Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS PERBANDINGAN HUKUM PERDATA MENGENAI

HUKUM ISLAM

A. Sistem Pewarisan Hukum Islam

Dalam pewarisan hukum islam, terdapat 6 golongan pembagian


pewarisan setiap pewarisan tersebut terdapat tingkatan yang berbeda-beda
dengan perbandingan hukum waris BW dan perbandingan waris hukum adat,
dimana dalam hukum waris islam, anak laki-laki mendapat bagian yang lebih
besar dari anak perempuan yang sudah diatur dalam alquran, sebagaimana
terdapat 6 ciri sistem pembagian dalam hukum waris islam yang terdiri dari:
1. Ashabul furudh yang berhak mendapat setengah (1/2) dari harta warisan
peniggalan pewaris ada 5, satu dari golongan laki-laki dan empat lainnya
perempuan. Kelima tersebut ialah suami, anak perempuan, cucu
perempuan keturunan anak laki-laki, saudara kandung perempuan, dan
saudara perempuan seayah.
2. Ashabul furudh yang berhak mendapat seperempat (1/4) dari harta
peninggalannya hanya ada 2 yaitu suami dan istri
3. Ashabul furudh yang berhak mendapat seperdelapan (1/8) yaitu istri baik
seorang maupun lebih akan mendapat seperdelapan dari harta peninggalan
suaminya, bila suami mempunyai anak atau cucu, baik anak tersebut lahir
dari rahimnya atau dari rahim istri yang lain.
4. Ashabul furudh yang berhak mendapat duapertiga (2/3) dari harta
peninggalan pewaris ada 4 dan semuanya terdiri dari wanita yaitu 2 anak
perempuan (kandung) atau lebih, 2 orang cucu perempuan keturunan anak
laki-laki atau lebih dan 2 orang saudara kandung atau lebih, 2 orang
saudara perempuan seayah atau lebih.
5. Asahabul furudh yang berhap mendapat 1/3 yaitu ibu dan 2 saudara (baik
laki-laki ataupun perempuan) yang seibu. Seorang ibu berhak
mendapatkan bagian sepertiga dengan syarat: pewaris tidak mempunyai
anak atau cucu laki-laki dari keturunan anak laki-laki. Pewaris tidak
mempunyai saudara atau lebih (laki-laki maupun perempuan), baik
saudara itu sekandung atau seayah ataupun seibu.
6. Ashabul furudh yang berhak mendapat seperenam (1/6) ada 7 orang,
mereka adalah ayah, kakek asli (bapak dari ayah), ibu, cucu perempuan
keturunan anak laki-laki, saudara perempuan seayah, nenek asli, saudara
laki-laki, dan perempuan seibu.
Perbedaan dengan hukum waris BW dan Adat, hukum waris islam
membagi warisannya dengan apa yang sudah ada dalam al-Quran yang
mana laki-laki mendapat bagian yang lebih besar dari bagian perempuan.

B. Sitem Pewarisan KUHPerdata/BW


Sistem pewarisan dalam KUHPerdata menganut pada hukum BW, dimana
hukum BW menganut hukum Barat yang bersifat parental dan mandiri.
Diamana harta warisan jika pewaris wafat harus selekas mungkin diakan
pembagian yang berupa ahli waris dalam hukum BW dapat digolongkan
menjadi 2 bagian:
1. Ahli waris menurut undang-undang
2. Ahi waris menurut testament (wasiat)
Dalam KUHPerdata sistem keturunan yang dianut merupakan sistem
parental atau bilateral terbatas, dimana setiap anggota keluarga menghubugkan
dirinya pada keturunan ayah dan ibunya. Kemudian sistem pewarisan yang
dianut KUHPerdata adalah sistem individual, artinya setiap ahli waris berhak
menuntut pembagian harta warisan dan memperoleh bagian yang menjadi
haknya, baik harta warisan dari ibunya maupun harta dari ayahnya.
Pembagian ahli waris menurut BW terdapat 5 golongan:
1. Golongan I, merupakan ahli waris dalam garis lurus ke bawah dari pewaris
yaitu anak, suami/duda, istri/janda dari si pewaris. Ahli waris yang
pertama mendapat hak mewarisi menyampingkan ahli waris golongan ke
II maksudnya sepanjang alhli waris golongann I masih ada, maka ahli
waris kedua tidak bisa tampil (Pasal 852 BW).
2. Golongan II merupakan ahli waris dalam garis lurus ke atas dari pewaris
yaitu, bapak, ibu, dan saudara-saudara si pewaris. Ahli waris ini bari
tampil mewaris jika ahli waris golongan pertama tidak ada sama sekali
dengan menyampingkan ahli waris golongan ke tiga dan keempat. (pasal
854 BW)
3. Golongan III, merupakan keluarga sedarah si bapak atau ibu pewaris, yaitu
kaakek, nenenk baik pancer bapak atau ibu dari si pewaris. Dalam hal ini,
ahli waris golongan ketiga baru ada jika ahli waris golongan pertama dan
kedua tidak ada sama sekali dengan menyampigkan ahli waris golongan
keempat. ( pasal 853-858 BW)
4. Golongan IV, merupakan sanak keluarga dalam garis kesamping dari si
pewaris, yaitu paman,bibi (pasal 858 ayat 2 BW)

Ahli waris berdasarkan pengganti tempat / ahli waris pengganti


(plaatsveulling / representative)

Dalam hala ini sistem pewaris BW tertuju pada pewarisnya itu sendiri,
dimana pewarisnya meninggal maka keturunannya berhak untuk mendapatan
bagian ahli waris dari harta yang di tinggalkan pewaris tersebut.
Tugas individu

ANALISIS PERBANDINGAN HUKUM PERDATA


MENGENAI HUKUM ISLAM

OLEH

NAMA : EKAWATI
NIM : H1A115085
KELAS :A

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017

Anda mungkin juga menyukai