Anda di halaman 1dari 44

Heart of Borneo

Heart of Borneo atau jantung Borneo merupakan program konservasi dan pembangunan
berkelanjutan di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan dan juga mencakup
sebagian wilayah Brunei Darussalam. Program ini telah disepakati bersama antara ketiga
Negara tersebut untuk dikelola berdasarkan prinsip-prinsip konservasi dan pembangunan
berkelanjutan. Istilah Heart of Borneo atau HoB kemudian digunakan sebagai nama suatu
inisiatif tiga Negara tesebut yang telah dideklarasikan sejak 12 Februari 2007. Inisiatif HoB
mengusung program konservasi dan pembangunan berkelanjutan tertuang dalam Rencana
Aksi Strategis (Strategic Plan of Action/SPA).

Tentang Heart of Borneo

Visi & Misi HoB

Visi yang ingin dicapai melalui inisiatif Heart of Borneo adalah terwujudnya pengelolaan dan
konservasi yang efektif di kawasan hutan hujan ekuator Heart of Borneo yang meliputi 23
juta hektar melalui jejaring kawasan lindung, hutan produksi dan penggunaan lahan yang
berkelanjutan, yang memberi manfaat bagi masyarakat dan alam, melalui kerjasama
internasional yang dipimpin oleh masing-masing pemerintah negara di Borneo, yang
didukung oleh industri dan upaya global yang berkelanjutan.

Misi pengelolaan kawasan Heart of Borneo adalah sebagai berikut:


1. Pada tahun 2020, 23 juta hektar jejaring kawasan lindung, cadangan lintas batas, dan
koridor dikelola secara berkelanjutan dan zona penyangga berfungsi untuk menjamin masa
depan semua spesies prioritas dan kawasan HoB endemik didirikan.
2. Pada tahun 2020, tidak ada konversi hutan yang bernilai konservasi tinggi untuk
penggunaan lahan lain di kawasan HoB.
3. Pada tahun 2020, mekanisme pembiayaan jangka panjang memberikan manfaat
diversifikasi dan adil bagi masyarakat lokal dan pemerintah, dan meningkatkan barang dan
jasa ekosistem.
Strategi HoB

Program atau inisiatif Heart of Borneo dikembangkan tidak hanya untuk tujuan-tujuan
konservasi semata, namun lebih penting lagi bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan di
kawasan HoB. Lingkungan dan keanekaragaman hayati merupakan pilar-pilar program HoB
selain sosial ekonomi dan pengembangan institusi. Oleh karena itu, khusus di wilayah
Indonesia, kerjasama lintas sektoral dan peran serta aktif pemerintah propinsi dan kabupaten
di kawasan HoB menjadi sangat penting. Pemberdayaan dan peran serta masyarakat lokal,
yaitu masyarakat lokal yang berinteraksi langsung dengan sumberdaya alam di kawasan HoB,
harus menjadi bagian pokok dalam pembangunan di kawasan HoB.

Tujuan Inisiatif Heart of Borneo

Tujuan pengelolaan kawasan Heart of Borneo adalah sebagai berikut:

1. Mendorong pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan di jejaring kawasan


konservasi, kawasan lindung serta hutan produksi dan penggunaan lahan lainnya;
2. Terwujudnya implementasi kebijakan dan penegakan hukum yang mendukung
pengelolaan kawasan HoB secara berkelanjutan dengan memperhatikan perjanjian
multilateral dan bilateral yang ada;
3. Terwujudnya pembangunan berkelanjutan berbasis kaidah-kaidah ilmiah dan kearifan
lokal bagi peningkatan kesejahteraaan masyarakat melalui penerapan pengelolaan
berkelanjutan, perlindungan, pendidikan dan pelatihan, maupun kegiatan lainnya yang
relevan dengan pengelolaan lintas batas, konservasi dan pengembangan wilayah di
kawasan HoB.

Sebagai tindaklanjut deklarasi Heart of Borneo, pemerintah ketiga negara menyusun rencana
aksi yang disebut sebagai Heart of Borneo Strategic Plan of Action (HoB SPA). Beberapa
program yang disepakati bersama dalam dokumen ini adalah:
1. Pengelolaan kawasan lintas batas negara;
2. Pengelolaan kawasan lindung;
3. Pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan;
4. Pengembangan ekowisata;
5. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia.

Pengelolaan Kawasan Lintas Batas Negara

Ketiga negara memahami adanya perbedaaan pemanfaatan lahan di kawasan perbatasan,


sehingga penting untuk meningkatkan kerjasama lintas batas dalam kegiatan pengelolaan
hutan dan pemanfaatan lahan secara berkelanjutan. Tujuan program pengelolaan kawasan
lintas batas negara adalah untuk mengatasi isu-isu pengelolaan sumberdaya alam dan
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat lokal di kawasan perbatasan.

Beberapa rencana aksi yang sedang dikembangkan dalam program ini adalah:

1. Mengembangkan dan mengkaji ulang master plan dan mempertimbangkan inisiatif


HoB sejalan dengan perturani dan perundang-undangan negara.
2. Merekomendasikan kebijakan yang berdasarkan pada konservasi dan pembangunan
berkelanjutan di kawasan HoB.
3. Menetapkan suatu mekanisme untuk berbagi informasi secara koheren dan efektif.
4. Melaksanakan penelitian dan kajian bersama, terutama di bidang keanekaragaman
hayati dan sosial ekonomi termasuk melakukan penilaian terhadap aspek sosial dan
demografi.
5. Melaksanakan perencaaan bersama untuk tata ruang kawasan HoB.

Pengelolaan Kawasan Lindung

Peran kawasan lindung sangat penting dalam upaya mempertahankan fungsi dan potensinya,
sehingga pengelolaan secara efektif menjadi penting melalui konservasi kekayaan
keanekaragaman hayati. Tujuan program pengelolaan kawasan lindung adalah untuk
meningkatkan dan mempromosikan pengelolaan yang efektif kawasan lindung di kawasan
HoB, dengan penekanan pada perbatasan, dalam upaya untuk menglestarikan dan memelihara
keanekaragaman hayati hutan serta keterkaitan ekologisnya.

Beberapa rencana aksi yang sedang dikembangkan dalam program ini adalah:

1. Mengidentifikasi, menilai dan menetapkan kawasan lindung lintas batas dalam rangka
memperkuat pengelolaan kawasan lindung berbasis nilai budaya dan warisan alam,
daya serap air, dan kekayaan keanekaragaman hayati.
2. Mengembangkan dan meningkatkan sistem dan prosedur pelaksanaan baku untuk
pemantauan dan evaluasi dalam upaya pengelolaan kawasan lindung lintas batas, dan
melaksanakan kegiatan pemantauan dan evaluasi bersama, jika diperlukan.
3. Mengembangkan dan meningkatkan sistem dan implementasi program pengelolaan
kawasan lindung lintas batas secara kolaboratif dengan melibatkan masyarakat lokal
dan stakeholder lainnya.
4. Mengembangkan dan meningkatkan berbagai pendekatan untuk memperbaiki
pengelolaan lahan dan vegetasi di kawasan yang diolah oleh masyarakat local di
dalam atau berdekatan dengan kawasan lindung.
5. Menetapkan daftar pokok kawasan lindung di dalam kawasan HoB dengan informasi
mengenai tujuan pengelolaan, ciri khusus dan badan atau individu yang relevan
berdasarkan kategori dari masing-masing negara.
6. Mempromosikan keterkaitan institusi di antara kawasan lindung di dalam kawasan
HoB.

Pengelolaan Sumberdaya Alam secara Berkelanjutan

Kegiatan industri kehutanan, pertanian dan industri lainnya perlu dilakukan dengan
mengikuti kaidah-kaidah konservasi dan pembangunan berkelanjutan. Hal ini untuk menjaga
keberadaan tutupan hutan, kekayaan keanekaragaman hayati dan fungsi sebagai menara air
bagi kawasan di bawahnya. Tujuan program pengelolaan sumberdaya alam secara
berkelanjutan adalah untuk mengelola sumberdaya alam di luar jejaring kawasan lindung
melalui pengembangan dan implementasi pemanfaatan lahan yang berkelanjutan.

Beberapa rencana aksi yang sedang dikembangkan dalam program ini adalah:
1. Meningkatkan dan memperkuat mekanisme dan panduan yang ada untuk memastikan
implementasi praktek terbaik dalam pengelolaan sumberdaya alam, prinsip pemanfaatan
berkelanjutan dan pendekatan ekosistem dalam pemanfaatan sumberdaya alam termasuk
kehutanan, perkebunan dan pertambangan di dalam kawasan HoB.
2. Mengembangkan skema untuk program rehabilitasi dan restorasi pada hutan terdegradasi
di dalam kawasan HoB.
3. Mengembangkan kawasan HoB sebagai daerah potensial untuk proyek Reduction of
Emission from Deforestation and Degradation (REDD).

Pengembangan Ekowisata

Pengembangan Ekowisata merupakan salah satu pilar pengembangan sosial ekonomi, sehinga
kerjasama antar negara HoB sangat penting dengan mempertimbangkan perencanaan
ekowisata di masing-masing negara. Tujuan program pengembangan ekowisata adalah untuk
mengenal dan melindungi nilai alam yang khusus dan tempat-tempat budaya di kawasan
HoB.

Beberapa rencana aksi yang sedang dikembangkan dalam program ini adalah:
1. Mengidentifikasi, mengembangkan dan mempromosikan program ekowisata lintas batas.
2. Mengembangkan jaringan dalam pengelolaan ekowisata yang dikaitkan degan pengelolaan
kawasan lindung.
3. Mempromosikan ekowisata berbasis masyarakat di kawasan HoB.

Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia

Pengembangan kapasitas bagi sebagian besar masyarakat di kawasan HoB diperlukan untuk
meningkatkan kapasitas pengelolaan produk hutan dan pertanian dalam upaya menuju
kelestarian hasil. Tujuan program peningkatan kapasitas sumberdaya manusia adalah untuk
memastikan implementasi inisiatif Heart of Borneo yang efektif di semua tingkat, baik di
publik dan sektor swasta dan di tingkat masyarakat lokal.

