Anda di halaman 1dari 20

SISTEM LOGISTIK

Sistem adalah Komponen-komponen yang terintegrasi dengan yang lainnya dalam melakukan
kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.

Logistik dalam manajemen industri sering disebut juga dengan business logistics atau industrial
logistics, orientasi utamanya pada distribusi dan sistem atau product support, termasuk
didalamnya komponen maintenance planning, personnel, supply support, support equipment,
technical data, training and training devices, computer resources support, facilities, packaging,
handling, storage and transportation, serta reliability and maintainability.

Logistik menurut Council of Supply Chain Management Professionals (CLM, 2000) adalah bagian
dari manajemen rantai pasok (supply chain) dalam perencanaan, pengimplementasian, dan
pengontrolan aliran dan penyimpanan barang, informasi, dan pelayanan yang efektif dan efisien
dari titik asal ke titik tujuan sesuai dengan permintaan konsumen. Untuk mengalirkan barang dari
titik asal menuju titik tujuan akan membutuhkan beberapa aktivitas yang dikenal dengan ‘aktivitas
kunci dalam logistik’ diantaranya:

1) customer service,
2) demand forecasting/planning,
3) inventory management,
4) logistics communications,
5) material handling,
6) traffic and transportation, dan
7) warehousing and storage.

Dalam Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional (Perpres No. 26 Tahun 2012), Logistik
didefinisikan sebagai bagian dari rantai pasok (supply chain) yang menangani arus barang,
informasi, dan uang melalui proses pengadaan (procurement), penyimpanan (warehousing),
transportasi (transportation), distribusi (distribution), dan pelayanan pengantaran (delivery
services).

Penyusunan sistem logistik ditujukan untuk meningkatkan keamanan, efisiensi, dan efektfitas
pergerakan barang, informasi, dan uang mulai dari titik asal (point of
origin) sampai dengan titik tujuan (point of destination) sesuai dengan jenis, kualitas, jumlah,
waktu dan tempat yang dikehendaki konsumen.
Konteks logistik identik dengan organisasi, pergerakan, dan penyimpanan dari material dan
manusia. Domain dari aktivitas logistic sendiri adalah menyediakan sistem dengan produk yang
tepat, di lokasi yang tepat, pada waktu yang tepat dengan mengoptimasikan pengukuran
performansi yang diberikan (contohnya meminimalisir total biaya operasional) dan memenuhi
kualifikasi yang diberikan (contohnya sesuai dengan kemampuan dari klien dan sesuai dengan
kualitas pelayanan)..

Sistem logistik tersusun atas fasilitas-fasilitas yang terhubung dengan jasa pelayanan transportasi.
Sistem ini membahas mengenai bagaimana suatu material diproses, manufaktur, disimpan,
diseleksi, untuk kemudian dijual atau dikonsumsi. Pembahasan dalam sistem logistik ini
merupakan pembahasan yang komperhensif, termasuk pembahasan mengenai proses
manufaktur dan perakitan, pergudangan, pendistribusian, titik/poin pengalihan angkutan,
terminal transportasi, penjualan eceran, pusat penyortiran barang, dan dokumen, pusat
penghancuran, dan pembuangan dari keseluruhan kegiatan industry.

System logistic merupakan sebuah kegiatan logistic yang terintegrasi, dari pemasok hingga
konsumen dalam masing-masing jaringan distribusi untuk menggerakkan barang/jasa. Adapun
yang menjadi obyek dari sistem logistik dapat berupa barang jadi, barang setemgah jadi, maupun
bahan baku.

Dengan demikian, inti dari system logistic adalah :


 Memperlancar arus barang secara efektif dan efisien untuk menjamin pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat
 Peningkatan daya saing produk nasional di pasar domestik, regional, dan global.
 Membangun simpul simpul logistik nasional dan konektivitasnya mulai dari pedesaan,
perkotaan, antar wilayah dan antar pulau sampai dengan Pelabuhan Hub Internasional
melalui kolaborasi antar pemangku kepentingan.

Sedangkan maksud dari system logistic ini adalah untuk memperlancar arus barang secara efektif dan efisien
dengan tujuan :

 Menurunkan biaya logistik, memperlancar arus barang dan meningkatkan pelayanan


logistik sehingga meningkatkan daya saing produk nasional di pasar global dan pasar
domestik.
 Menjamin ketersediaan komoditas pokok dan strategis di seluruh wilayah Indonesia
dengan harga yang terjangkau sehingga mendorong pencapaian masyarakat adil dan
makmur, dan memperkokoh kedaulatan dan keutuhan NKRI;

Permasalahan Sistem Logistik di Indonesia terlihat dengan tingginya biaya logistik


nasional yang mencapai 27% (dua puluh tujuh persen) dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan
belum memadainya kualitas pelayanan, yang ditandai dengan :

 masih rendahnya tingkat penyediaan infrastruktur baik kuantitas maupun kualitas,


 adanya pungutan tidak resmi dan biaya transaksi yang menyebabkan ekonomi biaya
tinggi,
 masih tingginya waktu pelayanan ekspor-impor dan adanya hambatan operasional
pelayanan di pelabuhan,
 masih terbatasnya kapasitas dan jaringan pelayanan penyedia jasa logistik nasional,
 masih terjadinya kelangkaan stok dan fluktuasi harga kebutuhan bahan pokok
masyarakat, terutama pada hari-hari besar nasional dan keagamaan, dan bahkan
 masih tingginya disparitas harga pada daerah perbatasan, terpencil dan terluar.

Kondisi tersebut sangat mempengaruhi kinerja sektor logistik nasional, dimana berdasarkan
survei Indeks Kinerja Logistik (Logistics Performance Index/LPI) oleh Bank Dunia yang
dipublikasikan pada tahun 2010 posisi Indonesia berada pada peringkat ke-75 dari 155 (seratus
lima puluh lima) negara yang disurvei, dan berada di bawah kinerja beberapa negara
ASEAN yaitu Singapura (peringkat ke-2), Malaysia (peringkat ke-29), Thailand (peringkat ke-35),
bahkan dibawah Philipina (peringkat ke-44) dan Vietnam (peringkat ke-53).

