BLOK 7
KELOMPOK B:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2009
LEARNING OBJECTS
DEFINISI
Trauma respirasi, terutama trauma thorax merupakan suatu keadaan yang
disebabkan oleh suatu trauma dan cedera yang menimbulkan perubahan patologis /
abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang
mengenai tulang rangka dada, pleura paru, diafragma, ataupun isi mediastinum (yaitu
paru-paru dan jantung) oleh benda tajam/tumpul yang bisa menyebabkan gangguan
sistem pernafasan.
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun sisi dari cavum thorax yang
disebabkan oleh benda tajam atau tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat
thorax akut.
ETIOLOGI:
1. Trauma thorax kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang
umumnya berupa trauma tumpul dinding thorax.
2. Dapat juga disebabkan oleh karena trauma tajam melalui dinding thorax.
PATOFISIOLOGI
Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax.
Hipokasia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan
oksigen ke jaringan oleh karena hipivolemia ( kehilangan darah ), pulmonary
ventilation/perfusion mismatch ( contoh kontusio, hematoma, kolaps
alveolus )dan perubahan dalam tekanan intratthorax ( contoh : tension
pneumothorax, pneumothorax terbuka ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan
oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau
penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi
dari jaringan ( syok ).
Perubahan patofisiologi yang terjadi, pada dasarnya adalah akibat dari
kegagalan ventilasi, kegagalan pertukaran gas pada tingkat alveolar, dan
kegagalan sirkulasi karena perubahan hemodinamik. Ketiga faktor ini bisa
menyebabkan hipoksia, yang pada tingkat jaringan bisa menyebabkan
rangsangan terhadap cytokin yang bisa memacu terjadinya sindrom distress
pada sistem pernafasan.
C. TRAUMA MAJEMUK
Hampir setiap trauma merupakan trauma majemuk. Yang paling penting dari
trauma ini adalah mentukan berapa organ dan sistem tubuh yang segera untuk
melakukan penganganan.
Cedera berat yaitu mengenai satu atau lebih daerah tubuh (kepala, leher, toraks,
vertebra, abdomen, pelvis, tungkai)
Cedera kritis yaitu cedera yang menyebabkan kegagalan satu atau lebih sistem
tubuh (saraf, pernapasan, kardiovaskular, hati, ginjal, pancreas)
Penyulit
Pada cedera terjadi penyulit berupa :
- Gangguan sirkulasi akibat pendarahan
- Gangguan koagulasi
- Sepsis akibat infeksi
- Gagal organ
- Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorak :
- 1. Ada jejas pada thorak
- 2. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi
- 3. Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi
- 4. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek
- 5. Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan
- 6. Penurunan tekanan darah
- 7. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher
- 8. Bunyi muffle pada jantung
- 9. Perfusi jaringan tidak adekuat
- 10.Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan
pernapasan ) dapat terjadi dini pada tamponade jantung
Fase ketiga
Terjadi anabolisme yaitu penumpukan kembali protein dan lemak badan yang
terjadi setelah kekurangan cairan dan infeksi teratasi. Fase ini merupakan proses
yang lama, tetapi progresif dan biasanya lebih lama dari fase katabolisme karena
sintesis protein hanya bisa mencapai 35gr/hari
PRIORITAS PEMERIKSAAN
- Apakah jalan napas bebas ?
- Apakah penderita bernafas dengan leluasa ?
- Apakah nadi dapat diraba ?
- Apakah jantung berdenyut ?
- Apakah ada perdarahan massif ?
i. FRAKTUR COSTAE
DEFINISI
Fraktur Costa adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang / tulang rawan yang
disebabkan oleh rudapaksa pada spesifikasi lokasi pada tulang costa
KLASIFIKASI
Menurut jumlah costa yang mengalami fraktur, dibagi jadi :
1) Fraktur simple/ singular : fraktur yang terjadi pada 1 costae
2) Fraktur multiple : terjadi pada 1 costae atau lebih
Menurut jumlah fraktur pada setiap costa, dibagi jadi :
1) Fraktur segmental : terjadi di 2 tempat pada 1 costae
2) Fraktur simple : terjadi pada 1 tempat di 1 costae
3) Fraktur comminutif : terjadi pada beberapa tempat di satu costae
DIAGNOSIS
Ditentukan berdasarkan gejala dan tanda nyeri local. Nyerinya berupa nyeri local
dan nyeri kompresi kiri-kanan atau depan-belakang dan nyeri pada gerak napas.
