Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

RESTRAIN, PERAN KELUARGA DAN PENATALAKSANAANNYA


RUANG 23 PSIKIATRI
RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:
Tim PKMRS

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR


RSU Dr.SAIFUL ANWAR
MALANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


RESTRAIN, PERAN KELUARGA DAN PENATALAKSANAANNYA
RUANG 23 PSIKIATRI
RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Tanggal 29 Februari 2016

Oleh:
Kelompok 15
Anggi Indrianti Gantina 201310300511067
Saidatul Husna 201310300511018
Labek Wijaya 201310300511019
Chahya Aryes Shienawank 201210300511088

Telah Diperiksa Dan Disahkan:

Hari :
Tanggal :

Pembimbing Klinik Pembimbing Klinik

Ollyvia Freeska Dwi Marta, S.Kep, Ns Wachid Abdillah S.ST


19800514 200801 1013

Mengetahui,
Karu R. 23 Empati Psikiatri

Rus Yuliati, S.Kep., Ns.


196207281986032005
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
RESTRAIN, PERAN KELUARGA DAN PENATALAKSANAANNYA
RUANG 23 PSIKIATRI
RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :
Kelompok 15
Anggi Indrianti Gantina 201310300511067
Saidatul Husna 201310300511018
Labek Wijaya 201310300511019
Chahya Aryes Shienawank 201210300511088

PROGRAM STUDI AKADEMI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Restrain, Peran Keluarga dan Penatalaksanaan


Hari/Tanggal : Senin, 29 Februari 2016
Waktu : 50 menit
Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien R.23 Empati RSSA
Jumlah Peserta : Target 5 orang

I. Latar Belakang
II. Tujuan
2.1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan klien dan keluarga
dapat mengetahui tentang Restrain dan bagaimana peran keluarga serta
penatalaksanaannya.

2.2. Tujuan Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta/klien mampu :
a. Menyebutkan pengertian restrain
b. Menyebutkan indikasi restrain
c. Menyebutkan prinsip tindakan restrain
d. Menyebutkan teknik restrain
e. Menyebutkan macam-macam restrain
f. Menyebutkan pengertian peran keluarga
g. Menyebutkan peran keluarga dalam perawatan gangguan jiwa
h. Menyebutkan penatalaksanaan peran keluarga

III. Materi
Terlampir

IV. Metode
 Ceramah
 Tanya jawab
V. Media
 Leaflet
 LCD
 Laptop

VI. Kegiatan Penyuluhan

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens


1. 5 menit Pembukaan
 Memberi salam  Menjawab salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan dan
memperhatikan
 Menjelaskan topik dan tujuan  Mendengarkan dan
penyuluhan. memperhatikan
 Menjelaskan kontrak waktu  Mendengarkan dan
memperhatikan
 Mengerjakan soal
 Membagikan soal Pretest
Pretest
2. 30 menit Pelaksanaan
 Menanyakan pendapat audien tentang  Mengemukakan pendapat
restrain
 Menjelaskan pengertian restrain  Mendengarkan dan
 Menjelaskan indikasi restrain memperhatikan
 Menjelaskan prinsip tindakan restrain  Mendengarkan dan
 Menjelaskan teknik restrain memperhatikan
 Menjelaskan macam-macam restrain  Mendengarkan dan
 Menjelaskan pengertian peran keluarga memperhatikan
 Menjelaskan peran keluarga dalam  Mendengarkan dan
perawatan gangguan jiwa memperhatikan
 Menjelaskan penatalaksanaan  Mendengarkan dan
peran keluarga memperhatikan
 Memberi kesempatan untuk  Mengajukan pertanyaan
bertanya.
 Menjawab pertanyaan  Mendengarkan dan
memperhatikan

3. 10 menit Penutup
 Menggali kemampuan peserta  Menjawab dan
penyuluhan menjelaskan kembali
 Menyimpulkan materi materi penyuluhan
penyuluhan  Mendengarkan hasil
 Melakukan evaluasi (post test) kesimpulan
 Menutup penyuluhan dan  Menjawab pertanyaan
memberikan salam  Menjawab salam