Selain dihadapkan pada masih rendahnya kinerja logistik, Indonesia juga dihadapkan
pada tingkat persaingan antar negara dan antar regional yang semakin tinggi, dimana persaingan
telah bergeser dari persaingan antar produk dan antar perusahaan ke persaingan antar jaringan
logistik dan rantai pasok.

Dalam Cetak Biru Pengembangan Sislognas diuraikan bahwa aktivitas logistik juga
melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang dapat dikategorisasikan kedalam dalam lima
kelompok, diantaranya:

1) Konsumen,
Pengguna logistik yang membutuhkan barang untuk penggunaan proses produksi maupun
untuk konsumsi. Konsumen berkewenangan untuk menentukan sendiri jenis dan jumlah
barang yang akan dibeli, dari siapa dan dimana barang tersebut ingin dibeli dan kemana
tujuan barang tersebut diantarkan.

2) Pelaku Logistik (PL)

Yaitu sebagai pemilik dan penyedia barang yang dibutuhkan oleh para konsumen, dibagi
menjadi dua diantaranya:

a. Produsen, pelaku logistik yang bertindak sebagai penghasil/ pembuat


barang
b. Penyalur (intermediare) yang bertindak sebagai perantara perpindahan
kepemilikan barang dari produsen menuju ke konsumen melalui
saluran distribusi (pedagang besar/wholesaler, grosir, distributor, agen,
pasar, pengecer, warung, dan sebagainya) dalam suatu mekanisme tata
niaga.

3) Penyedia Jasa Logistik (Logistics Service Provider)

Merupakan institusi penyedia jasa yang bertugas mengirimkan barang (transporter, freight
forwarder, shipping liner, EMKL, dsb) dari lokasi asal barang (shipper), seperti produsen,
pemasok, atau penyalur; menuju tempat tujuannya (consignee), seperti konsumen,
penyalur, atau produsen; dan jasa penyimpanan barang (pergudangan, fumigasi, dan
sebagainya).

4) Pendukung Logistik

Yaitu institusi mendukung efektivitas dan efisiensi kegiatan logistik, dan turut
berkontribusi dalam penyelesaian jika terjadi permasalahan selama aktivitas logistik
berlangsung. Adapun aktor-aktor yang termasuk dalam kategori ini diantaranya asosiasi,
konsultan, institusi pendidikan dan pelatihan serta lembaga penelitian.

5) Pemerintah
Adapun peran pemerintah dalam aktivitas logistik diantaranya, sebagai:

 regulator yang menyiapkan peraturan perundangan dan kebijakan,

 fasilitator yang meyediakan dan membangun infrastruktur logistik yang diperlukan


untuk terlaksananya proses logistik, dan
 integrator yang mengkoordinasikan dan mensinkronkan aktivitas logistik sesuai
dengan visi yang ingin dicapai, dan pemberdayaan baik kepada pelaku logistik,
penyedia jasa logistik maupun pendukung logistik.

Strategi yang dilakukan pemerintah untuk memperkuat infrastruktur logistic adalah dengan
membangun transportasi laut sebagai tulang punggung system logistic nasional dengan:

 mengembangkan 24 pelabuhan strategis untuk mendukung tol laut.


 membangun short sea shipping (coastal shipping) yang terintegrasi dengan moda
kereta api dan jalan raya.
 Mengembangkan jaringan lalu-lintas angkutan jalan yang terintegrasi inter, intra, dan
antar moda.
 Membangun sarana dan prasarana serta industry transportasi yang meliputi :
 Mengembangkan pelabuhan internasional Kuala Tanjung dan Bitung
 Menyelesaikan jalur KA Trans-Sumatera dan peningkatan double track
 Mebangun jalur KA Trans-Kalimantan, Sulawesi, dan Papua
 Membangun jalan tol Trans-Sumatera, Trans-Jawa, Samarinda-Balikpapan, dan
Manado-Bitung
 Mebangun terminal barang angkutan jalan, dan
 Mengembangkan 9 bandara pelayanan kargo(Kualanamu, Juanda, Syamsuddin
Noor, Sepinggan, Hasanuddin, Sam Ratulangi, Frans Kaisepo, dan Sentani).

Strategi pembangunan system trasnpotasi multimoda dalam RPJM 2015-2019 adalah :

 membangun jaringan dan rute-rute pelayanan berbagai moda transportasi yang


terintegrasi meliputi Lalu Lintas Angkutan Jalan, Laut, Udara, Kereta Api, dan dry-
port, serta layanan transportasi terpadu;
 membangun jaringan prasarana baik simpul maupun ruang lalu lintas.
 membangun terminal terpadu dan fasilitas pelayanan alih moda untuk perpindahan
barang secara cepat dan nyaman.
 membangun akses kereta api menuju ke pelabuhan dan bandara internasional.

Program Sislognas :

 Menjadikan angkutan truk sebagai bagian integral dari system angkutan multi
moda dalam rangka mewujudkan konektivitas local dan internaisional.
 Mengembangkan jaringan transportasi multimoda dan logistic center.
1. Analisis Kinerja Simpul Logistic Kuala Tanjung

Tingginya biaya logistik yang terjadi di Indonesia tentu saja menghambat ketersediaan
komoditas strategis dan bahan pokok bagi masyarakat dan turunnya daya saing industri.

Indonesia sebagai negara kepulauan membutuhkan sistem logistic yang terintegrasi, efektif
dan efisien guna meningkatkan daya saing, dan menjamin keberadaan komoditi strategis
dari bahan kebutuhan pokok masyarakat secara merata dan terjangkau.

