Anda di halaman 1dari 28

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Sanitasi total berbasis masyarakat dilatarbelakangi adanya kegagalan

dalam program pembangunan sanitasi pedesaan. Banyak sarana dan sanitasi yang

dibangun tidak digunakan dan dipelihara oleh masyarakat, salah satu diantaranya

adalah tidak adanya demand atau kebutuhan yang muncul ketika program

dilaksanakan.5

STBM adalah sebuah pendekatan dalam pembangunan sanitasi

pedesaan. Pendekatan ini berawal di beberapa komunitas di Bangladesh dan saat

ini sudah diadopsi secara massal di negara tersebut. Bahkan di satu negara

bagiannya India yaitu Provinsi Maharasthra telah mengadopsi pendekatan STBM

ke dalam program pemerintah secara massal yang disebut dengan program Total

Sanitation Campaign (TSC), selain itu beberapa negara lain seperti Cambodja,

Afrika, Nepal, dan Mongolia telah menerapkan hal yang sama tetap dalam porsi

yang lebih kecil.5

2.1.1. Sejarah STBM

STBM merupakan adopsi dari keberhasilan pembangunan sanitasi total

dengan menerapkan model CLTS. Pendekatan CLTS sendiri diperkenalkan oleh

Kamal Kar dari India pada tahun 2004. Di tahun yang sama pemerintah Indonesia

melakukan studi banding ke India dan Bangladesh. Penerapannya dimulai

pertengahan tahun 2005 ketika pemerintah meluncurkan penggunaan metode ini


6
7

di 6 desa yang terletak di 6 provinsi. Pada Juni 2006 Departemen Kesehatan

mendeklarasikan pendekatan CLTS sebagai strategi nasional untuk program

sanitasi.6

Pada september 2006 program WSLIC (Water Sanitation for Low

Income Community) memutuskan untuk menerapkan pendekatan CLTS sebagai

pengganti pendekatan dana bergulir di seluruh lokasi program (36 kabupaten).

Pada saat yang sama beberapa LSM mulai mengadopsi pendekatan ini. Bulan

Januari sampai Mei 2007 pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Bank Dunia

merancang proyek PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis

Masyarakat) di 115 kabupaten. Program ini mengadopsi pendekatan CLTS dalam

rancangannya.6

Juli 2007 menjadi periode yang sangat penting bagi perkembangan CLTS

di Indonesia karena pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia mulai

mengimplementasikan sebuah proyek yang mengadopsi pendekatan sanitasi total

bernama Total Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) atau Sanitasi Total

dan pemasaran sanitasi (STOPS), dan pada tahun 2014 diluncurkannya program

sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) sebagai strategi nasional (Permenkes

No 3 tahun 2014). Progam STBM yang tertuang dalam kepmenkes no.852

menekankan pada perubahan perilaku masyarakat untuk membangunan sarana

sanitasi dasar dengan melalui upaya sanitasi meliputi tidak BAB sembarangan,

mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman,

mengelola sampah dengan benar mengelola limbah air rumah tangga dengan

aman. Ciri utama dari pendekatan ini adalah tidak adanya subsidi terhadap
8

infrastruktur (jamban keluarga), dan tidak menetapkan jamban yang nantinya akan

dibangun oleh masyarakat. Pada dasarnya program STBM ini adalah

“pemberdayaan” dan “tidak membicarakan masalah subsidi”. Artinya, masyarakat

yang dijadikan “guru” dengan tidak memberikan subsidi sama sekali.7

2.1.2 Lima Pilar STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)

Program STBM erupakan program pemerintah dalam hal menciptakan

keluarga dan lingkungan yang sehat dengan melakukan lima hal.8

1) Stop buang air besar sembarangan

Istilah yang lebih sering diungkapkan untuk menyatakan hal tersebut

adalah ODF (Open defecation Free). Bebas dari buang air besar sembarangan

yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah. Bahkan sekarng sudah

banyak desa yang mendapat sertifikat desa ODF yang berarti warga desa

tersebut sudah tidak ada lagi yang BAB sembarangan. Semua warga buang

air besar hanya di jamban yang sehat.

2) Cuci tangan pakai sabun

Untuk memutus mata rantai penyebaran penyakit kedalam tubuh

manusia, salah satu metode yang murah dan bisa dilaksanakan oleh

masyarakat adalah membiasakan cuci tangan pakai sabun. Yang dilakukan

setelah buang air besar, setelah memagang binatang peliharaan, setelah

memegang benda-benda yang kotor, sebelum makan, setelah makan, sebelum

menyusui dan lain-lain.


