SELULITIS
SELULITIS
MAKALAH
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Laila Nur Fitria (NIM: 1608771)
Rima Melati (NIM: 1608806)
Risma Nurwulan (NIM: 1608808)
Rizky Fauzi Pitriyandi (NIM: 1608813)
Robby Heriana Rochim (NIM: 1608815)
Selly Hardian (NIM: 1608818)
Siti Nurjali (NIM: 1608823)
Suci Musliha (NIM: 1608825)
Tata Santika (NIM: 1608828)
Tingkat : II-C
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Selulitis”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik suka
maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai
dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari
berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus
penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini..
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan
dengan judul makalah ini.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Selulitis adalah radang kulit dan subkutis yang cenderung meluas kearah
samping dan kedalam. Selulitis adalah infeksi streptococcus, staphylococcus akut dari
kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu
area yang robek pada kulit,meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi
entri dan ini biasanya terjadi pada ektrimitas bawah (Tucker, 1998 : 633). Tetapi
selulitis juga dapat terjadi di kulit kepala dan leher (Cecity, Lynn Belz, 2009).
Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan
subkutan (Mansjoer, 2000; 82). Selulitis adalah infeksi yang menyebar kedalam
bidang jaringan (Brunner dan Suddart, 2004 : 496). Selulitis adalah interaksi lapisan
dermis atau subkutis oleh bakteri, biasanya terjadi setelah luka, gigitan di kulit atau
karbunkel atau furunkel yang tidak teratasi (Corwin, Elizabeth J, 2009).
Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri
stapylococus aureus, streptococus grup A dan streptococus pyorogenes.
2
sangat lunak dan spongius. Penamaannya berdasar ruang anatomi atau spasia
yang terlibat.
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena
terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada
pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang
adekuat atau tanpa drainase.
2.3 Etiologi
Menurut Alpers Ann, (2006), Penyebab selulitis antara lain streptococcus
grup B, Haemophylus influenza, Pneumococcus, stapyilococcus aureus dan
Steptococcus grup A.
3
Meskipun ada beberapa bakteri yang dapat menyebakan selulitis, penyebab
yang paling sering dijumpai adalah staphylococcus dan Streptococcus (Medicastor,
2010).
Selulitis terjadi manakala bakteri tersebut masuk melalui kulit yang bercelah
terutama antara selaput jari kaki, pergelangan kaki, dan tumit, kulit terbuka, bekas
sayatan pembedahan ( Lymphadenectomy, mastectomy, postvenectomy ) walaupun
selulitis dapat terjadi di kulit bagian manapun, lokasi paling sering terjadi adalah di
kaki, khususnya di kulit daerah tulang kering dan punggung kaki. Penyebab selulitis
paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus
beta hemolitikus grup A, sedangkan penyebab selulitis pada anak-anak usia dibawah
6 tahun, bakteri Haemophilus Influenzae tipe B (Hib) dapat menyebabkan selulitis,
khususnya di daerah wajah dan lengan.
2.4 Epidemiologi
Selulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di bawah 3 tahun dan
usia dekadekeempat dan kelima. Insidensi pada laki-laki besar daripada perempuan
dalam beberapa studi epidemiologi. Insidensi selulitis ekstremitas masih menduduki
peringkat pertama. Terjadi peningkatan resiko selulitis sering meningkatnya usia, tetapi
tidak ada hubungan dengan jenis kelamin.
1. Usia
Semakin tua usia, keefektifatn system sirkulasi dalam menghantarkan darah
berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami
infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.
2. Melemahnya system immun ( Immunodeficiency)
Dengan system immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya
infeksi. Contoh pada penderita Leukimia Limphotic kronis dan Infeksi HIV.
Penggunaan obat pelemah immune (bagi orang yang baru transplantasi organ)
juga mempermudah infeksi.
3. Diabetes Mellitus
Tidak hanya juga gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi
system immune tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi
4
sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki
dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.
4. Cacar dan Ruam syaraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk
bakteri penginfeksi.
5. Pembengkakan kronis pada lengan dan tungkai (Lymphedema)
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi
bakteri penginfeksi.
6. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehingga menambah resiko
bakteri penginfeksi masuk.
