Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tahap tumbuh kembang anak adalah tahap yang penting untuk
menentukan kematangan fisik maupun psikologis seorang anak. Proses
tumbuh kembang adalah suatu proses yang terintegrasi satu sama lain
untuk mendukung keberhasilan kedua aspek tersebut di setiap tahapannya.
Demikian pentingnya proses tumbuh kembang seorang anak maka perlu
adanya suatu penatalaksanaan yang akan membantu menilai sekaligus
mendukung proses tumbuh kembang tersebut yaitu melalui pengkajian
DDST.
Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah
metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan
pertumbuhan dan perkembangan anak usia 0-6 tahun. Pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik
seseorang. Sedangkan Perkembangan digunakan untuk menunjukan
bertambahnya keterampilan dan fungsi yang kompleks. Pengkajian DDST
adalah salah satu metode yang sering digunakan dalam mengkaji tingkat
kematangan seorang anak sesuai dengan usianya. Dalam meningkatkan
kecakapan mahsiswa untuk mengkaji pertumbuhan dan perkembangan
anak, maka kami melakukan lawatan ke TKK Laksana Kumara untuk
mengkaji DDST anak di TKK tersebut.
B. Tujuan Kegiatan
Kegiatan lawatan ke TKK Laksana Kumara bertujuan untuk :
1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang tumbuh kembang anak
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan pengkajian
terhadap tumbuh kembang anak (DDST)
3. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang kegiatan belajar
mengajar anak di tingkat TKK
4. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang masalah kesehatan
yang mungkin terjadi pada anak TK serta penanganannya
C. Manfaat Kegiatan
1. Manfaat bagi mahasiswa :
- Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar tumbuh kembang
- Mahasiswa dapat melakukan pengkajian terhadap tumbuh
kembang anak
- Mahasiswa dapat mengetahui maslah-masalah yang terjadi
pada proses tumbuh kembang.
2. Manfaat bagi lembaga :
- Lembaga dapat memperoleh informasi terkini tentang tumbuh
kembang anak
3. Manfaat bagi anak-anak :
- Anak dapat berinteraksi dengan orang baru
- Anak dapat mengekspresikan kemampuan mereka
- Hubungan interpersonal anak dapat ditingkatkan
D. Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini dilakukan dengan cara pembacaan literatur dan
pendokumentasian hasil praktek lapangan.
BAB II
ISI
A. Profil Lembaga
1. Pengertian TK dan Sejarah Bedirinya
Taman kanak-kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan
anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk
pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Istilah kindergarten ( kinder= anak, garten= taman) atau taman
kanak-kanak mulai dikenal setelah Friedrich Wilhelm Frobel ( 1782-
1852) seorang ahli pendidikan, mendirikan Kindergarten di Jerman pada
1837. Sebagai orang pertama yang memperkenalkan kindrgarten system,
Froble percaya bahwa esensi pendidikan anak usia dini adalah pada
aktivitas diri anak itu sendiri dan bermaian.
Pemikiran tentang pentingnya pendidikan khusus bagi anak usia
dini sesungguhnya juga sudah dilontarkan jauh sebelumnya oleh para
filusuf dan tokoh pendidikan seperti Marthin Luther (1483-1546), Jhon
Comnius ( 1592-1670), Jen Jacques Rousseau ( 1712-1778), maupun John
Hendrick Pestalozzi ( 1747-1827). Martin Luther menyarankan agar anak
laki-laki diberikan pendidikan formal. Logikanya, baik secara ekonomi
ataupun untuk kepentingan pendidikan keturunanya kelak.

John Comenius justru sebaliknya dengan Martihin Luther.


Comenius menyarankan agar semua anak, baik laki-laki maupun
perempuan, mendapatkan kesempatan yang sama untuk bersekolah.
Comenius juga melontarkan gagasan tentang kurikulum teintegrasi
(integrated curriculum) atau kurikulum terpadu yang tidak memisahkan
mata pelajaran secara kaku. Kurikulum itu memberi kesempatan anak
untuk belajar pengalamn langsung (hands on curriculum). Kegiatan
pembelajaran anak disarankan mulai dari aktivitas fisik, sepeti mengamati,
meyusun dan merangkai.