VII. Setting Tempat

M P

A A A A
A A A F

O A A A
Keterangan :
A : Peserta P : Penyaji M : Moderator
F : Fasilitator O : Observer

VIII. Pengorganisasian
1. Pelaksana
a. Penyaji : Saidatul Husna
b. Moderator : Anggi Indrianti Gantina
c. Observer : Chahya Aryes S
d. Fasilitator : Labek Wijaya
2. Tugas pelaksana :
a. Penyaji : Bertugas menjelaskan materi penyuluhan
b. Moderator : Pemimpin dan penanggungjawab secara umum
terhadap jalannya penyuluhan, bertugas
membuka acara penyuluhan dan mengatur
jalannya penyuluhan serta memperhatikan
kelancaran penyuluhan.
c. Observer : Bertanggungjawab mengamati kegiatan
penyuluhan apakah telah sesuai dengan yang
direncanakan serta
segala faktor pendukung ataupun faktor
pengganggu jalannya penyuluhan.
d. Fasilitator : Bertanggung jawab memfasilitasi audien
untuk berpartisipasi aktif.
IX. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Klien menyepakati kontrak yang telah disepakati dan tersedianya
media penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
Klien berpartisipasi selama kegiatan, lingkungan tidak
bising dan pelaksanaan sesuai dengan rencana.
3. Evaluasi Hasil
Klien mampu menyebutkan :
a. Pengertian restrain
b. Indikasi restrain
c. Prinsip tindakan restrain
d. Teknik restrain
e. Macam-macam restrain
f. Pengertian peran keluarga
g. Peran keluarga dalam perawatan gangguan jiwa
h. Penatalaksanaan peran keluarga
MATERI PENYULUHAN
RESTRAIN, PERAN KELUARGA DAN PENATALAKSANAANNYA

1. Pengertian Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alatvalat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien. Restrain secara umum mengacu pada suatu
bentuk tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan
ekstremitas individuyang berperilaku diluar kendaliyang bertujuan memberikan
keamanan fisik dan psikologis individu.
Restrain merupakan alternatif terakhir intervensi jika dengan intervensi
verbal, chemical restraint mengalami kegagalan. Seklusi merupakan bagian dari
restrain fisik yaitu dengan menempatkan klien disebuah ruangan tersendiri untuk
membatasi ruang gerak dengan tujuan meningkatkan keamanan dan kenyamanan
klien.
Alat tersebut meliputi penggunaan manset untuk pergelangan tangan atau
kaki dan kain pengikat. Restrain harus dilakukan pada kondisi khusus, hal ini
merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau
dikontrol dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan.

2. Indikasi Restrain
Adapun dari indikasi restrain adalah sebagai berikut :

a. Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan lingkungan.


b. Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
c. Klien yang mengalami gangguan kesadaran
d. Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan
pengendalian diri
e. Ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan dengan penolakan klien untuk
istirahat, makan dan minum.

