Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR ii

BAB I Pendahuluan 4

BAB II Pembahasan 5
1. Pengertian Menuntut Ilmu 5
2. Dasar Hukum Menuntut Ilmu 6
3. Hadis-hadis Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu 8
4. Hukum Menuntut Ilmu 9
5. Menuntut Ilmu sebagai Ibadah 12
6. Pentingnya Menuntut Ilmu 13
7. Pentingnya Mengamalkan Ilmu 15
8. Mensyukuri Nikmat Alloh dengan Menuntut Ilmu 16
9. Keutamaan Menuntut Ilmu 18

PENUTUP 19

DAFTAR PUSTAKA 20
Kata Pengantar

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya saya
mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.

Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui b
erbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas
abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran da
n pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Dan saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang saya hadapi
teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang ‘Kwajiban Menuntut Ilmu’
bagi umat manusia. Makalah ini di sajikan berdasarkan rangkuman dari hasil pengamatan yang
bersumber dari berbagai informasi, referensi, buku tentang islam dan berita.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas. Saya sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk
itu, kepada dosen pembimbing
saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan dat
ang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. 

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah
SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan
manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan
keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah
SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi
kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan kepintaraannya untuk
maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding
dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia
dan akhirat. Ilmu pengetahuan dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama
atau akhirat. Orang yang berpengetahuan luas tapi tidak tersentuh ilmu agama sama sekali, maka
dia akan sangat mudah terkena bujuk rayu syaitan untuk merusak bumi, bahkan merusak sesama
manusia dengan berbagai tindak kejahatan. Disinilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting
dan hendaknya diajarkan sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini lebih dulu diajarkan kepada
anak sebelum anak tersebut menerima ilmu dunia. Kebodohan adalah salah satu faktor yang
menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia membutuhkan terapi agar
menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT

B .Tujuan

1. Memeberikan penjelasan tentang pentingnya menuntut ilmu


2. Mengetahui hadis –hadis tentang kewajiban menuntut ilmu
3. Mengetahui hokum dari menuntut ilmu
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ilmu dan Menuntut Ilmu

A. Pengertian Ilmu
“Secara bahasa pengertian ilmu adalah lawan kata bodoh/Jahil, sedang secara istilah berarti
sesuatu yang dengannya akan tersingkaplah segala hakikat yang secara sempurna. Secara istilah
Syar’i pengertian ilmu yaitu, ilmu yang sesuai dengan amal, baik amalan hati, lisan maupun
anggota badan dan sesuai dengan petunjuk Rasulullah Saw.”
Ibnu Munir berkata : “Ilmu adalah syarat benarnya perkataan dan perbuatan, keduanya tidak akan
bernilai kecuali dengan ilmu, maka ilmu harus ada sebelum perkataan dan perbuatan, karena ilmu
merupakan pembenar niat, sedangkan amal tidak akan di terima kecuali dengan niat yang benar.”
Dalam pengertian lain “Ilmu itu modal, tak punya ilmu keuntungan apa yang bisa didapat, ilmu
adalah kunci untuk membuka pintu kebaikan kesuksesan, kunci untuk menjawab pertanyaan dan
masalah di dunia . . .”
Berdasarkan beberapa definisi tentang pengertian ilmu di atas dapat disimpulkan bahwa, ilmu
merupakan sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia karena dengan ilmu semua keperluan
dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah baik secara lisan
(perkataan), maupun berupa perbuatan (anggota badan), tanpa ilmu kesuksesan tak pernah ketemu
karena ilmu merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seperti kebutuhan manusia akan
oksigen untuk bernapas.

B. Pengertian Menuntut Ilmu


“Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah
laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju
kebenaran dan meninggalkan kebodohan.”
Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaiman sabda Nabi Muhammad Saw.
Artinya :
“Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan perempuan”
Mu’adz bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena mengharapkan
wajah Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah
tasbih, menuntutnya adalah Jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah Taqarrub.”
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal
yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke arah
yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap
individu.

2. Dasar Hukum Menuntut Ilmu


2.1. Dasar hukum menuntut ilmu yang pertama yaitu dari hadits Rasullulah SAW,
Yang berbunyi :”Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim, waktunya adalah dari
buaian ibu (bayi), sampai masuk liang kubur”. Hadits dari Rasul SAW yang sangat jelas sekali
perintahnya, bahwa dalam Islam menuntut ilmu hukumnya adalah WAJIB yang artinya adalah,
jika dikerjakan dan dilaksanakan kita akan mendapat PAHALA, jika diabaikan, disepelekan/tidak
dilaksanakan kita akan mendapat DOSA. Jadi permasalahan yang mendesak sekarang adalah,
jika kita mengaku sebagai seorang Muslim, marilah mumpung kita masih diberi kesempatan
hidup oleh ALLAH SWT, segeralah dan jangan ditunda-tunda lagi untuk menuntut ilmu agama
Islam yang benar, benar dalam artian yang sesuai dengan Al-qur`an dan Hadits Shahih dari
Rasullulah SAW, agar kita memperoleh petunjuk dan kebenaran dalam Islam yang diturunkan
oleh ALLAH SWT melalui Rasulnya Muhammad SAW, sehingga kita dasar dalam beragama
Islam tidak hanya menduga-duga atau berprasangka saja. Kita boleh berhenti menuntut ilmu,
hanya jika kita sudah masuk liang kubur / MATI, jika kita sudah mati sudah tidak ada kewajiban
lagi untuk menuntut ilmu. Jadi jika kita masih hidup, alangkah ironi dan naïf nya , jika kita
mengaku sebagai seorang Muslim, tapi giliran ada yang mengajak untuk menuntut ilmu agama
Islam tentang hukum-hukum ALLAH lewat kajian Al-qur`an dan Hadits Shahih merasa enggan
dan berat sekali, dan banyak sekali alasan-alasan yang dilontarkan, seakan-akan mau hidup
selamanya,..Subhanallah,..sebelum terlambat marilah koreksi diri kita dan tanyakan dalam hati
kita, jika kita sudah tahu bahwa menuntut ilmu dalam Islam hukumnya adalah wajib, dan ketika
ada kesempatan dan ada orang yang mengajak untuk menuntut ilmu, kemudian kita menunda-
nundanya bahkan menolaknya, sekarang pertanyaan besarnya adalah, “Masihkah pantaskah kita
dihadapan ALLAH SWT, disebut sebagai seorang Muslim…

