Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, interaksi antara guru (pendidik) dengan
peserta didik pada dasarnya untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang
ada. Untuk memajukan suatu pandidikan yang diharapkan oleh masyarakat,
pendidik, peserta didik, dan tujuan pendidikan merupakan suatu komponen
yang sangat erat hubungannya, karena ketiga komponen ini secara kualitatif
maupun kuantitatif.
Pendidik merupakan tenaga yang profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan bimbingan
dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik di perguruan tinggi. Keterampilan dan
pengimplementasian dalam profesi sangat didukung oleh teori yang telah
dipelajari khususnya dalam pengembangan kurikulum yang telah ditetapkan
disekolah masing-masing.
Jadi yang dikatakan seorang yang profesional dituntut banyak belajar
dalam mengimplementasikan pengalaman materi yang digelutinya untuk
pengembangan kurikulum yang ada disekolahnya masing-masing. Hal ini
bertujuan untuk mengembangkan Imu kepada siswa dan merupakan suatu
usaha untuk pencapaian tujuan pembelajaran, secara kualitatif maupun
kuantitatif.
Dengan adanya keterangan diatas, maka penulis akan mengangakat
judul makalah ini dengan tema “Profesionalisasi Guru dan Implementasi
dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan”.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis merumuskan permasalahan yang mengangkat:
1. Hal apa saja yang dilakukan profesionalisasi dalam
mengimplementasikan pengembangan kurikulum yang ada disekolah?
2. Bagaimana seorang profesionalisasi, mengimplementasikan dalam
pengembangan kurikulum kepada peserta didik?

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan penulis dalam pembuatan
makalah ini agar para pembaca dapat memahami hal apa saja yang
menyangkut keprofesional, pengimplemantasikan terhadap pengembangan
kurikullum yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat
mengenai pengertian kurikulum maka secara teoritis agak.sulit menentukan
satu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Namun, pemahaman
konsep dasar mengenai kurikulum ini tetaplah penting adanya. Berikut ini
adalah beberapa pengertian kurikulum ditinjau dari beberapa sudut pandang.
Menurut satuan pelajaran SPG yang dibuat oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “jarak yang ditempuh”. Semula dipakai dalam dunia olahraga. Pada
saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang
pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau
penghargaan.
Pertengahan abad ke XX pengertian kurikulum berkembang dan dipakai
dalam dunia pendidikan yang berarti “sejumlah pelajaran yang harus
ditempuh oleh siswa untuk kenaikan kelas atau ijazah”.
Pengertian ini termasuk juga dalam pandangan klasik,dimana disini lebih
ditekankan bahwa kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu
sekolah yang mencakup pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus
ditempuh di sekolah,itulah kurikulum.
Pengertian tradisional ini telah diterapkan dalam penyusunan kurikulum
seperti kurikulum SD dengan nama “Rencana Pelajaran Sekolah Rakyat”
tahun 1927 sampai pada tahun 1964 yang isinya sejumlah mata pelajaran
yang diberikan pada kelas I s.d. kelas VI.
Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya
“Curriculum Planning” menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha
sekolah untuk mempengaruhi belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman
maupun diluar sekolah”.
Menurut B. Ragan, beliau mengemukakan bahwa “Kurikulum adalah
semua pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah”.
Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan
belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau
mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi
suatu lembaga pendidikan”.
Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa
kurikulum ditinjau dari pandangan modern merupakan suatu usaha terencana
dan terorganisir untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa
dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencapai
suatu tujuan.
Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap
sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses
pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang
mengatakan bahwa kurikulum adalah to be composed of all the experiences
children have under the guidance of teachers.
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan
(1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat
dimensi, yaitu:
a. Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan
penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
b. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide; yang di dalamnya memuat tentang tujuan,
bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
c. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek
pembelajan.
d. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan
kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan
tertentu dari para peserta didik.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat
dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu”.
Sehubungan dengan banyaknya definisi tentang kurikulum, dalam
implementasi kurikulum kiranya perlu melihat definisi kurikulum yang
tercantum dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbunyi: Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada
pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang
dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan memperhatikan:
a. Peningkatan iman dan takwa
b. Peningkatan akhlak mulia.
c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. Tuntutan dunia kerja.
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h. Agama;
i. Dinamika perkembangan global;
j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian
peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat
dan bangsa, ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan
tantangan kehidupan global.
Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan permasalahan ini dengan
serius dan menjawab permasalahan ini dengan menyesuaikan diri pada
kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan.

