Anda di halaman 1dari 10

PORTOFOLIO

Nama Peserta : dr. Putri Ilhami


Nama Wahana : RSUD dr.Rasidin Padang
Topik : Impetigo vesikobulosa
Nama : An. Syahrul
Tanggal Presentasi :
Nama Pendamping : dr. Murniati
Tempat Presentasi : RSUD dr.Rasidin Padang
Objektif Presentasi : Keilmuan dan Diagnostik
Bahan Bahasan : Kasus Kulit
Cara Membahas : Presentasi dan diskusi

1
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Impetigo secara klinis didefinisikan sebagai penyakit infeksi menular pada


kulit yang superfisial yaitu hanya menyerang epidermis kulit, yang menyebabkan
terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula). Terdapat dua jenis
impetigo yaitu impetigo vesikobulosa yang disebabakan oleh Staphyilococcus
aureus dan impetigo krustosa yang disebabkan oleh Streptococcus β hemolitikus.

EPIDEMIOLOGI
Insiden impetigo ini terjadi hampir di seluruh dunia. Paling sering
mengenai usia 2-5 tahun, umumnya mengenai anak yang belum sekolah, namun
tidak menutup kemungkinan untuk semua umur dimana frekuensi laki-laki dan
wanita sama. Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun
sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Impetigo
nonbullous atau impetigo krustosa meliputi kira-kira 70 persen dari semua kasus
impetigo. Di Belanda, insidensi impetigo meningkat dari 16,5 (1987) menjadi 20,6
(2001) per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus ditemukan di daerah tropis atau
beriklim panas serta pada negara-negara yang berkembang dengan tingkat
ekonomi masyarakatnya masih tergolong lemah atau miskin.

ETIOLOGI

Impetigo vesikobulosa disebabkan oleh toksin epidermolitik yang


dihasilkan pada titik infeksi, dimana peling sering oleh Staphylococcus faga grup
II (Staphylococcus aureus). Toksin menyebabkan pembelahan intraepidermal
dibawah atau didaerah stratum granulosum.

Impetigo vesikobulosa menyebar melalui kontak langsung dengan lesi


(daerah kulit yang terinfeksi). Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri
atau orang lain setelah menggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat
pada tempat dengan higiene yang buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk.
Faktor predisposisi antara lain kontak langsung dengan pasien impetigo, kontak
tidak langsung melalui handuk, selimut, atau pakaian pasien impetigo, cuaca

2
panas maupun kondisi lingkungan yang lembab, kegiatan/olahraga dengan kontak
langsung antar kulit, pasien dengan dermatitis.

PATOFISIOLOGI
Impetigo vesikobulosa (impetigo staphylococcal) disebabkan oleh
Staphylococcus aureus yang menghasilkan racun eksfoliatif serta mengandung
protease serin yang berkerja pada desmoglein 1, yaitu suatu ikan peptide penting
yang terikat pada molekul yang menahan sel epidermal secara bersamaan. Proses
ini memungkinkan bakteri Staphylococcus aureus untuk menyebar dibawah
stratum korneum dan kemudian mengeluarkan toksin yang akan menyebabkan
epidermis terpisah dari stratum granulosum. Lesi yang besar kemudian terbentuk
pada bagian epidermis dengan sebukan neutrofil dan sering terjadi migrasi bakteri
pada rongga bulosa. Sekitar 30% dari populasi bakteri ini berkoloni di daerah
nares anterior. Bakteri dapat menyebar dari hidung ke kulit yang normal di dalam
7-14 hari, dengan lesi impetigo yang muncul 7-14 hari kemudian.Mekanisme
terbentuknya lesi dapat menjelaskan bagaimana tubuh mampu menahan masuknya
benda asing melalui permukaan epidermis. Pada impetigo vesikobulosa pecahnya
bula dapat terjadi secara cepat menyababkan erosi dangkal dan krusta kuning.

GAMBARAN KLINIS
Impetigo vesiobulosa paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak tetapi
terdapat kemungkinan untuk terjadi pada orang dewasa. Bakteri umumnya
menginfeksi bagian wajah tetapi juga memungkinkan menginfeksi permukaan
tubuh lainnya. Terdapat beberapa lesi yang terlokalisasi pada suatu area. Tempat
predileksi tersering pada impetigo bulosa adalah di ketiak, dada, punggung.
Sering bersama-sama dengan miliaria. Terdapat pada anak dan dewasa. Kelainan
kulit berupa vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter 0,5cm) kurang dari
1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada
awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna keruh.
Atap dari bulla pecah dan meninggalkan gambaran “collarette” pada pinggirnya.
Krusta “varnishlike” terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan
memperlihatkan dasar yang merah dan basah. Bulla yang utuh jarang ditemukan
karena sangat rapuh.