2.2. Dasar hukum menuntut ilmu yang kedua adalah dalam Surat Al-Ashr,
yang berbunyi sbb : "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati
Supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran". Ingatlah
ALLAH SWT telah bersumpah dalam surat ini dengan masa / waktu yang didalamnya terjadi
peristiwa yang baik dan yang buruk, bersumpah bahwa setiap manusia didunia ini, baik itu orang
Islam atau di luar Islam pasti akan mengalami kerugian, kecuali yang memiliki 4 (empat hal)
yaitu : 1. Iman, 2. Amal Shaleh, 3. Saling menasehati supaya mentaati kebenaran, 4. Saling
menasehati supaya menetapi kesabaran.

Melihat empat hal diatas, jika kita sebagai seorang Muslim mau beruntung dan terlepas dari
kerugian, maka mau tidak mau, suka atau tidak suka kita harus :

Agar mempunyai Iman, maka kita harus :


Memaksanya untuk bersungguh sungguh, mempelajari agama Islam yang benar dengan
jalan menuntut ilmu dimana kita tidak akan memperoleh kebahagiaan didunia maupun
akhirat kecuali dengan petunjuk agama Islam yang benar, karena Iman hanya bisa kita capai
dengan belajar dan menuntut ilmu.
Memaksanya untuk bersungguh sungguh mengamalkannya untuk diri kita dalam kehidupan
sehari-hari& setelah kita mengetahui ilmu yang kita pelajari.
Memaksanya untuk bersungguh-sungguh mendakwahkan dan menyampaikan serta
mengajarkan kepada yang belum mengetahuinya (walaupun Cuma satu ayat), dan janganlah
kita takut jika ada rintangan seperti ditolak, dimusuhi dan lain sebagainya, karena perintah
yang keempat adalah,
Memaksanya untuk bersungguh-sungguh bersabar terhadap kesukaran dan gangguan
manusia dalam menyampaikan hukum-hukum ALLAH lewat Al-qur`an, dan hanya
mengharap Ridho ALLAH SWT saja.
Jadi jika seseorang yang mempunyai akal dan pikiran yang cerdas dan sensitive, mendengar atau
membaca surat Al-Ashr` ini, pasti akan berusaha untuk menyelamatkan diri dari kerugian,
dengan berusaha memiliki dan melaksanakan ke empat tahapan yang diperintahkan dalam Surat
Al-Ashr`.

Tunggu apa lagi, selagi kita masih diberi kesempatan hidup, segeralah dan jangan ditunda-tunda
lagi, untuk menuntut ilmu agar jika kita mati, tidak dalam golongan orang yang mengalami
kerugian. Alangkah sayangnya jika kematian telah mendatangi kita, kita masih belum
menjalankan satu pun tahapan dalam surat Al-Ashr, apakah kita mau jika kelak di alam kubur /
barzah keadaannya gelap gulita, padahal disanalah kita menunggu entah berapa juta tahun lagi,
hari kebangkitan seperti yang dijanjikan ALLAH, Marilah sebelum malaikat maut benar-benar
menghampiri kita, laksanakanlah dulu perintah ALLAH yang pertama dalam Surat Al-Ashr`,
yaitu belajar untuk menuntut ilmu agama Islam yang benar, benar artinya sesuai dengan Al-
qur`an dan Sunnah atau Hadits shahih dari Rasullulah SAW, karena seperti kata pepatah,
kesempatan baik itu jarang sekali yang datang dua kali, dan semoga kelak jika kita mati, akan
termasuk dalam golongan orang-orang Muslim yang beruntung.
3. Hadis-Hadis tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Qur’an Al mujadalah 11)
Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR. Ibnu Majah)
Seseorang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju Syurga (Shahih Al jami)
Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke
syorga. (HR. Muslim).
“Barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (agama), Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.”(Bukhari)
Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia berada di jalan Alloh sampai dia kembali
(Shahih Tirmidzi)
Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah
rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Qur’an dan yang mengajarkannya (HR bukhari )
Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang ‘abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama
terhadap seluruh bintang. (HR. Abu Dawud )
Siapa yang Alloh kehendaki menjadi baik maka Alloh akan memberikannya pemahaman
terhadap Agama (Sahih Ibnu Majah)
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Nabi saw bersabda, Tidak boleh iri hati kecuali pada dua hal,
yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaannya
dalam kebenaran, dan seorang laki-laki diberi hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara
dan mengajar dengannya.(Bukhari)
Termasuk mengagungkan Allah ialah menghormati (memuliakan) ilmu, para ulama, orang tua
yang muslim dan para pengemban Al Qur’an dan ahlinya, serta penguasa yang adil. (HR. Abu
Dawud dan Aththusi)
Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk
diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut
ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian
orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka … neraka. (HR. Tirmidzi
dan Ibnu Majah)
Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari
kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka. (HR. Abu Dawud)
Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah
menjadikan ilmunya tidak bermanfaat. (HR. Al-Baihaqi)
Sesungguhnya Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggut tetapi dengan
mewafatkan para ulama sehingga tidak lagi tersisa seorang alim. Dengan demikian orang-orang
mengangkat pemimpin-pemimpin yang dungu lalu ditanya dan dia memberi fatwa tanpa ilmu
pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan. (Mutafaq’alaih)
Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguhnya
berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya daripada berkhianat dalam harta.
(HR. Abu Na’im)
Sedikit ilmu lebih baik dari banyak ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika dia
mampu beribadah kepada Allah (dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa bangga
(ujub) dengan pendapatnya sendiri. (HR. Ath-Thabrani)
ِّ ِ ‫اطلُب ُْوا ْال ِع ْل َم َولَ ْو ِب‬
‫الصي ِْن‬ ْ

