Anda di halaman 1dari 9

1

Review Pengaruh Advance Cooling pada Proses Hard


Turning
Zainuri Anwar1, a), Deni Andriyansyah1, b)

1
Mechanical and Industrial Engineering Department, Gadjah Mada University, Jl. Grafika No.2, Yogyakarta,
Indonesia
a)
Corresponding author: Zainurianwar220@yahoo.com
b)
andriyansyah.d@gmail.com

Abstrak. Proses pendinginan sangat penting untuk proses pemotongan material dan tool sendiri,
tetapi tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Ada potensi besar untuk penghematan seperti
peningkatan produktivitas dan efisiensi. Pilihan yang tepat atau kombinasi strategi pendinginan dan
pendingin memiliki pengaruh yang lebih besar pada berbagai parameter kualitas permukaan dan
keselamatan di tempat kerja. Sekarang ini pengembangan teknologi advance cooling seperti dry
machining dan minimum quantity lubrication sedang dikembangkan didunia industri. Paper ini
mempresentasikan setup eksperimental dari berbagai metode pendinginan yang sedang dikembangkan
seperti Minimal Fluid Aplication (MFA), Minimum Quantity Lubrication (MQL), Nano Fluid,
Internal Cooling, dan Cryogenic cooling. Metode – metode ini digunakan untuk meningkatkan cutting
speed, ketahanan tool dan kehalusan permukaan.

Keyword : Pendingin, Kekasaran, Tool wear, Cutting force

1. Pendahuluan
Didalam proses manufaktur sebuah logam diperlukan sebuah metode pendinginan yang
efektif untuk mendapatkan kualitas produk yang diinginkan. Proses pendinginan tersebut sangat
penting dalam sebuah manufaktur logam karena akan berpengaruh kepada kualitas produk.
Namun, penggunaan cutting fluid perlu ditinjau lebih jauh untuk masalah keselamatan dan
kesehatan kariyawan. Selain itu, biaya pengadaan, penyimpanan dan pembuangan limbah fluida
pendingin lebih tinggi dari pada pengadaan alat. Dari permasalahan tersebut banyak teknologi
inovasi yang mengembangkan dry cooling. Akan tetapi, penggunaan dry cooling juga masih
banyak kekurangan karena gesekan atara tool dan chip masih cenderung lebih tinggi.

Proses pemesinan dengan menggunakan material baja lunak masih bisa diantisipasi
dengan menggunakan dry cooling karena temperatur ketika proses pemesinan tidak terlalu tinggi.
Akan tetapi, pada proses hard turning gesekan antara benda kerja dan tool pada proses
menimbulkan temperatur yang tinggi. Temperatur tesebut akan mempengaruhi kualitas produk
seperti perubahan fasa material, kekuatan material, kekasaran permukaan dan juga memerlukan
input power yang besar pada proses manufaktur. Pada proses hard turning, temperatur
pemotongan bisa mencapai diatas suhu rekristalisasi logam. Untuk mengurangi efek dari kenaikan
2

temperatur tersebut dibutuhkan sebuah sistem pendinginan. Biasanya pendinginan pada hard
turning menggunakan wet cooling atau pendinginan dengan pemakaian fluida secara banyak. Hal
ini tentunya akan berpengaruh ke biaya produksi dan lingkungan sekitar karena sisa dari coolant
tidak bisa terlarut dan akan mencemari lingkungan. Seiring dengan perkembangan teknologi
banyak peneliti yang mengembangkan sistem advance cooling pada hard turning agar lebih
efisien dan ramah lingkungan. Diantaranya adalah dengan menggunakan Minimal Fluid
Aplication (MFA), Minimum Quantity Lubrication (MQL), Nano Fluid Minimum Quantity
Lubrication (NFMQL), Cryogenic Cooling dan lain-lain. Perbedaan dari tipe – tipe pendingin
tersebut biasanya terdapat pada penggunaan coolant, dengan memakai udara atau liquid. Fluida
yang dipilih adalah fluida yang ramah lingkungan seperti minyak sayur, udara dingin dan lain
sebagainya. Fluida tersebut sangat berpengaruh kepada proses pemesinanan seperti laju
pendinginan, laju pemakanan dan kekasaran permukaan. Semakin tinggi nilai konduktivitas
termal fluida tersebut maka semakin cepat laju pendinginan.

