dapat pada sisi kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada
bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah
dan cairan yang lain. Fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan
mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan
oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri
lain (superinfeksi) dan sebagainya (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003; North
American Nursing Diagnosis Associaton, 2010).
Terapi Non Farmakologi
Asih, R., Landia, S dan Makmuri, M.S. 2006. Ilmu Kesehatan Anak XXXVI, Kapita
Selekta Ilmu Kesehatan Anak VI : Pneumonia. Surabaya : Divisi Respirologi Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK Unair RSU Dr. Soetomo.
Capelasteguia, A, et al. 2006.Evaluation of Clinical Practice in Patients Admitted
WithCommunity-Acquired Pneumonia Over a 4-Year Period. ArchBronconeumol Vol 42.
Depkes, RI. 2005. Pharmaceutical Care utuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan.
Jakarta:Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Djojodibroto, D. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Lampiran
Tabel 1. Tatalaksana terapi farmakologi pasien rawat jalan pneumonia komuniti
Umur Berdasarkan Alberta Guideline Berdasarkan Cincinnati Guideline
First line
1. Amoxicillin┼ 1. Amoxicillin 80 – 90
40 mg/kg/hari selama 7 sampai mg/kg/hari dalam 2 dosis
10 hari terbagi selama 7 sampai 10
2. Amoxicillin 90 mg/kg/hari hari
dalam 3 dosis terbagi selama 7
sampai 10 hari
5. Ceftriaxone (rocephin) ╪
dosis tunggal 50 mg/kg
melalui intra muskular
5 – 16 1. Azithromycin§ 2. Azithromycin║
tahun loading dose : 10 mg/kg pada loading dose : 10 mg/kg
hari pertama, maintence dose pada hari pertama,
5,5 mg/kg/hari pada hari kedua maintence dose 5,5
sampai kelima mg/kg/hari pada hari kedua
sampai kelima
Keterangan
*
:tatalaksana terapi menurut Alberta dari umur 3 bulan sampai 5 tahun.
┼
:dosis yang lebih tinggi untuk pasien dengan perawatan anak atau yang menerima antibiotik
dalam tiga bulan sebelumnya.
╪
:Clarithromycin atau erythromycin dapat digunakan untuk alternative selama 7-10 hari.
Doxycycline ( 4 mg per kg per hari per oral setiap 12 jam ) dapat digunakan pada anak-
anak yang lebih tua dari delapan tahun yang alergi terhadap makrolida.
║
: Clarithromycin juga boleh digunakan selama 7 – 10 hari
§
: ikuti dengan terapi antibiotik oral
(Shrock et al., 2012)
2. Azitromisin
- Dosis untuk anak > 6 bulan : 10mg/kg pada hari 1 diikuti 5mg/kg/hari sekali sehari
sampai hari kelima.
- Efek Samping: sakit kepala, diare, mual,muntah.
- Interaksi Obat: Meningkatkan aritmia bila diberikan dg astemizole, cisapride,
gatifloksasin, moksifloksasin,sparfloksasin, thioridazine. Meningkatkan kadar plasma
benzodiazepine, alfentanil, carbamazepin, CCB, clozapin, cilostazol, digoksin,
bromokriptin, statin, teofilin,warfarin,neuromuskulerbloking Flukonazol meningkatkan
kadar plasma klaritromisin.
- Kontra Indikasi: Hipersensitivitas terhadap eritromisin maupun makrolida yang lain.
- Katagori Kehamilan : B
- Informasi untuk pasien : Obat diminum bersama makanan untuk mengatasi efek samping
terhadap saluran cerna. Jangan minum antasida bersama obat ini.
(Anderson et al, 2002 ; BinFar Depkes RI,
2005).
20
- Efek Samping: diare, muntah, kehilangan banyak darah,distress lambung, pusing dan
ruam kulit terjadi sesekali; GI ulserasi (resiko pada orang tua dan dengan dosi yang lebih
tinggi) dan retensi cairan; kadang menyebabkan disfungsi ginjal, cirrhosis, peningkatan
enzim hati, limpofenia, agranulositisis, anemia aplastik, dan aseptik meningitis.
- Interaksi Obat: Pemberian sesama NSAID meningkatkan risiko efek obat berlawanan.
Dapat mengurangi efek hydralazin, captopril, beta-bloker, diuretik, dapat meningkatkan
Prothrombin Time pada pasien yang sedang meminum antikoagulan, dapat meningkatkan
risiko toksisitas metrotreksat, dapat meningkatkan kadar fenitoin
- Kontra Indikasi: Hipersensitivitas yang terdokumentasi, tukak lambung, insufisiensi renal,
risiko perdarahan yang itnggi.
- Katagori Kehamilan : B
- Informasi untuk pasien : Dapat menyebabkan tukak lambung, perdarahan, lambung
khususnya pada pemakaian kronik. Stop terapi bila nyeri, demam, inflamasi hilang.
2. Parasetamol
- Dosis untuk anak < 12 tahun : 10-15mg/kg setiap 4-6jam, max 2,6g/hari.
- Efek Samping: Hepatotoksik pada konsumsi jangka panjang, ruam kulit dan utikaria,
methemoglobinemia, neutropenia, dan thrombocytopenic purpura jarang dilaporkan.
- Interaksi Obat: Rifampicin dapat mengurangi efek acetaminophen, pemberian bersama
dengan barbiturate, karbamazepin, hydantoin INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
- Kontra Indikasi: Hipersensitivitas yang terdokumentasi, Defisiensi Glukosa-6-fosfat.
- Katagori Kehamilan : B
- Informasi untuk pasien : Stop terapi bila nyeri, demam, inflamasi hilang.
(Anderson et al, 2002 ; BinFar Depkes RI,
2005).
b. Antihistamin
1. CTM 2 mg 1x1 hari
- Dosis untuk anak 2 – 5 tahun : 1mg setiap 4-6jam, max 6mg/hari.
- Efek Samping: Sedasi, menurunnya kemampuan psikomotor, retensi urin, mulut kering,
pandangan kabur serta gangguan saluran cerna..
21
- Interaksi Obat: Meningkatkan sedasi bila diberikan bersama alkohol. Meningkatkan efek
anti muskarinik bila diberikan bersama obat anti muskarinik.
- Kontra Indikasi: Hati-hati pada pasien dengan hyperplasia prostate, retensi urin, glaucoma
dan penyakit liver, epilepsy.
- Katagori Kehamilan : -
- Informasi untuk pasien : Menyebabkan kantuk, hati-hati jangan mengendarai motor,mobil
atau mengoperasikan mesin.
22
- Katagori Kehamilan : C
(Sweetman et al, 2009).
d. Bronkhodilator
3. Salbutamol 2mg 3x1
- Dosis untuk anak 2-6 Tahun : 3-4 x 1-2mg.
Efek Samping: Tremor ringan pada tangan, sakit kepala, dilatasi perifer, palpitasi,takikardia,
aritmia, gangguan tidur. Hipokalemia setelah pemberian dosis tinggi.
- Interaksi Obat: Mengurangi kadar plasma digoksin, meningkatkan risiko hipokalemia
bila diberikan bersama kortikosteroid.
- Kontra Indikasi: Hati-hati pada pasien dengan hyperplasia prostate, retensi urin,
glaucoma dan penyakit liver, epilepsy.
- Katagori Kehamilan : -
- Informasi untuk pasien : Ditelan secara utuh, jangan dikunyah.
(Anderson et al, 2002 ; BinFar Depkes RI, 2005).
Studi kasus
Terapi:
1. IV FD Dextros 1/4 ns 10 tpm makro
2. Sanmol flash 100 mg @ 8 jam
3. Dexametason inj 3x 1/2 amp I @8jam
4. Cefotaxim inj 3x 300mg @8jam
5. Nebul combivent 1/2 amp @8 jam
6. Ranitin iv/set 1/3 amp @8jam
7. Ambroxol syr 3x 1/4 cth@8jam
Pemeriksaan lab:
Mchv : 74,4
Mch : 23,1
Neutrofil : 55,5
Ig : 0,1
Wbc: 7,12
HB : 11,1
Ht: 35,7
5.1 Penilaian Pengobatan yang Rasional
1. Tepat Indikasi
Pasien diberikan obat dengan indikasi yang benar sesuai diagnosa Dokter.
Indikasi yang digunakan adalah indikasi yang sesuai dengan kategori farmakologi
dari masing-masing obat (Kemenkes RI, 2011). Penilaian kesesuaian kondisi klinis
yang dialami pasien (anamnese) dan obat yang diresepkan dapat dilihat pada tabel 4
di bawah ini.
Tabel 4. Hasil Anamnese Kefarmasian Apoteker
1. Tepat Obat
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan
benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus yang memiliki efek terapi sesuai dengan jenis
penyakit (KemenKes RI, 2011). Berdasarkan penilaian dari data subjektif yang ada, maka
diduga anamnese sementara serta hasil diagnose dokter, pasien mengalami bronkopneumonia.
Bronkopneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru, yang
dapat pada sisi kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada
bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah
dan cairan yang lain. Fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan
mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen
dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain
(superinfeksi) dan sebagainya (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003; North American
Nursing Diagnosis Associaton, 2010).
Berdasarkan data subjektif dan objektif, pasien mengalami gejala infeksi seperti demam,
peningkatan nilai WBC dan neutrofil. Terapi yang dapat diberikan adalah antibiotik. Pasien
mendapatkan antibiotik cefotaxim yang pemberiannya sesuai dengan data klinik dan data
laboratorium pasien. Namun, pemberian antibiotik tidak berdasarkan hasil kultur.Berdasarkan
pustaka antibiotik lini pertama yang dapat diberikan adalah amoxicillin. Pemberian cefotaxim
dinilai tidak tepat obat.
2. Tepat Dosis
Tepat dosis adalah jumlah obat atau dosis yang diresepkan kepada pasien sesuai dengan
kebutuhan individual dari pasien dan dosis yang diberikan berada dalam rentang terapi.
Berdasarkan hasil perbandingan dosis pustaka dan resep, dapat dikatakan seluruh terapi
pasien tepat dosis.
3. Tepat pasien
Obat yang diresepkan mempertimbangkan kondisi individu yang bersangkutan dan tidak
kontraindikasi dengan kondisi pasien yang menerima resep dan sebaiknya menimbulkan efek
samping yang paling minimal. Pada resep, bentuk sediaan yang diberikan kepada pasien adalah
dalam bentuk injeksi dan sirup. Pemilihan bentuk sediaan intravena tepat untuk kondisi pasien
yang membutuhkan penanganan cepat dan respon terapi yang cepat. Pasien pada kasus ini
tidak memiliki alergi obat dan tidak ada riwayat penyakit menyertai, sehingga dengan
mempertimbangkan kondisi individu yang bersangkutan dapat disimpulkan resep ini sudah
tepat pasien (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
BNF. 2009. British National Formularium 57th Edition. London: BMJ Grup dan RPS
Publishing.
Kemenkes RI. 2011. Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Lacy, C.F., L.L Amstrong, M.P. Goldman, and L.L. Lance. 2011. Drug Information Handbook
20th Edition. United States: Lexicomp’s.
Mycek, M., Johnson, R., Amrstrong, Harvey and P. Champe. 2001. Farmakologi Ulasan
Bergambar Edisi 2. Jakarta: Penerbit Widya Medika.
Sweetman, S.C. 2009. Martindale: The Complete Drug Reference, Edition. London:
Pharmaceutical Press.
The United States Pharmacopeia 31 ed 2014. Rockville: United States Pharmacopeial
Convention, Inc.