TATA LAKSANA
Fraktur tunggal atau majemuk dengan gerak dada yang masih memadai dan teratur
ditangani dengan pemberian analgesic atau anastetik. Nyeri harus dihilangkan untuk
menjamin pernapasan yang baik atau mencegah pneumonia akibat gerak napas tidak
memadai dan terganggunya batuk karena nyeri.
Jika pemberian anlgesik tidak menghilangkan nyeri, harus dilakukan anastesia blok
interkostal yang meliputi segmen di kaudal dan cranial costae yang patah
Dengan blok saraf interkostal,yaitu dengan pemberian narkotik atau relaksan otot
merupakan pengobatan yang adekuat. Pada cedera yang lebih hebat, perawatan rumah
sakit diperlukan unutk menghilangkan nyeri,penanganan batuk dan pengisapan
endotrakeal.
Penatalaksanaan fraktur iga multipel yang disertai penyulit lain (seperti:
pneumotoraks, hematotoraks dsb.), ditujukan untuk mengatasi kelainan yang
mengancam jiwa secara langsung, diikuti oleh penanganan pasca operasi/tindakan
yang adekuat (analgetika, bronchial toilet, cek lab dan ro berkala), sehingga dapat
menghindari morbiditas/komplikasi.
KOMPLIKASI
Timbulnya atelektasis dan pneumonia, yang umumnya akibat manajemen analgetik
yang tidak adekuat
Prognosis pada fraktur costae:
Pada anak-anak biasanya prognosisnya baik karena tidak terjadi komplikasi.
Pada orang dewasa prognosisnya kurang baik karena:
Penyambungan kembali tulang yang fraktur relatif lama
Umumnya disertau dengna komplikasi karena costaenya lebih
rigit sehingga mudah menusuk orgaan lain.
ETIOLOGI
Biasanya terjadi pada orang yang jatuh dengan bertumpu pada tangan
TATA LAKSANA
Tujuan penanganan adalah menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya dengan cara
reduksi tertutup dan imobilisasi. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan
berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi
fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila
dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk
mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran
darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa
pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani dengan sling dan pembatasan
gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan terputusnya ligamen
korakoklavikular, akan terjadi pergeseran, yang harus ditangani dengan reduksi
terbuka dan fiksasi interna.
1. Pneumothoraks spontan
Adalah pneumothoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab.
Pneumothoraks spontan ini dibagi menjadi dua:
Pneumothoraks spontan primer
Adalah suatu pneumothoraks yang terjadi tanpa adanya riwatyat
penyakit paru yang mendasari sebelumnya.
Pneumothoraks spontan sekunder
Adalah suatu pneumothoraks yang terjadi karena penyakit paru yang
mendasari sebelumnya (misalnya TB Paru, PPOK, asma bronkial,
pneumonia, tumor paru dsb.
2. Pneumothoraks traumatik
Adalah pneumothoraks yang terjadi akibat trauma baik trauma penetrasi
maupun bukan yang mengakibatkan robeknya pleura, dinding dada maupun
paru. Berdasarkan kejadiannya pneumothoraks traumatik ini dibagi menjadi
dua yaitu:
Pneumothoraks traumatik bukan iatrogenik
Adalah pneumothoraks yang terjadi karena jejas kecelakaan misalnya
jejas pada dinding dada baik terbuka maupun tertutup
Pneumothoraks traumatik iatrogenik
Adalah pneumothoraks yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan
medis. Pneumothoraks traumatik iatrogenok ini dibagi menjadi dua
jenis yaitu:
Pneumothoraks accidental
Adalah pneumothoraks yang terjadi akibat komplikasi tindakan
medis, misalnya biopsi pleura
Pneumothoraks traumatik iatrogenik artifisial
Adalah pneumothoraks yang sengaja dilakukan dengan cara
mengisi udara ke dalam rongga pleura melalui jarum dengan
suatu alat Maxwell box, biasanya untuk terapi TBC.