4. Hukum Menuntut Ilmu


Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik dari Nabi saw bersabda,”Menuntut
ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”
Ilmu bisa kita dibagi menjadi dua macam :
4.1. Ilmu-ilmu yar’i
Menuntut ilmu-ilmu syar’i ini merupakan sebuah tuntutan akan tetapi hukum menuntutnya
disesuaikan dengan kebutuhan terhadap ilmu tersebut. Ada dari ilmu-ilmu itu yang menuntutnya
adalah fardhu ‘ain, artinya bahwa seseorang mukallaf (terbebani kewajiban) tidak dapat
menunaikan kewajiban terhadap dirinya kecuali dengan ilmu tersebut, seperti cara berwudhu,
shalat dan sebagainya, berdasarkan hadits,”Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”
Nawawi mengatakan,”Meskipun hadits ini tidak kukuh namun maknanya benar.”
Menuntut ilmu-ilmu itu tidaklah wajib kecuali setelah ada kewajiban tersebut (terhadap dirinya,
pen)... Diwajibkan terhadap setiap orang yang ingin melakukan jual beli untuk belajar tentang
hukum-hukum jual beli, sebagaimana diwajibkan untuk mengetahui hal-hal yang dihalalkan
maupun diharamkan baik berupa makanan, minuman, pakaian atau lainnya secara umum.
Demikian pula tentang hukum-hukum menggauli para istri apabila dirinya memiliki istri.
Adapun tentang kewajiban yang segera maka mempelajari ilmu tentangnya juga harus segera.
Begitu juga dengan kewajiban yang tidak segera, seperti : haji maka mempelajari tentangnya
juga bisa tidak disegerakan, menurut orang-orang yang berpendapat seperti itu.
Dari ilmu-ilmu syar’i itu ada yang menuntutnya adalah fardhu kifayah, yaitu ilmu-ilmu yang
mesti dimiliki oleh manusia dalam menegakan agama mereka, seperti menghafal al Qur’an,
hadits-hadits, ilmu tentang keduanya, ushul, fiqih, nahwu, bahasa, mengetahui tentang para
perawi hadits, ijma’, perbedaan pendapat ulama…
Ada pula ilmu-ilmu syar’i yang menuntutnya adalah disunnahkan, seperti mendalami tentang
pokok-pokok dalil, menekuninya dengan segenap kemampuannya yang dengannya bisa
menyampaikannya kepada fardhu kifayah.
4.2. Ilmu-ilmu yang bukan Syar’i
Sedangkan hukum menuntut ilmu-ilmu yang bukan syar’i maka ada yang fardu kifayah, seperti
ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk mendukung urusan-urusan dunia, seperti ilmu kedokteran
karena ilmu ini menjadi sesuatu yang penting untuk memelihara tubuh, atau ilmu hitung karena
ini menjadi sesuatu yang penting didalam muamalah (jual beli), pembagian wasiat, harta waris
dan lainnya. Ada juga yang menunututnya menjadi sebuah keutamaan, seperti mendalami
tentang ilmu hitung, kedokteran dan lainnya, Namun untuk melakukan ini tentunya
membutuhkan kekuatan dan kemampuan ekstra. Ada juga yang menuntutnya diharamkan, seperti
menuntut ilmu sihir, sulap, ramalan dan segala ilmu yang membangkitkan keragu-raguan. Ilmu-
ilmu ini pun berbeda-beda dalam tingkat keharamannya. (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal
10370 – 10371)
Adapun untuk mendapatkan ilmu itu sendiri yang paling utama adalah mendatanginya,
sebagaimana riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”…
Barangsiapa yang melalui suatu jalan untuk mendapatkan ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju surgea.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu
Hurairoh dan dia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
Hadits ini menunjukkan bahwa dianjurkan bagi seseorang untuk keluar dari rumahnya
mendatangi majlis-majlis ilmu walaupun dirinya harus melakukan perjalanan yang jauh seperti
kisah Nabi Musa dengan Khaidir. (Baca : Majelis Ilmu dan Jalan Ke Surga)
Hal lain yang perlu diketahui oleh para penuntut ilmu ini adalah meyakini bahwa orang-orang
yang menjadi sumber ilmunya (guru) itu adalah orang-orang yang shaleh, bertanggung jawab
terhadap ilmunya, memiliki prilaku yang baik, amanah, jujur, mengamalkan ilmunya.
Adapun cara untuk mendapatkan ilmu bisa dengan mendatangi sumber ilmu secara langsung di
majlisnya atau bisa juga dengan mencari atau memperdalamnya melalui sarana-sarana media
yang sangat mudah didapat saat ini, baik cetak maupun elektronik. Setelah itu hendaklah dirinya
melakukan penelaahan terhadap setiap ilmu / pengetahuan yang didapatnya untuk diterima atau
ditolak. Karena setiap pendapat atau perkataan seseorang bisa diterima atau ditolak kecuali
pendapat Rasulullah saw. Akan tetapi jika telah jelas kebenarannya maka tidak boleh baginya
untuk berpaling darinya karena pada dasarnyan kebenaran itu berasal dari Allah swt.
Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa
suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut
ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan
kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan
menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist
Nabi Muhammad saw :

