Anda di halaman 1dari 10

3.1.2.

Pengangkutan
Pengangkutan adalah suatau pekerjaan pemindahan material tanah atau batauan oleh
alat angkut dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dalam pekerjaan pengangkutan biasanya
digunakan alat – alat angkut diantaranya; dump truck, power scraper, conveyors dan lain – lain.
Alat angkut yang banyak dipakai untuk mengangkut tanah, endapan bijih, batuan untuk
bangunan dan lain – lain pada jarak dekat dan sedang adalah dump truck. Karena memiliki
kecepatannya yang tinggi (pada jalur yang baik), maka dump truck memiliki kapasitas produksi
yang tinggi. Kemiringan atau tanjakan yang dapat dilalui dengan baik berkisar antara 7–18%.
Penggolongan dump truck (Partanto, 1993):
1. Berdasarkan macam roda penggeraknya (wheel drive)
a. Roda penggeraknya adala roda – roda depan (front wheel drive). Pada umumnya
lebih lambat dan cepat aus ban – ban depannya.
b. Roda penggeraknya adalah roda – roda belakang (rear wheel drive of standard).
Tipe truk yang paling banyak digunakan saat ini, karena keausan ban – ban depanya
lebih rendah.
c. Roda penggeraknya adala roda – roda depan dan belakang (four wheel drive),
sehingga daya dorong lebih besar. Oleh karena itu jenis dump truck ini banyak
dipakai pada jalur – jalur jalan yang becek dan lembek.
d. Roda penggeraknya adalah semua roda – roda belakang (double rear wheel
drive). Pada umumnya roda penggerak jenis ini dipakai untuk dump truck
berkapasitas besar dan dipakai untuk jalur jalan yang daya dukungnya rendah.
2. Berdasarkan cara mengosongkan muatan
a. End – dump or rear dump, atau mengosongkan muatannya ke belakang

Gambar:

b. Side – dump, atau mengosongkan muatan ke samping

Gambar:

c. Botomm – dump, atau mengosongkan muatan kea rah bawah


Pemilihan macam cara pengosongan dump truck tergantung dari keadaan tempat kerja,
artinya tergantung dari keadaan dan letak tempat pembuangan material (dump site).
Kerangka (body) bak–nya pada umumnya terbuat dari baja yang kuat dan tahan karat.
3. Berdasarkan ukurannya
a. Ukuran kecil, yaitu truk – truk yang mempunyai kapasitas sampai 25 ton.
b. Ukuran sedang, yaitu truk – truk yang mempunyai kapasitas sampai 25–100 ton.
c. Ukuran besar, yaitu truk – truk yang mempunyai kapasitas diatas 100 ton.
Cara pemilihan ukuran dump truck:
Cara pemilian ukuran dump truck dapat berpatokan kepada rule of thumb bahwa
kapasitas minimum dump truck kurang lebih sebesar 4 – 5 kali kapasitas alat galinya (power
shovel atau alat gali lainnya).
Beberapa keuntungan dan kerugian pemilihan antara dump truck kecil dan besar (lihat
tabel 3.1)
Tabel 3.1 Pemilihan ukuran dump truck
Ukuran Keuntungan Kerugian
Dump Truck
Dum truck Lebih lincah dalam beroperasi Waktu hilang lebih banyak,
kecil akibat banyaknya dump truck
terutama pada waktu muat
Lebih mudah mengoperasikannya Sulit bagi excavator untuk
memuat, akibat ukuran bak dump
truck kecil
Lebih fleksibel dalam pengangkutan Lebih banyak sopir yang
jarak dekat diperlukan
Pertimbangan terhadap jalan kerja Biaya pemeliharaan lebih besar,
lebih sederhana karena banyaknya dump truck
Penyesuaian teradap kemampuan Tenaga untuk pemeliharaan
excavator lebih muda dump truck lebih banyak
Jika salah satu unit dump truck tidak
bekerja, tidaka akan mempengaruhi
produksi
Dum truck Jumlah unit dump truck lebih sedikit Diperlukan waktu yang banyak
besar untuk pemeliharaan jalan
Crew yang digunakan lebih sedikit Kerusakan jalan relatif lebih
cepat akibat dari berat kendaraan
Cocok untuk angkutan jarak jauh Pengoperasiannya lebih sulit
karena ukurannya lebih besar
Mudah bagi excavator untuk Produksi akan berkurang, jika
melakukan pemuatan, karena ukuran salah satu dump truck tidak jalan
bak relative besar
Waktu yang hilang lebih sedikit Pemeliharaan sulit dilaksanakan
Sumber: Partanto, 1993
3.2. Produktifitas Alat Muat dan Alat Angkut
Produktifitas alat muat dan alat angkut dapat ditentukan dari waktu edar alat, efisiensi
kerja alat dan kapasitas alat yang digunakan.