Jen jacques rousseau, seorang filsuf terkenal asal prancis,


menentang pendapat bahwa anak miniatur orang dewasa. Ia menyarankan
agar anak didik sesuai kodratnya sebagai anak dan sesuai usia
perkembangan mereka. Rousseau berpendapat, sejak lahir sampai usia 5
tahun anak belajar melalui aktivitas fisiknya. Setelah itu, usia 5-12 tahun,
anak belajar melalui pengalaman langsung dan melalui eksplorasi terhadap
lingkungannya.

Sementara John Hendrick Pestalozzi menyarankan agar anak


belajar dari benda-benda nyata. Rekreasi dan bermain menjadi bagaian
dari pendidikan anak. Bagi Pestalozzi, anak harus memiliki kemerdekaan
dan dan terbebas dari tekanan batin dalam belajar. Sehingga anak bisa
belajar dan berpikir secara optimal. Sejak dirintis pertama kali oleh
Fiedrich wilhelm Frobel di Jerman, pendidikan taman kanak-kanak
kemudian berkembang pesat dan mengalami penyempurnaan. Tokoh
pendidikan taman kanak-kanak kemudian berkembang pesat dan engalami
penyempurnaan. Tokoh pendidikan taman kanak-kanak yang terkenal
hingga saat ini adalah maria motesori, seorang dokter asli Italia, lahir
1870. Pada 1907, ia mendirikan sekolah yang diberi nama Case Dei
Bambini (Rumah Anak) atau Children’s House. Montesori kelak,
sekolahnya itu dikenal dengan nama montesori school.

Pengalaman yang kaya dalam mendidik anak kemudian ditulis


montessori dalam sebuah buku berjudul scientific paedagogy as apllied to
child education in childern’s hous. Montesori menggambarkan kodrat
anak sebagai makhluk yang memiliki daya serap tinggi terhadap informasi,
yang dikenal dengan teori the absorent of mind.
Menurut montesori, anak terus menerus menyerap informasi dari
lingkungannya, baik secara sadar maupun tidak. Pada tahap awal, anak
sekedar menyerap informasi tanpa adanya aktivitas berpikir terhadap
informasi yang diserapnya. Kelak ketika ia lebih dewasa, informasi itu
sedikit demi sedikit ditata dalam struktur pengetahuan dan digunakannya
untuk berpikir.

Belakangan pada abad ke-19 hinga abad ke-20an, muncul pemikir-


pemikir di bidang psikologi dan perkembangan anak, mulai dari jhon
dewey, Digmund Freud , Lev Vygotsky, Jean Piaget, Benjamin s. Bloom,
hingga Burrhus Frederic (FB) Skinner.

John Dewey menekanakan, pendidikan merupakan proses


rekonstruksi pengalaman yang tak pernah berakhir. Oleh karena itu,
sekolah sebaiknya memanifestasikan kehidupan itu sendiri, sebagaimana
kehidupan yang dialami anak didalam keluarga dan masyarakat.

Segmund Freud menekankan pentingnya mendidik anak dengan


benar karena berbagai perilaku manusia ketika dewasa sesungguhnya bisa
dideteksi dari apa yang terjadi pada masa kanak-kanak. Oleh karena itu,
kesalahan dalam mendidik anak pada masa kecil, nantinya berdampak
pada munculnya bebagai perilaku menyimpang ketika sudah dewasa.

Lev Vygotsky, psikolog asal rusia yang mencetuskan teori yang


dikenal dengan nama cocial cognitive learning theory. Menurutnya,
interaksi sosial memegang peranan terpenting dalam perkembangan
kongnitif anak. Anak belajar melalui dua tahapan. Pertama, melalui
interaksi dengan orang lain, baik keluarga, teman sebaya, maupun
gurunya. Kedua, secara individual ia mengintergasikan apa yang
dipelajarinya dari orang lain ke dalam steruktur mentalnya.

Teori belajar Vygotsky ini memiliki empat prinsip umum, yaitu


anak merangkai pengetahuan, belajar terjadi dalam konteks yaitu anak
merangkai pengetahuan, belajar terjadi dalam konteks sosial, belajar
mempengaruhi perkembangan mental, dan bahasa memegang peranan
penting dalam perkembangan mental anak.

