Anda di halaman 1dari 40

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyusui merupakan cara pemberian makan yang diberikan secara

langsung oleh ibu kepada anaknya, sebagai proses belajar bayi menghisap

keluar air susu dari payudara dengan seefesien dan ibu belajar cara menyusui

bayi dengan senyaman mungkin (Nugroho dkk, 2014).

Pada masa menyusui seorang Ibu harus menyisihkan ekstra waktu

untuk bayinya. Seorang ibu harus menyusui bayinya baik siang hari ataupun

malam hari, sehingga bayi dapat tertidur dan tenang selama 3-4 jam setelah

menyusui (Ramayulis & Marbun, 2010).

The American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan Air

Susu Ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan pertama dan selanjutnya minimal

selama 1 tahun (AAP dalam Proverawati & Rahmawati, 2010). World Health

Organization (WHO) merekomendasikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama

6 bulan, menyusui dalam 1 jam pertama setelah melahirkan, menyusui setiap

kali bayi mau, tidak menggunakan botol dan dot (WHO dalam Proverawati &

Rahmawati, 2010).

Resolusi World Health Assembly (WHA) tahun 2001 menegaskan

bahwa tumbuh kembang anak secara optimal merupakan salah satu hak asasi

anak. Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam

kandungan dilanjutkan dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) (Prawirohardjo,

2013).
2

Menurut Kemenkes RI (2011) menyusui merupakan cara alamiah

untuk memberikan makanan dan minuman pada awal kehidupan bayi. Pada

masa menyusui kebutuhan gizi ibu perlu diperhatikan karena ibu tidak hanya

harus mencukupi kebutuhan dirinya melainkan harus memproduksi Air Susu

Ibu (ASI) bagi bayinya.

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun

2009, hampir seluruh bayi di Indonesia (96 %) pernah mendapatkan Air Susu

Ibu (ASI) tapi tidak eksklusif. Salah satu sasaran Suntainable Development

Goals (SDGs) tahun 2015 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif

adalah sekurang-kurangnya 80 % ibu menyusui memberikan Air Susu Ibu

(ASI) eksklusif pada bayi. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013

menyebutkan, sebanyak 30,2 % bayi umur kurang dari 6 bulan yang

mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif (Permatasari, 2015).

Cakupan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif di Sulawesi Utara

pada tahun 2012 menurut data Dinas Kesehatan Provinsi yaitu kota Manado

hanya mendapatkan presentase 9,59 % yaitu presentase yang paling kecil

dibandingkan dengan kabupaten/kota lain. Pencapaian ini sangatlah kecil

apabila dibandingkan dengan target nasional yaitu 80 % (Wowor, 2013).

Status gizi ibu menyusui memegang peranan penting untuk

keberhasilan menyusui yang indikatornya diukur dari durasi Air Susu Ibu

(ASI) eksklusif, pertumbuhan bayi dan status gizi ibu pasca menyusui.

(Fikawati dkk, 2015).

Pola makan adalah salah satu penentu keberhasilan ibu dalam

menyusui. Ibu menyusui perlu mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.


3

Ibu dengan gizi yang baik umumnya mampu menyusui bayinya selama

minimal 6 bulan. Sebaliknya ibu yang gizinya kurang, biasanya tidak mampu

menyusui selama itu, bahkan tidak jarang air susunya tidak keluar

(Proverawati & Asfuah, 2009).

Wanita yang menyusui membutuhkan 500-1000 kalori lebih banyak

dari wanita yang tidak menyusui. Wanita menyusui rentan terhadap

kekurangan magnesium, vitamin B6, folat, kalsium, dan seng. Air Susu Ibu

(ASI) tidak memiliki suplai zat besi yang cukup untuk bayi prematur atau bayi

yang berusia lebih dari 6 bulan. Karena itu suplementasi zat besi sebaiknya

diberikan pada ibu menyusui dengan bayi prematur. Nutrisi yang tidak

adekuat dan stress dapat menurunkan jumlah produksi Air Susu Ibu (ASI)

(Proverawati & Rahmawati, 2010).

Penelitian Fikawati (2013) juga menemukan hasil ibu yang

mengkonsumsi energi dengan jumlah ≥ 2100 Kal/hari lebih mampu

memberikan Air Susu Ibu (ASI) predominan selama 6 bulan dibandingkan

dengan ibu yang mengkonsumsi energi dengan jumlah yang lebih rendah

(Fikawati dkk, 2015).

Penelitian Oktianti (2016) menunjukkan ada hubungan antara tingkat

kecukupan energi dengan produksi ASI pada ibu menyusui di Desa Bawen

Kecamatan Bawen Tahun 2016 dengan nilai p 0,002 < α =0,05. Ada hubungan

antara tingkat kecukupan protein dengan produksi ASI pada ibu menyusui di

Desa Bawen Kecamatan Bawen Tahun 2016 dengan nilai p 0,000 < α =0,05.

Responden yang kecukupan energi dan proteinnya masih kurang diharapkan


4

menambah asupan makanan yang mengandung energi dan protein sehingga

produksi ASI nya lebih dan mencukupi bagi bayi

Berdasarkan hasil penelitian Permatasari (2015) yang dilakukan di

Puskesmas Sewon I Bantul tahun 2015 tentang hubungan asupan gizi dengan

produksi ASI pada ibu yang menyusui bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas

Sewon I Bantul, didapatkan bahwa rata-rata asupan gizi responden termasuk

dalam kategori baik yaitu sebesar (47,9 %). Produksi ASI pada ibu yang

menyusui bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Sewon I Bantul termasuk dalam

kategori baik yaitu sebesar (68,8 %). Terdapat hubungan antara asupan gizi

dengan produksi ASI ibu yang menyusui bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas

Sewon I Bantul tahun 2015.