PATOFISIOLOGI :
Adanya benturan atau trauma menyebabkan robeknya alveolus dan dinding
pleura visceral sehingga udara dari paru masuk ke cavum pleura. Akibatnya, tekanan
negative intrapleura hilang dan respirasi terganggu. Bila dibiarkan, paru akan kolaps.
Hiperekspansi cavum pleura dapat menekan mediastinum ke sisi yang sehat, dan bila
hal ini terus terjadi tanpa adanya penanganan, akan terjadi penekanan vena cava,
shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas. Penekanan vena cava
dapat menyebabkan shock pada penderita.
D/D PNEUMOTHORAKS
Perikarditis
Miokard infark dan emboli paru
Bronkhitis kronik dan efisema
Diaphragmatica herniae
Disecting aneurysme aortae
ii. HEMATOTHORAX
DEFINISI
adalah terdapatnya darah dalam rongga pleura, sehingga paru terdesak dan terjadi
pendarahan.
ETIOLOGI
Lacerasi paru, lacerasi pembulih darah dari arteri interkostal atau mamaria interna.
Baik pada trauma tumpul maupun tajam, atau dislokasi fraktur dari vertebra torakal
GEJALA
hematokrit cp>50% dari hematokrit serum
PATOFISIOLOGI
Luka/ trauma pendarahan/ syok darah mengisi cavum pleura surfaktan
terganggu pengembangan paru tidak sempurna kerja pernapasan meningkat
hipoventilasi alveolar peningkatan PaCO2 gagal napas.
Diagnose
- Tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yamg berdarah di dinding dada
- Tanda anemia dan syok hipovolemik merupakan keluhan dan gejala yamg
pertam amuncul
PEMERIKSAAN HEMATOTHORAKS
Pada inspeksi biasanya tidak tampak kelainan, mungkin gerakan napas tertinggal atau
pusat karena perdarahan. Fremitus sisi yang terkena lebih keras daripada sisi yang
lain. Pada perkusi didapatkan pekak dengan batas seperti garis miring atau mungkin
tidak jelas, tergantung pada jumlah darah yang ada di rongga thoraks. Bunyi napas.
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan
suara pernafasan mungkin tidak terdengar atau menghilang.
Keterangan table :
- 0-15% merupakan hemotoraks kecil, yaitu tampak sebagai bayangan kurang
dari 15% pada foto rontgen. Penanganannya cukup diobservasi dan tidak
memerlukan tindakan khusus
- 15-35% merupakan hemotoraks sedang artinya tampak bayangan yang
menutup 15-35% pada foto rontgen. Penanganannya dipungsi dan penderita
diberi tranfusi. Pada pungsi sedapat mungkin dikeluarkan semua cairan
>35% merupakan hemotoraks besar yaitu jika ternyata terjadi kambuhan, dipasang
penyalir sekat air dan diberikan tranfusi
PROGNOSIS: Bila tidak diberi perawatan segera, darah yang terakumulasi di cavum
pleura akan menekan mediastinum dan trakea sehingga terjadi deviasi trakea yang
mana akan berakhir pada kematian.
iii. HEMOPNEUMOTHORAX
GEJALA
Gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke
dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (mengempis).
Gejalanya bisa berupa:
Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika penderita
menarik nafas dalam atau terbatuk.
- Sesak nafas
- Dada terasa sempit
- Mudah lelah
- Denyut jantung yang cepat
- Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Hidung tampak kemerahan
- Cemas, stres, tegang
- Tekanan darah rendah (hipotensi)
PATOFISIOLOGI
Adanya trauma tajam maupun tumpul yang menyebabkan fraktur costae dapat
menyebabkan robeknya pembuluh darah maupun jaringan paru sehingga darah dapat
mengisi cavum pleura dan menyebabkan paru kolaps atau tidak dapat mengembang
sempurna.
PATOFISIOLOGI
Dinding pembuluh darah rusak terdapat embolus embolus bersama aliran darah
terjadi penyumbatan kompresi paru restriksi jaringan vaskular paru
hipertensi pulmonar gagal jantung kanan
v. EMFISEMA PULMO
DEFINISI
perubahan anatomi parenkim paru yang ditandai oleh pembesaran alveolus dan
ductus alveolaris akibat adanya jumlah udara berlebih. Pada emfisema kronik,
disertai proses obstruksi dan destruksi yang kompleks.