Pilar pokok sistem logistik adalah menjamin kelancaran arus barang secara efektif dan efisien
yang tercermin dalam biaya logistik yang rendah, dan pelayanan yang responsif dan
memuaskan. Pengelolaan logistik yang efisien dan efektif akan membantu pelaku usaha
untuk dapat lebih unggul dalam persaingan melalui penciptaan nilai tambah yang lebih
tinggi. Mengungguli daya saing tersebut pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Untuk memperoleh sistem logistik yang terintegrasi, akan dikembangkan sistem logistik
yang efektif dan efisien dengan menggunakan konsep Supply Chain Management (SCM) yang
berbasis pada sinkronisasi, integrasi dan kolaburasi berbagai pihak terkait yang diwadahi
dalam suatu tatanan kelembagaan dan organisasi yang efektif dan didukung pula oleh
pelaku penyedia jasa logistik yang terpercaya dan profesional.

Berdasarkan penjelasan di atas, pada hakikatnya Supply chain adalah jaringan organisasi
yang menyangkut hubung an ke hulu (upstreams) dan ke hilir (downstreams), dalam
proses dan kegiatan yang berbeda menghasilkan nilai yang terwujud dalam barang dan
jasa di tangan pelanggan.

Penyebab besarnya atau tingginya biaya logistic nasional adalah mata rantai logistik yang
panjang, untuk itu mata rantai ini perlu diperpendek demi mengurangi biaya logistic tersebut.
Mata rantai tersebut harus dibuat sedemikian pendek untuk mencapai biaya logistik rendah
hingga mencapai sebesar 10 persen dari biaya operasional perusahaan. Misalnya, usaha logistik
harus didekatkan ke setiap pelabuhan dengan mengurangi atau memutus satu atau dua mata
rantai, karena selama ini boleh dikatakan tidak ada kegiatan logistik di pelabuhan baik laut dan
bandara, di mana yang terjadi, barang keluar dan masuk harus diangkut dulu dengan
transportasi ke tempat lainnya untuk didistribusikan.

Selain upaya itu, juga harus dikembangkan sistem teknologi dan informasinya. Misal dengan
program IT yang memungkinkan para pengguna jasa itu dapat dilayani tanpa ada banyak biaya
yang tidak diperlukan, salah satu upaya adalah mencoba agar pelanggan dapat melakukan
pesanan tanpa melalui telepon, melainkan hanya dengan melalui website dengan laporan
pengiriman pun bisa dilihat melalui website tersebut. Dalam penerapannya perlu adanya
dukungan pemerintah, baik berupa peraturan perundang-undangan, intrastruktur, maupun
dalam perkembanqan sumberdaya manusianya.

Kabupaten Batu bara merupakan daerah yang cukup strategis dan memiliki potensi alam luar
biasa yang jarang dimiliki daerah lain. Potensi ini, sangat tepat untuk dijadikan kawasan
industri serta pelabuhan barang peti kemas bertaraf internasional untuk Indonesia bagian
barat. Penetapan lokasi kawasan industri tidak terlepas dari pertimbangan aksesibilitas
sebagai daya dukung dalam pergerakan kegiatan industri. Melihat lokasi Kawasan Industri
Kuala Tanjung telah memiliki jalan kolektor yang dapat menjadi potensi untuk
pengembangan kawasan.

Kabupaten Batu Bara, Propinsi Sumatera Utara, merupakan kabupaten baru hasil dari
pemekaran Kabupaten Asahan, memiliki potensi daerah berupa kelapa sawit yang ditanam
hampir diseluruh Kecamatan di Kabupaten Batu Bara. Total produksi kelapa sawit/tandan
buah segar tahun 2008 mencapai 615.070,48 ton dengan total luas areal tanaman 24.512,02
Ha.

Apabila melihat kondisi pasar, saat ini terdapat permintaan dalam jumlah besar akan produk
turunan kelapa sawit seperti CPO. sehingga pembangunan kawasan industri berbasis kelapa
sawit merupakan suatu langkah yang tepat untuk mendorong perekonomian Kabupaten Batu
Bara.

Selain didukung dengan potensi kelapa sawit, Kabupaten Batu Bara juga memiliki potensi
berupa pelabuhan internasional Kuala Tanjung. Pelabuhan Kuala Tanjung berhadapan
langsung ke perairan Selat Melaka yang termasuk jalur pelayaran internasional yang paling
sibuk, serta memiliki kedalaman yang memungkinkan untuk disinggahi kapal-kapal besar.
Dengan adanya pelabuhan, maka akan mempermudah distribusi hasil industri kelapa sawit,
dimana kegiatan industri akan berlokasi di Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara.

Mengingat lokasi pengembangan dan pengelolaan Kuala Tanjung yang sangat strategis
dimana lokasi tersebut berada di jalur pelayaran internasional, maka integrasi pemanfaatan
Kuala Tanjung menjadi sangat strategis secara kawasan dan ekonomi regional ASEAN dan
bahkan dunia. Letak geografisnya yang berada di alur selat Malaka sebagai salah satu akses
terpadat jalur perkapalan dunia yang dilalui kapal-kapal dagang internasional dan berada pula
secara langsung dengan pelabuhan international hub port Singapore dan Port Kelang maupun
Tanjung Pelepas di Malaysia

Kuala Tanjung yang juga memiliki beberapa infrastruktur pendukung meliputi Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) dan pabrik peleburan alumunium. Kondisi ini sangat potensial untuk
dilakukan pengembangan kawasan industri, yang diharapkan mampu memberikan kontibusi
dalam peningkatan investasi dalam upaya mempercepat pertumbuhan industri di daerah
sehingga daya saing industri dapat ditingkatkan dan memberikan kepastian lokasi dalam
perencanaan dan pembangunan infrastruktur, yang terkoordinasi antar sektor terkait yang
berwawasan lingkungan. Untuk mewujudkan pengembangan kawasan industri tersebut,
maka diperlukan konsep yang terintegrasi yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan
Kawasan Industri Kuala Tanjung.