B. Landasan Kurikulum
Dalam buku ajar Teori Belajar dan Pembelajaran, Landasan setidaknya
mempunyai makna berikut:
 Landasan adalah sebuah pondasi yang di atas di bangun sebuah
bangunan.
 Landasan adalah pikiran-pikiran abstrak yang dijadikan titik tolak atau
titik berangkat bagi pelaksanaan suatu kegiatan.
 Landasan adalah pandangan –pandangan abstrak yang telah teruji , yang
yang dipergunakan sebagai titik tolak dalam menyusun konsep,
pelaksanaan konsep dan evaluasi konsep.

Dengan demikian landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan


sebagai suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau
titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat
penting, sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan
gedung yang tidak menggunakan landasan atau fundasi yang kuat, maka
ketika diterpa angin atau terjadi goncangan, bangunan gedung tersebut akan
mudah rubuh dan rusak. Demikian pula halnya dengan kurikulum, apabila
tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum tersebut akan mudah
terombang-ambing dan yang akan dipertaruhkan adalah manusia (peserta
didik) yang dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan
empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis;
(2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas keempat
landasan tersebut.
1. Landasan Filosofis
2. Landasan Psikologis
3. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan.
Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha
mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan
mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik
formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi
kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala
karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan
bagi pendidikan. Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul
manusia-manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya,
tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu
membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun
proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi,
karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial
budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar
anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya
adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku
para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama,
budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga
masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan
perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan
bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta
dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.
Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya
mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan
sosial–budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional
maupun global.
Berikut adalah gambaran landasan sosial budaya dalam hubungannya dengan
masyarakat :
Pendidikan mempersiapkan generasi muda untuk terjun ke dalam kehidupan
masyarakat memberi bekal pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk
hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Kehidupan masyarakat, kekayaan budaya menjadi landasan & acuan bagi
pendidikan.sehinnga TUJUAN, ISI, PROSES disesuaikan dengan Kondisi,
Karakteristik Kekayaan Masyarakat. Jadi kesimpulannya adalah sbb :
• Pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun
ke lingkungan masyarakat.
• Tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan
kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada
di masyakarakat.
• Kurikulum yang dikembangkan mempertimbangkan, merespons dan
berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu
masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pengembangan kurikulum profesional guru, dan
pengimplementasian kurikulum sangat diperlukan, hal ini dikarena seorang
guru merupakan seorang figur yang mulia dan dimuliakan banyak orang,
upaya guru mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih anak didik dan
bentuk upaya memajukan dan mencerdaskan peserta didik untuk pencapaian.
Tujuan yang berdasarkan kualitatif maupun kuantitatif. Pengembangan
kurikulum dapat dikonsepsi sebagai suatu siklus lingkasan yang dimulai
dengan analisis mengenai maksud dicirikan sekolah.
Sebagai guru yang profesional, maka guru harus dapat mengetahui
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, dan peranan guru dalam
pengembangan kurikulum. Hal ini semua bertujuan untuk kemajuan peserta
didik dan membentuk keterampilan peserta didik dalam pemantapan tujuan
pendidikan, baik secara efektif, kognitif, dan psikomotor.
Keprofesioanalan guru dalam pengembangan kurikulum implementasi
sangat diterapkan kepada suatu jenjang pendidikan dan pengklasifikasian
kepada peserta didik itu sendiri, karena implementasi kurikulum adalah
penerapan atau pelaksanaan kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap
sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan,
sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan
karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional dan
bentuk fisiknya.
Dalam pengembangan kurikulum implementasi juga tidak terlepas
dari berbagai komponen-komponen yang mengatur dan mengarah kepada
tujuan dalam dunia pendidikan.
B. Saran
Dengan makalah yang sudah penulis selesaikan ini, dengan judul
“profesionalisasi guru dan implementasi dalam pengembangan kurikulum
pendidikan”, penulis menyadari kalau dalam makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan, baik dalam bentuk kata maupun penulisannya. Dan
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca khususnya dosen
pembimbing untuk perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sukamdinata, S. Nana. Pengembangan Kurikulum teori dan Praktek. Remaja


Rosda karya. 2006: Bandung.

Yamin, Martinis. Profesionalisasi dan Implementasi KBK. Gaung Persada Press.


2006: Jakarta

Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Remaja Rosda karya.


2006: Bandung.

Susilo. M. Joko. KTSP, Manajemen Pelaksanaan dan kesiapan sekolah. Pustaka


Belajar Offset: 2007: Jakarta

Kunandiar. Guru Implementasi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sukses


dalam sertifikasi guru. Rajawali Press. Devisisi buku Perguruan Tinggi.
Raja Grapindo Persada. 2007: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai