Anda di halaman 1dari 4

TEORI PENCAHAYAAN

Melukis dengan cahaya

Fotografi artinya “melukis dengan cahaya”.Tanpa cahaya, tidak akan ada


karyafotografi.Maka agar bisa terjadi sebuah foto, film yang ada di dalam
kamera yang kedap cahaya haruslah disinari.

Pada film hitam putih, lapisan perak halida yang ada pada film akan menjadi
‘hangus” setelah terkena cahaya. Hitam atau abu-abu yang terjadi pada film
bergantung pada banyaknya cahaya yang masuk. Kalau cahaya sangat kuat
masuk, pada negatif hitam putih akan terjadi warna hitam pekat,
sementara kalau cahaya hanya sedikit masuk akan terjadi warna abu-
abu.Film yang sama sekali tidak tercahayai akan berwarna bening setelah
diproses (dicuci).

Pada pencetakan fotonya, warna hitam pada film akan mengahsilkan warna
putih pada kertas foto, demikian pula sebaliknya.Gradasi dari hitam, abu-
abu sampai putih inilah yang akan membentuk sebuah gambar. Pada
foto berwarna, proses yang terjadi lebih rumit namun pada intinya sama
dengan foto hitam putih.

“Over” dan “Under”

Sebuah film dikatakan berhasil secara pencahayaan bila semua warna yang
muncul mempunyai nada sama dengan yang diharapkan sang pemotret.
Sebuah film dikatakan over exposed (biasa disingkat over saja, “kelebihan “)
yang artinya tercahayai secara berlebihan, bila warna yang terjadi lebih
hitam dari pada yang diharapkaan. Film yang over terjadi akibat
pencahayaan yang berlebihan pada saat pemotretan.

Sedangkan sebuah film dikatakaan under exposed( biasa disingkat


under,”kekurangan”)bila kesan yang di dapat pada film itu lebih bening
daripada yang diharapkan. Foto under disebabkan kekurangan pencahayaan
pada saat pemotretan.

Untuk mendapatkan pencahayaan yang tepat pada saat memotret, kita harus
mengatur dengan tepat seberapa banyaknya cahaya yang dibutuhkan untuk
keperluan kita. Dan inilah inti dasar teori pencahayaan.
Diafragma dan Rana

Ada dua bagian penting pada kamera yang mengatur masuknya cahaya pada
kamera, yaitu bukaan diafragma dan rana.

PENCAHAYAAN YANG TEPAT = MENGATUR KOMBINASI YANG TEPAT ANTARA


BESARNYA BUKAAN DAN LAMANYA MEMBUKA RANA

q Bukaan diafragma =mengatur masuknya cahayaa ke film dengan besar


kecilnya lubang yang ada di lensa.

q Rana = mengatur cahaya yang masuk berdasar lamanya cahaya masuk.

Untuk mudahnya, mengatur besarnya cahaya yang masuk ke dalam film bisa
diibaratkan mengisi air ke ember dari kran. Kalau kita membuka kran
dengan sebesar-besarnya, ember akan cepat penuh. Sebaliknya, kalau kita
membuka kran kecil saja, waktu yang diperlukan untuk memenuhi ember
pasti lebih lama.

Demikian pula dalam pemotretan, kran ibarat bukaan diafragma, sedangkan


rana ibarat lamanya waktu mengisi ember.

Kebutuhan cahaya pada sebuah pemotretan bergantung pada hal:

q ISO/ASA film. Makin tinggi ASA film yang kita pakai , yang artinya makin
peka, kebutuhan cahaya kita makin sedikit.

q Suasana di tempat pemotretan.Terang atau gelap di tempat pemotretan


yang membedakan banyak sedikitnya cahaya yang tersedia.

“Light Meter”
Untuk mengukur cahaya dapat digunakan light
meter, pengukur cahaya.Kita bisa memakai pengukur cahaya yang ada pada
kamera atau dengan alat yang disebut Hand Held Light Meter

Pengukur cahaya dalam sebuah kamera akan memberikan tanda tertentu


untuk mengatakan bahwa suatu penyetelan sudah selesai. Biasanya, tanda
itu berupa bulatan hijau, atau tanda+ dan – yang muncul bersamaan, atau
juga berhimpitnya dua jarum pengukur.

Kalau kita memanfaatkan pengukur cahaya, akan kita dapati kenyatan


bahwa pencahayaan yang tepat bisa diperoleh dari berbagai kombinasi
setelan bukaan diafragma dan rana. Misalnya, bukaan diafragma f/5,6
dengan kecepataan rana 1/250 sama artinya dengan f/4 plus rana 1/500

1/1000 1/500 1/250 1/100 1/60 1/30 1/15

3,5 4 5,6 8 11 16 22

Untuk memudahkan kita melakukan pengukuran pencahayaan, patokan


berikut ini mungkin menolong :

q Atur dulu kecepatan rana mendekata angka ASA film yang dipakai,misal
dipakai ASA100, pasanglah kecepataan rana pada 1/125 detik.

q Lalu sambil membidikkan kamera ke arah yang akan dipotret, putar


gelang diafragma sampai didapat pengukuran yang sesuai seperti disebutkan
oleh penngukur cahaya.

q Setelah itu, kita dapat mengubah kombinasi kedua pengatur itu sesuai
selera berdasarkan dua tabel yang telah kita buat tadi.

5. Pengaturan Ruang Tajam

Ruang Tajam atau biasa disebut dengan Depth of Field dalam


fotografi adalah sebuah ruang di depan kamera di mana objek yang berada
di dalamnya mempunyai ketajaman yang layak dalam foto yang terekam
nantinya.

Definisi “tajam sacara layak” ini perlu ditekankan sebab secara fakta, titik
fokus sebuah lensa adalah betul-betul cuma satu bidang yang mempunyai
jarak tertentu terhadap bidang film. Namun, dengan pemilihan bukaan
diafragma yang makin kecil(angka diafragmanya makin besar), benda yang
berada di depan atau di belakang benda terfokus sering masih tampak tajam
pada foto.

Hukum pencahayaan :

Bila diafragma dikecilkan,kecepataan harus dilambatkan

Bila diafragma dibesarkan, kecepatan harus dipercepat.

Misal:

Kalau kita sudah mengukur kombinasi pencahayaan f/5,6 dan


kecepatan1/125 detik, maka kalau kita akan mengubah bukaan diafragma
dari f/5,6 jadi f/8, kecepatan harus kita rendahkan menjadi 1/60 detik.
Sebaliknya kalau kita mengubah diafragma dari f/5,6 jadi f/1,4,
kecepatannya harus kita naikkan tiga stop sehingga menjadi 1/1000 detik.

Selain besar kecilnya bukaan, ada faktor lain yang akan mempengaruhi
dalamnya ruang tajam, yaitu panjang fokal lensa.

Makin panjang suatu lensa, makin tipis ruang tajamnya.

Besar kecilnya ruang tajam juga dipengaruhi oleh jarak obyek


dengan kameranuya

Makin jauh objek makin dalam ruang tajam di sekitar objek

Lensa yang difokuskan ke tempat tak terhingga, mempunyai ruang tajam


yang sangat panjang. Pada pemotretan sangat dekat, pemotretan mikro
misalnya, bisa saja ruang tajamnya cuma seperberapa milimeter

Anda mungkin juga menyukai