Beberapa rencana aksi yang sedang dikembangkan dalam program ini adalah:
1. Mengimplementasikan peningkatan kapasitas nasional tentang konservasi keanekaragaman
hayati, pengelolaan air, perencanaan fungsi lahan, sistem informasi geografis, pengelolaan
kawasan lindung, rekreasi di alam, pengelolaan ekowisata dan penegakan hukum dalam
pemberantasan perdagangan produk hutan yang tidak legal dan berskala internasional,
termasuk kayu, hidupan liar dan sumberdaya biologis hutan lainnya.
2. Menetapkan hubungan antar institusi riset dan pengembangan, dan mendorong kolaborasi
termasuk menyertakan peneliti untuk terlibat dalam upaya konservasi dan pembangunan
berkelanjutan di HoB.
3. Mempromosikan program penyadartahuan publik tentang berkurangnya keanekaragaman
hayati hutan termasuk produk kayu dan satwa liar.
4. Mempromosikan pendidikan dan penyadartahuan mengenai program HoB.

Intervensi Rencana Strategis

Intervensi rencana dalam pengelolaan HoB, diarahkan strategi berikut:


a. Penggunaan lahan yang berkelanjutan
b. Reformasi sektor
c. Pengelolaan kawasan lindung
d. Pembangunan kapasitas kelembagaan dan pembiayaan yang berkelanjutan

Berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan konservasi dan pembangunan berkelanjutan,


prioritasnya adalah untuk mencegah kerusakan lebih lanjut di kawasan konservasi di daerah-
daerah tertentu dan dilindungi pada umumnya. Oleh karena itu, untuk memperkuat
pengelolaan kawasan lindung, intervensi strategis dalam pengelolaan kawasan lindung yang
dijabarkan lebih lanjut ke dalam sub-intervensi strategis:
a. Inventarisasi potensi dan menerapkan pengelolaan kawasan lindung, termasuk peningkatan
efektivitas pengelolaan kawasan konservasi (Informasi dan manajemen konservasi)
b. pemberdayaan masyarakat
c. Memperkuat peran sektor swasta melalui penerapan praktek-praktek manajemen terbaik,
sertifikasi, dan dukungan dari sektor swasta untuk mencapai pendanaan berkelanjutan
pengelolaan kawasan lindung (keterlibatan swasta)
d. Advokasi kebijakan

Intervensi rencana pengelolaan HoB dapat dilihat di bawah ini:


Sejarah HoB

Inisiasi Heart of Borneo dilakukan pertama kali oleh WWF Sundaland Bioregion Indonesia
pada tahun 2001 dengan proposal yang berjudul Borneo Mountain Forest. Proposal ini
sebagai lanjutan dari proyek ITTO Indonesia Malaysia: Konservasi Lintas Batas. Proyek ini
menetapkan Taman Nasional Kayan Mentarang dan Betung Kerihun di Indonesia serta
Lanjak Entimau dan Pulung Tao di Malaysia sebagai percobaan konservasi di kawasan
perbatasan.

Proposal di atas disetujui beberapa donor dan kemudian ‘kick off meeting’ Heart of Borneo
dilakukan pada tahun 2003 yang merupakan kerjasama Departemen Kehutanan dengan WWF
Indonesia.

Pada tanggal 5-6 April 2005 dilaksanakan pertemuan para pihak di Brunei Darussalam,
dimana tema “Three Countries – One Conservation Vision” disetujui. Di pertemuan ini
disepakati agar ketiga Negara membentuk deklarasi Heart of Borneo. Sebagai tindak lanjut,
sejak Agustus hingga September 2005 di Indonesia dilakukan lokakarya tingkat provinsi
(Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur) yang menghasilkan beberapa
kesepakatan seperti konsep area HoB, formalisasi inisiatif HoB melalui deklarasi, lokakarya
tingkat nasional, regional dan international, serta sosialisasi HoB ke seluruh stakeholder
terkait.

Pada tanggal 6-8 Desember 2005 dilaksanakan lokakarya nasional HoB di Jakarta. Lokakarya
ini menghasilkan draft deklarasi HoB.

Pada tanggal 14 Maret 2006, Menteri Kehutanan mempresentasikan inisiatif HoB pada rapat
koordinasi terbatas di kantor Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian. Pada pertemuan
ini disepakati inisiatif HoB diluncurkan oleh ketiga negara pada Heart of Borneo event di
Conference of the Parties (COP) 8 – Convension on Biological Diversity (CBD) pada tanggal
27 Maret 2006 di Brasil.

Pada tanggal 24 November 2006 dilaksanakan pertemuan Kelompok Kerja (Pokja) Heart of
Borneo antar Negara di Cebu, Filipina dalam rangka pertemuan Senior Official Meeting of
the Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East Asia Growth Area (BIMP-
EAGA). Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan deklarasi Heart of Borneo pada acara
BIMP-EAGA/KTT ASEAN, penyempurnaan naskah deklarasi dan pertemuan tiga negara
pada 4 Desember 2006 di Jakarta.

Pada tanggal 12 Februari 2007, pemerintah ketiga Negara akhirnya sepakat mendeklarasikan
komitmen mereka untuk mengelola secara berkelanjutan dan melindungi kawasan HoB.
Deklarasi HoB ditandatangani oleh Menteri Kehutanan, Minister of Natural Resources and
Environment -Malaysia, dan Minister of Industry and Primary Resources–Brunei Darussalam
di Bali, Indonesia.

Pada tanggal 18-20 July 2007, Pertemuan Tiga Negara Heart of Borneo Pertama
diselenggarakan di Brunei Darussalam. Dari pertemuan tersebut dihasilkan beberapa
kesepakatan yaitu:
1. Setiap negara segera akan membuat rancangan dokumen proyek nasional.
2. Usulan oleh Brunei Darussalam untuk membentuk sekretariat tiga negara atau Heart of
Borneo Center harus terdiri dari otoritas terkait di setiap negara.
3. Menerima tawaran Asian Development Bank untuk misi dukungan teknis di ketiga negara.
4. Malaysia akan mengadakan seri pertama ekspedisi Heart of Borneo pada bulan Juni 2008
di Serawak.
5. Indonesia akan mengadakan lokakarya pertama mengenai konservasi dan pembangunan
berkelanjutan pada tahun 2008.
6. Pertemuan Tiga Negara Heart of Borneo Kedua disepakati untuk diselenggarakan di
Pontianak, Kalimantan Barat pada bulan Januari 2008.

Kemudian pada tanggal 24-25 Oktober 2007 dilaksanakan pertemuan BIMP-EAGA di Davao
City, Filipina. Dalam pertemuan ini dihasilkan beberapa pernyataan yaitu:
1. Malaysia menyatakan bahwa sekretariat HoB tidak perlu untuk dibentuk dan menyarankan
bahwa pertemuan tiga negara saja sudah cukup.
2. Brunei Darussalam menyatakan bahwa dokumen nasional proyek Heart of Borneo Brunei
akan difinalisasi pada tanggal 18 November 2007.
3. Indonesia menawarkan untuk menjadi tuan rumah sekretariat HoB.

Sesuai dengan kesepakatan pada Pertemuan Tiga Negara Heart of Borneo Pertama, maka
pada tanggal 4-5 April 2008 diselenggarakan Pertemuan Tiga Negara Heart of Borneo Kedua
di Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia. Dalam pertemuan ini menghasilkan beberapa hal
yaitu:
1. Adopsi rencana strategis tiga negara.
2. Kesepakatan untuk diskusi lanjutan sehubungan dengan pengaturan kelembagaan dan
pendanaan HoB di tingkat trilateral.

Pertemuan Tiga Negara Heart of Borneo Ketiga kemudian dilakukan di Kota Kinabalu,
Malaysia pada tanggal 5-6 Oktober 2009. Dalam pertemuan ini, Indonesia mengusulkan
pembentukan Kelompok Kerja GIS Heart of Borneo yang akan bekerja untuk melakukan
sinkronisasi kriteria dan indikator untuk daerah ditetapkan sebagai kawasan HoB,
sinkronisasi lintas batas penggunaan lahan, menentukan metodologi pemantauan tutupan
lahan, dan kolaborasi jaringan GIS, pembiayaan keuangan (Trust Fund), dan REDD.
Proposal ini tertunda di pertemuan dan akan dibahas dalam Pertemuan Keempat Tiga Negara
di Brunei Darussalam.

Pertemuan Tiga Negara Heart of Borneo Keempat dilaksanakan pada tanggal 20-22 April
2010 di Hotel Internasional Rizqun, Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. Dalam
pertemuan ini menekankan akan perlunya menyelesaikan beberapa isu yang beredar dalam
rangka memfasilitasi dan meningkatkan kinerja Pertemuan Tiga Negara Heart of Borneo.
Selain itu, pertemuan ini menyebutkan kemungkinan dukungan Pengelolaan Kelembagaan
dan Modalitas, memutuskan logo HoB yang diusulkan, studi potensi pembiayaan
berkelanjutan, dan untuk menyelaraskan hal-hal yang terkait dengan Sistem Informasi
Geografis untuk HoB.

Pertemuan Tiga Negara Heart of Borneo Kelima dilaksanakan pada tanggal 21-22 September
2011 di Hotel Novotel, Balikpapan, Indonesia. Dalam pertemuan ini dihasilkan beberapa
pernyataan yaitu:
1. Pertemuan tersebut sepakat untuk mengejar hal-hal Program Pengelolaan Kawasan
Lindung Lintas Batas yang termasuk pengembangan ekowisata dan isu-isu terkait dan untuk
memperluas keanggotaan, termasuk Brunei Darussalam.
2. Pertemuan tersebut meminta Indonesia, untuk berkonsultasi dengan negara-negara anggota
lainnya, untuk merevisi TOR Komite Teknis GIS agar lebih spesifik dan fokus.
3. Pertemuan tersebut sepakat untuk mempertahankan mekanisme dalam absen sekretariat
tetap. Pertemuan juga menekankan pentingnya memiliki yang lebih baik diantara negara
anggota lainnya.
4. Pertemuan tersebut mempertimbangkan dan menyepakati logo yang diusulkan dan
meminta Malaysia untuk merevisi desain serta menyebarluaskan ke negara-negara anggota.
5. Pertemuan teresbut mempertimbangkan dan mengadopsi lagu sebagai lagu Inisiatif HoB
dengan perubahan kecil dalam lirik. Pertemuan ini juga meminta Indonesia untuk
menyertakan situs mewakili keunikan masing-masing negara anggota dalam klip video dan
untuk dinyanyikan oleh artis dari setiap negara anggota, untuk tujuan HoB dan bukan untuk
penggunaan komersial.