3. Prinsip Tindakan
Prinsip dari tindakan restrain ini adalah melindungi klien dari cedera fisik dan
memberikan lingkungan yang nyaman. Restrain menyebabkan klien merasa tidak
dihargai hak asasinya sebagai manusia. Untuk mencegah perasaan tersebut, perawat
harus mengidentifikasi faktor pencetusnya apakah sesuai dengan indikasi terapi, dan
terapi ini hanya untuk intervensi yang paling akhir apabila intervensi yang lain gagal
mengatasi perilaku agitasi klien. Kemungkinan mencederai klien dalam proses
restrain sangat besar, sehingga perlu disiapkan jumlah tenaga perawat yang cukup
dan hharus terlatih untuk mengendalikan perilaku klien. Perlu juga dibuat
perencanaan pendekatan dengan klien, penggunaan restrain yang aman dan
lingkungan restrain harus bebas dari benda-benda berbahaya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada restrain adalah :
a. Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa order dokter
b. Sesegera mungkin  < 1 jam ) setelah melakukan restrain/seklusi, perawat
melaporkan pada dokter untuk mendapatkan legaliitas tindakan baik secara verbal
maupun tertulis.
c. Intervensi restrain/seklusi dibatasi waktu : 4 jam untuk klien berusia > 18 tahun,
2 jam untuk klien berusia 9 - 17 tahun, dan 1 jam untuk umur < 9 tahun.
d. Evaluasi dilakukan 4 jam I untuk usia > 18 tahun, 2 jam I untuk anak-anak dan
klien berusia 9 - 17 tahun
e. Waktu minimal re-evaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk usia > 18 tahun dan 4
jam untuk klien berusia < 17 tahun.
f. Selama restrain/seklusi klien diobservasi tiap 10-1 menit, yaitu pada :
1) Tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan restrain/seklusi
2) Nutrisi dan hidrasi
3) Vital sign
4) Hygiene dan eliminasi
5) Status fisik dan psikologi
6) Kesiapan klien untuk dibebaskan dari restrain.
4. Teknik Restrain
a. Lebih baik lima atau minimal empat orang untuk membantu mengikat klien.
Pengikat kulit yang paling aman dan paling menjamin.
b. Jelaskan kepada klien mengapa mereka akan diikat.
c. Seorang anggota keluarga harus selalu terlihat dan menentramkan klien yang
diikat. Penentraman mampu menghilangkan rasa takut, ketidaakberdayaan dan
hilangnya kendali klien.
d. Klien harus diikat dengan kedua tungkai terpisah dan satu lengan lain diikat
diatas kepala klien.
e. Pengikat harus ditempatkan sedemikiian rupa sehingga aliran darah klien tidak
tertekan/terhambat.
f. Kepala klien agak ditinggikan untuk menurunkan perasaan kerentanan dan untuk
menurunkan kemungkinan tersedak.
g. Pengikat harus diperiksa secara berkala demi keamanan dan kenyamanan.
h. Setelah diikat, keluarga harus menenangkan klien dengan cara berkomunikasi.
i. Setelah klien dikendalikan, satu ikatan sekali waktu harus dilepas dengan interval
lima menit sampai klien hanya memiliki dua ikatan. Kedua ikatan lainnya harus
dilepaskan pada waktu yang bersamaan, karena tidak dianjurkan membiarkan
klien hanya dengan satu ikatan.
j. Memasung klien gangguan jiwa tidak dianjurkan, dimana klien diikat/dirantai,
tangan dan atau kakinya dipasang pada sebuah balok kayu agar tidak berbahaya
bagi dirinya sendiri ataupun orang lain dan lingkungan sekitarnya. Pemasungan
yang berlangsung lama akan mengakibatkan anggota tubuh yang dipasung
menjadi kecil dan tidak dapat berfungsi secara normal seperti biasannya.
k. Cara pemasungan lainnya yang tidak dianjurkan adalah pengandangan. Kandang
penderita dibangun diluar desa dan dikunci rapat dan diasingkan.