Pada penelitian Robinson, dkk 2016 menggunakan Minimal Fluid Aplication (MFA)
dengan memakai berbagai jenis fluida liquid dengan campuran minyak bumi dengan berat 15%,
etilen glikol 1%, asam oleat 3%, trietanol amina 3%, alkohol 3% dan mimyak parafin. Laju fluida
pendingin sekitar 2 ml/min menuju heat pipe. Untuk penelitian Minimum Quantity Lubrication
(MQL) fluida yang digunakan yaitu udara dingin dengan campuran Karbondioksida dan
Nitrrogen dengan laju aliran fluida pendingin sekitar 3 ml/min. Pada penelitial Nano fluid dengan
MQL hampir sama dengan yang lainnya, hanya saja menambahkan partikel nano pada fluida
pendinginnya. Fluida yang digunakan bersifat ramah lingkungan yaitu minyak nabati. Sedangkan
untuk nano partikel diambil tiga jenis material yaitu Alluminium Oxide, Molybdenum Desulfide
dan Grafit dengan diameter nano partikel 40nm dan laju aliran fluida pendingin 30 ml/min. Nano
prtikel disini berfungsi untuk mempercepat laju pendinginan karena panas tidak hanya ditransfer
ke fluida pendingin tetapi juga ke nano partikel. Semakin bagus nilai konduktivitas termal dari
matrial nano pertikel maka semakin cepat juga laju pendinginan. Pada pendinginan menggunakan
cryeogenic cooling fluida yang digunakan adalah nitrogen cair dan karbondioksida. Penggunaan
Cryeogenic dapat meningkatkan laju pemotongan serta fluida pendingin yang ramah lingkungan.
Dari berbagai metode pendinginan diatas, paper ini akan menganalisa untuk pengaruh
pendinginan yang lebih baik, efesien dan ramah lingkungan pada proses pemesinan hard turning
ditinjau dari berbagai aspek seperti laju pendinginan, kualitas produk, biaya produksi, poewer
input, kesehatan kariyawan serta effek ke lingkungan sekitar.

2. Metode
Machining dengan menggunakan Minimal Fluid Aplication (MFA) adalah sebuah teknik
pendinginan dengan meminimalkan penggunaan cutting fluid. Fluida bertekanan di injeksikan
pada zona kritis menggunakan nozzel. Dengan metode ini gaya gesek antara tool dan benda kerja
3

dapat dikurangi. Pada aplikasi ini fluida cutting yang digunakan sangat sedikit sekitar 2 ml/min
yang sekaligus berfungsi sebagai pelumasan. Untuk menghindari degradasi pemotongan saat
fluida cutting di injeksikan ke benda kerja dan tool maka ditambahkan sebuah alat yang disebut
Heat pipe. Heat pipe mempunyai konduktivitas termal yang bagus sehingga dapat membuang
panas secara effesien. Heat pipe didesign memakai fins atau sirip–sirip yang berfungsi
menangkap fluida cutting dari nozzel. Heat pipe dipasang di tool holder sehingga fluida cutting
tidak langsung mengenai benda kerja [1].
Mimimum Quantity Lubrication (MQL) adalah sebuah metode pendinginan dengan
mengunakan sedikit media pendingin dan sekaligus sebagai pelumasan. Metode ini hampir sama
dengan MFA hanya saja perbedaannya terdapat pada fluida yang digunakan. Fluida yang
digunakan pada MQL biasanya adalah udara dingin bertekanan. Udara diinjeksikan kepermukaan
antara benda kerja dan tool dengan tekanan tertentu. Dari hasil penelitian MQL dapat membuat
permukaan benda kerja menjadi lebih halus [2].
Nano Fluid Minimum Quantity Lubrication adalah Sebuah metode pendinginan dengan
nano partikel. Matrial nano partikel biasanya dipilih yang mempunyai nilai konduktivitas termal
yang tinggi. Metode ini lebih baik karena selain perpindahan panas melalui fluida, panas juga
ditransfer melalui nano partikel. Fluida yg dgunakan adalah minyak sayur yang ramah lingkungan
dan matrial nano biasanya adalah alumunium dan graphit [3].
Internal cooling juga sebuah pendinginan dimana dilakukan untuk mendapatkan produk
sesuai yang diinginkan. Internal cooling memakai sistem pendinginan tertutup sehingga fluida
cutting tidak banyak terbuang. Fluida dingin dari tangki dipompakan melalui lubang yang
terdapat pada tool holder dan keluar menjadi fluida panas selanjutnya didinginkan menggunakan
heat exchanger dan kembali lagi ke tangki penampungan [4].
Cryogenic cooling merupakan pendinginan menggunakan fluida dengan menambah
cryogenic. Kriogenik (cryogenic) merupakan salah satu teknologi pendinginan yang sebetulnya
bukan tergolong ide yang baru. Dua cryogenic yang paling sering digunakan adalah nitrogen cair
(titik didih -195,82 ° C) atau karbon dioksida beku (titik sublimasi -78,5 ° C). Dengan metode
pendinginan cryogenic, umur tool meningkatkan sebesar 23% lebih pada mesin konvensional
ketika memotong baja keras [5]. Nitrogen sebagai fluida cutting mempengaruhi laju pemotongan
material, prokdutifitas menjadi lebih tinggi dan umur tool menjadi lebih lama. Pendinginan ramah
lingkungan tanpa effek rumah kaca dan sifat beracun. Tidak perlu menggunakan power yang
berlebihan karena cryogenic bersifat uap dan fluida kerja dapat didaur ulang. Penggunaan karbon
dioksida (CO2) dapat dicapai sekitar -75˚C. Keuntungan dari karbondioksida adalah dapat
digunakan dibawah tekanan tinggi 60 bar dan biaya juga lebih murah [6].