9

3) Pengelolaan air minum dan makanan yang sehat

Salah satu cara lain yang dapat memutus mata rantai penularan

penyakit adalah mengelola air minum dan makanan dengan baik dan sehat.

Hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah merebus terlebih dahulu air

yang digunakan untuk keperluan minum sehari-hari, proses memasak yang

higienis dan menyimpan makanan dan minuman yang benar.

4) Mengelola sampah dengan benar

Sampah adalah barang-barang yang sudah tidak dipakai oleh

manusia. Sampah rumah tangga yang setiap hari dibuang oleh masyarakat

secara sembarangan menjadikan potensi sebagai sarang serangga pembawa

penyakit seperti lalat, kecoa dan lain-lain. Pengelolaan sampah dengan benar

akan meminimalisir terjadinya penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan.

Memisahkan sampah basah dan sampah kering merupakan hal yang mestinya

dilakukan oleh masyarakat. sampah kering dapat dibakar dan sampah basah

bisa ditanam sehingga menjadi pupuk yang dapat menyuburkan tanah.

5) Mengelola limbah cair rumah tangga dengan benar

Selain sampah benda padat, rumah tangga juga menghasilkan limbah

cair. Limbah cair yang tidak dikelola dengan benar dapat pula menyebabkan

berbagai macam penyakit bagi manusia. Selain itu lingkungan akan tampak

kumuh dan tidak tidak indah. Sebagai bentuk pengelolaan limbah cair ini,

masyarakat diharuskan membuat SPAL (saluran pembuangan air limbah)

yang memenuhi syarat yaitu saluran yang kedap air dan tertutup, terdapat

lubang peresapan limbah.8


10

2.1.3 Prinsip-prinsip STBM

Program STBM dalam pelaksanaanya program ini mempunyai beberapa

prinsip utama, yaitu :8

1) Tidak adanya subsidi yang diberikan kepada masyarakat, tidak terkecuali

untuk kelompok miskin untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar.

2) Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kemampuan

dan kebutuhan masyarakat sasaran.

3) Menciptakan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter untuk mendukung

terciptanya sanitasi total.

4) Masyarakat sebagai pemimpin dan seluruh masyarakat terlibat dalam analisa

permasalahan, perencanaan, pelaksanaan serta pemanfaatan dan

pemeliharaan.

5) Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi.

2.1.4 Tingkatan Partisipasi Dalam STBM

Masyarakat sasaran dalam STBM tidak dipaksa untuk menerapkan

kegiatan program tersebut, akan tetapi program ini berupaya meningkatakan

partisipasi masyarakat dalam kegiatannya. Tingkat partisipasi masyarakat sangat

berbeda, dimulai dari tingkat partisipasi yang terendah sampai tertinggi :7

1) Masyarakat hanya menerima informasi

Keterlibatan masyarakat hanya sampai diberi informasi (misalnya

melalui pengumuman) dan bagaimana informasi itu diberikan ditentukan oleh

si pemberi informasi (pihak tertentu).


11

2) Masyarakat mulai diajak untuk berunding

Pada level ini sudah ada komunikasi 2 arah, dimana masyarakat

mulai diajak untuk diskusi atau berunding. Dalam tahap ini meskipun sudah

dilibatkan dalam suatu perundingan, pembuat keputusan adalah orang luar

atau orang-orang tertentu.

3) Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak luar

Pada tahap ini masyarakat telah diajak untuk membuat keputusan

secara bersama-sama untuk kegiatan yang dilaksanakan.

4) Masyarakat mulai mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya dan

keputusan.

Pada tahap ini masyarakat tidak hanya membuat keputusan, akan tetapi

telah ikut dalam kegiatan kontrol pelaksanaan program.

Dari ke empat tingkatan partisipasi tersebut, yang diperlukan dalam

STBM adalah tingkat partisipasi tertinggi dimana masyarakat tidak hanya diberi

informasi, tidak hanya diajak berunding tetapi sudah terlibat dalam proses

pembuatan keputusan dan bahkan sudah mendapatkan wewenang atas kontrol

sumber daya masyarakat itu sendiri serta terhadap keputusan yang mereka buat.

