek, atau sebagai bantuan dalam desinfeksi

daerah bekas pembedahan, untuk meningkatkan penyembuhan luka, atau sebagai

jangka pendek pengobatan halitosis. (Farah CS. Mouthwashes. Aust Precsr 2009;

32:162-4) Hasil penelitian Rutkauskas dkk. menunjukkan pengurangan keparahan

mukositis yang signifikan pada kelompok klorheksidin dibandingkan dengan

kelompok placebo. (Sufiawati I, Subita GP. Identifikasi dan pengendalian faktor

risiko mukositis oral selama radioterapi kanker nasofaring. Indonesian Journal of

Dentistry 2008; 15(2): 155-162)


DAFTAR PUSTAKA
1. Sufiawati I, Subita GP. Identifikasi dan Pengendalian Faktor Risiko Mukositis

Oral Selama Radioterapi Kanker Nasofaring (Laporan Kasus). Indonesian

Journal of Dentistry. 2008; 15 (2): 155-16.


2. Scully C. Iatrogenic Disease – Mucositis. Oral and Maxillofacial Medicine 2nd

ed. Churchill Livingstone:Elsevier. 2008: 316-7.


3. Choi SE, Kim HS. Sodium Bicarbonate Solution versus Chlorhexidine

Mouthwash in Oral Care Of Acute Leukemia Patients Undergoing Induction

Chemotheraphy: A Randomize Controlled Trial. Asian Nursing Research 6.

2012: 60-66.
4. Chemotherapy-Induced and/or Radiation Therapy–Induced Oral Mucositis—

Complicating the Treatment of Cancer, Neoplasia . Vol. 6, No. 5, September/October

2004, pp. 423 – 431 4


5. Management of Oral Mucositis in patients with cancer; Lalla R, Sonis S, Peterson D;

Divisi oral medicine, university of Connecticut Health Center dan Harvard school of

Dental Medicine; 2008; 52(1):61-viii


6. Chemotherapy Induced Oral Mucositis Nathaniel S Treister, DMD, DMSc
Harvard School of Dental Medicine; Associate Surgeon

http://emedicine.medscape.com/article/1079570-overview#showall;

Updated: Oct 09, 2015

Anda mungkin juga menyukai