7. Penggunaan Steroid Kronik
Contohnya penggunaan Corticosteroid
8. Gigitan dan sengatan serangga, hewan, atau gigitan manusia
9. Penyalahgunaan obat dan alcohol
Mengurangi system immune sehingga mempermudah bakteri penginfeksi
berkembang.
10. Malnutrisi
Sedangkan lingkungan tropis panas banyak debu dan kotoran, mempermudah
timbulnya penyakit ini.
11. Kaheksia
12. Disgamaglobulinemia
13. Hygiene yang jelek
5
yang berat dapat pula ditemukan vesikel, bula, pustul, atau jaringan nekrotik.
Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional dan limfangitis ascenden. Pda
pemeriksaan darah tepi biasanya ditemukan leukositosis 15.000-40.000 (Mansjoer,
2000).
2.7 Patofisiologi
Bakteri Patogen
6
Gangguan Rasa
Kerusakan
Nyaman Nyeri
Integritas kulit
2.8.1.1 CBC (Complete Blood Count), Menujukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
2.8.1.5 Mengkultur dan membuat apusan gram, dilakukan secara terbatas pada daerah
penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula.
2.8.2.1 Plain-film Radiograph, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap (seperti
kriteria yang telah disebutkan)
Baik Plain-film Radiograph maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata klinis
menyarankan subjacent osteomylietis,
2.8.2.3 MRI (Magnetic Resonance Imaging), sangat membantu pada diagnosis infeksi
selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis necrotizing fasciitis, dan infeksi
selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subcutaneous (Rosfanty, 2009).
2.9 Komplikasi
2.9.1 Bacterimia/nanah atau local abces, Superinfeksi oleh bakteri gram negative,
Lymphangitis, Trombophlebitis
2.9.2 Ellulitis pada muka atau Facial Cellulitis pada anak menyebabkan meningitis
sebesar 8%.
7
2.9.3 Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangren), dan dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
2.9.4 Osteomielitis
2.9.6 Glomerulonefritis
2.10 Penatalaksanaan
2.11 Pada pengobatan umum kasus selulitis, factor hygiene perorangan dan lingkungan
harus diperhatikan .
2.12 Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan selulitis
2.12.1.2 Ampicillin
Dosisnya 4x500mg, berikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-
100mg/kgBB/hari dibagi dalam dosis.
2.12.1.3 Amoxicillin
Dosisnya sama dengan ampicillin, dosis anak 25-50mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan.
Juga cepat di absorpsi dibandingkan degnan ampicillin sehingga konsentrasi
dalam plasma lebih tinggi.
2.12.1.4 Golongan Obat Penicillin resisten-penicillinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya oksasillin, dikloksasilin,
flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3x250 mg/hari sebelum makan. Dosis
flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6.25-11,25mg/kgBB/hari dibagi dalam 4
dosis.
8
2.12.1.5 Lincomycin dan Clindamicyn
Dosis Lincomycin 3x500mg/hari. Sedangkan clindamicyn diabsorpsi lebih baik
karena itu dosisnya lebih kecil, yakni 4x300-450mg/hari. Dosis Lincomycin untuk
anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalalm 3-4 dosis, sedangkan clindamycin
8-16 mg/kgBB/hari atau sampai 20mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam
3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penicillin
resisten-penisilline. Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis
pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomycin tidak dipakai lagi dan
diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek
sampingnya lebih sedikit, pada pemberian peroral tidak terlalu dihambat oleh
adanya makanan dalam lambung.
2.12.1.6 Eritromycin
Dosisnya 4x500mg per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan
lincomycin atau clindamycin dan obat golongan resisten-penicillinase. Sering
member rasa tak enak di lambung. Dosis clindamycin untuk anak yaitu 30-
50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis
2.12.1.7 Sepalosporin
Pada selulitis yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan
tersebut diatas, dapat dipakai sepalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat
untuk kuman gram positive ialag generasi I, juga generasi IV. Contohnya
sepadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa 2x500mg sehari
atau 2x1000mg seharai (Peroral), sedangkan dosis untuk anak 25-
50mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
2.13. Topical
Bermacam-macam obat topical dapat digunakan untuk pengobatan selulitis.
Obat topical antimicrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak
tidak terjadi resisten dan hipersensitivitas, contohnya ialah bacitracyn, neomicyn,
dan mupirocyn. Neomycin juga berkhasiat untuk kuman gram negative. Neomycin
yang di negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitasi, jarang ditemukan.