Artinya : "Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun
perempuan". (HR. Ibn Abdulbari).

Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi
orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan;
menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh
umat yang lalu, baik yang berhubungan dangan 'aqaid dan ibadat, baik yang berhubungan dengan
soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.

Nabi Muhammad saw.bersabda

: ‫ َو َم ْن أ َ َرادَ ُه َما فَ َعلَ ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم‬,‫ َو َم ْن أ َ َرادَ األ َ ِخ َرة َ فَ َعلَ ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم‬,‫َم ْن أَ َرادَ الدُّ ْن َيا فَ َعلَ ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم‬
Artinya : "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia
memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia
mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia
memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR.Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa 'arab, ilmu sains
seperti perubatan, kejuruteraan, ilmu perundangan dan sebagainya adalah termasuk dalam ilmu yg
tidak diwajibkan untuk dituntuti tetapi tidaklah dikatakan tidak perlu kerana ia adalah daripada
ilmu fardhu kifayah. Begitu juga dengan ilmu berkaitan tarekat ia adalah sunat dipelajari tetapi
perlu difahami bahawa yg paling aula (utama) ialah mempelajari ilmu fardhu 'ain terlebih dahulu.
Tidak mempelajari ilmu fardhu 'ain adalah suatu dosa kerana ia adalah perkara yg wajib bagi kita
untuk dilaksanakan dan mempelajari ilmu selainnya tiadalah menjadi dosa jika tidak dituntuti,
walau bagaimanapun mempelajarinya amat digalakka Ilmu yang diamalkan sesuai dengan
perintah-perintah syara'. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib 'ain dan
adakalnya wajib kifayah. Sedang ilmu yang wajib kifayah hukum mempelajarinya, ialah ilmu-
ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang
wajib 'ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan 'aqidah yang wajib
dipercayai oleh seluruh muslimin, dan yang perlu di ketahui untuk melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji.

5. Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah

ILMU merupakan ibadah. Sebagian ulama bahkan mengatakan: Ilmu adalah shalat
yang tersembunyi dan ibadah hati. (Hilyah Thalibul Ilm hal. 9)
Maka tentunya dibutuhkan keikhlasan dalam menuntutnya, yakni benar-benar karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala, bukan karena kepentingan dunia. Allah berfirman:
"Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan
agama kepada-Nya." (Al Bayyinah: 5)
Nabi juga bersabda:
"Barangsiapa mempelajari ilmu yang diharapkan dengannya wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala
(ilmu syariat -pent), ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan bagian dari dunia, maka
ia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat." (Shahih, HR. Ahmad, Abu Dawud,
Hakim, dan Baihaqi. Lihat Shahihul Jami’: 6159)
Juga hendaknya ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya, karena bodoh itu sifat tercela
lebih-lebih menurut agama. Oleh karenanya, Nabi Musa ‘alaihis salam berlindung kepada Allah
dari kebodohan, katanya:
"Ya Allah sungguh aku berlindung kepada-Mu agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh."
(Al Baqarah: 67)
Demikian pula Nabi Yusuf ‘alaihis salam berlindung kepada Allah dari kebodohan. Allah
Subhanahu wa Ta’ala juga menasehatkan hal ini kepada Nabi Nuh ‘alaihis salam:
"… Sesungguhnya Aku memperingatkanmu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang
tidak berpengetahuan." (Hud: 46)
Sebaliknya, ilmu syariat adalah sesuatu yang terpuji dan dianjurkan. Maka tentu saja, niat untuk
berilmu dan menghindari kebodohan adalah niat yang baik.
Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya oleh muridnya yang bernama Al Muhanna. Katanya:
Apakah amalan yang terbaik? Jawab Imam Ahmad: Menuntut ilmu. Kukatakan: Buat siapa
keutamaan ini? Jawabnya: Bagi yang niatnya benar. Kukatakan: Bagaimana niat yang benar?
Jawabnya: Berniat untuk bertawadhu’ padanya dan untuk
menghilangkan kebodohan dari dirinya. Dalam riwayat lain: Juga dari umatnya. (Adab
Syar’iyyah 2:38 dan Kitabul Ilmi-Ibnu Utsaimin hal. 27)
Termasuk niat yang baik adalah membela syariat. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah
menjelaskan, hendaknya penuntut ilmu berniat mencari ilmu untuk membela syariat. Karena,
membela syariat tidak mungkin dilakukan kecuali oleh para pembawa syariat itu. Ilmu itu persis
seperti senjata, …dan sesungguhnya bid’ah yang baru akan terus muncul sehingga terkadang
sebuah bid’ah tidak muncul di jaman terdahulu dan tidak terdapat dalam buku-buku. Sehingga,
tidak mungkin membela syariat ini kecuali seorang penuntut ilmu. (Kitabul Ilmi-Ibnu
Utsaimin:28
Cara untuk mendapat hidayah dan mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah dengan
menuntut ilmu syar’i. Menuntut ilmu sebagai jalan yang lurus (ash shirathal mustaqim), untuk
memahami antara yang haq dan bathil, yang bermanfaat dengan yang mudaharat
(membahayakan), yang dapat mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Seorang muslim tidaklah cukup hanya menyatakan ke-Islamannya, tanpa memahami Islam dan
mengamalkannya. Pernyataannya itu harus dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari
Islam.
Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi. Seorang muslim
diwajibkan untuk menuntut ilmu syar’i. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam bersabda :
َ ٌ‫ب ا ْل ِع ْل ِم فَ ِر ْيضَة‬
ْ ‫ع َلى ك ُِل ُم‬
‫ عن أنس بن مالك‬224 ‫س ِل ٍم (رواه ابن ماجه‬ ُ َ‫ َطل‬t)
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. (HR Ibnu Majah No. 224 dari shahabat Anas bin
Malik t, lihat Shahih Jamiush Shagir, no. 3913)2
6. Pentingnya Menuntut Ilmu