Organisasi HoB

Heart of Borneo (HoB) merupakan inisiatif pemerintah sehingga program dan kegiatan HoB
diprakarsai oleh pemerintah bekerja sama dengan para mitra. Dalam pelaksanaannya semua
kegiatan HoB dikoordinasikan oleh pemerintah melalui Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas)
di tingkat nasional, Kelompok Kerja Provinsi (Pokjaprov) di tingkat provinsi dan Kelompok
Kerja Kabupaten (Pokjakab) di tingkat kabupaten. Pokjanas HoB bekerja untuk memfasilitasi
isuisu yang terjadi di tingkat nasional, demikian juga dengan Pokjaprov dan Pokjakab
masingmasing untuk isu-isu di tingkat provinsi dan kabupaten. Anggota Pokjanas adalah
kementerian terkait dan perwakilan Pokjaprov yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
(SK) Menteri Kehutanan. Demikian juga untuk Pokjaprov dan Pokjakab beranggotakan dinas
dan instansi terkait yang masing-masing ditetapkan oleh Gubenur dan Bupati.

Para mitra HoB adalah lembaga terkait, organisasi non-pemerintah, kelompok masyarakat
atau sosial, dan organisasi lainnya. Para mitra ini memiliki peranan yang penting dalam
membantu pemerintah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan HoB. Mitra bisa bekerja sama
dengan pemerintah, secara individu, atau bekerja sama dengan lembaga non-pemerintah
lainnya.

Ada beberapa prinsip pengembangan institusi pada pengelolaan HoB:


(a). Fungsi institusi berada pada garis besar tugas pokok institusi;
(b). Efisien dalam pemanfaatan sumberdaya;
(c). Pembangunan institusi/organisasi tidak mengganti institusi/organisasi yangsudah ada;
(d). Fleksibel terhadap kemuungkinan perkembangan isu sekarang dan yang akan datang;
(e). Fungsi institusi dibagi ke dalam tingkat kabupaten/kota, propinsi, nasional dan tiga
negara.

Fungsi utama institusi adalah sebagai berikut:


(a). Mengkoordinasikan institusi dalam evaluasi dan atau proses pembuatan kebijakan yang
berkaitan dengan pengelolaan HoB;
(b). Melakukan pertimbangan dan sinkronisasi pada rencana pengembangan wilayah HoB;
(c). Melakukan kegiatan evaluasi dan penyampaian informasi tentang proses dalam
implementasi pengelolaan HoB.

Pertemuan tiga negara HoB menghasilkan beberapa tugas sebagai berikut:


(1) Untuk menyusun dan mengadopsi rencana strategis pengelolaan HoB dan membagi
rencana aksi nasional termasuk revisi setiap waktu;
(2) Untuk menyepakati bentuk institusi, termasuk mekanisme pendanaan dalam implementasi
HoB di tingkat tiga negara;
(3) Untuk bertukar pengalaman dan informasi dalam pelaksanaan HoB.

Tugas-tugas Kelompok Kerja Nasional HoB adalah sebagai berikut:


(1) Untuk mengembangkan dan mengkoordinasikan pelaksanaan Aksi Nasional dan Rencana
Strategis termasuk revisi setiap waktunya;
(2) Untuk mengkoordinasikan dan harmonisasi pelaksanaan program pengelolaan HoB serta
rencana aksi dan strategis pada tingkat sektoral, inter-sektoral, dan propinsi;
(3) Untuk mendukung sektor berkaitan dalam pengembangan nasional dan dasar kebijakan
sektoral pada tujuan inisiatif HoB dan sesuai dengan tugas dan fungsi pokok sektor;
(4) Untuk membangun prinsip pengelolaan HoB, baik pada tingkat sektoral, inter sektoral
atau propinsi, untuk mengikutsertakan isu-isu spesifik dalam peningkatan efektifitas guna
pencapaian tujuan pengelolaan HoB
(5) Untuk mengkoordinasikan Sekretariat Nasional HoB secara langsung
(6) Untuk mengembangkan mekanisme pendanaan dan mengontrol pelaksanaannya dalam
program pendanaan HoB;
(7) Untuk mengembangkan dan melaksanakan sistem pemantauan dan evaluasi dalam
pengelolaan HoB.

Bagan struktur Kelompok Kerja Nasional HoB menurut SK Menteri Kehutanan nomor
382/Menhut-II/2011 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Nasional Program Heart of
Borneo (HoB) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Anggota dalam Kelompok Kerja Nasional HoB terdiri dari:
1. Direktur Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup, Kementerian Luar Negeri;
2. Direktur Perjanjian Politik dan Keamanan Wilayah, Kementerian Luar Negeri;
3. Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN, Kementerian Luar Negeri;
4. Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri;
5. Direktur Penataan Ruang Wilayah Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum;
6. Direktur Wilayah Pertahanan, Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan, Kementerian
Pertahanan;
7. Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air, BAPPENAS;
8. Direktur Budidaya Tanaman Tahunan, Kementerian Pertanian;
9. Asisten Deputi Urusan Hutan dan Lahan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup;
10. Asisten Departemen Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kementerian Negara
Lingkungan Hidup;
11. Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi, Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral;
12. Sekretaris Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
13. Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan, Kementerian Kehutanan;
14. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya
Alam, Kementerian Kehutanan;
15. Kepala Pusat Kerjasama Luar Negeri Kementerian Kehutanan;
16. Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan, Kementerian Kehutanan;
17. Kepala Pusat Pemetaan Batas Wilayah, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
Nasional;
18. Ketua Pokja Provinsi Kalimantan Timur;
19. Ketua Pokja Provinsi Kalimantan Barat;
20. Ketua Pokja Provinsi Kalimantan Tengah.

Pertemuan Trilateral

Sebagai penghubung konservasi dan pembangunan berkelanjutan di tiga negara. Setelah


Deklarasi Heart of Borneo pada bulan Februari 2007, pemerintah Brunei Darussalam,
Indonesia dan Malaysia melanjutkan komitmen terhadap HoB pada April 2008 sebagai
rencana aksi trinasional yang telah dirumuskan. Ketiga negara sepakat untuk menjembatani
konservasi dan pembangunan di Kalimantan dengan lima program utama dan tujuan masing-
masing.

Konservasi Milestones

1. Workshop, Brunei Darussalam, April 2005 ini adalah pertama kalinya bahwa tiga
pemerintah Borneo duduk untuk membahas masa depan HoB. Agenda diatur untuk
melanjutkan diskusi mengenai isu dan konsensus dicapai pada Visi dan Rencana Aksi untuk
mempromosikan Deklarasi Heart of Borneo.

2. KTT Pimpinan ASEAN, Malaysia, Desember 2005

Hal ini memberikan persetujuan resmi ASEAN untuk mengembangkan inisiatif HoB, serta
mendukung sebagai Proyek Utama BIMP-EAGA. Hal ini ditindaklanjuti dan dikembangkan
di pertemuan tingkat tinggi ASEAN dan BIMPEAGA berikutnya.

3. COP8/CBD Brasil, Maret 2006

HoB secara resmi diluncurkan pada konferensi Kesepakatan Keanekaragaman Hayati oleh
Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia. Ketiga negara menegaskan komitmen mereka
untuk mendukung inisiatif.

4. Deklarasi Heart of Borneo, Indonesia, Februari 2007


Deklarasi untuk melestarikan "Heart of Borneo" secara resmi ditandatangani antara tiga
pemerintah Kalimantan-Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia.

5. Heart of Borneo, Pertemuan Tiga Negara Pertama, Brunei Darussalam, Juli 2007

Mufakat dicapai pada beberapa isu. Ini termasuk pentingnya pengembangan Dokumen
Proyek Nasional untuk mencapai visi HoB dan proposal pengembangan sekretariat.

6. Heart of Borneo, Pertemuan Tiga Negara Kedua, Indonesia, April 2008

Tiga negara sepakat pada lima program utama: Pengelolaan Lintas Batas, Pengelolaan
Kawasan Lindung, Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan, Pengembangan
Ekowisata, dan Pengembangan Kapasitas, serta 21 poin tindakan yang akan dilaksanakan di
tiga negara.

7. Heart of Borneo, Pertemuan Tiga Negara Ketiga, Malaysia, Oktober 2009

Ketiga negara telah menyelesaikan proyek dokumen nasional masing-masing mengacu pada
lima program utama HoB. Hal-hal lain muncul untuk membahas seperti masalah Reducing
Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD), mekanisme pendanaan yang
berkelanjutan, pembentukan Sistem Informasi Geografis (GIS) Kelompok Kerja dan logo
HoB. Salah satu hasil pertemuan adalah rekomendasi untuk melakukan pertemuan untuk
membahas hal-hal baru sebelum pertemuan trilateral berikutnya datang di Brunei
Darussalam, diproyeksikan akan diselenggarakan pada bulan April 2010.

8. Heart of Borneo, Pertemuan Tiga Negara Keempat, Brunei Darussalam, April 2010

Dalam pertemuan ini menekankan akan perlunya menyelesaikan beberapa isu yang beredar
dalam rangka memfasilitasi dan meningkatkan kinerja Pertemuan Tiga Negara Heart of
Borneo. Selain itu, pertemuan ini menyebutkan kemungkinan dukungan Pengelolaan
Kelembagaan dan Modalitas, memutuskan logo HoB yang diusulkan, studi potensi
pembiayaan berkelanjutan, dan untuk menyelaraskan hal-hal yang terkait dengan Sistem
Informasi Geografis untuk HoB.

9. Heart of Borneo, Pertemuan Tiga Negara Kelima, Indonesia, September 2011

Pertemuan tersebut sepakat untuk mengejar hal-hal Program Pengelolaan Kawasan Lindung
Lintas Batas, Indonesia diminta untuk merevisi TOR Komite Teknis GIS, sepakat untuk
mempertahankan mekanisme dalam absen sekretariat tetap, mempertimbangkan dan
menyepakati logo yang diusulkan, serta mengadopsi lagu sebagai lagu Inisiatif HoB dengan
perubahan kecil dalam lirik.
Rencana Kegiatan

Rencana Kegiatan inisiatif HoB di tingkat nasional memiliki empat program.