Hasil penelitian yang dilakukan Masruroh (2015) menunjukkan ada

hubungan antara status gizi ibu dengan pengeluaran kolostrum karena status

gizi ibu dalam kategori baik sebanyak 25 responden. Ibu nifas yang

mempunyai gizi dan nuitrisi yang tercukupi akan mempengaruhi kinerja tubuh

yang optimal, sehingga metabolisme tubuh seperti sekresi kolostrum menjadi

baik. Begitu juga sebaliknya bila status gizi dan nutrisi ibu jelek, metabolisme

akan terhambat dan mengganggu pengeluaran kolostrum.

Data dari Puskesmas Bahu Kota Manado di wilayah kerja bahwa tahun

2011 jumlah bayi 265, yang diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif 1 dan

yang tidak diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif yaitu 264. Tahun 2012

jumlah bayi 499, yang diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif yaitu 347 dan

yang tidak diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif yaitu 152. Tahun 2013

jumlah bayi 559, yang diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif 522 dan yang
5

tidak diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sebanyak 37. Tahun 2014 jumlah

bayi 386, yang diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif 266 dan yang tidak

diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sebanyak 120. Tahun 2015 jumlah bayi

524, yang diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sebanyak 333 dan yang

tidak diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sebanyak 191. Data di atas

menunjukkan bahwa pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif terus meningkat,

akan tetapi peningkatan ini belum sesuai dengan target nasional yaitu 80 %.

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Bahu

Kota Manado jumlah ibu menyusui bayi umur 0-6 bulan yang mendapatkan

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bulan Agustus 2016 berjumlah 124 orang.

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan 11 orang responden yang ada di

Puskesmas Bahu Kota Manado 4 diantaranya menyatakan bahwa tidak lancar

Air Susu Ibu (ASI) hal ini dikarenan tidak suka mengkonsumsi sayuran hijau

seperti sayur bayam dan daun katuk dan 7 diantaranya menyatakan lancarnya

Air Susu Ibu (ASI) hal ini dikarenakan mereka mengkonsumsi susu, sayuran

hijau dan kacang-kacangan untuk memperlancar Air Susu Ibu (ASI).

Berdasarkan data dan hasil survei yang dilakukan penelitian tentang

pemenuhan kebutuhan gizi ibu dengan kelancaran Air Susu Ibu (ASI) pada

ibu menyusui di Puskesmas Bahu Kota Manado belum ada yang melakukan

penelitian, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu dengan Kelancaran Air Susu Ibu

(ASI) Pada Ibu Menyusui Di Puskesmas Bahu Kota Manado”.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

masalah dalam penelitian yaitu: “Apakah terdapat hubungan pemenuhan

kebutuhan gizi ibu dengan kelancaran Air Susu Ibu (ASI) pada ibu menyusui

di Puskesmas Bahu Kota Manado ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungam pemenuhan kebutuhan gizi ibu

dengan kelancaran Air Susu Ibu (ASI) pada ibu menyusui di Puskesmas

Bahu Kota Manado.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan gizi ibu menyusui

di Puskesmas Bahu Kota Manado.

b. Untuk mengetahui kelancaran Air Susu Ibu (ASI) pada ibu menyusui

di Puskesmas Bahu Kota Manado.

c. Untuk menganalisis hubungan pemenuhan kebutuhan gizi ibu dengan

kelancaran Air Susu Ibu (ASI) pada ibu menyusui di Puskesmas Bahu

Kota Manado.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam

mengembangkan perencanaan keperawatan yang akan dilakukan tentang


7

pemenuhan kebutuhan gizi ibu dengan kelancaran Air Susu Ibu (ASI) pada

ibu menyusui.

2. Bagi Aplikatif

Sebagai bahan masukan bagi ibu menyusui agar dapat memenuhi

kebutuhan gizinya sehingga Air Susu Ibu (ASI) dapat diproduksi dengan

lancar.

3. Bagi Metodologi

Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan untuk

pengembangan lebih lanjut, sebagai bahan tambahan dan bacaan bagi

peneliti selanjutnya serta meningkatkan pengetahuan dan wawasan peneliti

dalam keperawatan khususnya di bidang Keperawatan Maternitas.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebutuhan Gizi Ibu menyusui

1. Pengertian

Kebutuhan gizi ibu menyusui adalah susunan menu seimbang

dianjurkan minum 8-12 gelas sehari, untuk memperlancar pencernaan

hindari konsumsi alkohol, makanan yang banyak bumbu, terlalu

panas/dingin, serta banyak mengkonsumsi sayuran berwarna

(Sulistyoningsih, 2011).

Peningkatan kebutuhan gizi ibu didasarkan pada jumlah Air Susu

Ibu (ASI) yang dikeluarkan ibu dan status gizi ibu. Konsumsi ibu

menyusui memegang peranan penting yang dapat menentukan

keberhasilan menyusui yang diukur dari durasi Air Susu Ibu (ASI)

eksklusif, status gizi bayi, dan status gizi ibu (Fikawati dkk, 2015).

Tujuan pemberian makanan untuk ibu menyusui adalah untuk

memenuhi kebutuhan gizi ibu selama menyusui. Seorang ibu menyusui

membutuhkan 300-500 kalori tambahan setiap hari untuk dapat menyusui

bayinya dengan sukses (Proverawati & Asfuah, 2009).

2. Zat Gizi yang Perlu Diperhatikan Oleh Ibu Menyusui

Berikut ini beberapa zat gizi yang perlu diperhatikan oleh ibu

menyusui menurut Sulistyoningsih (2011), yaitu :

a. Energi

Kebutuhan energi ibu terdiri dari 60-70% karbohidrat, 10-20%

protein dan 20-30% lemak. Kebutuhan energi ibu meningkat 500-700


9

kkal dengan demikian bila ibu biasa makan 3 kali sehari bisa menjadi 4

kali atau tetap 3 kali dengan porsi yang ditambah. Meningkatnya

kebutuhan energi ini karena diasumsikan tiap 100cc Air Susu Ibu

(ASI) mampu memasok 67-77 kkal, sedangkan ibu harus

mengeluarkan 750 cc Air Susu Ibu (ASI) pada 6 bulan pertama dan

600 cc Air Susu Ibu (ASI) pada 6 bulan berikutnya.

b. Protein

Menurut Arisman (2004) setiap 100 cc Air Susu Ibu (ASI)

mengandung 1,2 gram protein, sehingga selama menyusui ibu

membutuhkan tambahan protein sebanyak 20 gram per hari.