3. Hasil
4

Dari penelitian – penelitian yang banyak dilakukan, banyak metode pendinginan untuk
meningkatkan kualitas produk pada proses manufaktur diantaranya:

2.1 Minimal Fluid Aplication (MFA)


R. Robinson Gnanadurai & A.S. Varadarajan (2016), meneliti pendinginan pada
proses hard turning menggunakan Heat pipe dengan Minimal fluid Aplication. Sebuah
metode pendinginan dengan meminimalisir penggunaan fluida pendingin dengan kombinasi
Heat pipe untuk mempercepat perpindahan panas.

Gambar 1. Experimental Setup untuk mengukur cutting performance pada pendinginan


menggunakan heat pipe [1]

Heat pipe dipasang diatas tool holder yang menggunakan fins atau sirip – sirip yang
berfungsi sebagai penyerap panas. Heat pipe dibuat dari matrial tembaga dan air sebagai
fluida kerja. Material kerja adalah baja AISI 4340 dengan kekerasan 45 HRC. Nozzel akan
menginjeksikan fluida pendingin ke permukaan Heat pipe untuk proses pendinginan sehingga
temperatur dari Heat pipe akan menurun dan panas dari tool juga akan berkurang.
Dari penelitian tersebut didapat hasil yaitu dengan menggunakan Heat pipe
membantu pendinginan tool dan proses pemakanan pada hard turning menjadi lebih baik
dengan menggunakan MFA dan umur tool menjadi lebih lama serta kekasaran permukaan
menjadi menurun. Penelitian ini juga menghasilkan penurunan temperatur potong sebanyak
22%, keausan pahat sebanyak 15%, kekasaran permukaan sebanyak 0.83% dan gaya potong
utama sebesar 2.9% jika dibandingkan dengan pembubutan konvensional menggunakan
coolant minimal [1].

2.2 Minimum Quantity Lubrication (MQL)


5

Minimum quantity lubrication sebuah metode pendinginan sekaligus pelumasan pada


hard turning dengan memakai sedikit fluida pendingin. Metode ini hampir sama dengan MFA
hanya sedikit perbedaan pada penggunaan jenis fluidanya.
D. Carou, dkk (2016) meneliti pengaruh pendinginan pada hard turning dengan
menggunakan MQL pada vibrasi signal. Matrial kerja yg dipilih adalah magnesium dengan
tiga variasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemgaruh vibrasi dan kekasaran benda
kerja setelah menggunakan MQL.

Gambar 2. Set-up proses pembubutan [2]

Fluida yang di injeksikan adalah udara dingin yang kemudian langsung disemprotkan
antara benda kerja dan tool. Dari hasil penelitian ini didapat bahwa vibrasi ketika proses hard
turning tidak berkurang tetapi kekasaran permukaan pada benda kerja menjadi menurun.