Melihat dari kenyataan yang ada, maka sangatlah tepat jika pelabuhan Kuala Tanjung dijadikan
simpul utama dalam kegiatan supply maupun distribusi logistic, baik untuk kepentingan dalam
negeri maupun internasional, dengan membangun satu tempat yang dapat menampung
seluruh aktifitas logistic tersebut.

Penempatan lokasi yang paling tepat unuk seluruh kegiatan tersebut adalah di pusat-pusat
transportasi, Pelabuhan Kuala Tanjung, Bandar Udara Kualanamu, Stasion Kereta Api maupun
Terminal Angkutan Darat.

Untuk tujuan tersebut, perlu dibangun infrastruktur darat berupa jalan dan rel kereta api yang
menghubungkan pelabuhan Kuala Tanjung dengan Bandar Udara Kualanamu, Stasion Kereta
Api, Terminal Truk, terminal peti kemas, dan pabrik-pabrik industry.

2. Analisis mata rantai logistic Kuala Tanjung

Logistik merupakan bidang yang bersifat multisektoral, sehingga upaya untuk memperbaikinya
perlu dilakukan oleh semua pihak terkait, termasuk para pelaku logistik (PL) dan penyedia jasa
logistik (PJL) baik berupa perusahaan-perusahaan swasta maupun perusahaan-perusahaan
BUMN.

Sebagai bagian dari PJL, perusahaan-perusahaan BUMN sektor logistik mempunyai potensi
besar untuk berperan dalam implementasi sistem logistik nasional, termasuk dalam
peningkatan efisiensi biaya logistik. Potensi peranan BUMN sektor logistik karena infrastruktur,
fasilitas, dan layanan yang dimilikinya yakni :
o BUMN sektor logistik mengelola infrastruktur yang sangat lengkap, mencakup
kepelabuhanan, kebandarudaraan, jalan, dan rel kereta api.

o Fasilitas yang dimiliki BUMN tersebar dan menjangkau berbagai wilayah


Indonesia.

o Perusahaan-perusahaan BUMN sektor logistik beserta anak-anak usahanya


mempunyai berbagai layanan logistik, antara lain: pergudangan, transportasi,
freight forwarding, depo peti kemas, dan sebagainya.

Perlu upaya untuk membangun sinergi di antara perusahaan BUMN/anak usaha di sektor
logistik. Sinergi ini akan bermanfaat untuk meningkatkan utilisasi aset, optimalisasi rencana
investasi (pengembangan fasilitas), meningkatkan integrasi pelayanan, dan meningkatkan daya
saing sehingga tidak terjadi persaingan antar perusahaan/anak usaha BUMN sejenis yang
berpotensi menimbulkan inefisiensi logistik.

Sinergi BUMN/anak usaha di sektor logistik akan meningkatkan efisiensi operasional yang akan
berdampak bagi perusahaan-perusahaan yang dilayani (baik swasta maupun BUMN produsen)
dan meningkatkan profitabilitas BUMN/anak usaha di sektor logistik itu sendiri.

Dalam ruang lingkup yang lebih luas, sinergi BUMN/anak usaha di sektor logistik akan
berdampak terhadap peningkatan efisiensi logistik nasional. Sinergi ini juga akan mendukung
pencapaian misi Sislognas, yaitu memperlancar arus barang secara efektif dan efisien, serta
membangun simpul simpul logistik nasional dan konektivitasnya mulai dari pedesaan,
perkotaan, antar wilayah, dan antar pulau. Selain itu, sinergi ini juga berpotensi meningkatkan
LPI Indonesia, terutama berkaitan dengan komponen competence and quality of logistics
services.

Manajemen rantai pasok merupakan integrasi aktivitas-aktivitas yang berawal dari pengadaan
barang dan jasa, mengubah bahan baku menjadi barang dalam proses dan barang jadi, serta
mengantarkan barang-barang tersebut kepada para pelanggannya dengan cara yang efisien.
Dalam definisi tersebut, secara umum pemahaman rantai pasok akan mengandung makna
terjadinya aliran material dari awal sampai ke konsumen dengan memperhatikan faktor
ketepatan waktu, biaya, dan jumlah produknya.

Manajemen rantai pasokan (supply-chain management) adalah pengintegrasian aktivitas


pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir,
serta pengiriman ke pelanggan. Tujuannya adalah untuk membangun sebuah rantai pemasok
yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan. Kunci bagi
manajemen rantai pasokan yang efektif adalah menjadikan para pemasok sebagai “mitra”
dalam strategi perusahaan untuk memenui pasar yang selalu berubah.

Supply Chain Management (SCM) adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang
produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari
berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik
mungkin menyelenggarakan pengadaan atau barang tersebut, istilah supply chain meliputi juga
proses perubahan barang tersebut, misalnya dari barang mentah menjadi barang jadi.

Supply Chain Management (SCM) adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaan supply
chain. Supply chain adalah jaringan fisik yang terdiri atas perusahaan-perusahaan yang terlibat
dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai
akhir. SCM merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan
supplier, pengusaha, gudang,dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk
dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi tepat, dan waktu tepat
untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan.

Manajemen rantai pasok merupakan integrasi aktivitas-aktivitas yang berawal dari pengadaan
barang dan jasa, mengubah bahan baku menjadi barang dalam proses dan barang jadi, serta
mengantarkan barang-barang tersebut kepada para pelanggannya dengan cara yang efisien.
Dalam definisi tersebut, secara umum pemahaman rantai pasok akan mengandung makna
terjadinya aliran material dari awal sampai ke konsumen dengan memperhatikan faktor
ketepatan waktu, biaya, dan jumlah produknya.

Dalam definisi operasional pengertian rantai pasok terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan
yaitu berikut ini :

1) Manajemen Rantai Pasok adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk mencapai
pengintegrasian yang efisien dari supplier, manufacturer, distributor, retailer, dan
customer.