Meningkatnya kebutuhan protein ini, selain untuk membentuk protein

susu juga dibutuhkan untuk sintesis hormon yang dibutuhkan dalam

produksi Air Susu Ibu (ASI) (Prolaktin) dan hormon yang

mengeluarkan Air Susu Ibu (ASI) (Oksitosin). Pemenuhan kebutuhan

protein yang meningkat dapat dipenuhi dengan cara menambah satu

potongan lagi makanan sumber protein yang biasa dikonsumsi.

Sumber protein ini dapat diperoleh dari ikan, daging ayam, daging

sapi, telur, susu, dan juga tahu, tempe, serta kacang-kacangan. Jika

kebutuhan protein tidak terpenuhi dari makanan maka protein diambil

dari protein ibu yang berada di otot. Hal ini mengakibatkan ibu

menjadi kurus dan setelah menyusui akan merasa lapar.


10

Adapun zat gizi lain yang perlu diperhatikan oleh ibu menyusui

menurut Fikawati dkk (2015) yaitu :

a. Lemak

Lemak berperan sevagai sumber dan cadangan energy, pelarur

vitamin A, D, E dan K berperan sebagaicadangan energi untuk

menghasilkan ASI. Oleh karena itu, kebutuhan lemak ibu menyusui

perlu ditingkatkan. Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013

merekomendasikan tambahan asupan lemak menyusui menjadi 11-13

g/hari.

b. Vitamin

Vitamin yang perlu mendapatkan perhatian khusus diantaranya

Vitamin A, Vitamin D, Vitamin C, dan Vitamin B. kebutuhan Vitamin

A dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi baik sayuran hijau tua

ataupun sayuran berwarna kuning. Vitamin D diperoleh dari sinar

matahari, sehingga disarankan ibu rajin berjemur bersama bayinya di

pagi hari. Kebutuhan Vitamin C dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi

buah-buahan. Kebutuhan Vitamin B bayi dapat dipenuhi melalui Air

Susu Ibu (ASI), oleh karena itu ibu perlu mengkonsumsi sayuran hijau

tua dan daging yang cukup mengandung Vitamin B.

c. Mineral

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terkandung

dalam tulang dan gigi. Ibu hamil dan menyusui dianjurkan menambah

asupan kalsium sebanyak 200 mg/hari menjadi 1300 mg/hari. Pada ibu

menyusui, zat besi dikeluarkan sebanyak 0,3 mg/Kal/hari dalam


11

bentuk Air Susu Ibu (ASI). Oleh Karena itu ibu menyusui memerlukan

tambahan zat besi 6 mg/hari, dari 26 mg menjadi 32 mg/hari. Sumber

zat besi dapat berasal dari bahan pangan hewani maupun nabati.

3. Pengaturan Makan Ibu Menyusui (Fikawati dkk, 2015).

Ibu menyusui perlu memperhatikan beberapa hal untuk dapat

memenuhi kebutuhan gizinya saat menyusui. Prinsip yang digunakan

dalam pengaturan makan ibu saat menyusui adalah prinsip gizi seimbang.

a. Meningkatkan frekuensi makan

Ibu menyusui perlu meningkatkan frekuensi makan untuk

meningkatkan asupan energinya. Mengkonsumsi makanan dengan

prinsip porsi kecil tapi sering dapat dilakukan untuk mencapai

kebutuhan konsumsi ibu.

b. Mengkonsumsi Suplemen

Peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi ibu yang tinggi

dapat disiasati dengan konsumsi suplemen jika ibu merasa konsumsi

hariannya tidak memenuhi kebutuhan zat gizinya, terutama zat gizi

mikro. Penelitian di Guatemala pada ibu dengan status gizi kurus

membuktikan bahwa ibu yang mengkonsumsi suplementasi energi

mampu meningkatkan produksi ASI-nya.

c. Mengkonsumsi makanan padat gizi

Makanan padat gizi penting untuk mencapai kebutuhan gizi

ibu. Makanan dengan volume yang rendah namun bergizi tinggi tepat

untuk dikonsumsi oleh ibu laktasi, contohnya adalah mengkonsumsi


12

setengah mangkuk bubur kacang hijau (mengandung energi, protein,

vitamin dan mineral) lebih baik daripada satu mangkuk bubur sumsum

(hanya mengandung energi saja).

4. Makanan yang Tidak Baik untuk Ibu Menyusui

Ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya tidak dikonsumsi oleh

ibu menyusui menurut Ramayulis & Marbun (2010), yaitu sebagai berikut:

a. Kafein

Kafein yang terdapat pada kopi, teh soda dan cokelat jika

dikonsumsi berlebih memberikan efek sulit tidur pada ibu dan ini juga

dirasakan oleh bayi. Bayi yang kurang tidur akan menjadi rewel.

b. Alkohol

Minuman beralkohol memberikan aroma yang tajam sehingga

kemungkinan besar bayi akan menolak menyusu. Selain itu, minuman

beralkohol menghambat produksi hormon oksitosin sehingga

pengeluaran Air Susu Ibu (ASI) menjadi tidak lancar.