Sesungguhnya ilmu adalah cahaya dan petunjuk sedangkan kebodohan adalah kegelapan
dan kesesatan. Pelajarilah apa yg telah Allah turunkan kepada rasul-Nya yaitu Alquran.
Belajarlah dari para ulama krn ulama sesungguhnya adl pewaris para nabi. Sedangkan para nabi
tidak mewariskan harta benda dinar ataupun dirham. Mereka hanya mewariskan ilmu maka
barangsiapa yg berpegangan kepadanya berarti ia telah mendapatkan bagian yg banyak dari
warisan mereka. Tuntutlah ilmu krn ia merupakan kemuliaan di dunia dan akhirat dan pahala yg
terus-menerus sampai hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Mujaadalah ayat
11yang artinya “Niscaya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yg beriman di antara
kamu dan orang-orang yg diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yg kamu kerjakan.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan bahwa
salah satu dari amalan yg tidak akan putus pahalanya dari seorang muslim yg telah meninggal
sekalipun adl ilmu yg bermanfaat.
Kaum Muslimin rahimakumullah! Lihatlah peninggalan para ulama yg tak terhingga
sampai saat ini masih ada di hadapan kita sepanjang bulan sepanjang tahun. Peninggalan mereka
dipuji jalan mereka dituruti nama mereka ditinggikan dan usaha mereka disyukuri. Jika mereka
disebut dalam majlis-majlis orang-orang berdoa dan mengharapkan rahmat Allah utk mereka.
Jika disebutkan amal kebajikan dan adab yg tinggi maka ketahuilah merekalah panutan manusia
dalam hal itu. Islam tidak membiarkan umatnya dalam kebodohan apa pun bentuknya. Islam
justru menuntut umatnya utk menjadi umat yg melandaskan segala pikiran perbuatan dan tindak
tanduknya di muka bumi ini dgn ilmu. Jadi adalah hal yg tak terbantahkan kewajibannya
menuntut ilmu bagi seorang muslim. Orang yg berbuat tanpa ilmu pasti tersesat dan bahkan bisa
menyesatkan.

Tidaklah mungkin akan sama antara orang yg berilmu dgn orang yg tidak berilmu. Tidak
mungkin sama orang yg berjalan digelapan dgn cahaya di tangannya sebagai penerang jalan dgn
orang yg berjalan di kegelapan tanpa cahaya menerangi jalannya. Renungkanlah sejenak firman
Allah berikut yg artinya “Dan apakah orang yg telah mati kemudian dia Kami hidupkan dan
Kami berikan kepadanya cahaya yg terang dengannya ia dapat berjalan di tengah-tengah
manusia serupa dgn orang yg berada dalam gelap gulita dan sama sekali tidak dapat keluar
darinya?Demikianlah orang-orang kafir itu dijadikan memandang baik apa yg telah mereka
kerjakan.”Kebodohan akan membuat orang yg memilikinya memandang baik segala yg
diperbuatnya. Itu karena ia tidak memiliki ilmu yg dapat membedakan baik dan buruknya
sesuatu.
Ilmu amatlah luas, jika di pelajari tidak akan pernah selesai, selama bumi masih berputar,
selama hayat di kandung badan selama itu pula manusia memerlukan ilmu pengetahuan islam tidak
hanya cukup pada perintah menuntut ilmu, tetapi menghendaki agar seseorang itu terus menerus
melakukan belajar, karena manusia hidup di dunia ini perlu senantiasa menyesuaikan dengan alam
dan perkembangan zaman. Jika manusia berhenti belajar sementara zaman terus berkembang maka
manusia akan tertinggal oleh zaman sehingga tidak dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan
zaman, terutama pada zaman sekarang ini, zaman yang di sebut dengan era globalisasi, orang di
tuntut untuk memiliki bekal yang cukup banyak, berupa ilmu pengetahuan. Bahkan kalau perlu
menuntut ilmu di lakukan tidak hanya di tempat yang dekat tetapi kalau perlu harus mengembara
untuk menuntut ilmu di tempat yang jauh. Sebagaimana sabda Rosull :
“Makin tinggi seseorang menuntut ilmu, makin tinggi pula nilai ilmu yang ia miliki, makin tinggi
ilmu seseorang makin banyak kesempatan bagi orang tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.”
Peranan ilmu pengetahuan dalam kehidupan seseorang sangat besar, dengan ilmu pengetahuan,
derajat manusia akan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Seperti firman Allah dalam
Surat Al-Mujaadilah ayat ; 11
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Segala jenis pekerjaan yang dilakukan selalu memerlukan ilmu pengetahuan, dalam kehidupan
sehari-hari misalnya, dapat dilihat bahwa pada umumnya orang yang memiliki ilmu pengetahuan
yang tinggi, taraf kehidupannya lebih baik dari pada orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan
atau orang ilmu pengetahuannya rendah, baik ilmu agama maupun ilmu umum biasanya tidak
mengalami kesulitan dalam memenuhi atau menyediakan kebutuhan hidup sehari-hari, misalnya
untuk makan, pakaian, obat-obatan dan tempat tinggal.
Satu hal yang lebih penting lagi, bahwa orang yang berilmu memiliki pendirian yang teguh, tidak
mudah terombang-ambing tidak mudah tergoda oleh bujukan syetan. Sebagaimana sabda
Rasulullah Saw.
Artinya :“Seseorang yang alim lebih sulit di goda oleh syetan dari pada seribu orang yang ahli
ibadah (tetapi tidak berilmu),” (H.R. Turmudzi).
Dapat di lihat dalam kehidupan masyarakat terjadinya gangguan ketertiban di akibatkan karena
beberapa faktor, salah satunya ialah kurangnya ilmu pengetahuan yang di miliki oleh anggota
masyarakat itu, seperti :