2) Manajemen Rantai Pasok mempunyai dampak terhadap pengendalian biaya.

3) Manajemen Rantai Pasok mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas


pelayanan perusahaan kepada pelanggan.
SCM berhubungan erat dengan aliran manajemen material, informasi, dan finansial dalam
suatu jaringan yang terdiri dari supplier, perusahaan, distributor, dan pelanggan.

SCM merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan supplier,


pengusaha, gudang (warehouse), dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga
produk dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi tepat, waktu tepat
untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan.

Chain 1 : Suppliers

Jaringan bermula dari sini, dimana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Kata Suppliers
ini termasuk juga suppliernya supplier (sub-supplier). Jumlah supplier bisa banyak atau sedikit,
dan biasanya sub-supplier berjumlah banyak sekali.

Chain 1 – 2 : Suppliers  Manufacture

Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer. Hubungan antara
suppliers dan manufacturer ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan,
misalnya inventories dan biaya gudang. Penghematan ini bisa mencapai sebesar 40% - 60%
dengan menggunakan konsep supplier partnering.

Chain 1 – 2 – 3 : Suppliers  Manufacture  Distributors

Barang yang sudah jadi yang dihasilkan oleh Manufacturer harus disalurkan kepada pelanggan
dengan melalui distributor. Dan pada waktunya nanti, distributor akan menyalurkannya dalam
jumlah yang lebih kecil kepada pengecer.

Chain 1 – 2 – 3 – 4 : Suppliers  Manufacture  Distributors  Retailers

Dari gudang distributor hasil produksi disalurkan ke gudang pengecer yang nantinya akan
diletakkan di rak-rak (outlets) pengecer. Pada tahap ini dapat diperoleh kesempatan
penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya gudang.

Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5 : Suppliers  Manufacture  Distributors  Retailers  Customers

Barang yang diletakkan di outlets ditawarkan langsung kepada pelanggan atau pembeli atau
pengguna barang tersebut. Dan mata ranti supply baru betul-betul berhenti pada tahap ini.

Untuk mengelola aliran barang dan jasa dalam rantai pasok, pertama-tama yang harus
diketahui adalah gambaran sesungguhnya dan lengkap mengenai seluruh mata rantai yang ada,
mulai dari yang pertama sampai yang terakhir. Di samping itu, perlu juga diketahui berbagai
sifat pergerakan rantai pasok untuk berbagai persediaan. Maksud dari persediaan adalah
beberapa jenis barang yang disimpan di gudang yang mempunyai sifat pergerakan yang agak
berbeda satu sama lain sehingga panjang-pendeknya rantai pasok juga berbeda tergantung dari
metode pemenuhan bahan baku maupun metode inventory yang dipilih oleh pelaku bisnisnya.
Terdapat beberapa jenis persediaan, yaitu sebagai berikut.

1) Bahan baku (raw materials).


2) Barang setengah jadi (work in process product).
3) Barang komoditas (commodity).
4) Barang proyek.

Kinerja manajemen rantai pasok adalah semua aktivitas pemenuhan permintaan konsumen
yang dinyatakan secara kuantitatif. Hasil akhirnya adalah angka atau persentase dari aktivitas
pemenuhan permintaan pelanggan oleh perusahaan.

Tujuan dari pengukuran kinerja adalah:

1) Untuk menciptakan proses penyampaian (delivery) secara fisik (barang mengalir dengan
lancar dan persediaan tidak terlalu tinggi).

2) Melakukan stream lining information flow (adanya aliran informasi di antara tiap-tiap
channel).

3) Cash flow yang baik pada setiap channel dalam rantai pasok.

Secara umum, aktivitas Rantai Pasok terdiri atas empat aktivitas (fungsi) utama yaitu perencanaan
(plan), sumber (source), membuat (make/assemble), dan pengiriman (deliver).

• Perencanaan (plan): Proses yang memyeimbangkan permintaan dan penawaran agregat


untuk membangun jalan terbaik dari tindakan yang memenuhi aturan
bisnis yang ditetapkan.

• Sumber (source): Proses yang melakukan pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan yang direncanakan atau aktual.

• Membuat (make): Proses yang mengubah barang ke tahap penyelesaian untuk memenuhi
kebutuhan yang direncanakan atau aktual.

•Pengiriman (deliver): Proses yang menyediakan barang jadi dan jasa, termasuk manajemen
pemesanan, manajemen transportasi, dan manajemen gudang, untuk
memenuhi kebutuhan yang direncanakan atau aktual.
Penyebab dari tingginya biaya logistic adalah karena panjangnya rantai logistic yang
dipergunakan, banyak mata rantai yang tidak terlalu perlu yang dapat dikurangi untuk
memperkecil biaya logistic. Dalam pertimbangan panjang mata rantai untuk logistic di
pelabuhan Kuala Tanjung ada baiknya logistic supply untuk bahan baku dikirim langsung oleh
perusahaan logistic ke pabrik, begitu juga sebaliknya, distribusi barang jadi atau setengah jadi
dilakukan dari pabrik ke konsumen.

Untuk memutus mata rantai yang tidak perlu, maka perlu dibuat sentra logistic baik untuk
supply maupun distribusi, baik yang dikelola oleh swasta maupun BUMN/BUMD di setiap
pelabuhan, bandar udara, stasion kereta, dan terminal truk. Ada baiknya penguasaan setiap
jenis logistic dilakukan oleh satu atau dua perusahan, sehingga tidak menimbulkan persaingan
yang tidak sehat antar sesama perusahaan sejenis. Dengan pelaksanaan pengelolaan logistic
dipegang langsung oleh perusahaan logistic, diharapkan mampu menghapus praktek percaloan
dan mengurangi biaya perizinan.

a. Jaringan Distribusi

Supply Chain Management (SCM) dianggap sama artinya dengan distribusi, sama dengan
logistik, yaitu merupakan proses dimana perusahaan memindahkan material, komponen
dan produk ke pelanggan dalam jumlah yang tepat, lokasi tepat, dan tepat waktu, sehingga
dapat bersaing dengan para kompetitor dalam hal harga maupun kualitas.

