28
29
7. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH
29
30
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
GKA KONSEPTUAL MASALAH
30
31
31
32
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Datau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
32
33
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Da
frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air
besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
33
34
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
19. Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi lebih
dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. D
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar encer tersebut bisa dapat atau tanpa disertai lendir darah
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
Diare adalah kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari disertai penurunan konsistensi feses dan/atau
peningkatan volume dan massa feses melebihi 200 gram per hari. Diare
akut apabila diare berlangsung kurang dari 14 hari. Diare lebih dari 14 hari
disebut diare persisten, namun jika berlangsung terus menerus lebih dari
tiga bulan disebut sebagai diare kronis. Cara penularan diare pada
umumnya adalah secara oro-fecal melalui 1) makanan dan minuman yang
telah terkontaminasi oleh enteropatogen, 2) kontak langsung tangan
dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita,
atau tidak langsung melalui lalat. Di dalam bahasa Inggris maka terdapat 4
F di dalam cara penularan diare ini yaitu food(makanan), feces (tinja),
finger (jari tangan), and fly (lalat) (Thomas et al., 2003; Juckett and
Trivedi, 2011).
20. Etiologi Diare
Diare dapat dikatakan sebagai masalah pediatrik sosial karena
diaremerupakan salah satu penyakit utama yang terdapat di negara
berkembang,dimana adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya diare
34
35
pada balita itu sendiri yaitu diantaranya faktor penyebab (agent), penjamu
(host), dan factor lingkungan (environment) (Sinthamurniwaty, 2006).
Faktor penyebab (agent) yang dapat menyebabkan kejadian diare
padabalita diantaranya karena faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor
makanan (Olyfta, 2010). Sedangkan dari faktor penjamu (host) yang
menyebabkan diare pada balita yaitu dari faktor status gizi balita dan
faktor perilaku hygiene yang buruk misalnya dalam perilaku mencuci
tangan, kebersihan puting susu, kebersihan dalam botol susu dan dot susu
pada balita. Kemudian dari faktor lingkungan (environment) yang
menyebabkan balita terkena diare yaitu dari kondisi sanitasi lingkungan
yang kurang baik misalnya dalam penggunaan kebersihan air yang
digunakan untuk mengolah susu dan makanan balita (Purwidiana, 2009).
Penyebab diare berkisar dari 70% sampai 90% dapat diketahui
dengan pasti. Penyebab diare digolongkan menjadi dua penyebab yaitu
secara langsung dan secara tidak langsung. Penyebab langsung merupakan
penyakit langsung yang disebabkan antara lain melalui infeksi bakteri,
virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun
keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad ikan, buah dan sayuran.
Sedangkan penyebab tidak langsung merupakan faktor-faktor yang
mempermudah atau mempercepat terjadinya diare seperti keadaan gizi,
sanitasi lingkungan, perilaku hidup besih dan sehat, kependudukan, sosial
ekonomi (Sinthamurniwaty, 2006).
Faktor penyebab (agent) diare dapat dibagi menjadi empat faktor
yaitu meliputi faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan dan
faktor psikologis. Faktor infeksi dibagi menjadi dua yaitu infeksi enternal
adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, disebabkan oleh bakteri E. Coli, rotavirus, cacing,
protozoa dan jamur, sedangkan infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat
pencernaan makanan seperti Tonsilitis, Bronkopneumonia dan Ensefalitis.
Faktor malabsorbsi misalnya malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein.
Selanjutnya faktor makanan yaitu apabila seseorang mengkonsumsi seperti
makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan. Apabila seseorang
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
2) Feses
Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumlah lekosit di feses
pada inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit).
7. Penatalaksanaan
a. Rehidrasi
Bila pasien keadaan umum baik tidak rehidrasi maka asupan cairan yang
adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan yang
lainnya. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi
penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral
dengan cairan isotonik mengandung elektrolit dan gula. Untuk
memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi.
Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, sedang dan berat. Ringan bila
pasien kehilangan cairan 2-5% dari berat badan. Sedang bila pasien
kehilangan cairan 5-8% dari berat badan. Berat bila pasien kehilangan
cairan 8-10% dari berat badan. Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui
oral, enteral melalui selang nasogastrik atau intravena (Simandibrata, K
dan Daldiyono., 2007).
b. Diet
Pasien diare tidak dianjurkan untuk berpuasa, kecuali bila muntah-muntah
hebat. Pasien justru dianjurkan minum minuman sari buah, teh, minuman
tidak bergas, makanan yang mudah dicerna seperti pisang, nasi atau sup
(Simandibrata, K dan Daldiyono., 2007).
c. Obat anti diare
1) Kelompok opioat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl
serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Efek
kelompok obat tersebut adalah menghambat propulsi, peningkatan
absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekuensi diare. Bila digunakan secara benar maka obat
ini mampu mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Bila diare
44
45
akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak
dianjurkan.
2) Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin
atau smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat
menyerap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut
maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang
dapat merangsang sekresi elektrolit.
3) Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium,
Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat
membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan
mengurangi frekuensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat
mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit.
4) Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan
Bifidobacteria bila mengalami peningkatan jumlahnya do dalam
saluran cerna maka akan memiliki efek positif karena berkompetisi
untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan
keberhasilan mengurangi/ menghilangkan diare harus diberikan dalam
jumlah yang adekuat.
8. Pencegahan
Pencegahan penyakit diare yang efektif meliputi perilaku sehat dan
penyehatan lingkungan. Perilaku sehat meliputi (Depkes, 2011):
a. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. ASI memiliki khasiat
preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandung. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare.
Pemberian ASI secara penuh pada bayi yang baru lahir memiliki daya
lindung 4 kali lebih besar terhadap diare dibandingkan dengan pemberian
susu formula.
b. Pemberian Makanan Pendamping ASI
45
46
46
47
47
48
C. Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara status gizi anak dengan kejadian diare pada
balita di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
2. Terdapat hubungan antara makanan yang dikonsumsi anak dengan
kejadian diare pada balita di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
3. Terdapat hubungan antara rutinitas mendapatkan suplementasi vitamin A
dengan kejadian diare pada balita di Kemranjen tahun 2016.
4. Terdapat hubungan antara perilaku ibu dalam penanganan diare dengan
kejadian diare pada balita di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
5. Terdapat hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan
kejadian diare pada balita di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
48
49
6. Terdapat hubungan antara kondisi rumah dengan kejadian diare pada balita
di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
7. Terdapat hubungan antara pendapatan per kapita dengan kejadian diare
pada balita di Kecamatan Kemranjen tahun 2016.
49