Dalam prinsip program STBM telah disebutkan bahwa keputusan bersama dan

action bersama dari masyarakat itu sendiri merupakan kunci utama.7

2.1.5 Metode STBM

Implementasi program STBM di masyarakat pada intinya adalah

pemicuan setelah sebelumnya dilakukan analisa partisipatif oleh masyarakat itu


12

sendiri. Untuk memfasilitasi masyarakat dalam menganalisa kondisinya ada

beberapa metode yang dapat diterapkan dalam program STBM seperti :8

1) Pemetaan

Bertujuan untuk mengetahui / melihat peta wilayah BAB masyarakat

serta sebagai alat monitoring (pasca triggering, setelah ada mobilisasi

masyarakat).

Alat yang diperlukan :

(1) Tanah lapang atau halaman.

(2) Bubuk putih untuk membuat batas desa.

(3) Potongan-potongan kertas untuk menggambarkan rumah penduduk.

(4) Bubuk kuning untuk menggambarkan kotoran.

(5) Kapur tulis berwarna untuk garis akses penduduk terhadap sarana sanitasi.

Proses yang dilakukan :

(1) Mengajak masyarakaat untuk membuat outline desa/ dusun/ kampung, seperti

batas desa/ dusun/ kampung, jalan, sungai dan lain-lain.

(2) Siapkan potongan kertas dan minta masyarakat untuk mengambilnya,

menuliskan nama kepala keluarga masing-masing dan menempatkannya

sebagai rumah, kemudian peserta berdiri di atas kertas tersebut.

(3) Minta mereka untuk menyebutkan tempat BABnya masing-masing. Jika

seseorang BAB di luar rumahnya baik itu di tempat terbuka maupun numpang

di tetangga, tunjukkan tempatnya dan tandai dengan bubuk kuning. Beri tanda

dari masing-masing KK ke tempat BAB.


13

(4) Tanyakan dimana tempat melakukan BAB dalam kondisi darurat seperti pada

malam hari, saat hujan atau saat sakit perut.

2) Transect Walk

Bertujuan untuk melihat dan mengetahui tempat yang paling sering

dijadikan tempat BAB dengan mengajak masyarakat berjalan dan berdiskusi di

tempat tersebut. Diharapkan masyarakat akan merasa jijik dan bagi orang yang

biasa BAB di tempat tersebut diharapkan akan terpicu rasa malunya.

Proses yang dilakukan :

(1) Mengajak masyarakat untuk mengunjungi lokasi yang sering dijadikan

tempat BAB (didasarkan pada hasil pemetaan).

(2) Lakukan analisa patisipatif di tempat tersebut.

(3) Menanyakan siapa saja yang sering BAB di tempat tersebut atau siapa yang

BAB di tempat tersebut pada hari itu.

(4) Menanyakan kepada masyarakat, apakah mereka senang dengan keadaan

seperti itu.

3) Alur Kontaminasi (Oral Fecal) Bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk

melihat bagaimana kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang

lainnya

Alat yang diperlukan :

(1) Gambar tinja dan gambar mulut

(2) Potongan-potongan kertas

(3) Spidol
14

Proses yang dilakukan :

(1) Menanyakan kepada masyarakat apakah mereka yaakin bahwa tinja bisa

masuk ke dalam mulut?

(2) Menanyakan bagaimana tinja bisa ”dimakan oleh manusia?” Melalui apa

saja? Minta masyarakat untuk menggambarkan atau menuliskan hal-hal yang

menjadi perantara tinja sampai ke mulut.

4) Simulasi air yang telah terkontaminasi

Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap

air yang biasa mereka gunakan sehari-hari.

Alat yang diperlukan :

(1) Ember yang diisi air (air mentah/sungai atau air masak/ air minum)

(2) Polutan air/ tinja

Proses yang dilakukan :

(1) Ambil satu ember air sungai dan minta salah seorang untuk menggunakan air

tersebut untuk cuci muka, kumur-kumur dan lainnya.

(2) Bubuhkan sedikit tinja ke dalam ember yang sama, kenudia minta salah

seorang peserta untuk melakukan hal yang sama sebelum ember tersebut

diberikan tinja.

(3) Tunggu reaksinya. Jika peserta menolak melakukannya, tanyakan alasannya?

Apa bedanya dengan kebiasaan masayarakat yang sudah terjadi selama ini.

Apa yang akan dilakukan kemudian hari?