3.2.1. Waktu edar alat


Dalam pemindahan material, siklus kerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
berulang. Pekerjaan utama dalam kegiatan tersebut adalah menggali, memuat, memindahkan,
membongkar muatan, dan kembali ke kegiatan awal. Seluruh kegiatan tersebut dapat dilaukukan
oleh satu alat atau oleh beberapa alat.
Setiap alat berat yang berkerja akan mempunyai kemampuan memindah material
persiklus. Siklus kerja adalah proses gerakan suatu alat dari gerakan mulanya sampai kembali
lagi pada gerakan mula tersebut. Waktu untuk melakukan satu siklus kegiatan tersebut
dinamakan waktu siklus/edar atau cycle time (CT).
Waktu edar setiap alat muat dan angkut akan berbedah tergantung kepada:
1. Jenis alat berat yang digunakan
2. Jenis kegiatan yang dilakukan
3. Jenis material yang dikerjakan
4. Metoda kerja yang digunakan
5. Kondisi medan kerja
Waktu edar alat muat dan alat angkut dapat ditentukan dengan formula berikut:
1. Waktu edar alat muat (excavator)
CT = DgT + SLT + DpT + SET
Dimana: CT = waktu edar (detik)
DgT = waktu penggalian (detik)
SLT = waktu ayun bermuatan (detik)
DpT = waktu penumpahan material (detik)
SET = waktu ayun kosong (detik)
2. Waktu edar dump truck
CT = LT + HLT + SDT + DT + RT + SLT
Dimana: CT = waktu edar (menit)
LT = waktu pemuatan material (menit)
HLT = waktu hauling isi (menit)
SDT = waktu manuver sebelum dumping (menit)
DT = waktu dumping (menit)
RT = waktu kembali kosong (menit)
SLT = waktu maneuver sebelum dimuati (menit)
3.2.2. Efisiensi kerja alat
Dalam pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan alat berat terdapat faktor yang
mempengaruhi produksifitas alat yaitu efisiensi kerja alat. Efisiensi kerja adalah perbandingan
antara waktu produktif dengan waktu kerja yang tersedia. Efisiensi alat dalam bekerja tergantung
dari beberapa hal diantaranya;
1. Waktu kerja yang tersedia
2. Kemampuan operator
3. Pemilihan dan pemeliharaan alat
4. Kondisi cuaca
Table 3.2 Efisiensi kerja alat
Kondisi operasi alat Pemeliharaan mesin
Baik baik sedang buruk Buruk sekali
sekali
Baik sekali 0, 83 0,81 0,76 0,70 0,63
baik 0,78 0,75 0,71 0,65 0,60
sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,54
buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45
Buruk sekali 0,52 0,50 0,47 0,42 0,32
Sumber: Nurhakim, 2003

3.2.3. Produktifitas alat muat dan alat angkut


Produktifitas alat muat dan alat angkut adalah kemampuan alat dalam melakukan suatu
pekerjaan dalam waktu tertentu. Produktifitas alat muat dan alat angkut dinyatakan dalam
BCM/satuan waktu, atau ton/satuan waktu. Misalkan BCM/jam, BCM/hari, BCM/bulan,
ton/jam, ton/hari dan lain sebagainya. Produksifitas alat bergantung pada kapasitas dan waktu
edar alat. Rumus untuk perhitungan produktifitas alat adalah;
Produktivitas (Q) = kapasitas alat
Waktu edar alat

