Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di negara yang
memiliki banyak pantai. Kenaikan muka air laut sebesar 100 cm saja akan
menenggelamkan 17,5% daerah Bangladesh, 6% daerah Belanda, dan berbagai
wilayah lainnya termasuk indonesia. Saat tinggi lautan mencapai muara sungai,
banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan
menghabiskan banyak dana untuk melindungi daerah pantai mereka, sedangkan
negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi warganya ke
daerah yang lebih tinggi.
Daerah yang hangat akan menjadi lebih lembap hal tersebut disebabkan karena
lebih banyak air yang menguap dari lautan. Namun para ilmuwan belum yakin
apakah kelembapan tersebut akan menurunkan atau meningkatkan pemanasan
yang lebih dalam. Hal itu disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca,
sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Namun
uap air yang lebih banyak juga akan membuat awan yang lebih banyak, sehingga
akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar yang selanjutnya
akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air).
Ketidak stabilan iklim juga akan tercermin dari badai yang akan muncul lebih
sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya sejumlah
daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup semakin
kencang dan dimungkinkan dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane)
yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Pola
cuaca juga menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem. Contoh dampak
pemanasan global yaitu pada bulan juni yang seharusnya sudah berada dalam
musim panas atau kering, tetapi yang terjadi tingkat curah hujan masih cukup
tinggi