Adapun jenis makanan yang sebaiknya tidak baik dikonsumsi oleh

ibu menyusui menurut Fikawati dkk (2015), yaitu :

a. Nikotin

Kandungan nikotin pada Air Susu Ibu (ASI) yang dikonsumsi

bayi dapat berdampak buruk seperti dampak nikotin pada orang

dewasa. Pada periode menyusui ibu sebaiknya tidak merokok, sebab

kandungan nikotin pada Air Susu Ibu (ASI) akan 1,5-3 kali lebih
13

tinggi dari kadar nikotin pada darah ibu. Jumlah akan terus meningkat

apabila ibu terus-menerus merokok. Waktu paruh nikotin adalah 95

menit, sehingga apabila ibu merokok maupun mengisap nikotin harus

menunda menyusui paling tidak selama 95 menit.

b. Makanan yang dapat menimbulkan alergi

Ibu perlu berhati-hati terhadap beberapa jenis makanan tertentu

yang dapat menimbulakan alergi pada bayi jika ibu mengkonsumsinya,

diantaranya:

1) Susu sapi

2) Beberapa jenis kacang tertentu

3) Tepung gandum

Alergi tidak terjadi pada semua bayi, sehingga ibu dapat tetap

mengkonsumsi makanan tersebut jika bayi tidak mengalami alergi.

5. Kecukupan Zat Gizi Ibu Menyusui

Hal yang harus diperhatikan dalam memenuhi kebutuhan gizi ibu

menyusui adalah susunan menu seimbang, dianjurkan minum 8-12 gelas

sehari, untuk memperlancar pencernaan hindari konsumsi alkohol,

makanan yang banyak bumbu, terlalu panas/dingin, serta banyak

mengonsumsi sayuran berwarna. Selama ibu tidak memiliki penyakit yang

mengharuskan ibu melakukan diet tertentu (Sulistyoningsih, 2011)


14

6. Pengaruh Status Gizi Pada Ibu Menyusui (Sukarni & Wahyu, 2013)

a. Ibu menyusui dengan diet yang adekuat tentu status gizinya baik. Hal

tersebut akan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas produksi Air

Susu Ibu (ASI) sehingga kecukupan nutrisi pada bayi terpenuhi dan

bayi akan tumbuh dan berkembang dengan optimal.

b. Ibu menyusui dengan diet yang tidak adekuat, maka akan

mengakibatkan gizi buruk. Jika gizi ibu menyusui buruk akan sangat

berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produksi Air Susu Ibu

(ASI). Hal ini dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang bayi

berupa bayi mudah sakit, bayi mudah terkena infeksi, angka kesakitan

dan kematian bayi tinggi dan defisiensi vitamin A dan D.

B. Air Susu Ibu (ASI)

1. Pengertian

Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat

dibutuhkan oleh bayi. Air Susu Ibu (ASI) mengandung berbagai zat yang

penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya

(Maritalia, 2014).

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik dan paling ideal

bagi bayi. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) semaksimal mungkin merupakan

kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus

dimasa yang akan datang. Air Susu Ibu (ASI) memiliki nilai yang sangat

ekonomis, higienis, alami, menyehatkan dan multiguna. Unsur gizi yang


15

diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi normal ada di

dalamnya (Proverawati & Rahmawati, 2010).

Air Susu Ibu (ASI) adalah susu yang diproduksi seorang ibu untuk

konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama untuk bayi yang belum

bisa mencerna makan padat (Nirwana, 2014).

2. Komposisi Gizi dalam Air Susu Ibu (ASI) (Maritalia, 2014)

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Air susu

ibu khusus dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari Air Susu Ibu

(ASI) sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh

kembang bayi. Air Susu Ibu (ASI) dibedakan dalam tiga stadium yaitu:

a. Kolostrum

Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum

ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari

keempat pasca persalinan. Kolostrum merupakan cairan dengan

viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan. Kolostrum

mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel

darah putih dan antibodi yang tinggi daripada Air Susu Ibu (ASI)

matur.

b. Air Susu Ibu (ASI) Transisi/Peralihan

Air Susu Ibu (ASI) peralihan adalah air susu ibu yang keluar

setelah kolostrum sampai sebelum Air Susu Ibu (ASI) matang, yaitu

sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air

susu bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar


16

immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa

meningkat.

c. Air Susu Ibu (ASI) Matur

Air Susu Ibu (ASI) matur disekresi pada hari ke sepuluh dan

seterusnya. Air Susu Ibu (ASI) matur tampak berwarna putih.

Kandungan air susu ibu matur relatif konstan, tidak menggumpal bila

dipanaskan.

3. Manfaat Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Bagi Bayi (Walyani &

Purwoastusi, 2015)

a. Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik

Bayi yang mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) mempunyai

kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah

periode perinatal baik dan mengurangi kemungkinan obesitas.

b. Mengandung antibodi

Apabila ibu mendapatkan infeksi maka tubuh ibu akan

membentuk antibodi dan akan disalurkan dengan bantuan jaringan

limposit.

c. Air Susu Ibu (ASI) mengandung komposisi yang tepat

Berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari

proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang

diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.

d. Mengurangi kejadian karies gigi

Insiden karies dentis pada bayi mendapat susu formula jauh

lebih tinggi dibandingkan yang mendapat Air Susu Ibu (ASI), karena
17

kebiasaan menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu tidur

menyebabkab gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan

menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan

menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.

e. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara

ibu dan bayi

f. Terhindar dari alergi

Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian

susu formula akan merangsang aktivitas sistem ini dan dapat

menimbulkan alergi.

g. Air Susu Ibu (ASI) meningkatkan kecerdasan bayi

Lemak pada Air Susu Ibu (ASI) adalah lemak tak jenuh yang

mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan

otak bayi yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif akan tumbuh

optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan

anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak.

h. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi

karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.

4. Manfaat Menyusui Bagi Ibu (Proverawati & Rahmawati, 2010).

Menyusui sangat bermanfaat bagi ibu, keluarga dan bayinya.

Menyusui bayi bagi ibu mempunyai banyak keuntungan, diantaranya

adalah:
18

a. Ibu tidak akan mengalami menstruasi dalam beberapa bulan (bisa

dipakai sebagai KB alami)

b. Uterus akan berkontraksi lebih cepat sehingga akan mempercepat

proses pemulihan Rahim untuk persiapan kehamilan kembali

c. Mempercepat proses pembentukan tubuh keukuran semula

d. Murah, lebih mudah, lebih ramah lingkungan

e. Ibu dapat melakukan di mana saja, bahkan jika tidak ada air disekitar

f. Mengurangi kemungkinan mengembangkan kanker payudara, kanker

ovarium dan osteoporosis

g. Lebih mudah menyusui pada malam hari

h. Ibu memiliki alasan untuk orang-orang yang mendapatkan makanan

ringan dan minuman, karena ibu memiliki Air Susu Ibu (ASI)

i. Ibu menjadi perempuan yang lengkap karena dapat menyusui

j. Memberikan kesenangan dan kepuasan bagi ibu.

C. Kelancaran Produksi Air Susu Ibu (ASI)

Menurut Medforth dkk (2011), pada hari pertama bayi cukup

disusukan selama 10-15 menit untuk merangsang produksi Air Susu Ibu (ASI)

dan membiasakan puting susu diisap oleh bayi. Untuk mengetahui banyaknya

produksi Air Susu Ibu (ASI), beberapa kriteria yang dipakai sebagai patokan

untuk mengetahui Air Susu Ibu (ASI) lancar atau tidak adalah:

1) Air Susu Ibu (ASI) yang banyak dapat merembes keluar melalui

puting.

2) Sebelum disusukan payudara terasa tegang


19

3) Berat badan bayi naik dengan memuaskan sesuai umur :

a) 1-3 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 700 gr/bulan)

b) 4-6 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 600 gr/bulan)

c) 7-9 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 400 gr/bulan)

d) 10-12 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 300 gr/bulan)

4) Jika Air Susu Ibu (ASI) cukup, setelah menyusu bayi akan

tertidur/tenang selama 3-4 jam.

5) Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Air Susu Ibu (ASI)

adalah nutrisi, psikologi, kesehatan, pengetahuan dan pendidikan tentang

pantangan, kesukaan, kebutuhan, sosial ekonomi, bayi tidak mau menyusu

dan masalah pada payudara (Sukarni & Wahyu, 2013).

1. Hal-hal yang Mempengaruhi Kelancaran Air Susu Ibu (ASI) (Maritalia,

2014)

a. Makanan

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh

terhadap kelancaran Air Susu Ibu (ASI). Apabila makanan yang ibu

makan cukup akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi

Air Susu Ibu (ASI) akan berjalan dengan lancar.

b. Ketenangan jiwa dan pikiran

Kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang agar Air Susu Ibu

(ASI) dapat diproduksi dengan baik. Keadaan psikologis ibu yang


20

tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume Air Susu Ibu

(ASI).

c. Penggunaan alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu

diperhatikan agar tidak mengurangi produksi Air Susu Ibu (ASI).

Contoh alat kontrasepsi yang biasa digunakan adalah kondom, IUD,

pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulan.

d. Perawatan payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara

mempengaruhi hipofise untu mengeluarkan hormon prolaktin dan

oksitosin.

e. Anatomi Payudara

Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi Air

Susu Ibu (ASI). Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis

papilla atau putting susu ibu.

f. Faktor Fisiologi

ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin

yang menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu.

g. Pola istirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran Air

Susu Ibu (ASI). Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat

maka Air Susu Ibu (ASI) juga berkurang.

h. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan


21

Semakan sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka

produksi dan pengeluaran Air Susu Ibu (ASI) akan semakin banyak.

i. Berat lahir bayi

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan

menghisap Air Susu Ibu (ASI) yang lebih rendah disbanding bayi yang

berat lahir normal (BBL > 2500 gr). Kemampuan mengisap Air Susu

Ibu (ASI) yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan

yang lebih rendah dibandingkan berat lahir bayi normal yang akan

mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam

memproduksi Air Susu Ibu (ASI).

j. Umur kehamilan saat melahirkan

Bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34

minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif

sehingga produksi Air Susu Ibu (ASI) lebih rendah daripada bayi yang

cukup bulan.

k. Konsumsi rokok dan alkohol

Merokok dapat mengurangi volume Air Susu Ibu (ASI) karena

akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi Air

Susu Ibu (ASI). Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin

dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.


22

2. Upaya Memperbanyak Air Susu Ibu (ASI)

Menurut Walyani & Purwoastusi (2015), upaya untuk

memperbanyak Air Susu Ibu (ASI) antara lain :

a. Pada minggu-minggu pertama harus lebih sering menyusui untuk

merangsang produksinya

b. Berikan bayi, kedua belah dada ibu tiap kali menyusui, juga untuk

merangsang produksinya

c. Biarkan bayi mengisap lama pada tiap buah dada, makin banyak

dihisap makin banyak rangsangannya

d. Jangan terburu-buru memberi susu formula bayi sebagai tambahan.

Perlahan-lahan Air Susu Ibu (ASI) akan cukup diproduksi

e. Ibu dianjurkan minum yang banyak (8-10 gelas/hari) baik berupa susu

maupun air putih, karena Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan pada bayi

mengandung banyak air

f. Makanan ibu sehari-hari harus cukup dan berkualitas, baik untuk

menunjang pertumbuhan dan menjaga kesehatan bayinya. Ibu yang

sedang menyusui harus dapat tambahan energi, protein maupun

vitamin dan mineral.

g. Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur, keadaan tegang dan

kurang tidur dapat menurunkan produksi Air Susu Ibu (ASI)

h. Jika jumlah Air Susu Ibu (ASI) yang diproduksi tidak cukup, maka

dapat dicoba dengan pemberian obat pada ibu, seperti tablet Maloco

B12 untuk menambah produksi Air Susu Ibu (ASI).