2.3 Nano Fluid Mnimum Quantity Lubrication (NFQML)


Munish Kumar Gupta, dkk. (2016) meneliti pengaruh paraneter pemesinan dan nano-
fluid untuk membubut paduan titanium. Penelitia ini menghasilkan parameter pemesinan yang
optimal untuk membubut paduan titanium, yaitu cutting speed 215 m/min, feed rate 0.10
mm/rev, sudut pendektan sebesar 83o dan graphite based nano-fluid. Optimasi ini ditandai
dengan menurunnya cutting force, keausan pahat, kekasaran permukaan, dan temperatur
pemotongan ketika membubut paduan titanium dibawah kondisi NFMQL. Dari hasil
perhitungan ANOVA, didapatkan pengaruh cutting speed, feed rate dan cooling condition
yang signifikan yaitu masing-masing sebesar 40,20%; 36,50% dan 20,13% [3]. Pengamatan
mikrostruktur menunjukkan bahwa penggunaan graphite based nano-fluids menghasilkan
struktur laminer yang lebih bagus. Hal ini disebabkan karena panas yang dibawa oleh graphite
lebih besar sehingga menurunkan perubahan microstructural. Sehingga struktur laminar
menghasilkan cutting temperatur yang lebih rendah, yang menyebabkan menurunnya cutting
force dan keausan pahat ketika menggunakan graphite based nano-fluids.
6

2.4 Internal Cooling


Penelitian mengenai penggunaan internal cooling untuk menghilangkan panas pada
proses pembubutan dilakuakn oleh Siller Anton, dkk. (2015). Proses pembubutan dengan
pendinginan konvensional memerlukan biaya tambahan untuk proses pembersihan tool, mesin
dan chip. Melalui penggunaan internal cooling, selain meminimalkan biaya pembersihan ini,
dihasilkan perbedaan temperatur yang signifikan dalam proses pendinginan dan keausan
pahat bila dibandingkan dengan pendinginan konvensional. Temperatur pada tool holder dan
sudut potong utama menurun sebanyak 66% dimana hal ini berarti proses pembuangan panas
berjalan optimal [4].

2.5 Cryogenic cooling


Penggunaan cryogenic cooling setelah 3 menit digunakan untuk memotong benda
kerja tidak menghasilkan Built Up Edge (BUE). Hal ini karena material tidak mengalami
pemanasan yang signifikan akibat interaksi dengan pahat. Hasilnya, permukaan benda kerja
yang dihasilkan memiliki kekasaran minimum bila dibandingkan dengan conventional
cooling.
Hal ini juga berarti bahwa keausan pahat ketika menggunakan cryogenic cooling
dapat diminimalisir, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3 di bawah ini. Tampak jelas di
gambar bahwa keausan pahat meningkat signifikan seiring meningkatnya cutting speed (Vc)
sebagaimana nilai Vc 100 m/min jika dibandingkan dengan 70 m/min. Berdasarkan nilai
waktu kontak antara pahat dengan chip, menunjukkan bahwa cryogenic memiliki nilai kontak
yang kecil sehingga pahat tidak menerima panas yang berlebihan. Hal ini karena panas yang
timbul akibat proses pemotongan langsung dibuang melalui chip.
Studi ini menunjukkan bahwa cryogenic cooling dapat meningkatkan mampu-
pemesinan material paduan titanium berdasarkan keausan pahat, bentuk chip dan gesekan
antara chip dengan pahat.
7

Gambar 3. Keausan pahat ketika menggunakan oil-based coolant dan cryogenic cooling pada
kecepatan potong (Vc) 70 dan 100 m/min [6]

Sementara itu, pengaruh cryogenic cooling pada pembubutan elastomer ditunjukkan


oleh Putz, dkk. (2016). Penelitian ini menghasilkan data bahwa gaya potong yang dihasilkan
pada pembubutan elastomer menggunakan cryogenic cooling mempunyai nilai yang lebih
rendah bila dibandingkan dengan pembubutan dry cutting. Hal ini menyebabkan gaya gesek
akan mengecil sehingga panas yang dihasilkan juga lebih kecil daripada dry cutting. Efeknya,
kehalusan permukaan yang lebih tinggi akan didapatkan pada proses pembubutan
menggunakan cryogenic cooling. Penelitian ini memperkuat kelebihan penggunaan metode
cryogenic cooling untuk memotong benda kerja dibandigkan dengan metode dry cutting.