I. KERJASAMA ANTAR WILAYAH

1.1. Pemanfaatan Lahan secara Berkelanjutan


Nasional:
- Menentukan batas wilayah HoB
- Mendorong finalisasi tata ruang provinsi dan kabupaten (RTRW) untuk menjamin
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di wilayah HoB

Kalimantan Timur:
- Menggambarkan wilayah HoB di Kalimantan Timur
- Identifikasi kondisi sosial-ekonomi dan budaya masyarakat
- Identifikasi dan pembagian kawasan HoB dalam Peta RTRW Provinsi dan Kabupaten
- Integrasi dan sinergi rencana HoB yang sedang berjalan dan/atau program Pemantauan
direncanakan secara inisiatif dari semua pembagian wilayah, baik skala besar maupun skala
kecil

Kalimantan Tengah:
- Deliniasi, penentuan batas, dan identifikasi wilayah yang termasuk ke dalam wilayah HoB
- Sinkronisasi potensi sumber daya lintas-kabupaten dan analisis tentang perubahan
perencanaan tata ruang
- Survei atau studi pada daerah ancaman terhadap keanekaragaman hayati di wilayah HoB

Kalimantan Barat:
- Inventarisasi kegiatan budidaya di wilayah HoB
- Studi daya dukung lahan
- Penyusunan pada konsep pengembangan wilayah berkelanjutan
- Perencanaan dan pengembangan hutan
- Penyusunan rencana HoB
- Pencegahan dan pengurangan kebakaran hutan
- Pencemaran dan pengendalian kerusakan lingkungan
- Studi dan pengembangan tanaman-tanaman pokok perkebunan, program penelitian tanaman
pokok perkebunan

1.2. Reformasi Sektor Kebijakan


Nasional: Menetapkan kriteria dan indikator untuk pengelolaan sumber daya alam yang
berkelanjutan dan menyebarkan ke dalam sektor kebijakan untuk diintegrasikan

Kalimantan Timur:
- Sosialisasi rencana kegiatan HoB kepada semua stakeholder
- Promosi (contoh: proyek percobaan) dengan pendekatan pengelolaan sumber daya alam
yang berkelanjutan
- Pengembangan sistem secara insentif untuk semua pihak yang mendukung visi, misi dan
kegiatan HoB
- Pengembangan skema/kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan secara optimal

Kalimantan Tengah:
- Revisi peraturan pengelolaan daerah pertambangan dan perkebunan
- Penyusunan kebijakan pembangunan berbasis lingkungan
- Peraturan gubernur pada pedoman pembukaan lahan untuk masyarakat
- Sinkronisasi pemerintah pusat dan daerah tentang kebijakan pengelolaan sumber daya alam
- Mendorong pelaksanaan praktik pengelolaan yang lebih baik pada manajemen sumber daya
alam

Kalimantan Barat: Untuk meninjau Kebijakan Lokal pada pemanfaatan sumber daya alam
(perkebunan, pertambangan)

1.3. Pengembangan Kapasitas Kelembagaan


Nasional:
- Membentuk kerangka kelembagaan untuk pengelolaan sumber daya alam di wilayah HoB
- Membentuk master plan HoB dan rencana pengelolaan
- Mengembangkan penelitian dasar dan terapan serta memperkuat kolaborasi di antara
lembaga-lembaga penelitian berdasarkan visi dan misi HoB
- Mempromosikan partisipasi, kolaborasi, kesadaran dan pendidikan pada implementasi HoB

Kalimantan Timur:
- Memperkuat peran Kelompok Kerja Lokal HoB dalam jangka perbaikan institusi lokal
- Pengembangan administrasi lintas, hulu-hilir, dan lintas sektoral pada program kerjasama
- Pengembangan potensi sumber daya database alam dan pengelolaan kebijakan
- Pelaksanaan skema ‘satu sungai, satu manajemen’ lintas negara dan lintas-kabupaten di
daerah aliran sungai
- Pengembangan penelitian dasar dan awal yang berhubungan dengan aspek biofisik dan
sosial-ekonomi-budaya

Kalimantan Tengah:
- Memperkuat peran kelompok regional yang bekerja dalam rangka memperkuat institusi
lokal sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.38 dan 41/2007
- Melakukan studi pada lembaga holistik
Kalimantan Barat:
- Memperkuat peran kelompok-kelompok lokal yang bekerja untuk memperkuat institusi
lokal sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.38 dan 41/2007
- Perbaikan pengelolaan lintas batas di Kalimantan Barat
- Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi di wilayah HoB

II. PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

2.1. Advokasi Kebijakan


Nasional:
- Memperkuat manajemen dan/atau (jika dianggap perlu) atau meningkatkan status kawasan
lindung dan konservasi di HoB
- Mengembangkan kebijakan dalam pengembangan dan/atau memperkuat pengelolaan
kawasan konservasi lintas batas

Kalimantan Timur:
- Promosi dan fasilitasi pengelolaan kawasan lindung
- Perlindungan dan pengamanan kawasan konservasi/hutan lindung
- Promosi teknis dan non-teknis serta fasilitasi kebutuhan untuk pengembangan kabupaten
konservasi
- Fasilitasi manajemen sosial di semua kawasan lindung

Kalimantan Tengah:
- Meningkatkan status kawasan lindung di wilayah HoB di Kalimantan Tengah
- Meningkatkan kawasan hutan
- Pengelolaan kawasan atau konservasi hutan bernilai tinggi
- Pengelolaan lahan DAS terpadu dan kritis

Kalimantan Barat:
- Pengelolaan dan rehabilitasi sungai, danau dan sumber daya alam lainnya di zona
penyangga
- Pengendalian banjir
- Rehabilitasi dan pemulihan sumber daya alam cadangan
- Perlindungan dan konservasi sumber daya alam

2.2. Informasi dan Pengelolaan Kawasan Lindung


Nasional: Pengembangan standar penilaian, sistem, publikasi, pemantauan dan evaluasi
pengelolaan kawasan lindung termasuk kolaborasi kelembagaan kepada otoritas pengelola
kawasan lindung dan pengembangan ekowisata di daerah HoB

Kalimantan Timur:
- Eksplorasi dan identifikasi kawasan hutan yang memiliki nilai potensial/penting untuk
perlindungan keanekaragaman hayati
- "Konservasi Ekstra" pada gajah Borneo dan spesies endemik lainnya melalui partisipasi
aktif dari para pemangku kepentingan
- Mengembangkan koridor hutan di antara tiga taman nasional (TNKM, TNBK, dan
TNBBBR) dan meniindaklanjuti dengan melibatkan stakeholder dan mengembangkan
rencana pengelolaan
- Pemetaan dan pengelolaan terpadu daerah konservasi dan lahan kritis
- Rencana penanaman dan pengembangan hutan yang endemis dan/atau bermanfaat

Kalimantan Tengah:
- Mensosialisasikan pengelolaan HoB untuk semua tingkat administrasi dan pihak terkait
- Penataan dan peningkatan dari database (data spasial dan atribut)
- Studi model dan pendekatan pada pengembangan ekowisata di daerah HoB Kalimantan
Tengah

Kalimantan Barat:
- Meningkatkan kualitas informasi dan akses sumber daya alam
- Pemantauan dan penegakan hukum untuk kegiatan yang merusak lingkungan
- Pengawetan dan pengelolaan kawasan suaka alam
- Konservasi orang utan
- Pengembangan ekowisata di wilayah TNBK dan DSNP

2.3. Pemberdayaan Masyarakat


Nasional: Memperkuat kebijakan dan kerjasama dalam pengelolaan kawasan lindung,
termasuk pengembangan ekowisata berbasis masyarakat

Kalimantan Timur:
- Menyusun program pendidikan lingkungan
- Memperkuat kebijakan dan partisipasi stakeholder dalam pengelolaan hutan lestari
- Perencanaan dan pengembangan energi terbarukan di daerah perkotaan
- Mengembangkan radio komunitas sebagai sarana komunikasi di daerah perbatasan dan
sekitarnya
- Memperkuat lembaga lokal pada pengelolaan sumber daya lingkungan dan hutan konservasi

Kalimantan Tengah:
- Penataan dan pengembangan program sumber daya alam dan lingkungan pendidikan
(memperkuat sumber daya manusia dan kapasitas institusi)
- Memperkuat manajemen partisipatif sumber daya alam
- Sinkronisasi dan integrasi program pemberdayaan masyarakat dari berbagai sektor
pembangunan

Kalimantan Barat:
- Pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan lindung
- Mengembangkan kawasan budi daya non kayu misalnya rotan, damar

2.4. Keterlibatan Pihak Swasta/Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


Nasional: Pengembangan keterlibatan pihak swasta/BUMN dalam pengelolaan kawasan
lindung

Kalimantan Timur:
- Mendorong peran swasta/BUMN dalam pengelolaan kawasan lindung dan pemberdayaan
masyarakat
- Mengembangkan kemitraan dan memperkuat institusi stakeholder dalam
pengelolaan/kerjasama konservasi sumber daya alam/sumber daya hutan
Kalimantan Tengah:
- Partisipasi aktif dari swasta/BUMN dalam pengelolaan kawasan lindung di wilayah HoB
- Memperkuat kemitraan dalam pengembangan institusi dan mata pencaharian yang
berkelanjutan
- Memperkuat pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan

Kalimantan Barat:
- Meningkatkan sumber daya manusia di tingkat kota
- Mengembangkan sektor riil masyarakat
- Pengelolaan ruang terbuka hijau untuk memperkuat sumber daya manusia

III. PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DI LUAR KAWASAN LINDUNG

3.1. Reformasi Kebijakan


Nasional:
- Mengembangkan pembagian keuntungan yang adil dari pengelolaan sumber daya alam
yang berkelanjutan
- Memantau dan mengevaluasi kegiatan ekonomi dan mempromosikan daerah HoB sebagai
tujuan ekowisata dan pelaksanaan program Reducing Emissions from Deforestation and
Degradation (REDD) di bawah Kongres Perubahan Iklim
- Melakukan audit terhadap pemanfaatan hutan alam dan hutan tanaman di wilayah HoB
- Mendorong pelaksanaan program rehabilitasi dan restorasi pada hutan dan lahan
terdegradasi di wilayah HoB

Kalimantan Timur:
- Meningkatkan ekonomi masyarakat, khususnya mereka yang kehidupan sehari-hari
nyatergantung pada sumber daya alam
- Mengembangkan energi terbarukan
- Mengembangkan potensi lokal untuk pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan
- Pelaksanaan program fasilitasi rehabilitasi dan restorasi pada kawasan hutan terdegradasi
- Mendorong pengembangan perkebunan masyarakat (skala kecil) yang ramah lingkungan
(berdasarkan prinsip konservasi)

Kalimantan Tengah:
- Kebijakan analisis dalam masalah sosial, budaya, dan ekonomi
- Survei kegiatan atau sosial-budaya dan studi ekonomi masyarakat yang tinggal di dalam
atau di luar Muller Schwanner serta menemukan potensi pembangunan ekonomi masyarakat

Kalimantan Barat:
- Pengembangan infrastruktur kecamatan dan desa
- Meningkatkan pemasaran dan hasil produksi pertanian
- Meningkatkan kesejahteraan petani
- Menetapkan batas kawasan hutan
- Pengembangan usaha kecil dan menengah
- Rehabilitasi hutan dan lahan