SCM adalah jaringan organisasi yang melibatkan hubungan upstream dan downstream
dalam proses dan aktivitas yang berbeda yang memberi nilai dalam bentuk produk dan jasa
pada pelanggannya. Misalnya, pabrik pembuat kemeja adalah merupakan supply chain yang
menghubungkan upstream (melalui pengusaha kain kepada pengusaha kapas/serat) dan
downstream (melalui distributor dan retail pada pelanggan akhir)

Mata rantai distribusi :

Bahan baku------ pemasok ------- pabrik ------distribusi ---- pelanggan (agen)/customer -----
pelanggan perseorangan/consumer -------- bahan baku -------- pemasok ----- dst.

Semakin cepat distribusi suattu barang maka akan semakin cepat pula pertumbuhan
ekonomi. Distribusi barang baik untuk keperluan Konsumsi, produksi dan hal lain,
tergantung pada seberapa cepat barang itu sampai ketangan setiap pelaku ekonomi. Tidak
adanya jalur khusus untuk setiap mode transportasi darat, akan menyebabkan kemacetan
yang memungkinkan jarak tempuh suatu mode transportasi menjadi lama dan distribusi
barang juga akan semakin lama , maka secara simultan tingkat pertumbuhan ekonomi juga
akan semakin lama.

Pelabuhan Kuala Tanjung berada di Kabupaten Batubara dan berhadapan langsung dengan
Selat Malaka (SLOCS) yang membuatnya mempunyai direct access ke lalu lintas 110-120
ribu pelayaran per tahun yang melayani pasar China-Asia Timur, India-Asia Selatan,
Timur Tengah-Afrika dan Eropa (pasar 4 Milyar Jiwa). Aset dan akses jaringan intermoda
yang terbangun di Sumatera Utara, diyakini mampu menjadi terobosan memutus/signifikan
mengurangi ketergantungan absolut logistik yang hampir absolut terhadap Malaysia (Port
Klang-Tanjung Pelepas) dan Singapura (Port of Singapore).

Keunggulan karakteristik alam pelabuhan Kuala Tanjung tidak dimiliki oleh Pelabuhan
Belawan maupun semua pelabuhan umum lain di Indonesia saat ini, termasuk Tanjung Priok.
Dengan asumsi adanya kebutuhan revamping pabrik peleburan aluminium, maka
Pemerintah dapat atau berkesempatan mengkonversi kawasan di sekitar pelabuhan yang
selama ini menjadi lahan pabrik peleburan aluminium untuk segera dikonversi menjadi
container yard dengan daya tampung tak kurang 1,5-2 juta TEUs dengan potensi perluasan
hingga 5 juta TEUs.

Prospek Kabupaten Batu Bara Sebagai Pelabuhan Internasional :

 Berada di Selat Malaka sebagai Jalur Transportasi tersibuk di Dunia.


 Memiliki Kedalaman laut 14 s/d 20 m dari bibir pantai + 4 km .
 Tidak pernah mengalami pendangkalan (sendimentasi)
 Memiliki Lahan yang cukup luas baik sebagai lokasi pelabuhan dan sarana
pendukung Pergudangan, Perkantoran dan Industri + 5.000 ha bahkan lebih.
 Memiliki sumber energi murah PLTA Asahan 1, 2, 3 dan rencana 4, dan 5.
 Berada 33,1 km dari Kawasan Ekonomi Khusus Sei. Mangkei.
 Pelabuhan Internasional Peti Kemas sampai Kota Lima Puluh sepanjang 21,1 km.
 Kota Lima Puluh ke Kawasan Industri Sei Mangkei 12 km.
 Ketersediaan Air Baku yang cukup besar baik Danau Laut Tador juga
sumber Air Sungai Tanjung dan Dalu-Dalu.
 Jaringan Jalan sudah tersedia yakni 9 (sembilan) akses jalan (perlu
eksisting).
Kapasitas pelabuhan dan lokasi strategis Pelabuhan Kuala Tanjung memberikan Indonesia
“essential capital” akses logistik ke pasar dunia. Indonesia akan mampu cut off dari
fungsi feedernya kepada pelabuhan Tanjung Pelepas dan pelabuhan Singapura yang
selama ini menghambat daya saing nasional (nilai transaksi mencapai US$ 3-4 billion setiap
tahun dan terus meningkat).

Bandar Udara yang akan melayani aktivitas pergerakan barang di Kawasan Industri
Kuala Tanjung adalah Bandara Kuala Namu. Bandar udara Kuala Namu memiliki luas
mencapai 1.365 hektare dan area terminal mencapai 118.930 meter persegi dan gudang
kargo seluas 13.000 meter.

Akses distribusi dari pabrik ke konsumen tertuju pada pelabuhan Kuala Tanjung yang
merupakan simpul utama distribusi dan ditunjang Bandar Udara Kualanamu, dan ini tidak
terlepas dari infrastruktur darat yakni jalan maupun rel kereta api. Dengan banyaknya ruas
jalan yang menghubungkan pabrik dengan pelabuhan, pabrik dengan bandar udara, pabrik
dengan stasion kereta api, dan pabrik dengan terminal akan menciptakan percepatan
pengiriman ke konsumen.

b. Jaringan Informasi

Komponen ini berfungsi untuk memperlancar transaksi informasi diantara pemangku


kepentingan logistik secara aman, terjamin dan handal. Adapun komponen ini terbagi lagi
menjadi jaringan fisik informasi (jaringan telekomunikasi), sarana transportasi
data (messaging hub), aplikasi (keamanan, saluran pengiriman, maupun aplikasi khusus),
dan data berupa dokumen.