15

5) Diskusi Kelompok (FGD)

Bersama-sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada dan

menganalisanya sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat

merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan.

Pembahasannya meliputi:

(1) FGD untuk memicu rasa malu dan hal-hal yang bersifat pribadi

a) Menanyakan berapa banyak perempuan yang biasa melakukan BAB di

tempat terbuka dan alasan mengapa mereka melakukannya.

b) Menanyakan bagaimana perasaan mereka jika BAB di tempat terbuka

dapat dilihat oleh orang lain.

c) Tanyakan bagaimana perasaan para laki-laki, ketika istri, anaknya atau

ibunya BAB di tempat terbuka dan dilihat oleh orang lain.

(2) FGD untuk memicu rasa jijik dan takut sakit

a) Mengajak masyarakat untuk menghitung kembali jumlah tinja di

kampungnya dan kemana perginya tinja tersebut.

b) Mengajak untuk melihat kembali peta, dan kemudian taanyakan rumah

mana saja pernah terkena diare, dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk

berobat, menanyakan apakah ada anggota keluarga yang meninggal karena

diare?

(3) FGD untuk memicu hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan

Lakukan dengan mengutip hadits atau pendapat alim ulama yaang

relevan dengan larangan atau dampak buruk dari melakukan BAB sembarangan.
16

(4) FGD menyangkut kemiskinan

FGD ini biasanya berlangsung ketika masyaarakat ssudah terpicu dan

ingin berubah, namun terhambat dengan tidak adanya uang untuk membangun

jamban. Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun jamban itu perlu

dana besar, maka harus diberikan solusi dengan memberikan alternative dengan

menawarkan bentuk jamban yang paling sederhana.

Metode yang dilakukan ini bertujuan untuk memicu masyarakat untuk

memperbaiki sarana sanitasi, dengan adanya pemicuan ini target utama dapat

tercapai yaitu: merubah perilaku sanitasi dari masyarakat yang masih melakukan

kebiasaan BAB di sembarang tempat. Faktor-faktor yang harus dipicu beserta

metode yang digunakan dalam program STBM untuk menumbuhkan perubahan

perilaku sanitasi dalam suatu komunitas.8

Tabel 2.1. Faktor-Faktor yang Harus Dipicu dan

Metode yang Digunakan Dalam Kegiatan STBM

Hal – hal yang harus dipicu Alat yang digunakan

Rasa jijik  Transect walk


 Demo air yang mengandung tinja, untuk digunakan
cuci muka, kumur-kumur, sikat gigi, cuci piring, cuci
pakaian, cuci makanan / beras, wudlu, dll
Rasa malu  Transect walk (meng-explore pelaku opendefecation)
 FGD (terutama untuk perempuan)

Takut sakit FGD


 Perhitungan jumlah tinja
 Pemetaan rumah warga yang terkena diare dengan
didukung data puskesmas
 Alur kontaminasi
17

Aspek agama Mengutip hadits atau pendapat-pendapat para ahli


agama yang relevan dengan perilaku manusia yang
dilarang karena merugikan manusia itu sendiri

Privacy FGD (terutama dengan perempuan)

Kemiskinan Membandingkan kondisi di desa/dusun yang


bersangkutan dengan masyarakat “termiskin” seperti di
Bangladesh atau India.

2.1.6 Tangga Sanitasi (Sanitation Ladder)

Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat tidak meminta atau

menyuruh masyarakat untuk membuat sarana sanitasi tetapi hanya mengubah

perilaku sanitasi mereka. Namun pada tahap selanjutnya ketika masyarakat sudah

mau merubah kebiasaan BABnya sarana sanitasi menjadi suatu hal yang tidak

terpisahkan dari kegiatan sehari-hari.9

Sanitation Ladder atau tangga sanitasi merupakan tahap perkembangan

sarana sanitasi yang digunakan masyarakat dari sarana yang sangat sederhana

sampai sarana sanitasi yang sangat layak dilihat dari aspek kesehatan, keamanan

dan kenyamanan bagi penggunanya. Seringkali pemikiran masyarakat akan sarana

sanitasi adalah sebuah bangunan yang kokoh, permanen, dan membutuhkan biaya

yang besar untuk membuatnya. Pemikiran ini sedikit banyak menghambat

kemauan masyarakat untuk membangun jamban karena alasan ekonomi dan

lainnya sehingga kebiasaan masyarakat untuk buang air besar pada tempat yang

tidak seharusnya tetap berlanjut.9

Pada prinsipnya sebuah sarana sanitasi terbagi menjadi tiga kelompok

berdasarkan letak konstruksi dan kegunaannya. Pertama adalah bangunan bawah

tanah yang berfungsi sebagai tempat pembuangan tinja. Fungsi bangunan bawah
18

tanah adalah untuk melokalisir tinja dan mengubahnya menjadi lumpur stabil.