23

D. Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu dengan Kelancaran Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang dibutuhkan bayi selama

kurang lebih enam bulan. Komposisi Air Susu Ibu (ASI) dirancang bukan

hanya untuk mencukupi kebutuhan zat gizi bayi, tetapi juga untuk melindungi

bayi dari infeksi dan penyakit kronis. Proses menyusui sejak dini dapat

memperkuat ikatan antara ibu dan bayi. Ikatan ini adalah salah satu faktor

yang dapat meningkatkan perkembangan emosi dan kepercayaan diri anak

nantinya. Untuk mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) berkualitas, ibu

memerlukan gizi dan nutrisi yang baik (Ramayulis & Marbun, 2010).

Proses menyusui dapat membantu ibu mengurangi berat badan dan

menjadi langsing kembali. Tetapi, berdiet atau menahan lapar akan

mengurangi produksi dan kelancaran air susu ibu. Keadaan kurang gizi tingkat

berat badan ibu, baik pada waktu hamil maupun menyusui dapat

mempengaruhi kelancaran air susu ibu. Produksi Air Susu Ibu (ASI) pada ibu

kurang gizi menjadi lebih sedikit jumlahnya (Proverawati & Asfuah, 2009).

Asupan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

komposisi dan kelancaran Air Susu Ibu (ASI). Kebutuhan energi dan zat gizi

ibu saat menyusui lebih tinggi dari pada kebutuhan ibu saat hamil. Apabila ibu

mengkonsumsi asupan sesuai dengan kebutuhannya, maka kualitas Air Susu

Ibu (ASI) akan semakin baik (Fikawati dkk, 2015).

Aspek gizi ibu dapat berdampak terhadap kelancaran Air Susu Ibu

(ASI). Oleh karena itu, ibu menyusui disarankan untuk mengkonsumsi

makanan yang baik, bila memungkinkan ibu mengkonsumsi makanan yang

paling bergizi yang dapat diadakan oleh keluarga. Jumlah energi untuk
24

keperluan menyusui per hari adalah 500-600 kkal lebih banyak dari yang

dikonsumsi ibu secara normal (Proverawati & Rahmawati, 2010).


25

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu atau terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin

diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau

menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas.

Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan

penelitiann yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti

(Setiadi, 2013).

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemenuhan Kebutuhan
Gizi Ibu:

1. Energi Kelancaran Air Susu


2. Protein Ibu (ASI)
3. Lemak
4. Vitamin
5. Mineral

Gambar 3.1 kerangka penelitian

Ket:

: Variabel yang dihubungkan

: Diteliti
26

B. Hipotesis Penelitian

a. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu dengan Kelancaran

Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Menyusui di Puskesmas Bahu Kota Manado.

b. Hipotesis nol (Ho)

Tidak ada hubungan Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu dengan

Kelancaran Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Menyusui di Puskesmas Bahu

Kota Manado.

C. Definisi Operasional

Tabel. 3.1 Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Alat Ukur Kriteria Hasil Skala


Penelitian Operasional
1. Independen: Makanan Kuesioner  Kebutuhan Nominal
Pemenuhan yang gizi ibu
Kebutuhan dianjurkan terpenuhi
Gizi Ibu : untuk ≥ 23
- Energi memenuhi  Kebutuhan
- Protein kebutuhan gizi ibu
- Lemak gizi ibu tidak
- Vitamin selama terpenuhi
- Mineral menyusui < 23

2. Dependen: Banyaknya Kuesioner  Air Susu Nominal


Kelancaran Air Susu Ibu Ibu (ASI)
ASI (ASI) yang Lancar = 8
keluar, serta  Air Susu
kelancaran Ibu (ASI)
Air Susu Ibu kurang
(ASI). lancar < 8
27

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik, dimana

peneliti mencoba mencari hubungan terhadap data yang dikumpulkan,

seberapa besar hubungan antara variabel yang ada, dengan menggunakan

rancangan Cross Sectional yaitu variabel sebab atau resiko dan akibat atau

kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara

simultan, satu kali saja dalam satu waktu (dalam waktu yang bersamaan)

(Setiadi, 2013).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Bahu Kota Manado.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti

(Setiadi, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui

bayi usia 0-6 bulan yang ada di Puskesmas Bahu Kota Manado. Jumlah
28

ibu menyusui bayi umur 0-6 bulan pada bulan Agustus 2016 adalah 124

orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain, sampel adalah

elemen-elemen populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan

mewakilinya (Setiadi, 2013). Sampel pada penelitian ini diambil dari

populasi 3 bulan terakhir ibu menyusui bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas

Bahu Kota Manado. Besarnya sampel menurut rumus Slovin yang dikutip

dari Notoatmodjo (2012) adalah :

n= N
1+N (d2)

Dimana:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d = Tingkat ketepatan absolut yang diinginkan

Dari populasi 124 orang di Puskesmas Bahu Kota Manado dengan

d = 0,05 maka besar sampel sesuai rumus diatas yaitu :

n= 124
1+124 (0,052)

n = 124
1+ 0,31

n = 94,8 dibulatkan 95

Jadi sampel dalam penelitian ini yaitu 95 sampel ibu menyusui Air

Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan yang berada di
29

Puskesmas Bahu Kota Manado yang sudah ditentukan berdasarkan kriteria

inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2012).

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1) Ibu menyusui bayi umur 0-6 bulan yang bersedia menjadi

responden.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak

dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

1) Ibu menyusui bayi umur 0-6 bulan yang tidak terdaftar di

Puskesmas Bahu Kota Manado

D. Prosedur pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

a. Pengajuan judul proposal

b. Mendapat surat izin pengambilan data awal dari Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Manado.

c. Melapor dan mendapat izin dari kepala Puskesmas Bahu


30

d. Melakukan studi pendahuluan yaitu dengan mencari data Ibu menyusui

bayi usia 0-6 bulan kemudian memilih sesuai kriteria inklusi yang

ditetapkan

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mendapatkan surat izin penelitian dari Program studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

b. Melapor dan mendapat izin dari kepala Puskesmas Bahu

c. Menemui semua Ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Bahu

sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan terlebih dahulu

tentang maksud dan tujuan peneliti kepada calon responden atau

membuat informed concent.

d. Mengajukan surat permohonan menjadi responden dan apabila

disetujui ditandai dengan responden mau menandatangani persetujuan

tersebut

e. Mengambil data penelitian dengan pergi ke Puskesmas Bahu untuk

memberikan lembar kuesioner pemenuhan kebutuhan gizi pada ibu

yang menyusui bayi umur 0-6 bulan dan lembar kuesioner kelancaran

Air Susu Ibu (ASI). Lembar kuesioner akan diambil pada hari yang

sama saat kuesioner diberikan

f. Setelah data yang diperlukan terkumpul peneliti melapor pada kepala

Puskesmas dan mendapatkan surat telah menyelesaikan penelitian

3. Tahap Akhir

Semua data-data terkumpul dan lengkap, selanjutnya dimasukkan

dalam master table untuk dianalisis dan diinterprestasikan


31

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Penelitian yang digunakan sebagai

pengumpulan data berupa identitas responden dan lembar kuesioner yang

akan dibagikan dan diisi oleh ibu menyusui bayi umur 0-6 bulan yang

mengantar anaknya untuk diberikan imunisasi pada setiap hari kamis di

Puskesmas Bahu Kota Manado dan kuesioner akan dikumpulkan pada hari

yang sama.

1. Identitas Respondsen

Peneliti akan menggunakan kuesioner yang berisi data diri untuk

mengetahui inisial responden, umur dan pendidikan terakhir.

2. Pengukuran Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Instrument yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan gizi ibu

menyusui yaitu lembar kuesioner yang digunakan oleh Sari, S (2010) dan

telah diuji validitas kembali oleh peneliti dengan nilai cronbach’s Alpha

adalah 0.857 sehingga bisa dikatakan bahwa releabilitas pertanyaan-

pertanyaan tersebut sangat baik. Kuesioner ini terdiri dari 9 pertanyaan,

dengan isian dibagi dalam kategori penilaian skor 1 = Tidak Pernah, skor 2

= kadang-kadang, skor 3 = sering dan skor 4 = sangat sering. Selanjutnya

untuk menentukan pemenuhan kebutuhan gizi dibagi menjadi 2 yaitu

kebutahan gizi terpenuhi dan kebutuhan gizi ibu tidak terpenuhi, diperoleh

dengan menggunakan rumus cut off point yaitu:

Cut off point = Maximum Score + Minumum Score


2
= 36 + 9
2
32

= 22.5 dibulatkan 23

Jadi, untuk kategori kebutuhan gizi terpenuhi jumlah skor ≥23, dan

kebutuhan gizi tidak terpenuhi < 23.

3. Pengukuran Kelancaran Air Susu Ibu (ASI)

Instrumen yang digunakan untuk kelancaran Air Susu Ibu (ASI)

yaitu dengan menggunakan lembar kuesioner yang digunakan oleh

Lismaysarah (2013) dan telah diuji validitas kembali oleh peneliti dengan

nilai cronbach’s Alpha adalah 0.926 sehingga bisa dikatakan bahwa

releabilitas pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat baik. Kuesioner ini

terdiri dari 4 pertanyaan, dengan isian dibagi dalam dua kategori yaitu Ya

atau Tidak dimana kurang lancar, jika responden menjawab tidak pada

salah satu pertanyaan dan lancar, jika responden menjawab ya pada semua

pertanyaan.

F. Pengolahan Data

1. Editing

Setelah lebar kuesioner diisi kemudian dikumpulkan dalam bentuk

data, dilakukan pengecekan data dengan maksud memeriksa kelengkapan,

kesinambungan dan keseragaman data dalam usaha melengkapi data yang

masih kurang.

2. Coding

Yaitu memberi kode masing-masing jawaban agar data-data mudah

diolah dan dapat menjamin kerahasiaan.


33

3. Entry data

Jawaban yang sudah diberi kategori kemudian dimasukan dalam

tabel dengan cara menghitung frekuensi data, memasukan data melalui

pengolahan computer.

4. Cleaning

Merupakan pembersihan data, melihat variabel apakah data sudah

benar atau belum.

G. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa unvariat adalah analisa yang bertujuan untuk menjelaskan

atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Analisa univariat dimaksudkan untuk mengetahui

distribusi variabel yang diamati seperti melihat gambaran pemenuhan

kebutuhan gizi ibu dengan kelancaran Air Susu Ibu (ASI). Variabel

Independen dalam penelitian ini adalah Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu

dan Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Kelancaran Air Susu

Ibu (ASI).

2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Analisa data

dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen dan variabel

dependen dengan menggunakan uji statistik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji Chi-Square dengan α < 0,05 dan Ho ditolak jika
34

nilai α ≤ 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisa data

menggunakan bantuan komputer.

H. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas

responden akan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden.

Masalah etika ini terutama ditekankan pada (Notoatmodjo, 2012) :

1. Informed Consent

Informed consent adalah lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. Jika subjek menolak, peneliti tidak

akan melaksanakan dan tetap menghormati hak-hak mereka.

2. Anonimity

Menjaga kerahasiaan maka subjek tidak mencantumkan nama

diberikan kode atau inisial.

3. Confidentialy

Kerahasiaan informal responden dijamin oleh peneliti dan hanya

data-data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Peneliti

menjaga kerahasiaan dan bertanggung jawab atas segala sesuatu informasi

yang telah diberikan responden. Informasi yang diberikan responden

ditujukan hanya untuk kepentingan penelitian dan keilmuan.


35

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bahu Kota Manado.