Jean Piaget menguraikan teori perkembangan anak dilihat dari


aspek intelektual maupun moral. Ahli psikologi dari Prancis ini
memberikan sumbangan pengetahuan yang sangat besar untuk memahami
perkembangan anak pengetahuan yang sangat besar untuk memahami
perkembangan anak. Menurut piaget, semua anak memiliki pola
perkembangan kognitif yang sama, yaitu melalui tahap sesorimotor ( usia
0-2 tahun, praoperasional (usia 2-7 tahun), konkret operasional (7-11), dan
formal operasional (usia 11 tahun keatas).

Benjamin A. Bloom, yang terkenal dengan teorinya tentang


taksonomi pendidikan, mengembangkan tiga domain yang menjadi tujuan
pendidikan, termasuk pendidikan taman kanak-kanak, yaitu domain
kognitif, psikomotorik, dan afektif. Pada tingkat taman kanak-kanak
karena berada pada taraf berpikir konkret, maka yang harus mendapat
perhatian adalah pengembangan domain psikomotorik.

Penelitian terakhir, yang kemudian dipublikasikan secara luas dan


dipakai sebagai rujukan oleh para pakar maupun pengambil kebijakan,
menunjukan bahwa pada usia 4 tahun perkembangan intelektual anak
sudah mencapai 50%. Pada usia 8 tahun, tingkat kecerdasannya sudah
mencapai 80%, dan usia 18 tahun mencapi 100%.

Sedangkan BF Skinner, seorang Behaviorist terkenal, menekankan


perlunya menciptakan situasi tertentu untuk mengarahkan perilaku anak.
Baik Skinner , perilaku anak bisa diukur, diamati, dan diarahkan seperti
yang diharapkan, dengan cara diberikan hadiah atau penguatan
(reinforcement) atau hukuman (punishment) implikasinya, guru atau
pendidikan harus hati-hati dan cermat dalam memberikan hadiah atau
hukuman terhadap anak didiknya.

Berbagai pemikiran para ahli di atas kemudian diperkaya oleh para


ahli psikologi yang muncul belakangan, seperti Howard Gardener, Ganiefl
Goleman, dan Erick Jenses. Pemikiran mereka semakin memperkokoh
pendidikan taman kanak-kanak dari sisi filosofis-psikologis. Oleh karena
itu, perkembanghan TK di dunia dewasa ini sangat pesat, terutama di
negara-negara maj

2. Tujuan Berdirinya TK

Sejalan dengan perubahan kurikulum yang terjadi dari masa ke


masa, maka terjadi pula perubahan tujuan pendidikan yangada di
Indonesia. Dan hal itu mempengaruhi keberadaan pendidikan TK yang
merupakan bagian dari sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Jika kita
mulai dari tujuan pendidikan pada tahun 1964 maka disana dijabarkan
bahwa Pendidikan di Indonesia akan “membentuk manusia Pancasila yang
bertanggungjawab atas tercapainya tujuan-tujuan Revolusi Nasional
sebagai yang sudah digariskan oleh pemimpin besar Revolusi Bung
Karno” (RP 1964 hal 12). Dan sebagai dampak dari hal tersebut, maka
untuk pendidikan TK maksud dan tujuannya diarahkan kepada “Mendidik
dan membentuk kebiasaan sesuai dengan sifat-sifat manusia sosialis
Indonesia.”.

3. Persyaratan Masuk TK

Anak yang duduk di bangku TK harus memiliki kesiapan mental


khusus, dimana dia harus siap “terjun” di luar lingkungan rumahnya.
Antara lain:

- Berani jauh dari orang tercinta (ayah, ibu, pengasuh).