1. Kurangnya pengetahuan agama dalam suatau anggota masyarakat mengakibatkan kurang


mengerti / paham tentang batas-batas halal dan haram sehingga cenderung berbuat
seenaknya, tidak tahu malu, dan tidak tahu sopan santun.
2. Kurangnya pengetahuan umum karena tidak bersekolah atau putus sekolah, sehingga tidak
terampil menciptakan pekerjaan sendiri, sulit mencari pekerjaan akibatnya sulit mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jika keadaannya demikian ditambah
lagi dengan kurangnya pengetahuan tentang agama maka orang mudah terjerumus kedalam
perbuatan yang dilarang oleh agama seperti berjudi, mencuri, merampok, bahkan
membunuh.

Islam sangat memperhatikan kebahagiaan dunia dan akhirat sebagaimana firman Allah Swt, yang
artinya, “Peliharalah diri dan keluargamu dariapi neraka.” Keluarga adalah masyarakat terkecil,
jika semua keluarga di dalam masyarakat itu baik, maka baik pulalah kehidupan dalam masyarakat
dan alangkah indahnya sesuatu masyarakat yang anggota masyarakatnya memiliki keterpaduan
antara ilmu agama dan ilmu umum.

7. Pentingnya Mengamalkan Ilmu

Ilmu yang telah didapat dari usaha menuntut ilmu adalah untuk di amalkan karena ilmu itu
terjaga dan tidak mudah hilang apabila telah diamalkan, terkhusus pada diri sendiri, apakah ilmu
yang telah didapat di amalkan pada kebaikan diri sendiri karena sebelum mengamalkan ilmu pada
orang lain setidaknya telah diamalkan pada diri sendiri. Setinggi apapun seseorang menuntut ilmu
jika tidak di amalkan maka dengan sendirinya ilmu tersebut akan mudah hilang, ilmu akan
bertambah jika di amalkan sebaliknya ilmu akan menghilang jika tidak di amalkan.
Diantara salaf ada yang berkata-kata : “usaha kami untuk menjaga ilmu yang kami miliki bersandar
pada amalan kami, sebagian lagi mengatakan : ilmu itu menuntut untuk di amalkan, jika tuntutan
ilmu itu telah terpenuhi maka ia akan menetap dan jika tidak di penuhi maka ia akan pergi
menghilang.”
Sekecil apapun ilmu yang diajarkan kepada orang lain selama itu bersifat kebaikan niscaya Allah
akan senantiasa meridhainya. Ibnu Abbas berkata : “Sesungguhnya orang yang mengajarkan
kebaikan kepada orang lain, maka setiap hewan melata akan menohonkan ampunan baginya,
termasuk pula ikan paus di lautan, (Mukhtasar Minhajul Qashidin ; 11).” Orang yang mengajarkan
ilmu akan mendapatkan balasan pahala seperti pahala orang yang mengamalkan ilmu tersebut, dan
yang lebih utamanya lagi ialah pahala seorang alim akan terus bermanfaat dan tidak akan terputus
meskipun telah wafat.
Dengan mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan menyeru kepadaNya serta berlaku sabar
dalam menjalaninya agr ilmu yang telah di peroleh memiliki buah yang baik dan dapat
berkembang, dengan demikian banyak orang lain yang dapat menfaat dari ilmu tersebut.
Hendaklah diketahui bahwa hanya dengan ilmu derajat seseorang bisa terangkat, kecuali jika ilmu
tersebut telah diamalkan. Dalam menafsirkan ayat ; “Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya
kami tinggikan dengan ayat-ayat itu” (QS. Al-A’raaf ; 176).” Ayat ini menunjukkan dengan jelas
bahwa hanya dengan ilmu, derajat seseorang tidak bisa terangkat, karena Allah telah
mengkhabarkan dalam ayat tersebut bahwa dia telah mendatangkan kepada sekelompok orang
ayat-ayat tersebut, dan ia tidak bisa mengangkat derajat mereka. Sesungguhnya derajat orang yang
berilmu hanyalah terangkat sesuai dengan kadar pengemalannya dan seseorang yang telah
mengamalkan ilmu yang telah di dapatnya niscaya Allah Swt akan mengajarkan kepadanya ilmu
yang belum di kehendakinya.
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang yang baik, maka ia akan difahamkan
dalam urusan agama.” [HR. Bukhari]
Islam mewajibkan kaum muslimin dan muslimat untuk menuntut ilmu sejak dari buaian sampai
liang lahat, sebab orang yang berilmu di masyarakat menduduki derajat yang tinggi, sedangkan
yang tidak berilmu menduduki derajat yang rendah.
Islam menganggap bahwa agama tidak akan mendapat tempat yang baik, apabila orang-orang
Islam sendiri tidak mempunyai pengetahuan yang matang dan pikiran yang sehat. Oleh karena
itu, pengetahuan bagi Islam bagaikan ruh (nyawa) bagi manusia.
Berdasarkan pernyaaan di atas, maka saya akan kemukakan nasehat yang utama bagi kita semua.
Yakni tentang perlunya semangat dalam menuntut ilmu dan tafaqquh fid-din, akan tetapi pada
kenyataannya banyak dari kita yang tidak sungguh-sungguh dalam belajar, bahkan
meninggalkannya (berpaling darinya). Telah menjadi keprihatinan tersendiri dalam benak saya.
Oleh karena itu, insya Allah akan dijelaskan dan diuraikan urgensi tholibul ilmi dari dalil-dalil
Al_Qur’an, disertai ta’liq sederhana.
Ikhwan wa akhwat fillah yang dirahmati_Nya,
Allah subhanahu wa ta’ala telah banyak memaparkan pentingnya menuntut ilmu dalam deretan
firman_Nya yang mengagumkan.
Artinya : “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan
yang demikian itu). Tak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” [QS. Ali Imran (3): 18]