3.2. Pemanfaatan Lahan Berkelanjutan


Nasional:
- Inventarisasi dan klasfikasi konflik hutan dan lahan di wilayah HoB
- Membangun mekanisme untuk resolusi dan melakukan meditasi konflik
- Evaluasi penggunaan lahan

Kalimantan Timur:
- Mengembangkan model (demplot) untuk pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di sektor
swasta, khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam di dalam/sekitar
kawasan HoB
- Meningkatkan produksi dari masyarakat sekitar kawasan hutan melalui intensifikasi
pertanian ramah lingkungan (misalnya pertanian organik, agroforestri)
- Perlindungan lahan pertanian yang produktif/daerah konversi
- Mempertahankan dan melembagakan kearifan lokal masyarakat sekitar kawasan HoB
- Mengembangkan ekowisata berbasis masyarakat

Kalimantan Tengah:
- Inventarisasi dan identifikasi produk terbaik lokal di daerah HoB
- Studi dan survei pada model pengelolaan pengalaman dan pengetahuan lokal berbasis
sumber daya alam

Kalimantan Barat:
- Meningkatkan ketahanan pangan
- Pemanfaatan sumber daya hutan
- Mengembangkan pertanian organik di zona penyangga konservasi/kawasan lindung
- Pemantauan jasa lingkungan dan perlindungan alam
- Pelaksanaan dan pemantauan dokumen AMDAL, RKL/RPL

3.3. Informasi dan Manajemen


Nasional:
- Mengembangkan data base sumber daya alam di wilayah HoB
- Menguraikan kriteria dan indikator untuk pemantuan dan evaluasi sumber daya alam
- Melaksanakan pemantuan dan evaluasi sumber daya alam

Kalimantan Timur:
- Memperkuat lembaga-lembaga (tingkat propinsi, kabupaten dan masyarakat)
- Memperkuat lembaga sosial masyarakat (LSM)
- Mengembangkan jaringan elektronik berdasarkan data lingkungan
- Mengembangkan data karbon (reserve and flow) pada semua jenis hutan di wilayah HoB
- Mengembangkan data dan jaringan informasi dengan institusi lain, di dalam dan luar
wilayah HoB

Kalimantan Tengah:
- Mengembangkan Master Plan RHL di wilayah HoB Kalimantan Tengah
- Mengembangkan sistem peringatan dini untuk bencana alam
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kebakaran hutan dan lahan
- Inventarisasi dan identifikasi konflik sumber daya alam dan masalah sosial lainnya
- Mengembangkan studi percontohan pada mekanisme pembayaran untuk pemanfaatan jasa
lingkungan dan
- Inventarisasi dan identifikasi hak komunal dan akses masyarakat terhadap sumber daya
alam di kawasan HoB

Kalimantan Barat:
- Mengembangkan data base HoB untuk tingkat provinsi dan kabupaten
- Mengembangkan keseimbangan sumber daya alam
- Sosialisasi data dan informasi HoB

IV. PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN PEMBIAYAAN BERKELANJUTAN

4.1. Pengembangan Kapasitas Kelembagaan


Nasional:
- Mempromosikan dasar hukum untuk wilayah HoB
- Menentukan hubungan kerja dan prioritas kerja Pokjanas dan Kelompok Kerja Lokal HoB
- Evaluasi kinerja pemerintah propinsi dan kabupaten dalam pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan di wilayah HoB termasuk dalam kasus di mana ada tambahan provinsi baru
atau kabupaten/kota yang dihasilkan dari ekstensi administrasi

Kalimantan Timur:
- Mengembangkan skema pendanaan berkaitan dengan pemanfaatan jasa lingkungan di
wilayah HoB
- Meningkatkan sumber daya manusia dan lembaga masyarakat desa/kampung dalam
pengelolaan dana dari sumber daya alam dan pemanfaatan jasa lingkungan
- Dokumentasi dan memperkuat atau mengembangkan pelestarian budaya melalui pariwisata-
budaya sebagai sumber penghasilan alternatif

Kalimantan Tengah:
- Inventarisasi dan identifikasi sumber pendanaan untuk implementasi program HoB
Kalimantan Tengah
- Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia pemerintah, LSM dan masyarakat melalui
pendidikan dan pelatihan, praktik, studi banding, dan sebagainya
- Memperkuat koordinasi antara kelompok kerja HoB dari tingkat nasional ke kabupaten

Kalimantan Barat:
- Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia
- Mekanisme hubungan kerja antara Propinsi dan Kabupaten

4.2. Reformasi Kebijakan


Nasional: Mendorong implementasi yang konsisten dari desentralisasi dan devolusi
pengelolaan kawasan HoB

Kalimantan Timur: Fasilitasi/mempromosikan proses pemberdayaan desa tentang


perencanaan pembangunan desa dan pengelolaan dana

Kalimantan Tengah:
- Memperkuat institusi lokal dalam pengelolaan HoB
- Memperkuat integrasi konservasi dan program pembangunan daerah
- Studi pada integrasi pengelolaan sumber daya alam
Kalimantan Barat:
- Meningkatkan alokasi APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) untuk
perlindungan lingkungan di wilayah HoB
- Penegakan hukum pada pemanfaatan sumber daya alam tanpa izin

4.3. Pembiayaan Pembangunan Berkelanjutan


Nasional:
- Penggalangan dana dan mobilisasi sumber daya
- Eksplorasi pembiayaan kreatif dan penggalangan dana

Pengembangan Ekowisata
Pengembangan Ekowisata diharapkan menjadi fokus utama pengembangan sosial
ekonomi di kawasan HoB. Sehubungan dengan hal ini, pembangunan ekowisata di
kawasan HoB harus dikembangkan berdasarkan pada perencanaan wisata masing-
masing negara.

Permainan Tradisional
Permainan tradisional kompes, tujuan permainan ini adalah untuk menguji nyali
pertarungan bela diri para lelaki. Sebelum pertandingan dilaksanakan diawali dengan
menari oleh wasit sekaligus memberikan peragaan dan aturan main.
Pengelolaan Kawasan Lintas Batas Negara
Ketiga negara memahami adanya perbedaan pemanfaatan lahan di kawasan perbatasan,
sehingga penting untuk meningkatkan kerjasama lintas batas dalam kegiatan
pengelolaan hutan dan pemanfaatan lahan secara berkelanjutan.

Pengelolaan Kawasan Lindung


Peran kawasan lindung sangat penting dalam upaya mempertahankan fungsi dan
potensinya, sehingga pengelolaan secara efektif menjadi penting melalui konservasi
kekayaan keanekaragaman hayati.

KAWASAN KONSERVASI
Taman Nasional Kayan Mentarang
Taman Nasional Kayan Mentarang dengan luasnya 1.360.500 hektar, merupakan suatu
kesatuan
kawasan hutan primer dan hutan sekunder tua yang terbesar dan masih tersisa di Kalimantan
dan
seluruh Asia Tenggara. Taman nasional ini memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa bernilai tinggi baik jenis langka maupun dilindungi, keanekaragaman tipe ekosistem
dari hutan hujan dataran rendah sampai hutan berlumut di pegunungan tinggi.
Keanekaragaman hayati yang terkandung di Taman
Nasional Kayan Mentarang memang sangat mengagumkan.

Beberapa tumbuhan yang ada antara lain pulai (Alstonia scholaris), jelutung (Dyera
costulata),
ramin (Gonystylus bancanus), berbagai jenis anggrek, palem, dan kantong semar. Selain itu,
ada beberapa jenis tumbuhan yang belum semuanya dapat diidentifikasi karena merupakan
jenis tumbuhan baru di Indonesia.

Terdapat sekitar 100 jenis mamalia (15 jenis diantaranya endemik), 8 jenis primata dan lebih
dari 310 jenis burung dengan 28 jenis diantaranya endemik Kalimantan serta telah
didaftarkan oleh ICBP (International Committeefor Bird Protection) sebagai jenis terancam
punah. Beberapa jenis mamalia langka seperti macan dahan (Neofelis nebulosa), beruang
madu (Helarctos malayanus euryspilus), lutung dahi putih (Presbytis frontata frontata), dan
banteng (Bos javanicus lowi).

Sungai-sungai yang ada di taman nasional ini seperti S. Bahau, S. Kayan dan S. Mentarang
digunakan sebagai transportasi menuju kawasan. Selama dalam perjalanan, selain dapat
melihat berbagai jenis satwa yang ada di sekitar sungai, juga dapat melihat kelincahan
longboat dalam melewati jeram, ataupun melawan arus yang cukup deras.

Keberadaan sekitar 20.000-25.000 orang dari berbagai kelompok etnis Dayak yang bermukim
di sekitar kawasan taman nasional seperti Kenyah, Punan, Lun Daye, dan Lun Bawang,
ternyata memiliki pengetahuan kearifan budaya sesuai dengan prinsip konservasi. Hal ini
merupakan salah satu keunikan tersendiri di Taman Nasional Kayan Mentarang. Keunikan
tersebut terlihat dari kemampuan masyarakat melestarikan keanekaragaman hayati di dalam
kehidupannya. Sebagai contoh berbagai varietas dan jenis padi terpelihara dan terkoleksi
dengan cukup baik untuk menunjang kehidupan masyarakat sehari-hari.
 Kantor Balai Taman Nasional Kayan Mentarang
Jl. MT Haryono, Samarinda, Kalimantan Timur
Telp./Fax: +62 541 743556
E-mail: bksdakaltim@yahoo.com
Website: http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-
ENGLISH/tn_kayanmentarang.htm

laporan

 Buku I : Rencana Pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang 2001-2025

Pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang akan diarahkan pada satu tujuan dan
empat sasaran penunjang selama 25 tahun ke depan.

Unduh »

 Ringkasan Eksekutif Rencana Pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang 2001-


2025

Rencana Pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang (RPTNKM) ini disusun


dalam rangka memenuhi salah satu ketentuan mengenai pengelolaan Taman Nasional
sebagaimana diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, beserta peraturan
pelaksanaannya.

Unduh »
 Buku Panduan Tujuan Ekowisata di Taman Nasional Kayan Mentarang

Buku panduan Tujuan Ekowisata di Taman Nasional Kayan Mentarang adalah salah
satu langkah untuk mempromosikan aset alam dan budaya kita kepada pengunjung
dan turis dan Indonesia dan luar Indonesia. Buku panduan ini adalah sebuah harapan
untuk meneruskan kerjasama yang produktif antara pemerintah Kabupaten Malinau
dan WWF-Indonesia Taman Nasional Kayan Mentarang.