Jika faktor efisiensi alat dimasukan maka rumus diatas menjadi;


Produktivitas (Q) = kapasitas alat x faktor konversi x efisiensi
Waktu edar alat
3.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produktifitas Alat Muat
dan Alat Angkut
3.3.1. Faktor pengembangan dan pengisian
1. Faktor pengembangan (Swell factor)
Di alam, material umum ditemukan dalam keadaan tidak homogen, tetapi merupakan
material campuran. Material yang terdapat ditempat asalnya disebut material asli atau
bank material. Apabila sebagian material dipindahkan maka terjadi penambahan
ruang pada volume material, akibat material terurai atau terberai, sehingga untuk
mengisi ruang tersebut terjadilah penambahan volume, hal ini disebut faktor
pengembangan (Swell factor).
Faktor pengembangan berpengaruh pada perhitungan produkstifitas pemuatan dan
pengangkutan, karena yang dihitung adalah volume material yang sudah digali atau
dalam keadaan lepas.
Beberapa angka faktor pengembangan dari berbagai jenis material galian, dapat
dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.4 Faktor pengembangan volume tanah/material (SF)


Jenis Tanah/Material Kondisi Tanah/Material
Tanah/Materi Tanah/Material Tanah/Materi
al Asli Lepas (setelah al Dipadatkan
digali) Kembali
Pasir 1,00 1,11 0,95
Tanah liat berpasir/tanah biasa 1,00 1,25 0,90
Tanah liat 1,00 1,25 0,90
Tanah liat bercampur kerikil 1,00 1,13 1,03
Kerikil 1,00 1,13 1,03
Kerikil kasar 1,00 1,42 1,22
Pecahan cadas/batuan lunak 1,00 1,65 1,31
Pecahan granit atau batuan keras 1,00 1,70 1,31
Pecahan batu 1,00 1,75 1,40
Batuan hasil peledakan 1,00 1,80 1,30
Sumber: Rochmanhadi, 1985
2. Faktor pengisian (Fill factor)
Faktor pengisian adalah tingkat kesulitan atau kemudahan suatu material untuk
mengisi bucket. Dalam melakukan pemuatan sering terjadi hal–hal yang berpengaruh
diantaranya; jenis pemuatan dan kondisi material yang dimuat atau kondisi pemuatan.
Tabel 3.4 menjelaskan beberapa faktor pengisian berdasarkan jenis pemuatan dan
kondisi pemuatan

Tabel 3.4 Faktor pengisian (fill factor)