Kedua adalah bangunan di permukaan tanah (landasan). Bangunan di permukaan

ini erat kaitannya dengan keamanan saat orang tersebut membuang hajat. Ketiga

adalah bangunan dinding. Bangunan atau dinding penghalang erat kaitannya

dengan factor kenyamanan, psikologis dan estetika.9

Dari lima kegiatan program STBM yang diperkenalkan, kegiatan untuk

penghentian kegiatan BAB di tempat terbuka merupakan pintu masuk pengenalan

konsep sanitasi total kepada masyarakat. Buang air besar sembarangan merupakan

perilaku yang masih sering dilakukan masyarakat pedesaan. Kebiasaan ini

disebabkan tidak tersedianya sarana sanitasi berupa jamban. Penyediaan sarana

pembuangan kotoran manusia atau tinja (jamban) adalah bagian dari usaha

sanitasi yang cukup penting peranannya, khususnya dalam usaha pencegahan

penularan penyakit saluran pencernaan. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan,

maka pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan,

terutama dalam mencemari tanah dan sumber air.9

2.2 Pengertian Jamban Keluarga

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk

membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan

dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak

mengotori permukaan. Sementara itu menurut sumber lain pengertian jamban

adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak


19

menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu

estetika.10

Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian

dari kehidupan manusia karena jamban dapat mencegah berkembangnya berbagai

penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang itdak

dikelola dengan baik. Ditinjau dari kesehatan lingkungan membuang kotoran ke

sembarang tempat menyebabkan pencemaran tanah, air, dan udara yang

menimbulkan bau. Dalam peningkatan sanitasi jamban harus mengetahui

persyaratan pembuangan tinja. Adapun bagian-bagian dari sanitasi pembuangan

tinja adalah sebagai berikut:11

1) Rumah Kakus

Rumah Kakus mempunyai fungsi untuk tempat berlindung pemakainya

dari pengaruh sekitarnya aman. Baik ditinjau dari segi kenyamanan maupun

estetika. Konstruksinya disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah

tangga.

2) Lantai Kakus

Lantai Kakus berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai

yang sifatnya harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air.

Konstruksinya juga disesuaikan dengan bentuk rumah kakus.

3) Tempat Duduk Kakus

Melihat fungsi tempat duduk kakus merupakan tempat penampungan

tinja yang kuat dan mudah dibersihkan juga bisa mengisolir rumah kakus jadi
20

tempat pembuangan tinja, serta berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang

mudah diangkat.12

4) Kecukupan Air Bersih

Untuk menjaga keindahan jamban dari pandangan estetika, jamban

hendaklah disiram minimal 4-5 gaayung sampai kotoran tidak mengapung di

lubang jamban atau closet.Tujuan menghindari penyebaran bau tinja dan

menjaga kondisi jamban tetap bersih selain itu kotoran tidak dihinggapi

serangga sehingga mencegah penyakit menular.

5) Tersedia Alat Pembersih

Alat pembersih adalah bahan yang ada di rumah kakus didekat jamban.

Jenis alat pembersih ini yaitu sikat, bros, sapu, tissu dan lainnya. Tujuan alat

pembersih ini agar jamban tetap bersih setelah jamban disiram air.

Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi kebersihan lantai agar

tidak berlumut dan licin.

6) Tempat Penampungan Tinja

Tempat Penampung Tinja adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja

yang fungsinya sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksinya

dapat berbentuk sederhan berupa lobang tanah saja.

7) Saluran Peresapan

Saluran Peresapan adalah sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan

tinja yang lengkap untuk mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur

kotoran/tinja.
21

2.2.1 Jenis Jamban Keluarga

Jamban keluarga yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan

yang terbaik ialah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan memiliki kebutuhan

air yang tercukupi serta berada di dalam rumah. Jamban/kakus dapat dibedakan

atas beberapa macam.13

1) Jamban cubluk (Pit Privy)

Jamban cubluk adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya

dibangun di bawah tempat injakan atau di bawah bangunan jamban. Fungsi

dari lubang adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak

dimungkinkan penyebaran dari bakteri secara langsung ke pejamu yang baru.

Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu dalam

karena akan menotori air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3 meter.

2) Jamban Empang (Overhung Latrine)

Jamban empang adalah jamban yang dibangun diatas empang, sungai

ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja yang

biasanya dipakai untuk makanan ikan dan ayam.

3) Jamban Kimia (Chemical Toilet)

Jamban model ini biasanya dibangun pada tempat-tempat rekreasi, pada

transportasi seperti kereta api dan pesawat terbang dan lain-lain. Disini tinja

disenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan pembersihnya dipakai

kertas tissue (toilet paper). Jamban kimia ada dua tipe yaitu :

(1) Tipe lemari (commode type)

(2) Tipe tangki (tank type)


22

Jamban kimia sifatnya sementara karena kotoran yang telah terkumpul perlu di

buang lagi.

4) Jamban Leher Angsa (Angsa Trine)

Jamban leher angsa adalah jamban leher lubaang closet berbentuk

lengkungan dengan demikian akan terisi air gunanya sebagai sumbat sehingga

dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban

model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan

lingkungan.

2.2.2 Syarat Jamban Sehat

Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut : 14

1) Tidak mencemari sumber air minum dan letak lubang penampung berjarak 10 -

15 meter dari sumber air minum.

2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

3) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak

mencemari tanah di sekitarnya.

4) Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.

5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.

6) Cukup penerangan

7) Lantai kedap air

8) Ventilasi cukup baik

9) Tersedia air dan alat pembersih.


23

2.2.3. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang

baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :5

1) Melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit

2) Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang aman

3) Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit

4) Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan

2.2.4. Pemeliharaan Jamban

Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun

cara pemeliharaan yang baik adalah sebagai berikut:14

1) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering

2) Di sekeliling jamban tidak ada genangan air

3) Tidak ada sampah berserakanan

4) Rumah jamban dalam keadaan baik

5) Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat

6) Lalat, tikus dan kecoa tidak ada

7) Tersedia alat pembersih

8) Bila ada yang rusak segera diperbaiki

Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban keluarga dapat

dilakukan dengan:

1) Air selalu tersedia dalam bak atau dalam ember

2) Sehabis digunakan lantai dan lubang jongkok harus disiram bersiih agar tidak

bau dan mengundang lalat.


24

3) Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin sehingga tidak

membahayakan pemakai.

4) Tidak memasukkan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban.

5) Tidak ada aliran masuk kedalam lubang jamban selain untuk membilas tinja.

2.3 Transmisi penyakit dari tinja

Penyakit menular seperti polio, kholera, hepatitis A, dan lainnya

merupakan penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti

penyediaan jamban. Bakteri E.Coli dijadikan sebagai indikator tercemarnya air

dan bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan manusia. Proses pemindahan

kuman penyakit dari tinja yang dikeluarkan manusia sebagai pusat infeksi sampai

inang baru dapat melalui berbagai perantara antara lain air, tangan, serangga,

tanah, makanan, susu serta sayuran. Menurut Anderson dan Arnstein (dalam

Wagner & Lanoix, 1958) sebagai berikut :9

1) Kuman penyebab penyakit;

2) Sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab;

3) Cara keluar dari sumber;

4) Cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru yang potensial;

5) Cara masuk ke inang yang baru;

6) Inang yang peka (susceptible)


25

Proses transmisi penyakit melalui tinja dapat di gambarkan melalui gambar 2.1
Air

mati

Tangan
Makanan, Inang
sakit
susu, baru
Tinja
sayuran
(sumber
Infeksi) Serangg
a/ Tikus cacat

Tanah

Gambar 2.1

2.4 Tingkat Pengetahuan

2.4.1 Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan di peroleh manusia

melalui pengamatan indrawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan

indra atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tentu yang belum

pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.15

2.4.2 Tingkatan pengetahuan

Bloom membagi pengetahuan menjadi enam tingkatan, diantaranya

yaitu sebagai berikut : 16

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat


26

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur suatu

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,


27

dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat digunakan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas

2.4.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah

pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial

budaya.16

1) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain

serta pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan

seseorang karena pendidikan meningkatkan wawasan dan pengalaman.


