SOP Penyakit Terbanyak UGD
SOP Penyakit Terbanyak UGD
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Dinas Kesehatan
Halaman : PUSKESMAS
Kab.
Kriteria Diagnosis
Demam tinggi lebih dari 7 hari disertai sakit kepala
- Kesadaran menurun
- Lidah kotor, hepatosplenomegali, dsb
- Bradikardia relatif
Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penderita tifoid
Kebijakan Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
Prosedur
PemeriksaanPenunjang
a. Darahperiferlengkap
b. PemeriksaanserologiWidal
Diagnosis Banding
a. Demamberdarah dengue.
b. Malaria.
c. Leptospirosis.
Komplikasi
a. Tifoidtoksik (Tifoidensefalopati)
b. Syokseptik
c. Perdarahandanperforasi intestinal (peritonitis)
d. Hepatitis tifosa
e. Pankreatitistifosa
f. Pneumonia.
Penatalaksanaan
a. Terapisuportifdapatdilakukandengan:
1. Istirahattirah baring danmengaturtahapanmobilisasi.
2. Diet tinggikaloridantinggi protein.
3. Konsumsiobat-obatansecararutindantuntas.
4. Kontroldan monitor tanda vital (tekanandarah, nadi, suhu,
kesadaran), kemudiandicatatdenganbaik di rekammedikpasien.
b. Terapisimptomatikuntukmenurunkandemam (antipiretik) danmengurangikeluhan
gastrointestinal.
c. Terapidefinitifdenganpemberianantibiotik.
Antibiotiklinipertamauntukdemamtifoidadalahkloramfenikol, ampisilinatauamoksisilin
(amanuntukpenderita yang sedanghamil), atautrimetroprim-sulfametoxazole (kotrimoksazol).
d. Bilapemberiansalahsatuantibiotiklinipertamadinilaitidakefektif, dapatdigantidenganantibiotik
lain ataudipilihantibiotiklinikeduayaitu Ceftriaxone, Cefotaxime
(diberikanuntukdewasadananak), Kuinolon (tidakdianjurkanuntukanak<18
tahunkarenadinilaimengganggupertumbuhantulang).
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (BAB cair lebih dari 3 kali sehari) dan pemeriksaan
fisik (ditemukan tanda-tanda hipovolemik dan pemeriksaan konsistensi BAB).
Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penderita Gastroenteritis
Kebijakan Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
Prosedur
Diagnosis Banding
a. Demam tifoid
b. Kriptosporidia (pada penderita HIV)
c. Kolitis pseudomembran
Komplikasi: Syok hipovolemik
Penatalaksanaan
Terapi dapat diberikan dengan:
a. Memberikan cairan dan diet adekuat
b. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat anti diare untuk mengurangi
gejala dan antimikroba untuk terapi definitif. Pemberian terapi antimikroba empirik
diindikasikan pada pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif, traveller’s
diarrhea, dan imunosupresi. Antimikroba: pada GE akibat infeksi diberikan antibiotik atau
antiparasit, atau anti jamur tergantung penyebabnya.
Obat antidiare, antara lain:
a. Turunan opioid: loperamide, difenoksilat atropine, tinktur opium.
b. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan disentri yang disertai demam, dan
penggunaannya harus dihentikan apabila diare semakin berat walaupun diberikan terapi.
c. Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien immunocompromised, seperti HIV, karena dapat
meningkatkan risiko terjadinya bismuth encephalopathy.
d. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau smectite 3x 1 sachet
diberikan tiap BAB encer sampai diare stop.
e. Obat anti sekretorik atau anti enkefalinase: Hidrasec 3x 1/ hari
Unit terkait RAWAT INAP, BP, PUSTU/POLINDES
Refrensi
GASTRITIS
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Dinas Kesehatan
Halaman : PUSKESMAS LARANGAN
Kab. Pamekasan
SOP PenangananGastritis
Pengertian Gastritis adalah proses inflamasi/peradangan pada lapisan mukosa dan submukosa lambung
sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan iritan lain.
Proses inflamasi dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.
Tanda Patognomonis
a. Sesak napas.
b. Mengi pada auskultasi.
c. Pada serangan berat digunakan otot bantu napas (retraksi supraklavikula, interkostal, dan
epigastrium).
Faktor Predisposisi
Riwayat bronchitis atau pneumoni yang berulang
Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penderita Asma Bronkial
Kebijakan Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
Prosedur PemeriksaanPenunjang
a. ArusPuncakEkspirasi (APE) menggunakan Peak Flowmeter
b. Pemeriksaandarah (eosinofildalamdarah)
Penatalaksanaan
a. Pasiendisarankanuntukmengidentifikasisertamengendalikanfaktorpencetusnya.
b.
Perludilakukanperencanaandanpemberianpengobatanjangkapanjangsertamenetapkanpeng
obatanpadaseranganakut.Penatalaksanaanasmaberdasarkanberatnyakeluhan
PemeriksaanPenunjangLanjutan (biladiperlukan)
a. Fototoraks
b. Ujisensitifitaskulit
c. Spirometri
d. UjiProvokasiBronkus
Komplikasi
a. Pneumotoraks.
b. Pneumomediastinum.
c. Gagalnapas.
d. Asmaresistenterhadap steroid.
Keluhan
a. Polifagia
b. Poliuri
c. Polidipsi
d. Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penderitaDiabetes Melitus
Kebijakan Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
Prosedur Pemeriksaan Penunjang
a. Gula Darah Puasa
b. Gula Darah 2 jam Post Prandial
c. HbA1C
Klasifikasi DM:
a. DM tipe 1
1. DM pada usia muda, < 40 tahun
2. Insulin dependent akibat destruksisel :
• Immune-mediated
• Idiopatik
c. DM tipe 2 (bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin dengan defisiensi insulin
relatif – dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin)
Penatalaksanaan
Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan modifikasi gaya hidup dan pengobatan
(algoritma pengelolaan DM tipe 2)
Penatalaksanaaan
Pedoman resusitasi dan penilain awal
1. Menilai jalan nafas: bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan, lepaskan gigi palsu,
pertahankan tulang servikal,pasang guedel bila dapat ditolerir. Jika cedera orofasial
menganggu jalan nafas, maka pasien harus di intubasi.
2. Menilai pernafasan : tentukan apakah pasien bernafas spontan atau tidak. Jika tidak, beri
oksigen melalui masker oksigen. Jika pasien bernafas spontan, selidiki dan atasi cedera
dada berat seperti pneumotorak, pneumotoraks tensif, hemopneumotoraks.
3. Menilai sirkulasi : otak yang rusak tidak mentorerir hipotensi. Hentikan semua
perdarahan dengan menekan arterinya. Ukur dan catat frekuensi denyut jantung dan
tekanan darah.
4. Obati kejang : kejang konvulsif dapat terjaadi setelah cedera kepala an harus diobati.
Mula mula berikan diazepam 10 mg intravena perlahn lahan dan dapat diulangi sampai 3
kali jika msih kejang.Bila tidak berhasil dapat diberikan fenitoin 15mg/kgBB diberikan
intravena perlahan-lahan dengan kecepatan tidak melebihi 50mg/menit
5. Menili tingkat keparhan
Unit terkait RAWAT INAP, BP, PUSTU/POLINDES
Refrensi
VERTIGO
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Dinas Kesehatan
Halaman : PUSKESMAS LARANGAN
Kab. Pamekasan