Unduh »

 Kerjasama Indonesia-Jerman dalam Bidang Kehutanan - Meningkatkan Pengelolaan


Kolaboratif di Wilayah Konservasi

Sejak tahun 2006, Indonesia dan Jerman bekerja sama dalam pengembangan
pengelolaan kolaboratif Taman Nasional Kayan Mentarang di Kalimantan Timur.
Pendekatan pengelolaan tersebut menyatukan aspek-aspek ekologis dan sosial
ekonomi dan bertujuan untuk meningkatkan konservasi sumber daya alam melalui
pengelolaan yang berkelanjutan, pro penduduk miskin dan berbasis multi pemangku
kepentingan.

Unduh »

 Menuju Manajemen Kolaborasi di Taman Nasional Kayan Mentarang

Perubahan status kawasan Cagar Alam Kayan Mentarang menjadi Taman Nasional
Kayan Mentarang (TNKM) pada tahun 1996 merupakan bentuk upaya dalam usaha
untuk mengakomodir kepentingan dan aspirasi masyarakat, namun masyarakat masih
menuntut untuk pengelolaan kawasan yang berbasis adat sehingga dikembangkan
pola pengelolaan kolaboratif.

Unduh »

 Peranan Forum Musyawarah Masyarakat Adat (FoMMA) dalam Pengelolaan


Kolaboratif di Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM)

Dimulai dari Musyawarah Kepala Adat yang berada di dalam dan luar TNKM,
FoMMA secara resmi didirikan pada tanggal 7 Oktober 2000. Lembaga-lembaga adat
tersebut yaitu: wilayah adat Hulu Bahau, wilayah adat Pujungan, wilayah adat
Mentarang, wilayah adat Lumbis, wilayah adat Tubu, wilayah adat Krayan Hulu,
wilayah adat Krayan Hilir, wilayah adat Krayan Tengah, wilayah adat Krayan Darat,
dan wilayah adat Apo Kayan (sekarang wilayah adat Kayan Hulu dan wilayah adat
Kayan Hilir).

Unduh »

 Tata Batas Partisipatif Taman Nasional Kayan Mentarang

Dalam penataan batas Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) secara partisipatif,
dari total batasan TNKM ± 1,36 juta Ha, terdapat 497,10 km belum disetujui oleh
masyarakat adat. Sampai tahun 2009, proses penataan batas TNKM secara partisipatif
telah selesai di 8 wilayah adat (dari 11 wilayah adat yang ada di TNKM), dan telah
disetujui oleh semua para pihak yang ada.

Unduh »

 Perencanaan Zonasi Taman Nasional Kayan Mentarang

Kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) memiliki luas ± 1,36 juta Ha
dan berada dalam 11 wilayah adat di Kabupaten Nunukan dan Malinau, Kalimantan
Timur. Untuk menciptakan pengelolaan hutan yang lestari dengan wilayah yang
cukup tinggi, maka TNKM memerlukan sistem pengelolaan secara zonasi.

Unduh »

 Delineasi Zona Buffer Taman Nasional Kayan Mentarang

Secara konseptual "buffer zone" atau wilayah penyangga berfungsi untuk menyangga
wilayah utama, mencegah terjadinya kerusakan dan memberikan lapisan perlindungan
bagi kawasan konservasi. Dalam rangka pengelolaan kolaboratif di Taman Nasional
Kayan Mentarang (TNKM), deliniasi buffer zone dianalisis melalui 2 pendekatan,
yakni pendekatan Sosio-ekonomi masyarakat dan pendekatan ekologi-lanskap.

Unduh »

 Monitoring Partisipatif Taman Nasional Kayan Mentarang

Dengan kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang yang cukup luas, permasalahan
maupun ancaman terhadap kawasan juga cukup tinggi. Sehingga diperlukan suatu
sistem monitoring kawasan yang efektif dan efisien, sebagai taman nasional satu-
satunya di Indonesia yang memiliki sistem pengelolaan kolaboratif maka TNKM
menggunakan sistem monitoring kawasan secara paritisipatif yang melibatkan
berbagai pihak.

Unduh »

 Lingkungan Sekitar

Di Taman Nasional Kayan Mentarang, mata pencaharian penduduk diadopsi dari


pendekatan berbasis hak dengan penekanan pengamanan kepemilikan lokal atas
modal alam dan sumber mata pencaharian, dan pengakuan hak-hak Masyarakat Adat
di kawasan konservasi. Pendekatan ini kemudian diperkuat dengan menambahkan
dimensi ekonomi untuk mengembangkan pendapatan alternatif, membuat pilihan
usaha kecil dan mendorong keterampilan usaha di tingkat masyarakat untuk
meningkatkan mata pencaharian.

Unduh »

 Pembiayaan Taman Nasional Berkelanjutan

Saat ini pengelolaan kolaboratif Taman Nasional Kayan Mentarang telah berjalan
baik tidak hanya dari sisi konsep maupun aturan, tapi juga sudah ada di dalam proses
terimplementasi di lapangan. Dengan kondisi kawasan yang masih relatif utuh dan
memiliki nilai kekayaan keanekaragaman yang tinggi, serta hampir tidak adanya
laporan terjadinya illegal logging, sehingga dalam konteks ini kesinambungan dana
untuk jalannya pengelolaan kolaborasi sangat diperlukan.

Unduh »

Taman Nasional Betung Kerihun

Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) adalah kawasan konservasi terbesar di Provinsi
Kalimantan Barat dan secara administratif masuk ke dalam Kabupaten Kapuas Hulu.
Wilayahnya meliputi total area seluas 800.000 hektar. TNBK sangat kaya akan
keanekaragaman hayati, keindahan alam, dan keunikan budaya masyarakat di sekitarnya.
Ribuan jenis flora dan fauna telah diidentifikasi. Banyak diantaranya merupakan endemik
Kalimantan, dan puluhan jenis lainnya merupakan jenis baru. Keanekaragaman sumber daya
yang tinggi ini, mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan demi kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat, terutama penduduk setempat.

Sebagian besar keadaan topografi Taman Nasional Betung Kerihun berupa perbukitan, dari
bentangan Pegunungan Muller yang menghubungkan Gunung Betung dan Gunung Kerihun,
sekaligus sebagai pembatas antara wilayah Indonesia dengan Serawak, Malaysia. Dari kaki-
kaki pegunungan Muller tersebut, mengalir sungai-sungai kecil yang membentuk Daerah
Aliran Sungai (DAS): Kapuas, Sibau, Mendalam, Bungan dan Embaloh. Untuk menuju
kawasan Taman Nasional Betung Kerihun harus melalui sungai-sungai tersebut. Dengan
segala potensinya, Taman Nasional Betung Kerihun adalah benteng kehidupan di jantung
Kalimantan.
Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya

Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya merupakan kawasan konservasi yang terletak di
jantung Pulau Kalimantan. Kawasan ini memiliki peranan penting dalam fungsi hidrologis
sebagai daerah tangkapan bagi Daerah Aliran Sungai Melawi di Kalimantan Barat dan
Daerah Aliaran Sungai Katingan di kalimantan Tengah. Kawasan hutan Bukit Baka-Bukit
Raya Merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan tropika pengunungan yang
mendominasi puncak-puncak pegunungan Schwaner.

Di taman nasional ini tercatat ada 817 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 139 famili
diantaranya Dipterocarpaceae, Myrtaceae, Sapotaceae, Euphorbiaceae, Lauraceae, dan
Ericadeae. Terdapat juga tumbuhan obat-obatan, anggrek hutan, bungga Raflesia (Raflesia
sp.) yang merupakan tumbuhan parasit terbesar dan juga tumbuh di Gunung Kinibalu
Malaysia.

Hewan yang tinggal di TNBBBR diantaranya yaitu beruang madu (Helarctus malayanus),
musang wisel (Mustela nupides), macan dahan (Neofelis nebulosa), kucing hutan (Felis
begalensis), kucing emas (Felis badia), babi hutan putih (Sus barbatus), babi hutan (Sus
scrofa), orang utan (Pongo pygmaeus), wau-wau (Hylobates lar), Jenis burung yang menetap
di taman nasional ini antara lain enggang gading (Buceros Vigil), elang tiram (Pandion
haliaetus), elang bondol (Haliaetus indus), ayam hutan (Lophura bulweri), dan kuau kerdil
kalimantan (Polyplectron schleiermacheri) yang merupakan burung endemik pulau
kalimantan yang paling langka dan terancam punah.
Kantor Balai Taman Nasional Danau Sentarum
Jl. YC. Oevang Oeray No. 43 Sintang
Kalimantan Barat
Tel/Fax: +62 565 22242
Web: http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_sentarum.htm
Taman Nasional Danau Sentarum

Taman Nasional Danau Sentarum berada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu Propinsi
Kalimantan Barat. Letaknya kira-kira 700 kilometer dari Pontianak. Secara administrasi
kawasan ini meliputi 7 (tujuh) Kecamatan yaitu Kecamatan Batang Lupar, Badau, Embau,
Bunut Hilir, Suhaid, Selimbau dan Kecamatan Semitau.

Tingginya curah hujan sangat mempengaruhi kondisi kawasan Taman Nasional Danau
Sentarum. Dengan letak dan kondisinya yang berada di tengah-tengah jajaran pegunungan
menjadikan kawasan ini sebagai daerah tangkapan air. Pada musim penghujan danau-danau
di kawasan Danau Sentarum ini akan tergenang, akibat adanya aliran air yang berasal dari
bukit-bukit di sekitarnya dan dari luapan Sungai Kapuas yang masuk ke kawasan.