Sebagai suatu kawasan industry yang bergerak dalam beberapa jenis industry, tidak mungkin
jika kawasan industry Kuala Tanjung, setiap pabrik industri masih menggunakan cara-cara
lama dalam menjaring informasi. Untuk itu perlu memanfaatkan perkembangan IT dalam
setiap kegiatannya, sehingga aka nada inovasi sesuai perkembangan zaman.

Akan lebih baik jika dipusat-pusat kegiatan logistic seperti di pelabuhan, bandar udara,
stasion kereta api, dan terminal, juga dibangun pusat informasi yang dapat memberikan
informasi tentang bahan baku maupun produk jadi, sehingga apa-apa yang dibutuhkan
produsen dan konsumen tergambar jelas, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Pusat informasi yang perlu dibangun ini setidaknya menyerupai pasar komoditas, dan
dengan demikian produsen akan bertemu langsung dengan pengusaha bahan baku,
demikian juga dengan konsumen akan bertemu langsung dengan produsen melalui jaringan
teknologi komunikasi.

c. Jaringan Transportasi

Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang baru, karena hampir setiap
hari kita menggunakannya. Transportasi merupakan alat/teknik /cara untuk melawan
jarak/mempersingkat jarak yang dipergunakan oleh menusia dalam menjalankan segala
macam dan bentuk aktivitas kehidupannya. Sistem transportasi merupakan kegiatan
professional yang tidak dibatasi oleh batas geografi, kegiatan lalu lintas tertentu dan moda
transportasi.

Transportasi merupakan sistem yang terdiri dari elemen-elemen:

a. Manusia dan barang yang diangkut


b. Kendaraan dan peti kemas (alat angkut)
c. Jalan (tempat alat angkut bergerak)
d. Terminal
e. Sistem pengoperasian (yang mengatur 4 komponen di atas)

Berdasarkan sistem transportasi diatas terminal memegang peranan yang membantu


memperlancar kegiatan transportasi. Terminal terdapat di setiap kabupaten di Indonesia
yang menghubungkan antar kota atau antar propinsi.

Keberadaan jarak berbanding lurus dengan seberapa besar biaya yang akan dikelurakan
dengan asumsi cateris paribus. Semakin jauh jarak tempuh suatu kendaraan maka semakin
besar biaya yang dikeluarkan, begitu pula sebaliknnya, semakin dekat jarak tempuh suatu
kendaraan maka semakin kecil biaya yang dikeluarkan. Tidak adanya jalur khusus untuk
setiap mode transportasi darat, akan menyebabkan kemacetan yang memungkinkan jarak
tempuh suatu mode transportasi menjadi lama. Dalam suatu jaringan fasilitas, transportasi
merupakan mata rantai penghubung.

Ada 3 aspek tranportasi yang harus diperhatikan karena berhubungan dengan sistem logistic
:
 Pertama adalah kecepatan/waktu pelayanan yang yang dibutuhkan untuk
memindahkan barang dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Hal ini penting
mengingat jika keterlambatan proses distribusi mengakibatkan tertundanya
pekerjaan pada level perusahaan.
 Aspek yang kedua adalah aspek biaya transportasi. Sistem logistik hendaklah
dirancang untuk meminimumkan biaya transportasi dalam hubungannya dengan
biaya sistem secara keseluruhan.
 Aspek ketiga adalah konsistensi. Konsistensi menunjukan prestasi waktu yang teratur
dan tempat yang tetapdari sejumlah pengangkutan barang/material. Konsistensi
transport mempengaruhi komitmen persediaan penjual dan pembeli maupun resiko
yang dipikulnya.

Komponen ini berperan sebagai mata rantai keterkaitan antara simpul


transportasi (transportation node) dan konektivitas antar simpul (transportation link)
yang berupa prasarana dan sarana transportasi. Adapun yang termasuk dalam simpul-
simpul transportasi diantaranya: pelabuhan laut, pelabuhan udara, stasiun,
terminal, depot, dan pergudangan. Sedangkan yang termasuk dalam
“transportation link” diantaranya berupa jalan darat, jalan tol, jalur kereta api, jalur sungai,
jalur pelayaran, jalur penerbangan, dan pipa.

Simpul-simpul transportasi tersebut sangat perlu untuk diintegrasikan dengan jaringan


transportasi dan pelayanan sarana intermoda transportasi guna meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pergerakan barang.

Salah satu elemen transportasi yang sering dipakai dalam mengarahkan perkembangan kota
adalah pembangunan prasarana transportasi seperti jaringan jalan dan penempatan
terminal. Di beberapa kota banyak dijumpai, bahwa terminal dapat menarik berbagai
kegiatan untuk berlokasi di sekitarnya dan sekaligus memanfaatkan keberadaan terminal
sebagai tempat berkumpulnya manusia dengan bermacam-macam kebutuhan. Untuk
mendekatkan konsumen dengan tempat perbelanjaan, maka lokasi terminal sering digabung
atau didekatkan dengan pusat perdagangan. Selain itu penentuan lokasi terminal harus
mempertimbangkan lintas kendaraan pada kota tersebut.
Terminal merupakan simpul (penghubung) menuju tempat tujuan penumpang atau barang.
Fasilitas yang ada di terminal harus menunjang pengguna terminal agar dapat merasa
nyaman. Untuk mendukung pengembangan Kawasan Industri Kuala Tanjung,
kebutuhan akan jaringan jalan sebagai konektivitas antar wilayah di Sumatera Utara dan
di dalam area kawasan sangatlah penting.

Kondisi jalan di Kabupaten Batu Bara pada tahun 2012 masih memerlukan perhatian yang
serius. Walaupun sudah terjadi perbaikan di beberapa ruas jalan tetapi sebagian besar jalan
di Batu Bara (238,675 km) kondisinya masih rusak dan rusak berat terutama jalan kabupaten.