Jenis pemuatan Kondisi pemuatan Faktor
Pemuatan ringan Menggali dan memuat material dari stock pile atau telah 1,0 – 0,8
digali oleh excavator lain, yang tidak memerlukan daya
gali dan material dapat munjung diatas bucket; pasir,
tanah pasir, menggali tanah yang lunak; tanah penutup
Pemuatan sedang Menggali dan memuat material dari stock pile tanah 0,8 – 0,6
lepas yang lebih sukar untuk digali tetapi dapat dimuat
sampai hampir munjung: pasir kering, tanah berpasir,
tanah bercampur tanah liat, gravel yang belum disaring,
tanah liat, pasir padat, atau menggali pasir padat
digunung pasir
Pemuatan sedikit Menggali dan memuat batuh pecah, tanah liat yang 0,6 – 0,5
sulit keras, pasir bercampur grevel, tanah berpasir, tanah liat
dengan kadar air tinggi yang telah ada di stock pile. Sulit
mengisi bucket dengan material-material tersebut
Pemuatan sult Bongkahan, batu besar yang bentuknya tidak teratur, 0,5 – 0,4
batu hasil ledakan, pasir bercampur batu besar, tanah
berpasir, tanah bercampur lempung, tanah liat yang
tidak bias dimuat kedalam bucket
Sumber: Nurhakim, 2003
3.3.2. Faktor efisiensi kerja alat
Dalam menentukan efisiensi kerja alat, terlebih dahulu harus mengetahui kondisi
mekanis yang sesungguhnya dari alat yang sedang dipergunakan (mechanical availability), dan
catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang dipergunakan (physical availability)
MA = W x 100% PA = W+S x 100%
W+R W+R+S
Dimana:
MA = Mechanical availability
PA = Physical availability
W = Working hours
R = Repair hours
S = Standby hours
W: waktu yang dibebankan kepada seorang operator suatu alat yang dalam kondisi dapat
dioperasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi tiap hambatan (delay time) yang
ada. Misalkan waktu untuk pulang pergi kepermukaan kerja, pindah tempat, pelumasan
dan pengisian bahan bakar, hambatan karena cuaca dan lain – lain.
R: waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu untuk perbaikan
termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang serta waktu untuk perawatan.
S: jumlah jam suatau alat yang tidak dapat dipergunakan pada hal alat tersebut tidak rusak
dan dalam keadaan siap beroperasi.
Sedangkan efisiensi kerja alat muat dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
berikut:
E= W x 100%
W+R+S

3.3.3. Faktor yang mempengaruhi waktu edar alat


1. Kecepatan alat angkut
Kecepatan adalah waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu. Misalkan
kecepatan dump truck 45 km/jam, artinya setiap 1 jam dump truck akan menempuh
jarak 45 km.
Faktor kecepatan alat angkut adalah:
a. Tahanan gulir (Rolling Resistance)
Rolling Resistance (RR) merupakan segala gaya-gaya luar yang berlawanan arah
dengan arah gerak kendaraan yang sedang berjalan di atas suatu jalur jalan.
Tahanan gulir (RR) tergantung pada Keadaan jalan (kekerasan dan kemulusan
permukaan jalan) semakin keras dan mulus atau rata jalan tersebut, maka tahanan
gulirnya semakin kecil. Besarnya tahanan gulir (RR) dinyatakan dalam pounds
(lbs).
RR dapat dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan 1
Tabel 3.5 Koofisien tahanan gulir dalam persen
Jenis Permukaan Jalan Koofisien Tahanan Gulir
(CRR)
Beton yang kasar dan kering 2%
Perkerasan tanah dn batu yang terpelihara baik 2%
Anah urug kering dengan pemadatan sederhana 3%
Tanah urug lunak dengan penetrasi sekitar 4” 8%
Tanah/ pasir lepas dan batu pecah 10%
Jalan makadam 3%
Perkerasan kayu 3%
Jalan datar tanpa perkerasan, kering 5%
Kerikil tidak dipadatkan 15%
Pasir tidak dipadatkan 15%
Tanah lumpur -
Sumber: Prodjosumarto
Rochmanhadi (1992)
b. Tahanan kemiringan (Grade Resistance)
Grade Resistance (GR) adalah besarnya gaya yang melawan atau membantu gerak
kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilalui. Jika jalur jalan itu naik
disebut kemiringan positif, Tahanan Kemiringan atau Grade Resistance (GR) akan
melawan gerak kendaraan, tetapi sebaliknya, jika jalan itu turun disebut
kemiringan negatif, tahanan kemiringan akan membantu gerak kendaraan. Tiap
kemiringan 1% besarnya tahanan kemiringan rata-rata = 20 lbs/ton dari besarnya
kekuatan tarik mesin yang digunakan untuk menggerakkan ban yang menyentuh
permukaan jalur jalan. Besarnya GR dinyatakan dalam (lbs). Perhitungan tahanan
kemiringan dapat menggunakan rumas pada persamaan 2
c. Rimpull
Rimpull adalah besarnya kekuatan tarik yang dapat diberikan oleh mesin suatu alat
kepada permukaan roda atau ban penggeraknya yang menyentuh jalur jalan.
Sebelum menghitung rimpull untuk mengatasi RR, GR, dan percepatan, terlebih
dahulu menghitung rimpull pada masing – masing gigi pada alat angkut.
1. Menghitung rimpull pada masing – masing gigi dapat dengan rumus
berikut:
RP = HP x 375 x efisiensi mesin
V max
Dimana: RP = rimpull masing – masing gigi
HP = kekuatan mesin (hors power)
375 = faktor konversi
V max = kecepatan maximum masing – masing gigi
(tabel 3.6)
Tabel 3.6 kecepatan maximum tiap gigi
Gigi V max (mph)
3.25 (5.635
1 km/h)
2 7.1 (
3 12.48
4 21.54
5 33.86
Sumber: Partanto, 1993
2. Menghitung rimpul untuk mengatasi RR, GR, dan percepatan dalam
kondisi bermuatan
Rimpull untuk RR = Wtot (lbs) x CRR (%) …… (pers 1)
Rimpull untuk GR = Wtot (ton) x TK x kemiringan jalan
(%)……………… (pers 2)
Rimpul untuk percepatan = TK x Wtot (ton) x 1%....... (pers 3)
Dimana:
TK = Tahanan kemiringan tiap 1% (20 lbs/ton/1%)
Wtot = Berat kendaraan bermuatan
CRR = Koofisien tahanan gulir (lihat tabel 3.5)