8. Mensyukuri Nikmat Alloh dengan Menuntut Ilmu

Sesungguhnya wajib bagi kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan cara
melaksanakan kewajiban terhadap-Nya. Merupakan kewajiban karena nikmat yang telah
diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada kita. Seseorang yang tidak melaksanakan
kewajibannya kepada orang lain yang telah memberikan sesuatu yang sangat berharga baginya,
ia adalah orang yang yang tidak tahu berterima kasih. Maka manusia yang tidak melaksanakan
kewajibannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah manusia yang paling tidak tahu
berterima kasih.
Apakah kewajiban yang harus kita laksanakan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah
memberikan karuniaNya kepada kita? Jawabannya adalah karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah
memberikan karuniaNya kepada kita dengan petunjuk ke dalam Islam dan mengikuti Nabi
Muhammad Shallallahu'alaihi wa salam, maka bukti terima kasih kita yang paling baik adalah
dengan beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala secara ikhlas, mentauhidkan Allah
Subhanahu wa Ta'ala, menjauhkan segala bentuk kesyirikan, ittiba’ (mengikuti) Nabi Muhammad
Shallallahu'alaihi wa salam, taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan RasulNya
Shallallahu'alaihi wa salam, yang dengan hal itu kita menjadi muslim yang benar.
Muslim sejati ialah muslim yang mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala semata dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, serta ittiba’ hanya kepada Nabi
Muhammad Shallallahu'alaihi wa salam. Oleh karena itu untuk menjadi seorang muslim yang
benar, ia harus menuntut ilmu syar’i. Ia harus belajar agama Islam, karena Islam adalah ilmu dan
amal shalih. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam diutus Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk
membawa keduanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
( َ‫ِين ك ُِل ِه َولَ ْو ك َِر َه ا ْل ُمش ِْركُون‬ َ ‫َق ِليُ ْظ ِه َر ُه‬
ِ ‫علَى الد‬ ِ ‫ِين ا ْلح‬
ِ ‫سولَهُ ِبا ْل ُهدَى َود‬ َ ‫)ه َُو الَّذِي أ َ ْر‬
ُ ‫س َل َر‬
Dia-lah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang
benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.
(QS At Taubah:33 dan Ash Shaf : 9).
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman :
َّ ِ‫ِين ك ُِل ِه َو َكفَى ب‬
(‫اَّللِ ش َِهيدًا‬ َ ُ‫َق ِليُ ْظ ِه َره‬
ِ ‫علَى الد‬ ِ ‫ِين ا ْلح‬
ِ ‫سولَهُ بِا ْل ُهدَى َود‬ َ ‫) ه َُو الَّذِي أ َ ْر‬
ُ ‫س َل َر‬
Dia-lah yang telah mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar
dimenangkanNya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (QS Al Fath : 28).
Yang dimaksud dengan ‫( ال ُهدَى‬petunjuk) ialah ilmu yang bermanfaat, dan ‫َق‬ ِ ‫( ِد ْينُ ا ْلح‬agama yang
benar) ialah amal shalih. Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus Nabi Muhammad
Shallallahu'alaihi wa salam untuk menjelaskan kebenaran dari kebatilan, menjelaskan tentang
nama-nama Allah Subhanahu wa Ta'ala, sifat-sifatNya, perbuatan-perbuatanNya, hukum-hukum
dan berita yang datang dariNya, memerintahkan semua yang bermanfaat untuk hati, ruh dan jasad.
Beliau Shallallahu'alaihi wa salam memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah semata-mata
karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, mencintaiNya, berakhlak dengan akhlak yang mulia, beramal
shalih, beradab dengan adab yang bermanfaat. Beliau Shallallahu'alaihi wa salam melarang
perbuatan syirik, amal dan akhlak yang buruk yang berbahaya untuk hati dan badan, dunia dan
akhirat.1
Cara untuk mendapat hidayah dan mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah
dengan menuntut ilmu syar’i. Menuntut ilmu sebagai jalan yang lurus (ash shirathal mustaqim),
untuk memahami antara yang haq dan bathil, yang bermanfaat dengan yang mudaharat
(membahayakan), yang dapat mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Seorang muslim tidaklah cukup hanya menyatakan ke-Islamannya, tanpa memahami Islam
dan mengamalkannya. Pernyataannya itu harus dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari
Islam.
Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi. Seorang muslim
diwajibkan untuk menuntut ilmu syar’i. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam bersabda :
َ ٌ‫ب ا ْل ِع ْل ِم فَ ِر ْيضَة‬
ْ ‫ع َلى ك ُِل ُم‬
) t ‫ عن أنس بن مالك‬224 ‫س ِل ٍم (رواه ابن ماجه‬ ُ َ‫َطل‬
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. (HR Ibnu Majah No. 224 dari shahabat Anas bin
Malik t, lihat Shahih Jamiush Shagir, no. 3913)