Berdasarkan data yang didapat terdapat 2 (dua) rute dari Kawasan Industri Sei Mangkei
menuju ke Kuala Tanjung yaitu:

1). Sei Mangkei – Perdagangan – Kota Lima Puluh – Indrapura – Simpang Kuala
Tanjung – Kuala Tanjung (berjarak ± 62,6 km lewat kota Lima Puluh) dan
2). Sei Mangkei – Perdagangan – Tj. Kasau –Simpang Kuala Tanjung – Kuala Tanjung
(berjarak ± 48,6 km lewat Tj. Kasau).

Rute 2 yang diharapkan dengan pertimbangan jarak tempuh yang lebih pendek juga
mengurangi kepadatan arus lalulintas di sekitar Indrapura. Lebar jalan diharapkan 8 meter
(eksisting 6 meter) serta dengan, menggunakan perkerasan hot mix.

Selain terdapat dua rute tersebut, untuk mendukung MP3EI terdapat rencana
pembangunan akses jalan menuju Kuala Tanjung yaitu:

 Pelebaran dan peningkatan jalan ruas jalan simpang Sei Balai menuju Ujung
Kubu,
 Pelebaran dan Peningkatan Serta Pembangunan Jembatan Ruas Jalan Ujung Kubu
menuju Kuala Tanjung,
 Pelebaran dan Peningkatan Ruas Jalan Simp. Kedai Sianam menuju Rumah Sakit,
 Pelebaran dan Peningkatan Ruas Jalan Simp. Kedai Sianam menuju Simp.
Gambus
 Pelebaran dan Peningkatan Ruas Jalan Tanjung Kubah menuju Kuala Indah,
 Pelebaran Ruas Jalan Simp. Sipare-pare (depan Polsek Indrapura) menuju Kampung
Lalang,
 Pelebaran Ruas Jalan Desa Lalang menuju Pangkalan Dodek (Batas Sergai),
 Pelebaran Ruas Jalan Tanjung Parapat menuju Laut Tador,
 Pelebaran Dan Pembuatan Ruas Jalan Majin menuju Inalum.

Pola perkembangan dan pengembangan kawasan pusat ekonomi seperti halnya Kawasan
Industri Sei Mangkei dan rencana pengembangan potensi Kuala Tanjung menjadi kawasan
terintegrasi antara hulu dan hilir, serta posisi geografis kedua wilayah dan potensi
ekonomi daerah secara sumber daya yang melimpah maka percepatan dan kecepatan
pengembangan wilayah serta kecepatan perubahan wilayah akibat perkembangan kawasan
ekonomoi akan berdampak secara langsung pada moda transportasi barang dan jasa, maka
persiapan moda transportasi yang tidak hanya bergantung pada moda transportasi darat
tradisional, perlu disiapkan jalur kereta api sebagai moda alternative utama untuk angkut
barang antar kawasan ekonomi tersebut.

Untuk mendukung pengembangan ekonomi, rencana pembangunan rel Kereta Api


sepanjang 20 Km dari Bandar Tinggi menuju Kuala Tanjung. Kereta api ini nantinya dapat
menambah potensi daya angkut minyak sawit, menjadi angkutan kargo dan minyak sawit
melalui Kuala Tanjung. Pembangunan jaringan kereta api menjadi salah satu infrastruktur
untuk mengurangi kemacetan dan kerusakan jalan. Potensi minyak sawit mentah bisa
diangkut melalui kereta api setiap tahunnya mencapai 2,2 juta ton dari produksi CPO
Sumut sebesar 4,5 juta ton.

Selain itu adanya rencana jalur kereta api yang menghubungkan Bandar Tinggi – Kuala
Tanjung yang bertemu dengan jalan raya, kemungkinan diperlukannya flyover.
Pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan rel kereta yang eksisting menuju Sei
Mangkei sepanjang 2,9 km masih dalam progres. Selain melalui jalur kereta juga akan
dibangun jalan akses juga akan dibangun jalan nasional dari Kuala Tanjung menuju Sei
Mangkei sepanjang 22 km, serta perbaikan jalan dari kawasan tersebut sepanjang 3 km.

d. Jaringan Keuangan
Komponen ini berfungsi untuk memperlancar transaksi keuangan diantara pemangku
kepentingan logistik. Jenis jasa keuangan logistik meliputi jasa kepabeanan, perpajakan,
perbankan, dan asuransi fungsi infrastruktur dan jaringan keuangan untuk. Adapun yang
termasuk dalam komponen infrastruktur dan jaringan keuangan adalah pelaku jasa
keuangan (Bank, Asuransi, dan LKBB), dan sarana jasa keuangan (ATM, i/net/sms banking,
T/T, loket tunai, langsung tunai).
Untuk memperlancar kegiatan perekonomian di Kawasan Industri Kuala Tanjung,
dilingkungan pusat-pusat logistic dalam areal perkantoran perlu dibangun bank-bank
dengan kelengkapan ATM nya.
3. Konsep

Dalam kawasan industry Kuala Tanjung, daerah pelabuhan Kuala Tanjung merupakan simpul
utama logistic di Kabupaten Batu Bara, dimana untuk itu perlu dibangun :

o akses jalan yang menghubungkan Kuala Tanjung dengan Bandara


Kualanamu
o akses jalan yang menghubungkan pabrik-pabrik industry dengan pelabuhan
Kuala Tanjung dan Bandar Udara Kualanamu
o akses jalan dari sumber bahan baku (seperti hal nya sawit yang berada
disetiap kecamatan) ke pabrik
o akses jalan darat untuk kereta api dan kendaraan (truk)
o pusat-pusat kegiatan logistic di pelabuhan, bandar udara, stasion kereta api,
dan terminal
o dalam lokasi pusat kegiatan logistic ini perlu dibangun pusat perkantoran
yang peruntukannya untuk gudang logistic, sarana informasi terpadu,
perbankan, kantor-kantor produsen dan logistic.

Anda mungkin juga menyukai