3
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis dari


penyakit, pemeriksaan penunjang dapat digunakan untuk memberikan gambaran
terapi terhadap obat-obatan yang sensitif dan menyingkirkan kemungkinan
diagnosa banding. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:

1. Kultur bakteri dan sensitivitas antibiotik, dapat digunakan dalam menentukan


terapi antibiotik yang sensitif untuk mengeradikasi bakteri penyebab infeksi.
2. Pengecatan gram, digunakan untuk melihat bakteri penyebab infeksi, apabila
ditemukan bakteri gram positif dengan bentuk coccus (bulat) dab
berkelompok dapat menunjukkan adanya Staphylococcus aureus.
3. Pengecatan KOH, digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi
jamur.
Pengecatan tzank atau biakan virus, digunakan untuk menyingkirkan
kemungkinan infeksi herpes simpleks.

DIAGNOSIS
Diagnosis impetigo vesikobulosa dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa
dan gambaran klinis dari lesi. Kultur dilakukan bila terdapat kegagalan
pengobatan dengan terapi standar, biopsi jarang dilakukan. Biasanya diagnosa dari
impetigo dapat dilakukan tanpa adanya tes laboratorium. Namun demikian,
apabila diagnosis tersebut masih dipertanyakan, pemeriksaan mikroskopis dapat
membantu dalam penegakan diagnosis.

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari impetigo vesikobulosa, antara lain:
1. Erythema multifome  vesikel atau bula berasal dari sebagian plak merah
dengan diameter 1-5 cm pada permukaan dari tungkai bagian ekstensor.
2. Lupus erythematous  penyebaran dari vesikobula yang telah pecah dan
kadang disertai dengan gatal cenderung terjadi pada tubuh dan ekstremitas
atas bagian proksimal.
3. Herpes simpleks virus  vesikel bergerombol dengan dasar eritema yang
apabila ruptur menyebabkan erosi dengan bagian yang tertutup krusta,
biasanya terjadi pada daerah mulut dan genital.
4. Varisela  vesikel berdinding tipis dengan dasar eritema, dimana penyebaran
dimulai dari badan kemudian meyebar ke wajah dan ekstremitas.

4
5. Sindrom Steven-Johnson  penyakit vesikobulosa yang menyerang kulit,
mulut, mata, dan genitalia. Ulserasi stomatitis dengan krusta hemoragis
merupakan gambaran yang khas.
6. Luka bakar termal  diikuti dengan riwayat paparan trauma panas.

PENATALAKSANAAN
1. Terapi medikamentosa:

Antibiotik Dosis dan Durasi Terapi

Topikal
Mupirocin 2% ointment Oleskan pada lesi 3 kali sehari selama 3 -5 hari
Oral
Amoxicilin/clavulanate Dewasa: 250-500 mg 2 kali sehari selama 10 hari
Anak: 90 mg/KgBB per hari dibagi dalam 2 dosis
Cefuroxime Dewasa: 250-500 mg 2 kali sehari selama 10 hari
Anak: 90 mg/KgBB per hari dibagi dalam 2 dosis
Cephalexin Dewasa: 250-500 mg 4 kali sehari selama 10 hari
Anak: 90 mg/KgBB per hari dibagi dalam 2-4
Dicloxacillin
dosis
Dewasa: 250-500 mg 4 kali sehari selama 10 hari
Erythromicin
Anak: 90 mg/KgBB per hari dibagi dalam 2-4
dosis
Dewasa: 250-500 mg 4 kali sehari selama 10 hari
Anak: 90 mg/KgBB per hari dibagi dalam 2-4
dosis

2. Terapi non-medikamentosa:
 Mencegah untuk menggaruk daerah lesi. Dapat dengan menutup daerah
yang lecet dengan perban dan memotong kuku penderita.
 Lanjutkan pengobatan sampai semua lesi sembuh
 Lakukan drainase pada bula dan pustule secara aseptic dengan jarum
suntik untuk mencegah penyebaran lokal.
 Dapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% pada
lesi yang basah.
 Menjaga hyegenitas dengan mandi.