5. Macam-macam Restrain dan Prosedurnya


a. Teknik jacket/Vest Restrain
Yaitu bentuk restrain yang diaplikasikan pada badan klien, diletakan diluar
pakaian, gaun atau piyama klien.
Prosedur
1) Tahap preinteraksi
 Mengumpulkan data tentang klien.
 Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri.
 Menyiapkan alat.
2) Tahap orientasi
 Memberikan salam dan memanggil nama klien
 Memperkenalkan diri
 Memberikan privasi
 Menyebutkan kontrak dan tujuan.
3) Tahap kerja
 Memulai kegiatan dengan cara yang baik.
 Memilih alat restrain yang tepat
 Memasang restrain kepada klien dengan cepat dan tepat
 Bantu klien dalam kondisi duduk jika tidak ada kontraindikasi.
 Pasang jaket restrain ke tubuh klien. Jaket ini seperti baju namun
tidak berlengan dan ada dua buah tempat tali disamping kanan dan
kiri untuk lewat tali.
 Setelah itu masukan tali kelubang tadi, dan tali ke lubang yang ada
dibawah tempat tidur, bisa tali kedua ujungnya mengelilingi bawah
kasur.
 Pastikan tidak ada bagian vest yang berkerut dibagian punggung
klien.
 Masukan genggaman tangan diantara restrain dan klien untuk
memastikan bahwa pernafasan tidak dibatasi oleh restrain.
 Hindari mengikat restrain pada side rail tempat tidur.
 Mengamankan restrain dari jangkauan klien
 Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesua kebutuhan.
 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
 Memeriksa bagian tubuh yang direstrain.
 Memberikan obat anticemas
 Memperhatikan respon klien.
4) Tahap terminasi
 Menyimpulkan kegiatan
 Menjelaskan kepada klien dan keluarga mengenai tingkah laku yang
diperlukan untuk restrain alasan restrain)
 Kontrak yang akan datang restrain akan dilepas apabila .... sesuai
kasus )
 Mengakhiri kegiatan restrain dengan baik.
5) Dokumentasi
 Catat tindakan yang dilakukan dan respon klien.
Vest restrain juga bisa digunakan untuk mmengamankan lansia/pasien
dengan kondisi membutuhkan yang duduk di kursi roda, agar tidak
jatuh ke depan. Dengan cara yang sama, hanya saja perbedaannya ini
diikatkan dikursi roda, bukan tepat tidur.

b. Baju restrain
Prosedur
1) Tahap preinteraksi
 Mengumpulkan data tentang klien.
 Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri.
 Menyiapkan alat.
2) Tahap orientasi
 Memberikan salam dan memanggil nama klien
 Memperkenalkan diri
 Memberikan privasi
 Menyebutkan kontrak dan tujuan.

3) Tahap kerja
 Memulai kegiatan dengan cara yang baik.
 Memilih alat restrain yang tepat
 Memasang restrain kepada klien dengan cepat dan tepat
 Pegang pundak pasien dan tangan yang agresif, berjalan dibelakang
pasien dan tetap waspada.
 Buka baju dalam posisi “menyerbu”
 Pakaikan baju dengan cepat.
 Handle tangan klien kebelakang, seperti orang diborgol.
 Mengamankan restrain dari jangkauan klien.
 Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesuai kebutuhan
 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
 Memeriksa bagian tubuh yang direstrain.
 Memberikan obat anticemas
 Memperhatikan respon klien.
4) Tahap terminasi
 Menyimpulkan kegiatan
 Menjelaskan kepada klien dan keluarga mengenai tingkah laku yang
diperlukan untuk restrain alasan restrain)
 Kontrak yang akan datang restrain akan dilepas apabila .... sesuai
kasus )
 Mengakhiri kegiatan restrain dengan baik.
5) Dokumentasi
 Catat tindakan yang dilakukan dan respon klien.

c. Teknik Elbow Restrain


Teknik ini pada umumnya digunakan pada anak-anak atau bayi guna mencegah
anak menekuk tangandan mencapai insisi atau alat terapeutik lain yang menempel
pada tubuhnya.

Prosedur
1) Tahap preinteraksi
 Mengumpulkan data tentang klien.
 Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri.
 Menyiapkan alat.
2) Tahap orientasi
 Memberikan salam dan memanggil nama klien
 Memperkenalkan diri
 Memberikan privasi
 Menyebutkan kontrak dan tujuan.
3) Tahap kerja
 Memulai kegiatan dengan cara yang baik.
 Memilih alat restrain yang tepat
 Memasang restrain kepada klien dengan cepat dan tepat
 Pegang lengan klien
 Pasaang ikatan pada klien
 Masukan satu jari sebelum diikat agar tidak terlalu kencang.
 Hindari mengikat restrain pada side rail.
 Mengamankan restrain dari jangkauan klien.
 Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesuai kebutuhan
 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
 Memeriksa bagian tubuh yang direstrain.
 Memberikan obat anticemas
 Memperhatikan respon klien.
4) Tahap terminasi
 Menyimpulkan kegiatan
 Menjelaskan kepada klien dan keluarga mengenai tingkah laku yang
diperlukan untuk restrain alasan restrain)
 Kontrak yang akan datang restrain akan dilepas apabila .... sesuai
kasus )
 Mengakhiri kegiatan restrain dengan baik.
5) Dokumentasi
 Catat tindakan yang dilakukan dan respon klien.