Teramycin dan kloramphenicol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena
harganya murah. Obat-obatan tersebut digunakan sebagia salep arau krim.
Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya : larutan permanganas
kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium vavidon 7,5% yang dilarutkan 10
kali. Yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil mengalami
sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena mengotori sprai
dan mengiritasi kulit.
9
2.14 Pada kasus yang berat, dengan kematian jaringan 30% (necrotixing vaciitis) serta
memiliki gangguan medis lainnya, hal yang harus dilakukan adalah operasi
pengangkatan pada jaringan yang mati ditambah terapi antibiotic secara infusi,
pengangkatan kulit, jaringan, dan otot dalam jumlah yang banyak, dan dalam beberapa
kasus, tangan atau kaki yang terkena harus diamputasi.
10
dapat mengalami kerusakan dan menyebabkan pembengkakan jaringan yang bersifat
menetap.
b. Diagnosis keperawatan
1. Nyeri b.d respon inflamasi lokal jaringan subkutan
2. Hipertermi b.d respon inflamasi sistemik
3. Kerusakan integritas jaringan kulit b.d respon inflamasi lokal dan nekrotik
jaringan subkutis
4. Kecemasan b.d prognosis penyakit, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan
c. Rencana keperawatan
Tujuan intervensi keperawatan adalah menrunkan stimulus nyeri,
penurunan suhu tubuh, peningkatan integritas jaringan kulit, dan pemenuhan
informasi.
11
selulitis pada arah yang berlawanan letak
- Istirahatkan klien dengan selulitis.
- Lakukan kompres Bagian tubuh yang mengalami
inflamasi lokal dilakukan imobilisasi
untuk menurunkan respon peradangan
dan meningkatkan kesembuhan.
Istirahat diperlukan selama fase akut.
Kondisi ini akan meningkatkan suplai
darah pada jaringan yang mengalami
peradangan.
Pemberian kompres pada area
inflamasi dengan cairan NaCl 0,9%
bertujuan meningkatkan integritas
jaringan dan menurunkan respon nyeri.
12
berupa sentuhan dukungan psikologis
dengan tujuan untuk membantu
menurunkan nyeri. Massage ringan
dapat meningkatkan aliran darah dan
dengan otomatis membantu suplai
darah dan oksigen ke area nyeri dan
menurunkan sensasi nyeri.
Kolaborasi dengan dokter untuk Analgetik memblok lintasan nyeri
pemberian analgetik sehingga nyeri akan berkurang
Kolaborasi dengan dokter untuk Terapi anibiotik sistemik, yang dipilih
pemberian antibiotik berdasarkan pemeriksaan sensitifitas
umumnya diperlukan. Prevarat, oral
penicilin dan eritromisin juga efektif
untuk mengatasi selulitis.
13
memberikan informasi tentang
keadaan pasien, menekankan pada
penghargaan pada sumber-sumber
koping (pertahanan diri) yang positif,
membatu latihan relaksasi dan teknik-
teknik pengalihan, serta memberikan
respon balik yang positif.
Orientasikan pasien terhadap prosedur Orientasi dapat menurunkan
rutin dan aktivitas yang dijalankan kecemasan
Beri kesempatan kepada pasien Dapat menghilangkan ketegangan
mengungkapkan ansietasnya terhdap kekhawatiran yang tidak
diekspresikan.
d. Evaluasi
1. Terjadinya penurunan respon nyeri
2. Suhu tubuh dalam rentang normal dan pasien merasa nyaman
3. Peningkatan integritas jaringan kulit
4. Tingkat kecemasan berkurang.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
3.2.1 Dengan mempelajari konsep penyakit dan asuhan keperawatan pada selulitis akan
memberikan pengetahuan umumnya bagi pembaca dan khususnya bagi penulis.
3.2.2 Dengan mempelajari penatalaksanaan dengan benar, maka kita akan dapat
mengurangi resiko komplikasi pada penderita selulitis.
15
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A. & Sari, K. 2013. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta
: Salemba Medika.
http://dokumen.tips/documents/lp-selulitis-570febd1071bd.html [Online]
http://www.academia.edu/6117119/89203682-SELULITIS [Online]
16