9. Keutamaan Ilmu dan Menuntutnya

Ilmu memiliki keutamaan, diantaranya :


9.1. Menuntut ilmu adalah jalan menuju Surga. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam
bersabda :
‫س َّه َل هللاُ لَهُ ِب ِه َط ِر ْي ًقا ِإلَى ا ْل َجنَّ ِة‬ ُ ‫سلَكَ َط ِر ْي ًقا يَ ْلت َ ِم‬
َ ‫س فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬ َ ‫… َم ْن‬
) t ‫ و غيره عن أبي هريرة‬2699 ‫ رقم‬2074/4‫(رواه مسلم‬
Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan
mudahkan baginya jalan menuju Surga. (HR Muslim 4/2074 no. 2699 dan yang lainnya dari
shahabat Abu Hurairah t).

9.2. Warisan para Nabi, sebagaimana sabda Rasululloh :


‫ِي‬ ِ ‫ارا َو ََل د ِْر َه ًما ِإنَّ َما َو َّرثُوا ا ْل ِع ْل َم فَ َم ْن أ َ َخذَ ِب ِه أَ َخذَ ِبح ٍَظ َوا ِف ٍر َر َواه‬
ْ ‫الت ْر ِمذ‬ ِ ‫ِإنَّ ا ْلعُلَ َما َء َو َرثَةُ ْاْل َ ْن ِب َي‬
ً َ‫اء ِإنَّ ْاْلَ ْن ِب َيا َء لَ ْم يُ َو ِرثُوا دِين‬
Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak
pula dirham, namun hanya mewariskan ilmu. Sehingga siapa yang mengambil ilmu tersebut
maka telah mengambil bagian sempurna darinya (dari warisan tersebut). (HR At Tirmidzie )
9.3. Allah mengangkat derajat ahli ilmu didunia dan akherat, sebagaimana firmanNya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:”Berlapang-lapanglah dalam
majlis”, lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.Dan apabila
dikatakan:”Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 58:11)
9.4. Ilmu Pintu kebaikan dunia dan akherat, sebagaimana sabda Rasululloh :
ِ ‫َّللاُ ِب ِه َخي ًْرا يُ َف ِق ْههُ ِفي الد‬
‫ِين‬ ‫َم ْن يُ ِر ْد ه‬
Barang siapa yang Allah inginkan padanya kebaikan maka Allah fahamkan agamanya.
PENUTUP

Kesimpulan

Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna
untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-
tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang
diridhai Allah swt. Rasulullah Saw.,
bersabda: ‫ضة ٌ َعلَى ُك ِِّل ُم ْس ِل ٍم‬
َ ‫طلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
َ ٍ‫م‬
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam”
(Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)
Seorang muslim tidaklah cukup hanya menyatakan ke-Islamannya, tanpa memahami Islam
dan mengamalkannya. Pernyataannya itu harus dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari
Islam.
Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi. Seorang muslim
diwajibkan untuk menuntut ilmu syar’i. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam bersabda :
َ ٌ‫ب ا ْل ِع ْل ِم فَ ِر ْيضَة‬
ْ ‫علَى ك ُِل ُم‬
) t ‫ عن أنس بن مالك‬224 ‫س ِل ٍم (رواه ابن ماجه‬ ُ َ‫َطل‬
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. (HR Ibnu Majah No. 224 dari shahabat Anas bin
Malik t, lihat Shahih Jamiush Shagir, no. 3913)
DAFTAR PUSTAKA

Hadisaputra Ihsan, 1981, “Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan
Pengalamannya”, Surabaya : Al – Ikhlas

Http://hitsuke.blogspot.com/2010/09/kewajiban-menuntut-ilmu-hadits-tarbawi.html
Http://www.google.com/hadist-menuntut-ilmu
Http://www.geocities.com\broadway\4516\
Http://www.alhamidiyah.com/?v=fatwa&baca=19
Http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/bagaimana-yg-di-sebut-menuntut-ilmu-dalam-
islam.htm
Http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/09/kewajiban-menuntut-ilmu/

Anda mungkin juga menyukai