Disudut ruangan ini kurangkai kata demi kata pada helai demi
helai kertas putih tak bernoda, kurangkum isi hati dengan rumus
“31 ≤≥ 13” hingga terbentang benang merah
hatiku………DISEPANJANG JALAN KENANGAN
BAB I
BAB II
BAB III
Satu jam, dua jam, tiga jam sampai 24 jampun anakku belum
sadar jg, menurut dokter operasi sudah berhasil, darah beku yang ada
dalam rongga kepala itupun sudah diangkat, hanya saja daya tahan
tubuh anakku yang lemah, mungkin karena pada saat kecelakaan itu
anakku sedang dalam keadaan lelah sehabis bermain bola kaki
disekolahnya, namun kami tidak putus harap, usaha sdh dilakukan,
dokter sdh berusaha semaksimal mungkin, hanya doalah yang tak
henti2nya kami pohonkan kehadirat ilahi rabbi, berharap suatu
keajaiban mudah-mudahan anakku bisa melewati masa kritisnya dan
pulih seperti sedia kala. Hari pertama, hari kedua sdh
berlalu…anakku belum juga sadar dari komanya, sanak family, handai
taulan, guru dan teman2 anakku silih berganti datang membesuk dan
memberikan doa utk kesembuhan anakku, namun Tuhan berkata
lain…dihari ketiga…sekitar jam 3 dini hari perawat memanggilku…
spontan suami, dua anakku dan adik bungsuku ikut menghampiri,
kami masuk keruangan ICU tempat anakku dirawat, dokter dan
perawat meminta izin untuk melepas semua alat medis yang menempel
ditubuh anakku……. Ya ALLAH…jantungku berdetak tak karuan,
aku terhenyak, lemas tubuhku, putus sudah
harapanku…anakku….bathinku menjerit!, namun aku tak kuasa lg
bersuara, sambil memeluk anakku aku menangis, hatiku berontak,
inikah jawaban dari doa-doaku Tuhan? Sungguh tidak adil…begitu
cepat Kau ambil anakku….dengan sigap suamiku yang kelihatan lebih
kuat dan bisa menerima keadaan mendekat kearah telinga anakku,
dibisikkan kalimah LAAILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR
RASUULULLAH…PERGILAH DENGAN TENANG ANAKKU,
NANTIKAN ABAH DAN EMAK DISYURGA…., itulah kalimat yang
mengiringi kepergian anakku kepangkuanAllah swt, sambil menahan
tangis suamiku memegang tanganku dan berucap, “ sudahlah…mari
kita doakan anak kita, ikhlaskan…agar lapang jalannya, Tuhan lebih
menyayanginya, Tuhan tidak mau dia menderita, dia akan lebih
bahagia disana, karena pasti syurgalah tempatnya”sambil berbalik
memeluk dua orang anak perempuanku yang sedang menangis,
pecahlah tangis suamiku….yang sedari tadi tertahan…” adek dayat
sudah taada nak.. “ itu saja yg mampu terucap dari mulut
suamiku…selanjutnya hanya isak tangis yang terdengar. Dalam
suasana sedih, ZULKHAIRUZZAMAN adik bungsuku menyampaikan
kabar duka ini kepada keluarga, dalam sekejap saja keluargapun
berdatangan menyampaikan bela sungkawa dan doa, sebagian keluarga
mempersiapkan administrasi agar jenazah anakku bisa lebih cepat
dibawa pulang, sebagian lagi mempersiapkan dirumah duka dan
selanjutnya persiapan hal2 lain terkait pemakaman. Saat –saat
menjelang pemakamanpun terasa begitu cepat, rasa sebak didada,
perasaan berkecamuk…ada rasa sedih, sesal dan marah, apa lagi
setelah mengetahui penyebab kecelakaan itu terjadi, tapi sekali lagi aku
harus pasrah, berserah diri akan ketentuan Allah, berharap ada
hikmah dibalik muibah ini, “Ya Allah…kuatkan aku…agar bisa
mengikhlaskan kepergian anakku…. “ dan saat ini.. sepuluh tahun
telah berlalu…saat aku mencurahkan Kata demi kata… melalui
tulisan ini… air matakupun tak henti2nya membasahi pipi,
mengenang saat-saat terakhir bersama dia buah hatiku MUHAMMAD
NUR HIDAYAT “Ya Allah…berikan tempat yg istimewa disisiMu,
tenanglah dikau anakku….dipangkuan Ilahi Rabbi…
BAB IV
Tak jauh berbeda, tugas pokok dan fungsiku ditempat yang baru
ini adalah memberikan pemahaman tentang wawasan kebangsaan,
penerapan nilai2 panca sila dan menanamkan rasa cinta tanah air
melalui program kegiatan sosialisasi, dialog dan bentuk kegiatan
lainnya yang masih bersentuhan dengan masyarakat melalui
organisasi2/forum2 dan paguyuban serta guru dan anak didik pada
semua jenjang pendidikan dikota batam.
BAB V
Masa berlalu begitu cepat, pada usia 27 tahun perkawinanku
tepatnya tanggal 14 agustus 2014, aku merasakan seolah-olah berada
pada masa awal-awal perkawinan, yang mana tinggal aku, suami dan
anak bungsuku, dari tiada kemudian ada dan akhirnya tiada lagi. Dari
sendiri, berdua, punya anak 1, 2,3 dan 4, kemudian 1 dijemput oleh
Allah swt, 2 lagi dijemput oleh jodohnya…akhirnya tinggallah keluarga
kecilku, begitulah RODA KEHIDUPAN, pembelajaran dapat kita petik
dari proses ini bahwa kitapun akan menjadi tiada atau meninggalkan
dunia ini jika tiba waktunya, tiada yang kekal dan abadi didunia,
akhirat jua tempat yang abadi, semoga kita selalu ingat untuk
memperbanyak amal kebaikan sebagai bekal kita menuju tempat yang
abadi, Aamiin…
310813092016