Pelebaran permanen dari struktur paru yang melakukan pertukaran gas yaitu distal
dari bronkiolus terminalis, disertai destruksi dinding alveoli.
ETIOLOGI : infeksi kronik, obstruksi kronik, herediter, dan trauma pada alveolus /
parenkim paru.
PATOFISIOLOGI
Emfisema umumnya dicetuskan oleh iritan, misal asap rokok atau zat-zat di dalam
rokok, dimana dapat merangsang sekresi mucus dan menyebabkan iritasi pada
bronkus dan bronkiolus, melumpuhkan silia, dan menghambat makrofag. Akibatnya
lumpuhnya silia, mucus tidak dapat dibersihkan sehingga dapat terjadi infeksi dan
radang epitel. Hal ini memicu terjadinya obstruksi jalan napas kronik yang dapat
memicu penyumbatan saluran napas. Udara pun tidak dapat dikeluarkan saat
ekspirasi, menyebabkan terjadinya air trapping di alveolus; alveoli menjadi teregang
maksimal dan infeksi paru terjadi. Bila hal ini terus berlanjut, akan terjadi destruksi
pada 50-80% jaringan alveolar. Hal ini memicu peningkatan kerja napas, peningkatan
tahanan napas, penurunan kapasitas difusi paru, peningkatan tekanan vascular, dan
peningkatan beban jantung serta gagal jantung.
PROGNOSIS : baik dengan terapi, survival rate selama 5-10 tahun mencapai 40%.
KONTUSIO PARU
Tanda dan gejala:
- Sesak nafas/ dispnea
- Hipoksemia
- Tachikardi
- Suara nafas berkurang atau tak terdengar di sisi kontusio
- Patah tulang iga
- Cyanosis
- Krepitasi
- Ronki kasar seperti meniup gelembung
PATOFISIOLOGI
Memar yang disebabkan oleh flail chest. Memar ini menyebabkan paru kehilangan
elastisitas normal dan dalam waktu 72 jam permeabilitas kapiler meningkat sehingga
terjadi edema paru. Maka, paru akan terisi penuh cairan dan udara sehingga memicu
penurunan produksi surfaktan yang menyebabkan kolaps paru.
Normalnya, rasio udara dan darah dalam paru adalah 1:1. Namun pada kontusio paru
terjadi ketidakseimbangan ratio ini, karena alveoli terisi penuh oleh cairan edema
sehingga tidak terisi O2 secara full. Pulmonary hypoxic contriction terjadi sebagai
respon dari kadar oksigen rendah sehingga jantung mangadakan kompensasi dengan
meningkatkan resistensi vascular untuk mengurangi aliran darah ke paru. Hal ini
dapat menyebabkan hipoksemia yang dapat memicu syok hipovolemik.
TATA LAKSANA
Tujuan : a. Mempertahankan oksigenasi
b. mencegah atau mengurangi edema.
Tindakan : bronchial toilet, membatasi pembatasan cairan, O2, pain control, diuretik,
bila perlu ventilator dengan positif.
Membuat tekanan ventilasi positif pada akhir ekspirasi dapat menolongdan
memperbaiki kapasitas residu fungsional dan mengurangipintas
intrapulmoner. Hindari pemberian yanhg berlebihan.
GEJALA
Pasien merasakan nyeri samar-samar / tekanan di dada.
Nyeri akan bertambah buruk jika berbaring dan membaik jika duduk tegak.
Pasien mengalami gangguan pernafasan yang berat, dan selama menghirup
udara, vena-vena di leher membengkak.
PATOFISIOLOGI
Terjadi trauma baik tajam maupun tumpul yang menyebabkan pembuluh darah besar
ataupun dinding atrium robek sehingga darah merembes mengisi cavum pericardial.
Apabila darah penuh mengisi cavum pericardial, dapat menekan jantung sehingga
jantung tidak dapat berdenyut dengan baik dan menghambat aliran darah ke ventrikel
sehingga sirkulasi terganggu.