Di dalam kawasan Taman Nasional Danau Sentarum terdapat lebih dari 45 dusun permanen
dan 10 dusun musiman yang letaknya tersebar di dalam kawasan. Berdasarkan data yang
tercatat, hingga saat ini terdapat 675 (spesies) yang tergolong dalam 97 suku (famili). Dari
jumlah tersebut 33 jenis merupakan jenis endemik dan 10 jenis merupakan jenis baru. Ikan
air tawar di Taman Nasional Danau Sentarum tercatat sebanyak 265 jenis. Mulai dari yang
kecil sekitar 1 cm yaitu ikan Linut (Sundasalax cf. Microps) sampai ikan Tapah (Wallago
leeri), yang dapat mencapai ukuran lebih dari 200 cm. Di Kawasan Taman Nasional Danau
Sentarum juga terdapat 310 jenis burung dan termasuk jenis burung bangau hutan rawa
(Ciconia stormi) yang tergolong langka.
Kantor Balai Taman Nasional Danau Sentarum
Jl. YC. Oevang Oeray No. 43 Sintang
Kalimantan Barat
Tel/Fax: +62 565 22242
Web: http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_sentarum.htm

laporan

 Laporan Restorasi Koridor TNBK-TNDS


WWF sebagai organisasi di bidang konservasi telah terlibat untuk merespon isu-isu
lingkungan global, termasuk pengurangan dan kegiatan adaptasi. Salah satu upaya yaitu
rehabilitasi ekosistem hutan di Kalimantan Barat seluas 1.000 ha, contonya di Hutan Lindung
Lanjak, Kelurahan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu. Proyek ini didanai oleh the
International Climate Initiative of the German Federal Ministry for the Environment, Nature
Conservation and Nuclear Safety (BMU). Lokasinya termasuk strategis karena rehabilitasi
lahan terdegradasi ini tidak hanya akan menyerap karbon tetapi juga menghubungkan dua
taman nasional (Danau Sentarum dan Betung Kerihun) melalui "koridor hijau".
Unduh »
 Berita Taman Nasional Danau Sentarum
Edisi kali ini banyak memuat tulisan-tulisan tentang penurunan potensi ikan di Danau
Sentarum dan upaya-upaya jalan keluar yang mungkin untuk memulihkan kondisi sumber
daya alam, khususnya ikan di Danau Sentarum.
Unduh »
 Info Taman Nasional Danau Sentarum
Penunjukan kawasan Danau Sentarum sebagai kawasan Suaka ALam untuk pertama kalinya
pada tahun 1981 dengan status sebagai Cagar Alam yaitu berdasarkan Surat Keputusan
Direktur Jenderal Kehutanan

Gunung Lumut
Mengambil kayu bakar untuk kegiatan pesta panen padi " Belian Krewayu" pesta panen
padi dilaksanakan pada bulan maret 2011, hasil panen padi tahun ini cukup bagus. Kayu
bakar ini diambil untuk membuat panta yakni biji padi ketan muda yang disangrai…
Tips: Cara Melindungi Keanekaragaman Hayati

Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan konservasi sumber daya alam
hayati adalah pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan :
1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan;
2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya;
3. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya.
Usaha untuk memperoleh manfaat yang setinggi-tingginya dari sumber-daya alam sering
mengakibatkan menurunnya kemampuan sumberdaya alam yang bersangkutan bahkan
terkadang dapat mengakibatkan kepunahan dari sumberdaya alam tersebut.
Belum semua sumber plasma nutfah yang ada di sekitar kita dapat dimanfaatkan. Dengan
usaha penelitian yang lebih baik di masa depan akan diketahui sumber plasma nutfah bagi
manusia yang dikembangkan pemanfaatannya. Khususnya pada beberapa sumberdaya alam
yang kini sudah diketahui manfaatnya namun masih belum dapat diolah atau dibudidayakan.
Sampai saat ini masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam dengan 2 cara yaitu:

1. Memanfaatkan secara langsung sumberdaya alam hayati dari alam, sehingga


kesinambungan ketersediaannya semata-mata diserahkan kepada alam.
2. Cara pemanfaatan seperti ini hanya berjalan baik bila ada keseimbangan antara
eksploitasi atau pengambilan dan kecepatan tumbuh untuk memperbanyak diri atau
berkembang biak. Namun jika sebaliknya, maka tentu saja akan mengancam
sumberdaya alam hayati.
3. Memanfaatkan sumberdaya alam hayati dengan cara mengolah atau
membudidayakannya. Pada cara ini kesinambungan ketersediaannya tidak hanya
semata-mata tergantung pada alam akan tetapi ada usaha dari manusia untuk
menjaga dan memelihara kelestariannya.

Perkembangan dewasa ini menunjukkan bahwa keanekaragaman hayati cenderung menurun


atau rusak, bahkan beberapa jenis sumberdaya alam hayati sudah dinyatakan punah. Dalam
skala internasional, kayu hitam dan burung Dodop dari Mauritius sudah punah dari muka
bumi. Di Indonesia Burung Gelatik (Padda oryzovora) misalnya, merupakan fauna yang
populasinya menurun. Sementara itu, Harimau Jawa dan Harimau Bali sudah dinyatakan
punah. Penurunan dan perusakan diduga juga terjadi pada jenis flora dan fauna yang belum
diketahui manfaatnya secara langsung bagi kehidupan manusia atau yang belum diteliti
fungsinya dalam ekosistem.
Ekosistem hutan mengandung atau memiliki keanekaragaman jenis dan genetika yang sangat
tinggi. Akan tetapi ekosistem hutan mendapat tekanan terus-menerus karena pemanfaatan
ekosistem dan jenisnya yang mengancam kelestarian dari keanekaragaman hayati tersebut.
Eksploitasi hutan melalui kegiatan pertambangan, konversi hutan menjadi lahan transmigrasi,
pertanian dan perkebunan akan mengakibatkan berkurangnya plasma nutfah. Dengan
demikian diperlukan adanya upaya perlindungan untuk mempertahankan agar keaneka-
ragaman genetik tetap tinggi sehingga pemanfaatannya tetap menggunakan prinsip lestari.
Perlindungan terhadap keaneka-ragaman hayati dapat diwujudkan dengan mempertahankan
serta tidak merubah fungsi ekologi suatu kawasan yang menunjang habitasi flora dan fauna.
Usaha perlindungan yang dimaksud adalah perlindungan terhadap ekosistem hutan beserta
seluruh jenis dan genetiknya. Konsep terbaru strategi konservasi sedunia bertujuan untuk
memelihara proses ekologi yang esensial dan sistem pendukung kehidupan, mempertahankan
keanekaragaman genetik dan menjamin pemanfaatan jenis serta ekosistem secara lestari.

Info Kontak
Informasi lebih lanjut mengenai Heart of Borneo, silakan hubungi:

Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) Heart of Borneo


Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4, Jakarta 10710
Tel. +62 (0)21 3500901
Fax. +62 (0)21 3441261

Sekretariat Pokjanas HoB


Kementerian Kehutanan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Gedung Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 7
Tel/Fax. +62 (0)21 5720 229

FAQ

1. Apa itu Heart of Borneo (HoB)?

Heart of Borneo (HoB) adalah inisiatif tiga negara yaitu Brunei Darussalam, Indonesia dan
Malaysia untuk mengelola kawasan hutan tropis dataran tinggi di Borneo yang didasarkan
pada prinsip konservasi dan pembangunan berkelanjutan. Tujuan inisiatif HoB adalah untuk
mempertahankan dan memelihara keberlanjutan manfaat salah satu kawasan hutan hujan
terbaik yang masih tersisa di Borneo bagi kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang.
Jantung Kalimantan adalah bagian kawasan HoB di Indonesia.

2. Berapa luas kawasan Heart of Borneo?


Luas kawasan HoB di tiga negara meliputi areal seluas kurang lebih 23 juta hektar yang
secara ekologis saling berhubungan. Wilayah HoB sebagian besar berada di Indonesia yaitu
sekitar 72% yang didominasi oleh hutan hujan tropis.

Luas
Negara (Hektar) (%)
Total Brunei Darussalam 424.076,66 1,82%
Indonesia
Kalimantan Barat 4.892.136,18 21,04%
Kalimantan Tengah 3.027.214,72 13,02%
Kalimantan Timur 8.874.949,88 38,17%
Total Indonesia 16.794.300,78 72,23%
Malaysia
Serawak 2.139.471,04 9,20%
Sabah 3.892.440,63 16,74%
Total Malaysia 6.031.911,67 25,94%
TOTAL HoB 23.250.289,11 100,00%

Status hutan di kawasan HoB Indonesia di tiga provinsi adalah sebagai berikut:
1. Kalimantan Barat
a. Hutan Lindung : 1.243.930 Ha
b. Hutan Produksi : 359.305 Ha
c. Hutan Produksi Konversi : 108.153 Ha
d. Hutan Produksi Terbatas : 1.201.309 Ha
e. Taman Nasional : 1.024.163 Ha
f. Tubuh air : 18.037 Ha
g. Taman Wisata Alam : 1.842 Ha
h. Area Penggunaan Lainnya : 890.518 Ha

2. Kalimantan Tengah
a. Hutan Lindung : 611.447 Ha
b. Hutan Produksi : 92.827 Ha
c. Hutan Produksi Konversi : 34.030 Ha
d. Hutan Produksi Terbatas : 1.960.780 Ha
e. Taman Nasional : 125.600 Ha
f. Cagar Alam : 197.128 Ha
g. Tubuh air : 5.478 Ha
h. Area Penggunaan Lainnya : 778 Ha

3. Kalimantan Timur
a. Hutan Lindung : 2.398.152 Ha
b. Hutan Produksi : 644.034 Ha
c. Hutan Produksi Terbatas : 3.899.666 Ha
d. Taman Nasional : 1.312.243 Ha
e. Area Penggunaan Lainnya : 607.789 Ha
3. Mengapa inisiatif Heart of Borneo penting?

Kawasan HoB memiliki 7 fungsi penting yaitu tutupan kawasan hutan, melimpahnya
keanekaragaman hayati, menara air, kelerengan kawasan, penyimpan karbon, sosial-budaya
dan ekowisata.

Salah satu fungsi penting kawasan HoB adalah sebagai menara air, dimana 14 dari 20 sungai
utama di Pulau Borneo berhulu di kawasan HoB, seperti Sungai Barito, Sungai Mahakam,
Sungai Kapuas dan lainnya.

Kawasan HoB memiliki kekayaan keanekaragaman hayati dimana sekitar 40–50% jenis flora
dan fauna di dunia dapat dijumpai di Borneo. Dalam waktu 10 tahun terakhir ditemukan
sekitar 361 spesies baru flora maupun fauna.

Kawasan HoB merupakan rumah dan sumber penghidupan bagi masyarakat lokal yang
sebagian besar Suku Dayak dengan beragam sosial dan budaya. Secara ekonomi, sosial dan
budaya, masyarakat lokal bergantung pada hutan untuk pemenuhan kebutuhan pangan, obat-
obatan, sarana tempat tinggal dan adat istiadat.

Dalam dekade terakhir setidaknya 1,2 juta hektar hutan di Indonesia hilang setiap tahun.
Demikian juga hal ini terjadi di kawasan hutan Borneo. Hal ini disebabkan oleh kegiatan
penebangan hutan secara besar-besaran dan pengalihan fungsi kawasan hutan.

Saat ini hutan Borneo yang tersisa tidak lebih dari 60%, dan apabila praktik-praktik
pemanfaatan yang tidak bertanggung jawab ini terus berlangsung maka keberadaan hutan
akan terus berkurang. Akibatnya akan menurunkan fungsi hutan, hilangnya keanekaragaman
hayati dan timbulnya bencana alam.