- Berani menghadapi orang asing atau yang belum dikenal.
- Merasa cukup nyaman di tengah orang banyak.
- Berani dan dapat mengatakan kebutuhannya kepada orang lain dan
lingkungan.
- Mampu bekerja sendiri dalam artian mandiri, selain mampu
melayani diri sendiri (makan sendiri, pipis, minum sendiri, pakai
baju sendiri).
- Dapat duduk dengan tenang, serta sudah harus menguasai
keterampilan penting, seperti mampu memahami dan mengikuti
instruksi, dapat menggunakan alat tulis, juga membereskan
mainan/tempat makan.
- Tahu mengenai kepemilikan, mana tasnya, sepatunya, boks
makannya, tempat minumnya.
- Anak didik di TK adalah anak usia 4-6 tahun. Lama pendidikan di
TK 1 tahun atau 2 tahun sesuai dengan usia anak. Jika suatu TK
memilih program 1 tahun, TK tersebut dapat menyelenggarakan
Kelompok A atau Kelompok B. Jika memilih program 2 tahun,
maka TK tersebut menyelenggarakan Kelompok A dan Kelompok
B yang lamanya masing-masing 1 tahun.

4. Kegiatan Proses Belajar Mengajar di TK

Program Kegiatan Belajar TK menerapkan sistem catur`wulan,


yaitu pembagian belajar satu tahun ajaran menjadi tiga penggalan waktu.
Catur wulan 1 dan catur wulan 2 masing-masing berlangsung 12 minggu
efektif, sedangkan catur wulan 3 berlangsung selama 10 minggu efektif .
Kegiatan di TK berlangsung tiap hari Senin sampai Sabtu, minimum 2
jam 30 menit (150 menit) setiap hari.

Sesuai dengan peraturan pemerintah no. 27 tahun 1990 tentang


Pendidikan Prasekolah pasal 6 dan penjelasannya menyatakan bahwa :
- Pendidikan prasekolah yang diselenggarakan pada Kelompok
Bermain dan Penitipan Anak hanya dapat diikuti anak yang
usianya sekurang-kurangnya 3 tahun.
- Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk suatu usaha
kesejahteraan anak dengan mengutamakan kegiatan bermain, yang
juga menyelenggarakan pendidikan prasekolah bagi anak usia 3
tahun samapi memasuki pendidikan dasar.
- Penitipan anak adalah salah satu bentuk usaha kesejahteraan anak
bagi anak yang orang tuanya tidak berkesempatan
menyelenggarakan usaha kesejahteraan anak pada waktu mereka
bekerja, yang juga menyelenggarakan pendidikan prasekolah bagi
anak usia 3 tahun sampai memasuki pendidikan dasar.

B. Kegiatan
1. Tahap Persiapan
Persiapan dilakukan beberapa hari sebelum hari yang ditentukan untuk
melakukan lawatan. Tahap ini meliputi persiapan komunikasi dengan
lembaga TKK, persiapan sarana prasarana, dan persiapan peserta
lawatan (mahasiswa).
a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan
pengukuran langsung.
Tanggal/Jam/Tempat

a. Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Julia Pradnya
Umur : 5 tahun 9 bulan 11 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat :
b. Data Objektif
1. Pemeriksaan antropometri
a. Berat badan : 14 kg
b. Tinggi badan : 113 cm
c. Lingkar kepala : 49 cm
d. Lila : 16 cm
e. Gigi : lengkap
2. Hasil pemeriksaan komponen DDST (personal sosial,
motorik halus, bahasa, dan motorik kasar )
1. Personal sosial :
- Dapat makan dan menyiapkan makanan sendiri
tanpa bantuan
- Dapat melepas dan memakai baju sendiri tanpa
bantuan
- Dapat menggosok gigi sendiri tanpa bantuan
2. Motorik halus :
- Dapat mencontoh bentuk
- Dapat memilih garis yang lebih panjang
- Dapat mencontoh bentuk
- Dapat menggambarkan orang 6 bagian
3. Bahasa :
- Dapat menyebutkan 2 lawan kata (besar-kecil,
panas-dingin)
- Dapat mengartikan 7 kata
- Dapat menghitung 5 kubus
4. Motorik kasar :
- Dapat berdiri satu kaki dalam 6 detik
- Dapat berjalan lurus dengan tumit di depan jari
b. Penetapan/perumusan masalah
-
c. Perencanaan
-
2. Tahap Pelaksanaan
-
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Proses
b. Evaluasi Hasil
c. Tindak Lanjut

Anda mungkin juga menyukai