PROGNOSIS
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

5
Nama Peserta dr. Putri Ilhami
Nama Wahana RSUD dr. Rasidin Padang
Topik Impetigo vesikobulosa
Tanggal (kasus) 20 Nov 2017 Pukul 10.00 WIB
Nama Pasien An. Syahrul No.RM: 18.81.90
Tanggal Presentasi Januari 2018 Pendamping dr. Murniati
Tempat Presentasi RSUD dr. Rasidin Padang
Objektif Presentasi
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Seorang anak usia 3 tahun dibawa ke poli kulit RSUD Rasidin dengan keluhan
□ Deskripsi muncul lepuh pada bokong dan badan. Lepuh pada bagian bokong baru ditemukan
3 hari yang lalu dan dirasakan gatal .
□ Tujuan Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan
Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan
Cara
□ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Membahas
Data Pasien Nama : An. Syahrul No. Registrasi : 18.81.90
Telp : Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
- Seorang anak usia 3 tahun dibawa ke poli kulit kelamin RSUD Rasidin dengan
keluhan muncul lepuh pada bokong dan badan. Lepuh pada bagian bokong baru
ditemukan 3 hari yang lalu dan dirasakan gatal dan saat dibawa ke RS lepuh tersebut
sudah pecah. Lepuh pada bagian tubuh baru di temukan 1 hari sebelum pasien
dibawa ke RS. Pasien belum pernah mendapat pengobatan untuk keluhan yang
dirasakan.

2. Riwayat Pengobatan : -
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Riwayat keluhan serupa (-), alergi makanan (-), riwayat
asma (-), riwayat kejang (-), riwayat pengobatan rutin (-).

4. Riwayat Keluarga : Keluarga tidak ada yang memiliki penyakit serupa


5. Riwayat Pekerjaan : -
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : -
7. Riwayat kebiasaan : tidak ada yang saling berhubungan

6
Daftar Pustaka :
Hasil Pembelajaran :
1. Definisi Impetigo bulosa
2. Diagnosis Impetigo bulosa
3. Tatalaksana Impetigo bulosa

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :
- Keluhan Utama: Muncul lepuh pada bokong dan badan sejak 3 hari
yang lalu.
- Lepuh pada bagian bokong baru ditemukan 1 hari yang lalu dan
dirasakan gatal dan saat dibawa ke RS lepuh tersebut sudah pecah.
Lepuh pada bagian tubuh baru di temukan beberapa jam sebelum
pasien dibawa ke RS. Pasien belum pernah mendapat pengobatan
untuk keluhan yang dirasakan.

2. Objektif :
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : tampak sakit ringan
o Airway : clear
o Breathing : spontan
 Kesadaran : GCS 15
 Tekanan darah : - mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Frekuensi Nafas : 18 x/ menit
 Suhu : 36.70 C

Status Internus
− Kepala : normocephal
− Mata : CA (-/-), SI (-/-)
− Leher : Pembesaran KGB (-/-), pembesaran kelenjar tiroid (-/-)

− Thoraks
o Paru
Inspeksi : Retraksi (-), Gerakan nafas simetris kiri dan
kanan

7
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
o Jantung
Inspeksi : Iktus jantung tidak terlihat
Palpasi : Iktus jantung teraba di linea midclavicula sinistra
RIC V
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bising tidak ada, bunyi jantung tambahan tidak
ada
− Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak membuncit
Palpasi : Soepel, Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan
(-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Ekstremitas : Refilling capiller baik
Akral hangat,

Status Dermatologis
UKK : Krusta tipis dengan warna kecoklatan dan dasar eritem pada
bagian bokong kanan dengan diameter ± 5cm. Pada pinggang bagian
kanan pasien ditemukan bula hipopion dengan ukuran ± 4 cm.

3. Assesment (penalaran klinis) :


Seorang anak usia 3 tahun dibawa ke poli kulit RSUD Rasidin
dengan keluhan muncul lepuh pada bokong dan badan. Lepuh pada bagian
bokong baru ditemukan 3 hari yang lalu dan dirasakan gatal. Lepuh pada
bagian bokong baru ditemukan 3 hari yang lalu dan dirasakan gatal dan
saat dibawa ke RS lepuh tersebut sudah pecah. Lepuh pada bagian tubuh
baru di temukan 1 hari sebelum pasien dibawa ke RS.

8
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit ringan,
kesadaran GCS 15. Airway clear dan breathing spontan. Terdapat Krusta
tipis dengan warna kecoklatan dan dasar eritem pada bagian bokong kanan
dengan diameter ± 5cm. Pada pinggang bagian kanan pasien ditemukan
bula hipopion dengan ukuran ± 4 cm.

4. Planning
− Planning diagnosis : Impetigo Vesikobulosa
− Planning terapi :
 Amoxicillin syr 3x1cth
 Loratadin syr 1x1cth
 Gentamicin cream

DAFTAR PUSTAKA

Husein Alatas, 2002, Buku Ajar Nefrologi Anak Ed 2, FKUI: IDAI: Jakarta.

Ilmu Kesehatan Anak Nelson, 2000, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 15,


Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus, EGC: Jakarta. Hal: 1813-
1814

9
Noer MS,Soemyarso N.Hipertensi.Bagian Ilmu Kesehatan Anak UNAIR
Surabaya.[Internet]. Diunduh dari
URL:http://www.pediatrik.com/isi03.php

10

Anda mungkin juga menyukai