Wilayah kerja Puskesmas Bahu terdiri dari 5 Kelurahan dengan 31 lingkungan

yang memiliki luas 54 Km2 yang sebagian besar berpendudukan didaerah

berbukit. Kelurahan-kelurahan yang termasuk di dalam wilayah kerja

Puskesmas Bahu yaitu Kelurahan Bahu, Kleak, Batu kota, Winangun satu dan

dua, dengan batas wilayah sebagia berikut :

1. Sebelah Utara : Kecamatan Sario dan laut Manado

2. Sebelah Timur : Kecamatan Sario dan Kecamatan Pineleng

3. Sebelah Selatan : Kecamatan Pineleng

4. Sebelah Barat : Kecamatan Kelurahan Malalayang satu Timur

Luas tanah Puaskesmas Bahu Kurang lebih 2.000 m2 dan memiliki 2

lantai dengan luas 620 m2, terdiri dari 1 Ruangan pemerikasaan pasien umum

dewasa, 1 raungan pemerisaan pasien Geriatri, 1 Ruangan pemeriksaan anak-

anak, dan 1 ruangan WC/KM dan pegawai 1 Ruangan Tempat pengambilan

sample, 2 ruangan KIA/KB, 1 Ruangan Imunisasi,, 1 Ruangan Kamar

bersalin, 3 ruangan Nifas dengan 5 tempat tidur, 1 Ruangan Poli gigi dan 1

rungan apotek. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Bahu Manado

berjumlah 43 orang dengan keterangan sebagai berikut: 1 Dokter spesialis

anak, 1 dokter gigi, 8 dokter umum 8 apoteker, 5 analisis, 13 perawat dan 7

orang bidan.
36

Pengumpulan data ini dilakukan mulai tanggal 3 November sampai 26

November 2016. Hasil penelitian diperoleh melalui pengukuran pemenuhan

kebutuhan gizi ibu dengan pembagian kuesioner yang memiliki 9 pertanyaan

dan pengukuran kelancaran air susu ibu dengan pembagian kuesioner yang

memiliki 4 pertanyaan. Setelah itu data dikumpulkan kemudian dilakukan

pengolahan data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

B. Analisis Univariat

1. Umur

a. Umur Ibu

Umur responden pada penelitian ini dibagi dalam 5 kategori

yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan umur ibu

Umur N %
< 21 tahun 10 10,5
21-25 tahun 28 29,5
26-30 tahun 29 30,5
31-35 tahun 17 17,9
> 35 tahun 11 11,6
Total 95 100,00
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016)

Berdasarkan data pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa kelompok

umur Ibu tarbanyak yakni rentang umur dari 26-30 tahun yang

berjumlah 29 responden dengan presentase 30,5 % sedangkan

kelompok umur Ibu paling sedikit adalah rentang umur < 21 tahun

yang berjumlah 10 responden dengan presentase 10,5 %.


37

b. Umur Bayi

Umur bayi pada penelitian ini dibagi dalam 6 kategori yang

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan umur bayi

Umur n %
1 bulan 17 17,9
2 bulan 21 22,1
3 bulan 18 18,9
4 bulan 15 15,8
5 bulan 15 15,8
6 bulan 9 9,5
Total 95 100,0
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016)

Berdasarkan data tabel 5.2 menunjukkan bahwa kelompok

umur bayi tarbanyak yakni berumur 2 bulan yang berjumlah 21 bayi

dengan presentase 22,1 % sedangkan kelompok umur bayi paling

sedikit adalah berumur 6 bulan yang berjumlah 9 bayi dengan

presentase 9,5 %.

2. Tingkat Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan N %
SD 2 2,1
SMP 7 7,4
SMA 62 65,3
Perguruan Tinggi 24 25,3
Total 95 100,0
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016)

Berdasarkan data pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan terbanyak yakni SMA yang berjumlah 62 responden dengan


38

presentase 65,3 % sedangkan tingkat pendidikan paling sedikit yakni SD

yang berjumlah 2 responden dengan presentase 2,1 %.

3. Pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan N %
IRT 64 67,4
Mahasiswa 1 1,1
Swasta 19 20,0
PNS 11 11,6
Total 95 100,0
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016)

Berdasarkan data pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa pekerjaan

responden yang terbanyak yakni IRT 64 responden dengan presentase

67,4 % sedangkan pekerjaan paling sedikit yakni mahasiswa 1 responden

dengan presentase 1,1 %.

4. Pemenuhan Kebutuhan Gizi

Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan pemenuhan kebutuhan gizi

Pemenuhan Kebutuhan n %
Gizi
Gizi Ibu Tidak Terpenuhi 13 13,7
Gizi Ibu Terpenuhi 82 86,3
Total 95 100,0
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016)

Berdasarkan data pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa lebih banyak

responden yang pemenuhan kebutuhan gizinya terpenuhi yakni berjumlah

82 responden dengan presentase 86,3 % dibandingkan dengan responden

yang pemenuhan kebutuhan gizinya tidak terpenuhi yakni berjumlah 13

responden dengan presentase 13,7 %.


39

5. Kelancaran Air Susu Ibu (ASI)

Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan kelancaran air susu ibu (ASI)

Kelancaran Air Susu Ibu n %


(ASI)
ASI Kurang Lancar 17 17,9
ASI lancar 78 82,1
Total 95 100,0
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016)

Berdasarkan data pada tabel 5.6 dapat dilihat bahwa lebih banyak

responden yang air susu ibunya lancar yakni berjumlah 78 responden

dengan presentase 82,1 % dibandingan dengan responden yang air susu

ibunya kurang lancar yakni berjumlah 17 responden dengan presentase

17,9 %.

C. Analisis Bivariat

Hasil yang didapatkan pada pengolahan data untuk mengetahui

hubungan Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu dengan Kelancaran Air Susu Ibu

(ASI) dengan menggunakan aplikasi computer dapat dijabarkan sebagai

berikut :

Tabel 5.7 Hasil analisis Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu dengan

Kelancaran Air Susu Ibu (ASI)


40

Anda mungkin juga menyukai