Dari perhitungan rimpull untuk RR, GR, dan percepatan didapat rimpull total.
Dalam menghitung rimpul untuk mengatasi RR, GR, dan percepatan dalam
keadaan kosong, yang digunakan adalah berat kendaraan kosong (Wkosong)
3. Dari rimpull total dapat diketahui dengan gigi berapa kendaraan itu akan
bergerak atau memulai berjalan, sehingga didapat kecepatan maximum.
Kecepatan maximum masing – masing gigi (lihat tabel 3.6)
4. Dari kecepatan masing – masing gigi dapat dihitung kecepatan totalnya.

Data – data yang diperlukan dalam melakukan analisis faktor – faktor diatas adalah
sebagai beriku:
1. Efisinsi mesin
2. Daya mesin (HP)
3. Berat kendaraan (kosong dan bermuatan)
4. Kondisi jalan
5. Jarak angkut
2. Faktor keserasian kerja
Keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut dapat berpengaruh pada waktu edar
alat. Analisis faktor keserasian kerja ini dilakuakn untuk mengoptimalkan waktu edar
alat muat dan alat angkut seingga terjadi keserasian kerja.
Faktor keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut dapat ditentukan dengan
rumus:

MF = nH x CTL
nL x CTH
Dimana: MF = factor keserasian
nH = jumlah alat angkut
nL = jumlah alat gali - muat
CTL = waktu edar alat gali - muat
CTH = waktu edar alat angkut
Bila dari hasil perhitungan ternyata:
a. Faktor keserasian < 1, maka alat muat akan sering menganggur atau berhenti
b. Faktor keserasian = 1, maka kedua alat tersebut sudah serasi (shyncron) artinya
keduanya akan sama-sama sibuknya atau tak perlu ada yang menunggu.
c. Faktor keserasian > 1, maka alat angkut yang akan sering menganggur atau
berhenti.

Untuk mencapai faktor kerja yang serasi atau angka keserasian sama dengan 1 maka
perlu dilakukan penambahan atau pengurangan jumlah alat, dan waktu edar alat.
Penambahan atau pengurangan jumlah alat dan waktu edar dapat ditentukan dengan
menggunakan empat parameter berikut:

MF = nH x CTL
nL x CTH

CTL= 1 x nL x CTH nH= 1 x nL x CTH


nH CTL

CTH = nH x CTL nL = nH x CTL


1 x nL 1 x CTH

Misalkan: nH = Jumlah alat angkut


CTL = Waktu edar alat muat
nL = Jumlah alat muat
CTH = Waktu edar alat angkut
1 = Match Factor (MF)

Anda mungkin juga menyukai