Pengelolaan kawasan HoB secara bijak akan membantu memberi kepastian berkelanjutannya
manfaat hutan di kawasan HoB bagi generasi sekarang dan mendatang.

4. Mengapa Heart of Borneo, bukan Heart of Kalimantan?

Nama Borneo mengacu pada keseluruhan pulau yang telah dikenal secara internasional.
Sedangkan nama Kalimantan adalah wilayah Borneo di bagian Indonesia. Hal ini juga untuk
menunjukkan bahwa tiga negara di Borneo memiliki kesepakatan bersama dalam inisiatif
HoB. Di Indonesia program ini dikenal sebagai Program Jantung Kalimantan.

5. Dimana wilayah Heart of Borneo di Indonesia?

Pada deklarasi HoB tahun 2007, kawasan HoB mencakup 10 kabupaten di tiga provinsi yaitu
Kalimantan Barat (Kabupaten Sintang, Melawi dan Kapuas Hulu), Kalimantan Tengah
(Kabupaten Katingan, Gunung Mas, Barito Utara dan Murung Raya) dan Kalimantan Timur
(Kabupaten Malinau, Nunukan dan Kutai Barat).

Dalam perkembangannya bulan Maret 2008, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan


Pemerintah RI No. 26 tahun 2008 yang mencanangkan kawasan HoB sebagai salah satu
Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Indonesia. Dalam KSN ini kawasan HoB menjadi 16
kabupaten dengan penambahan 2 kabupaten di Kalimantan Tengah (Kabupaten Kapuas dan
Seruyan) dan 4 kabupaten di Kalimantan Timur (Kabupaten Kutai Timur, Kutai Kartanegara,
Berau dan Bulungan).

6. Apa yang dimaksud dengan konservasi dan pembangunan berkelanjutan di


kawasan Heart of Borneo?

Program HoB memiliki dua misi utama yaitu konservasi dan pembangunan berkelanjutan.
Konservasi di kawasan HoB adalah untuk meningkatkan pengelolaan kawasan-kawasan
konservasi seperti taman nasional, hutan lindung, suaka margasatwa, cagar alam dan kawasan
lindung lainnya. Di luar kawasan konservasi dilakukan pengelolaan yang berbasis
pembangunan berkelanjutan yaitu pengelolaan hutan lestari (sustainable forest management),
pembangunan pertanian berkelanjutan dan praktik-praktik pengelolaan yang lebih baik (better
management practices).

7. Program apa yang dilaksanakan di kawasan Heart of Borneo pasca deklarasi ?

Pada pertemuan Trilateral Kedua bulan April 2008, ketiga negara menyepakati 5 program
utama sebagai rencana aksi strategis (Strategic Plan of Action) yaitu:
1. Pengelolaan kawasan lintas batas negara;
2. Pengelolaan kawasan lindung;
3. Pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan;
4. Pengembangan ekowisata;
5. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia.

8. Siapa yang mengelola program Heart of Borneo?

HoB merupakan inisiatif pemerintah sehingga program dan kegiatan HoB diprakarsai oleh
pemerintah bekerja sama dengan para mitra.

Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) di tingkat nasional, Kelompok Kerja Provinsi


(Pokjaprov) di tingkat provinsi dan Kelompok Kerja Kabupaten (Pokjakab) di tingkat
kabupaten. Pokjanas HoB bekerja untuk memfasilitasi isuisu yang terjadi di tingkat nasional,
demikian juga dengan Pokjaprov dan Pokjakab masingmasing untuk isu-isu di tingkat
provinsi dan kabupaten. Anggota Pokjanas adalah kementerian terkait dan perwakilan
Pokjaprov yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan. Demikian
juga untuk Pokjaprov dan Pokjakab beranggotakan dinas dan instansi terkait yang masing-
masing ditetapkan oleh Gubenur dan Bupati.

Para mitra HoB adalah lembaga terkait, organisasi non-pemerintah, kelompok masyarakat
atau sosial, dan organisasi lainnya. Para mitra ini memiliki peranan yang penting dalam
membantu pemerintah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan HoB. Mitra bisa bekerja sama
dengan pemerintah, secara individu, atau bekerja sama dengan lembaga non-pemerintah
lainnya.

9. Apakah rencana strategis dan aksi untuk program Heart of Borneo di Indonesia?

Rencana strategis dan aksi nasional HoB adalah sebagai berikut:


(1) Kerjasama provinsi dan kabupaten:
• Penggunaan lahan berkelanjutan.
• Penyempurnaan kebijakan sektor.
• Pengembangan kapasitas lembaga.
(2) Pengelolaan kawasan lindung:
• Advokasi kebijakan.
• Informasi dan managejemen pengelolaan kawasan lindung.
• Pemberdayaan masyarakat.
• Pelibatan peran serta swasta/BUMN
(3) Pengelolaan sumberdaya alam di luar kawasan lindung:
• Penyempurnaan kebijakan sektor.
• Penggunaan lahan berkelanjutan.
• Sistem informasi dan pemantauan.
(4) Penguatan kelembagaan dan pendanaan berkelanjutan:
• Penguatan kapasitas lembaga.
• Penyempurnaan kebijakan sektor.
• Pengembangan pendanaan berkelanjutan.

10. Apakah status Heart of Borneo dalam Rencana Tata Ruang Nasional?

Sejak tahun 2008 kawasan HoB ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) oleh
Pemerintah Indonesia dengan istilah Kawasan Perbatasan Darat Republik Indonesia dan
Jantung Kalimantan (Heart of Borneo) di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Timur. KSN didefinisikan sebagai wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap
pertahanan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial-budaya, pendayagunaan sumberdaya
alam dan fungsi serta daya dukung lingkungan hidup. Khusus untuk kawasan HoB, fungsi
dan daya dukung lingkungan berperan sangat besar, misalnya sebagai tempat perlindungan
keanekaragaman hayati, perlindungan keseimbangan tata guna air, perlindungan
keseimbangan iklim dan kawasan lindung lainnya. Program HoB selalu berusaha selaras dan
mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan rencana pengembangan wilayah.

11. Mengapa harus dilakukan kerjasama antar negara?

Kawasan HoB mencakup perbatasan tiga negara yang memiliki keterkaitan secara ekologis
atas fungsi hutannya. Secara sosialbudaya, masyarakat di perbatasan Indonesia dan Malaysia
memiliki keterkaitan yang sangat erat. Dengan demikian, pembangunan perbatasan berbasis
pengembangan ekonomi masyarakat menjadi penting sebagai program kerjasama lintas batas.

Kerjasama ini didasarkan pada kesepahaman yang mengikuti kaidah, aturan dan perundangan
di masing-masing negara. Kerjasama ini menjadi penting untuk mendorong kebijakan
pengelolaan sumberdaya alam kawasan HoB di masing-masing negara yang mengacu pada
prinsip-prinsip konservasi dan pembangungan berkelanjutan.

12. Dapatkah Heart of Borneo berkontribusi terhadap pengamanan perbatasan?

Dengan dikembangkannya kerja sama lintas batas akan memperkuat peran masyarakat secara
ekonomi, sosial dan budaya yang merupakan bagian dari bentuk pengamanan perbatasan.
Pembangunan ekonomi dimaksud adalah penguatan peran masyarakat melalui kegiatan
ekonomi berbasis pemanfaatan sumberdaya lokal. Sedangkan aspek sosial dan budaya adalah
penguatan peran masyarakat dalam pengembangan nilai-nilai kearifan lokal guna mendukung
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.

13. Heart of Borneo adalah kerja sama tiga negara (Brunei Darussalam, Indonesia
dan Malaysia), apa konsekuensi hukum dari kerja sama ini?

Inisiatif HoB bersifat tidak mengikat (nonbinding). Namun demikian kegiatan kerja sama
antar negara HoB dan kegiatan di masing-masing negara perlu dikembangkan untuk menjaga
dan mendorong komitmen pembangunan konservasi dan pembangunan berkelanjutan yang
berbasis pelibatan masyarakat.

14. Kegiatan ekonomi apa saja yang dapat dilakukan di kawasan Heart of Borneo?

Salah satu tujuan penting kegiatan HoB adalah pengembangan ekonomi. Kegiatan ekonomi
yang dimaksud harus mengacu pada kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan. Sebagai
contoh, untuk pembangun-an perkebunan kelapa sawit harus mengacu pada kaidah
Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO),
sertifikasi sektor kehutanan menuju pengelolaan hutan berkelanjutan (sustainable forest
management) dan praktik-praktik pengelolaan yang lebih baik (better practices management)
untuk sektor pertambangan.

15. Bagaimana hak-hak masyarakat adat/lokal dan keterlibatan mereka dalam


program Heart of Borneo?

Masyarakat adat/lokal adalah pelaku penting di dalam program HoB, sehingga keberadaan
dan perannya sangat dibutuhkan. Setiap bentuk pengelolaan kegiatan harus selalu melibatkan
peran serta masyarakat. Tujuannya adalah untuk mendorong rasa memiliki dan bertanggung
jawab atas keberlanjutan sumberdaya alam. Untuk itu peningkatan kapasitas masyarakat
merupakan program penting dan utama di HoB. Diharapkan masyarakat memiliki
kemampuan untuk mengelola sumberdaya alamnya secara bijak dan bertanggung jawab, serta
mengetahui hak dan kewajibannya.

16. Darimana sumber pendanaan bagi program Heart of Borneo? Dan bagaimana
mekanisme pengelolaannya?

Sebagaimana HoB adalah inisiatif pemerintah, sebagian besar pendanaan berasal dari
pemerintah. Pendanaan dimaksud berasal dari anggaran yang telah ditetapkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Sumber pendanaan lain dapat diperoleh melalui kerja sama dengan negara
lain, lembaga internasional dan sektor swasta.

Kedepan, pendanaan berkelanjutan (sustainable financing) perlu dikembangkan untuk


menjamin keberlangsungan kegiatan. Pendanaan berkelanjutan dimaksud adalah pendanaan
dari pemerintah, bantuan negara lain (donor), swasta (Corporate Social Resposibility, CSR),
atau lembaga non-pemerintah lainnya baik nasional maupun internasional. Sumber
pendanaan lain yaitu dari jasa lingkungan (Payment for Environmental Services, PES). Jasa
lingkungan dimaksud seperti jasa air, karbon, keanekaragaman hayati, ekowisata dan
sebagainya.

copyright © 2013 WWF. Heart of Borneo all rights reserved


http://heartofborneo.or.id/id/

Anda mungkin juga menyukai