28

2) Tingkat pendidikan

Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang

tingkat pendidikannya lebih rendah.

3) Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan bisa mempengaruhi pengetahuan

seseorang baik keyakinan positif maupun negatif.

4) Fasilitas

Fasilitas sebagai sumber informasi dapat mempengaruhi pengetahuann

misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

5) Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan, namun

bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka akan mampu untuk

menyediakan fasilitas sumber informasi.

6) Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang

2.4.4 Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang yang

bersangkutan mengungkapkan yang diketahuinya dalam bentuk bukti atau

jawaban baik lisan maupun tulisan. Pertanyaan (test) dipergunakan untuk


29

pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis,

yaitu :5

1) Pertanyaan subyektif, contoh pertanyaan essay

2) Pertanyaan obyektif, contoh pertanyaan pilihan ganda, bentuk salah dan

pertanyaan menjodohkan.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan subyektif khususnya

dengan pilihan ganda lebih disukai atau dijadikan sebagai alat pengukuran

karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih

cepat dinilai.

2.5. Sikap (attitude)

2.5.1 Definisi

Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakan untuk

bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu didalam

menanggapi objek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.17

2.5.2 Faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor yang mempengaruhi sikap diantaranya adalah, pengalaman pribadi,

kebudayaan, orang yang dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus

meninggalkan kesan yang dianggap penting dan media massa.17

1) Pengalaman pribadi.

Untuk dapat menjadi kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk

apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam

situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih

mendalam dan lebih lama berbekas.


30

2) Kebudayaan.

Menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam

membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola

perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement

(penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk

sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.

3) Orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya individu bersikap konformis atau searah dengan sikap

orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain

dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari

konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

4) Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televise dan

radio mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini serta kepercayaan

orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan

sugestif yang dibawa informasi tersebut apabila cukup kuat, akan memberi

dasar afektif dalam mempresepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga

terbentuklah arah sikap tertentu.

2.5.3. Komponen pembentuk sikap

Komponen pembentuk sikap dibagi menjadi tiga bagian diantaranya

adalah:
31

1) Kognitif (cognitive)

Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa

yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia

akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek

tertentu.

2) Afektif (affective)

Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu

obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang

dimiliki obyek tertentu.

3) Konatif (conative)

Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap

menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi.

2.6. Kerangka Pemikiran dan Kerangka Penelitian

2.6.1. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ini menggunakan IMB (Information Motivation and

Behaviour) model yang diperkenalkan oleh Jefrey de Fisher. IMB model

berpendapat bahwa informasi (pengetahuan), motivasi, dan keterampilan (sikap)

berperilaku merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi perilak yang dapat

digambarkan pada kerangka berikut.5


32

Informasi

Keterampilan Perilaku
Berperilaku

Motivasi

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran atau Teori Jefrey dan The Fisser

2.6.2. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian dalam penelitian ini adalah modifikasi dari teori

IMB model yang diperkenalkan oleh Jefrey dan The Fisser. Bahwa program

STBM pilar satu dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan, sikap, motivasi

yang akhirnya dapat mempengaruhi perilaku. Pengetahuan berhubungan dengan

pengetahuan dasar mengenai dasar cara hidup bersih dan sehat maupun perilaku

pencegahan yang dianjurkan. Sementara itu motivasi dipengaruhi oleh motivasi

individu dan motivasi sosial. Motivasi individual didapatkan dari pengalaman

pribadi didasarkan pada sikap terhadap perilaku pencegahan penyakit. Sedangkan

motivasi sosial didasarkan pada norma sosial, persepsi individu mengenai

dukungan sosial serta ada dorongan dari orang lain di sekitar. Sementara itu sikap

berprilaku merupakan kemampuan individu untuk melakukan kegiatan

pencegahan, seperti kemampuan melakukan kegiatan STBM dan bebas dari

BABS. Perilaku didasarkan dari pengetahuan motivasi dan sikap yang

mendasarinya.5
33

Pengetahuan
dasar

Sikap individu

Pengetahuan

Program
Tidak buang
STBM pilar Sikap
air besar
satu

Variabel Perancu:
Motivasi

1. Umur

2. Jenis Kelamin

3. Pendidikan

Terakhir

Gambar 2.3 Kerangka Penilitian

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Anda mungkin juga menyukai