Gambar 4. Pengukuran tangential cutting force untuk cryogenic dan dry turning pada NBR
menurut pendekatan Kienzle [7]
8

Penelitian Pereira, dkk. (2016) meneliti mengenai penggunaan cryogenic untuk


membubut material AISI 304. Hasilnya, teknologi pendingin merupakan hal yang penting
untuk meminimalisir penggunaan coolant konvensional. Proses pemesinan kering utuk
meterial yang keras tidak dianjurkan karena laju keausan pahatnya sangat tinggi. Cryogenic
cooling juga menunjukkan permukaan yang paling bagus ketika keausan pahat mencapai 0.2
mm. Peningkatan integritas permukaan menggunakan cryogenic cooling mencapai 40% jika
dibandingkan dengan nilai teoritis [5]. Jika dilihat dari nilai keramahan lingkungan, cryogenic
cooling cukup ramah digunakan untuk proses pemesinan. Umur pakai pahat pada proses
pembubutan menggunakan cryogenic cooling meningkat 30% bila dibandingkan dengan dry
machining [5]. Metode cryogenic cooling juga memiliki berbagai keuntungan diantaranya
mengeliminasi coolant conventional, menghasilkan chip kering, mengehmat biaya coolant
dan lebih ramah lingkungan.

Gambar 5. Gaya potong pada beberapa alternatif proses pendinginan [5]

Shanmugam,dkk. (2015) meneliti tentang studi eksperimen pembubutan AL6063 pada


pre cooled condition. penelitian ini menggunakan es kering untuk menurunkan suhu benda
kerja hingga -50oC pada kondisi pre-cooling [8]. Pada kondisi ini, benda kerja memiliki
kekasaran yang lebih baik bila dibandingkan dengan pembubutan dengan pendingin
konvensional. Built Up Edge (BUE) juga tidak terjadi sehingga berperan dalam menurunkan
kekasaran permukaan dan meningkatkan tool life.
9

4. Kesimpulan
Metode pendinginan pada proses pembubutan mempunyai peran yang penting pada
karakteristik hasil pembubutan. Metode pendinginan konvensional mempunyai banyak
kekurangan, seperti sulitnya proses disposal, pengaruh buruk terhadap bendakerja yang tidak
diinginkan dan lain sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penggunaan advanced cooling pada proses pembubutan benda kerja. Advanced cooling yang
dipresentasikan dalam penelitian ini menampilkan performa yang lebih bagus daripada
pendinginan konvensional.
Metode advanced cooling menghasilkan karakteristik yang lebih bagus jika dibandingkan
dengan conventional cooling. Metode ini menghasilkan peningkatan yang signifikan pada
beberapa karakteristik benda kerja, terutama pada tool life dan surface integrity. Hal ini
dipengaruhi oleh efektifitas pembuangan panas yang terjadi pada advanced cooling lebih besar
daripada menggunakan conventional cooling. Panas yang dihasilkan akibat pemotongan benda
kerja pada advanced cooling langsung diserap oleh chip sehingga pahat mengalami kenaikan suhu
yang rendah. Kenaikan suhu yang rendah memperpanjang umur pahat dan mengurangi laju
keausan, sehingga benda kerja hasil proses pembubutan memiliki permukaan yang lebih halus.
Selain itu, isu lingkungan yang sudah mulai diperhatikan membuat penelitian terhadap metode
pendinginan yang ramah lingkungan dilakukan. Metode advanced cooling menawarkan solusi
terhadap permasalahan tersebut karena bersifat low-disposal.

Daftar Pustaka
[1] R. Robinson Gnanadurai dan A.S. Varadarajan. (2016). Investigation on the effect of cooling
of the tool using Heat pipe during hard turning with minimal fluid application.
Engineering Science and Technology. International Journal (19), 1190–1198.
[2] D. Carou. (2016). The effect of minimum quantity lubrication in the intermittent turning of
magnesium based on vibration signals. Measurement (94), 338–343.
[3] Munish Kumar Gupta, dkk. (2016). Optimization of machining parameters and cutting fluids
during nano-fluid based minimum quantity lubrication turning of titanium alloy by using
evolutionary techniques. Journal of Cleaner Production (135), 1276-1288.
[4] Siller Anton, dkk. (2015). Heat Dissipation in Turning Operations by Means of Internal
Cooling. Procedia Engineering (100), 1116 – 1123.
[5] O. Pereira. (2016). Cryogenic and minimum quantity lubrication for an eco-efficiency turning
of AISI 304. Journal of Cleaner Production (139,) 440-449.
[6] Ampara Aramcharoen. 2016. Influence of cryogenic cooling on tool wear and chip formation
in turning of titanium alloy. Procedia CIRP (46), 83 – 86.
[7] M. Putz, dkk. (2016). Investigation of Turning Elastomers Assisted with Cryogenic Cooling.
Procedia CIRP (40), 631 – 636.
[8] Shanmugam Murugappan, dkk. (2015). An Experimental Study on Turning of AL6063 Under
Cryogenic Pre Cooled Condition. Procedia CIRP (35), 61 – 66.

Anda mungkin juga menyukai