d. Restrain Ekstremitas
Yaitu restrain yang digunakan untuk membatasi geerak ekstremitas.
Prosedur
1) Tahap preinteraksi
 Mengumpulkan data tentang klien.
 Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri.
 Menyiapkan alat.
2) Tahap orientasi
 Memberikan salam dan memanggil nama klien
 Memperkenalkan diri
 Memberikan privasi
 Menyebutkan kontrak dan tujuan.

3) Tahap kerja
 Memulai kegiatan dengan cara yang baik.
 Memilih alat restrain yang tepat
 Memasang restrain kepada klien dengan cepat dan tepat
 Amankan pasien dan posisikan pasien ke kasur dalam keadaan
tengkurap dengan satu tangan kebelakang sedangkan perawat
lainnyamemegangi kakinya.
 Ikat/berikan restrain dari tangan yang dominan, tangan berikutnya,
kaki dominan, kemudian kaki berikutnya.
 Ikat dengan cara simpul clove restrain kemudian ikatkan pada lubang
dibawah tempat tidur, begitu seterusnya. Pada saat mengikat, gunakan
satu jari untuk menahan agar ikatan tidak terlalu kuat.
 Posisi pengikatan adalah satu tangan berada diatas dan satunya lagi
berada disamping.
 Hindari mengikat pada side rail tempat tidur
 Mengamankan restrain dari jangkauan klien.
 Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesuai kebutuhan
 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
 Memeriksa bagian tubuh yang direstrain.
 Memberikan obat anticemas
 Memperhatikan respon klien.
4) Tahap terminasi
 Menyimpulkan kegiatan
 Menjelaskan kepada klien dan keluarga mengenai tingkah laku yang
diperlukan untuk restrain alasan restrain)
 Kontrak yang akan datang restrain akan dilepas apabila .... sesuai
kasus )
 Mengakhiri kegiatan restrain dengan baik.
5) Dokumentasi
 Catat tindakan yang dilakukan dan respon klien.

e. Teknik Mummy Restrain


Yaitu teknik yang dilakukan untuk bayi agar tidak bergerak dan jatuh/ untuk
mengontrol pergerakan selama pemeriksaan.
Bentuknya seperti gurita/grito, bedanya ada 2 lapis, lapisan pertama diikat
ketempat tidur, sedangkan lapisan kedua diikatkan ke bayi/ anak.

6. Peran Keluarga
a. Pengertian
Peran adalah suatu pola atau sikap dan tujuan yang diharapkan seseorang
berdasarkan posisinya dimasyarakat. Peranan adalah pola tingkah laku yang
diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu jabatan atau tingakh laku
yang diharapkan pantas dari seseorang . Keluarga adalah unit pelayanan dasar
dimasyarakat dan juga merupakan “Perawat utama” bagi anggota keluarga.
b. Peran Keluarga dalam Perawatan Gangguan Jiwa
Keluarga adalah orang-orang yang sangat dekat dengan pasien dan
dianggap paling banyak tahu tentang kondisi pasien serta paling banyak
memberikan pengaruh pada pasien. Sehingga keluarga sangat penting
artinya dalam perawatan dan penyembuhan pasien.

Alasan utama pentingnya keluarga dalam perawatan gangguan jiwa


adalah :

1. Keluarga merupakan lingkup yang paling banyak berhubungan


dengan pasien.
2. Keluarga paling mengetahui kondisi pasien.
3. Gangguan jiwa yang timbul pada pasien mungkin disebabkan adanya
cara asuh yang kurang sesuai bagi pasien.
4. Pasien yang menalami gangguan jiwa nantinya akan kembali kedalam
masyarakat, khususnya dalam lingkungan keluarga.
5. Keluarga merupakan pemberi perawatan utama dalam mencapai
pemenuhan kebutuhan dasar dan mengoptimalkan ketenangan jiwa.

Peran keluarga menggabarkan seperangkat perilaku interpersonal,


sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Hal-hal yang perlu diketahui keluarga dalam perawatan gangguan
jiwa yaitu antara lain :
1. Pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah manusia yang sama
dengan orang lainnya, mempunyai martabat dan memerlukan
perlakuan manusiawi.
2. Pasien yang mengalami gangguan jiwa mungkin dapat kembali ke
masyarakat dan berperan dengan optimal apabila mendapatkan
dukungan yang memadai dari seluruh unsur masyarakat. Pasien
gangguan jiwa bukan berarti tidak dapat “sembuh”.
3. Pasien yang mengalami gangguan jiwa tidak dapat dikatakan
“sembuh” secara utuh, tetapi memerlukan bimbingan dan dukungan
penuh dari orang lain terutama keluarga.
4. Pasien memerlukan pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti
makan, minum dan berpakaian serta kebersihan diri dengan optimal.
Keluarga berperan untuk membantu pemenuhan kebutuhan ini sesuai
tahap-tahap kemandirian pasien.
5. Kegiatan sehari-hari seperti melakukan pekerjaan rumah
ringan),membantu usaha keluarga atau bekerja seperti orang normal
lainnya) merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan yang mungkin
berguna bagi pasien.
6. Berikan peran secukupnya pada pasien sesuai dengan tingkat
kemampuan yang dimiliki. Pemberian peran yang sesuai dapat
meningkatkan harga diri pasien.
7. Berilah motivasi pada pasien sesuai dengan kebutuhan tidak dibuat-
buat) dalam rangka meningkatkan harga diri dan moral.
8. Kembangkan kemampuan yang ttelah dimiliki pasien pada waktu yang
lalu. Kemampuan masa lalu berguna untuk menstimulasi dan
meningkatkan fungsi klien sedapat mungkin.
c. Tujuan Perawatan
 Meningkatkan kemandirian pasien
 Pengoptimalan peran dalam masyarakat.
 Meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah.

d. Ciri-ciri Fungsi Keluarga


 Mempertahankan keseimbangan fleksibel dan adaptif
 Problem emosi
 Kontak emosi dipertahankan.
 Hubungan yang erat.
 Menjauhi masalah.
 Perbedaan antara anggota yang mendorong pertumbuhan dan
kreatifitas.
 Hubungan antara orang tua dan anak.

e. Manfaat Terapi Keluarga.


 Mempercepat proses penyembuhan.
 Memperbaiki hubungan interpersonal.
 Menurunkan angka kekambuhan.

7. Penatalaksanaan.
Dalam terapi gangguan jiwa disini mengandung arti proses penyembuhan dan
pemulihan iwa yang benar-benar sehat antara lain :
a. Terapi holistik
Terapi yang menggunakan obat obat dan ditujukan kepada gangguan jiwa saja.
Dalam arti lain terapi ini mengobati pasien secara menyeluruh.
b. Psikoterapi keagamaan
Terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran
keagamaan.

c. Farmakoterapi
Terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini biasanya diberikan oleh dokter
dengan memberikan resep obat pada pasien.
d. Terapi perilaku.
Terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah baik sikap maupun perilakunya
terhadap obyek atau situasi yang menakutkan. Secara bertahap pasien dibimbing
dan dilatih menghadapi berbagai obyek atau situasi yang menimbulkan rasa
panikatau takut. Sebelum melakukan terapi ini diberikan psikoterapi untuk
memperkuat kepercayaan pasien terhadap orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

John, W.Santrock . 2008 . Psikologi Konseling . Jakarta : Kencana

Ngalim, Purwanto . 200 . Psikologi Pendidikan . Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Robert, e. Savlin . 200 . Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek) . Jakarta : PT Indeks
Permata Puri Media

Riyadi, S dan Purwanto . 200 . Asuhan Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai