Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM

REALISASI RANCANGAN ELEKTRONIKA

RANCANG BANGUN SISTEM SCADA PADA SIMULASI CCP (CIRCULATING


CURRENT PROTECTION) SEBAGAI PROTEKSI DIAMETER GITET 500 KV
KONFIGURASI SATU SETENGAH PMT BERBASIS SOFTWARE DELPHI 7

Disusun oleh :
Resi Anggun Rinangku
21060114083011

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
I. TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan rancang bangun sistem SCADA pada simulasi CCP
(Circulating Current Protection) ini adalah :
1. Memenuhi tugas yang diberikan dalam mengikuti mata kuliah Praktikum
Realisasi Rancangan Elektronika.
2. Melatih keterampilan dan kemandirian mahasiswa untuk membuat suatu alat
elektronika sederhana yang dapat bermanfaat.
3. Mengetahui prinsip kerja dari sensor arus sebagai komponen utama
pendeteksi arus pada sistem proteksi yang dibuat.
4. Mengetahui prinsip kerja dari mikrokontroler ARM NUCLEO F401RE
sebagai pusat pengolahan data dan pengendali sistem.
5. Mempelajari karakteristik dari peralatan elektronika yang dilibatkan dalam
pembuatan alat yaitu ARM NUCLEO F401RE dan sensor arus.
6. Mempelajari sistem SCADA pada jaringan listrik di Indonesia terutama pada
bagian transmisi.
7. Mengetahui pengaplikasian Delphi 7 sebagai aplikasi sistem monitoring
pada sistem proteksi trafo yang nantinya bisa dipantau secara real time
melalui laptop.

II. RUANG LINGKUP


Dalam laporan praktikum Realisasi Rancangan Elektronika mengenai Sistem
SCADA pada Rangkaian Simulasi CCP sebagai proteksi diameter ini mempunyai
beberapa batasan masalah sebagai berikut :
1. Sistem mikrokontroler ARM Nucleo F401RE sebagai komponen utama
pengolahan data yang nantinya akan didapat dari keluaran sensor arus dan
akan tersambung ke HMI.
2. Sensor arus yang digunakan untuk mendeteksi kondisi arus yang terdapat
pada sistem.
3. Aplikasi Delphi 7 sebagai alat utama penampil sistem monitoring proteksi
trafo di layar laptop.
4. Program ARM yang dihubungkan dengan Delphi 7.
III. DASAR TEORI
Sistem proteksi CCP (Circulating Current Protection) ini pada dasarnya
bekerja dengan membandingkan arus masukan sumber dengan arus keluaran
sumber pada suatu diameter busbar. Pada saat muncul perbedaan arus karena
adanya beban lebih dalam sistem, maka PMT akan membuka (open) untuk
melindungi daerah yang diamankannya agar gangguan tidak merambat lebih
jauh. Kondisi membukanya PMT ini ditentukan oleh sensor arus melalui
mikrokontroler ARM NUCLEO F401RE yang sudah dimasukkan program
SCADA yang dibuat dengan software Delphi 7.
Sensor arus akan melakukan pembacaan dan memberikan output berupa
tegangan yang akan dibaca oleh ARM. Selanjutnya ARM akan menentukan
kondisi relay apakah harus trip atau tidak. Pembacaan sensor pada alat ini
menggunakan amperemeter analog. ARM tidak dapat langsung menentukan
kontak dengan relay karena keluarannya merupakan sinyal yang rendah dan
belum sesuai dengan tegangan kerja relay. Selain itu, ARM tidak dapat
melakukan kontak dengan relay yang terbebani. Maka digunakanlah driver relay
sebagai perintah untuk kerja relay. Relay trip menandakan bahwa arus yang
berada dalam daerah pengamanan CCP berbeda sehingga harus dihilangkan, agar
tidak mengganggu keseimbangan sistem. Berikut penjelasan dasar teori masing
masing komponen :
a) ARM NUCLEO F401RE
ARM adalah prosesor dengan arsitektur set instruksi 32bit RISC
(Reduced Instruction Set Computer) yang dikembangkan oleh ARM
Holdings. ARM merupakan singkatan dari Advanced RISC Machine
(sebelumnya lebih dikenal dengan kepanjangan Acorn RISC Machine).
ARM adalah modul micro computer yg juga mempunyai input output
digital port seperti pada board microcontroller. Diantara kelebihan ARM
dibanding board microcontroller yang lain yaitu mempunyai Port/koneksi
untuk display berupa TV atau Monitor PC serta koneksi USB. ARM Nucleo
board dibuat dengan 3 type yg berbeda yaitu ARM nucleo 32, ARM nucleo
64, dan ARM nucleo 144. Perbedaannya antara lain pada RAM dan Port
LAN.

Gambar ARM NUCLEO F401RE

Gambar Pin pada ARM NUCLEO F401RE


b) IC ULN 2003 Driver Relay
Gambar PIN IC ULN 2003

IC ULN 2003 adalah sebuah IC dengan ciri memiliki 7 bit input,


tegangan maksimal 50 volt dan arus 500 mA. Chip mengambil sinyal tingkat
rendah (TLL, CMOS, PMOS, NMOS - yang beroperasi pada tegangan
rendah dan arus rendah) dan bertindak sebagai relay, menyalakan atau
mematikan tingkat sinyal yang lebih tinggi di sisi yang berlawanan.
Di dalam IC ini terdapat transistor darlington. Transistor darlington
merupakan 2 buah transistor yang dirangkai dengan konfigurasi khusus
untuk mendapatkan penguatan ganda sehingga dapat menghasilkan
penguatan arus yang besar. (Ramdhani, Irwan. 2012)
Fungsi IC ULN 2003 adalah sebagai driver untuk mencatu daya pada
relay, karena keluaran dari ARM tidak dapat mencatu daya yang terdapat
pada relay secara langsung. Prinsip kerja dari IC ULN 2003 ini yaitu bila
diberi tegangan inputan sebesar 3,3 V maka pada bagian outputnya akan
terhubung ke tegangan – (minus).
ULN 2003 mencakup mempunyai 16 pin mencakup 7 transistor. Pin 1-7
digunakan untuk menerima sinyal tingkat rendah, pin nomer 8 sebagai
ground, pin 9 merupakan common katoda (dibutuhkan untuk beban
induktif), dan pin 10-16 digunakan sebagai output.
Gambar Blok Diagram Pin ULN 2003
c) Relay
Relay dikenal sebagai komponen yang dapat mengimplementasikan
logika switching. Relay yang paling sederhana adalah relay elektromekanis
yang memberikan pergerakan mekanis open/close saat mendapatkan energi
listrik. Komponen relay terdiri dari coil dan contact. Coil adalah gulungan
kawat yang dialiri arus listrik, sedangkan contact adalah sejenis saklar yang
pergerakannya tergantung ada tidaknya arus listrik di coil. Ketika coil
mendapat energi listrik (energized), akan timbul gaya elekromagnet yang
akan menarik armature yang berpegas, dan contact akan menutup. Ada dua
jenis contact yakni Normally Open (kondisi awal sebelum diaktifkan open)
dan Normally Close.

Gambar Relay
d) Resistor
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan
namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon.
Resistor memiliki gelang warna sebagai penunjuk besar kecilnya tahanan,
memiliki 2 buah kaki tanpa kutub sehingga pemasangannya boleh terbalik.
Karena resistor adalah tahanan yang nilainya tetap, maka harus diperhatikan
arus yang mengalir jangan sampai arus yang besar melewati tahanan yang
kecil karena bisa menyebabkan resistor panas bahkan terbakar.

Gambar Nilai Warna Gelang Resistor


e) Transformator
Trafo merupakan alat listrik dengan dua buah lilitan yang mampu
menaikkan atau menurunkan energi listrik menggunakan prinsip induksi
elektromagnet. Penggunaan trafo dalam sistem tenaga memungkinkan
terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan
misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik
jarak jauh. Inti besi pada trafo sengaja dibuat berkeping-keping, karena
dengan bentuk kepingan terdapat rongga udara, ini juga digunakan sebagai
pendingin trafo serta untuk mengurangi arus pusar yang menyebabkan rugi-
rugi daya.

Gambar Trafo Step Down 5A

Persamaan trafo :

Keterangan :
Np = jumlah belitan primer
Ns = jumlah belitan sekunder
Vp = tegangan primer
Vs = tegangan sekunder
Ip = arus primer
Is = arus sekunder
f) Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan
listrik dengan strukturnya terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan
oleh bahan dielektrik. Bahan dielektrik misalnya udara vakum, keramik,
gelas, dan lain-lain. Jika kedua ujung plat ini diberi tegangan listrik, maka
muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda)
metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatid terkumpul pada
ujung metal yang lain.
Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung negati dan sebaliknya
juga muatan negatif tidak dapat mengalir ke ujun positif karena terpisah oleh
bahan dielektrik yang bersifat konduktif. Muatan elektrik ini tersimpan
selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Kapasitas untuk
menyimpan kemampuan kapasitor dalam muatan listrik disebut Farad (F)
yang diambil dari nama penemu Michael Faraday sedangkan simbol dari
kapasitor adalah C (kapasitor).
Berdasarkan kapasitasnya, kapasitor dibedakan menjadi kapasitor tetap
dan tidak tetap. Kapasitor tetap adalah kapasitor yang memiliki nilai
kapasitansi yang tetap dan tidak dapat diubah-ubah, dibedakan menjadi 2
yakni kapasitor polar dan non-polar. Kapasitor polar yakni kapasitor yang
bahan dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya kapasitor ini
mempunyai tanda + dan – di badannya. Mengapa kapasitor ini mampu
memiliki polaritas, adalah karena proses pembuatannya menggunakan
elektrolisa sehingga terbentuk kutub. Sedangkan kapasitor non-polar adalah
kapasitor yang dibuat dari bahan dielektrik keramik, film, dan mika.
Keramik dan mika adalah bahan yang popular dan murah untuk membuat
kapasitor yang kapasitasinnya kecil.
Kapasitor juga mempunyai tegangan kerja, biasanya pada rangkaian DC
berkisar antara 3,3 V sampai 25 V. Jangan menggunakan kapasitor yang
teganagn kerjanya lebih rendah dari tegangan kerja yang ditentukan. Lebih
baik memilih kapasitor yang tegangan kerjanya 10-15% lebih besar dari
tegangan rangkaian.
Gambar Kapasitor
g) Dioda
Dioda merupakan suatu semikonduktor terdiri dari dua elektroda yang
hanya dapat menghantarkan arus listrik dan tegangan pada satu arah saja.
Dua lapisan elektroda tersebut adalah elektroda N (katoda) dan lapisan P
(anoda). Bahan pokok untuk pembuatan dioda adalah Germanitum (Ge) dan
Silikon (Si).

Gambar Dioda
Pada daerah sambuangan 2 jenis semi konduktor yang berlawanan
tersebut akan muncul daerah deplesi yang akan membentuk gaya barier.
Gaya barier ini dapat ditembus denan tegangan + sebesar 0,7 V yang
dinamakan sebagai Break Down Voltage, yaitu tegangan minimum dimana
dioda akan bersifat sebagai konduktor/penghantar arus listrik. Penggunaan
dioda disini digunakan sebagai penyearah, yakni mengubah tegangan AC
menjadi tegangan DC.
Jika dioda diberi tegangan maju (forward bias), dimana tegangan sisi P
lebih besar dari sisi N, elektron dengan mudah mengalir dari sisi N mengisi
kekosongan elektron (hole) di sisi P. Sebaliknya jika diberi tegangan balik
(reverse bias), dapat dipahami tidak ada elektron yang dapat mengalir dari
sisi N mengisi hole di sisi P, karena tegangan potensial di sisi N lebih tinggi.

Gambar Forward Bias


Ada dua tipe rangkaian penyearah dengan dioda, penyearah setengah
gelombang dan penyearah gelombang penuh.

Gambar Penyearah Setengah Gelombang

Gambar Penyearah Gelombang Penuh


Pada gambar diatas diberi tambahan kapasitor untuk mengurangi riple
(riak) hasil keluaran dioda yang belum berbentuk gelombang DC sempurna.
h) LED
LED (Light Emitting Diode) merupakan salah satu dioda yang akan
mengeluarkan cahaya monokromatik bila diberi tegangan maju. LED
banyak digunakan sebagai lampu indikator dan peraga (display).

Simbol LED
Cara kerjanya hampir sama seperti dioda yang memiliki 2 kutub yakni P
dan N, dan akan memancarkan cahaya bila diberi bias maju dari Anoda ke
Katoda. LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping
sehingga menciptakan junction P dan N. Proses doping dalam
semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian
(impurity) pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan
karakteristik listrik yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju,
kelebihan elektron pada sisi N akan berpindah ke sisi P. Saat elektron
berjumpa dengan hole akan melepaskan foton dam memancarkan cahaya.
LED merupakan dioda yang dirancang untuk melepaskan sejumlah
banyak foton, sehingga dapat mengeluarkan cahaya yang tampak oleh mata.
Umumnya LED dibungkus oleh bohlam plastik yang dirancang sedemikian
sehingga cahaya yang dikeluarkan terfokus pada suatu arah tertentu.
Gambar LED
Setiap material hanya dapat mengemisikan foton dalam rentang
frekuensi sangat sempit. LED yang menghasilkan warna berbeda terbuat dari
material semikonduktor yang berbeda pula, serta membutuhkan tingkat
energi berbeda untuk menghasilkan cahaya. Misalnya AlGaAs - merah dan
inframerah, AlGaP – hijau, GaP - merah, kuning dan hijau.
i) Sensor Arus ACS712
ACS712 merupakan seri sensor arus yang bekerja berdasarkan efek
medan (Hall Effect). Besar medan magnet yang muncul akan dideteksi lalu
diproses menjadi tegangan, tegangan yang dihasilkan sensor adalah
tegangan DC dan langsung diinputkan ke ARM. Berikut konfigurasi pin
ACS712 :

Gambar Konfigurasi PIN ACS712


Gambar Typical Application ACS712

Spesifikasi sensor arus ACS712 :


a) Rendah noise jalur sinyal analog
b) Bandwith perangkatkan diatur melalui pin FILTER baru
c) 5 mikrodetik output dalam menanggapi langkah masukan
d) Bandwith 80 kHz
e) Total error saat output 1,5% pada Ta=25oC
f) Resistansi internal konduktor 1,2 miliOhm
g) Tegangan isolasi minimum 2,1 kVRMS dari pin 1-4 ke pin 5-8
h) Tegangan input 5 V
i) Sensitivitas output 66 sampai 185 mV/A. Artinya setiap sensor
merasakan kenaikan tegangan 185 mV/A, maka mengindikasikan arus
1A.
j) Tegangan output sebanding dengan arus AC maupun DC yang masuk
k) Keluaran tegangan offset sangat stabil
l) Histerisis magnetik hampir nol

Layaknya amperemeter pada umumnya, sensor ACS712 juga dipasang


secara seri dengan beban. Sensor ini bisa digunakan untuk mengukur arus
AC maupun DC. Terdapat keadaan dimana saat tidak ada arus yang
melewati ACS712, maka keluaran sensor adalah (0,5xVcc) sebesar 2,5 V.
Dan saat arus mengalir dari IP+ ke IP-, maka keluaran akan >25 V.
Sedangkan ketika arus listrik mengalir terbalik dari IP- ke IP+, maka
keluaran akan <25 V (Datasheet ACS712).
Aliran arus listrik phase pada beban dilewatkan ke kaki 1, 2 dan kaki
3, 4 tersambung langsung pada beban, arus yang melewati beban akan
menciptakan medan magnet ( hall effect ). Besaran medan magnet itulah
yang kemudian menginduksi bagian dynamic offset cancellation dan setelah
itu sinyal tegangan akan dikuatkan dan disaring oleh amplifier dan filter
pada ACS712 sebelum dikeluarkan melalui V out pada kaki 7. Berikut tabel
fungsi pin :
Pin
Fungsi
Sensor
IP + Terminal yang mendeteksi arus, terdapat sekring di dalamnya
IP - Terminal yang mendeteksi arus, terdapat sekring di dalamnya
GND Terminal sinyal ground
FILTER Terminal untuk kapasitor eksternal sebagai penentu bandwith
Vout Output sinyal analog
Vcc Terminal sebagai sumber tegangan sensor

j) Amperemeter Analog

Gambar Amperemeter Analog


Amperemeter adalah perangkat yang digunakan untuk mengukur arus.
Pada rangkaian, Amperemeter harus diletakkan seri terhadap arus yang ingin
diukur. Hal ini disebabkan arus tidak akan berubah bila melalui rangkaian
seri, dan akan terbagi bila melewati rangkaian yang disusun paralel.
Ammeter memiliki rentang ukur tertentu, misalnya memiliki sensitivitas
1mA yang mampu mengukur arus dari 0-1mA.

Gambar Pemasangan Amperemeter


Secara garis besar, amperemeter digolongkan menjadi analog dan
digital. Amperemeter analog adalah Amperemeter yang hasil pengukurannya
ditampilkan dalam gerak jarum penunjuk pada layar. Sedangkan
Amperemeter digital hasil pengukurannya ditampilkan pada layar LCD yang
langsung berupa angka.
Amperemeter bekerja berdasarkan prinsip gaya magnetik (gaya
Lorentz). Ketika arus melalui kumparan yang dilingkupi medan magnet,
akan timbul gaya Lorentz yang menggerakkan jarum penunjuk. Apabila arus
yang melewati kumparan besar, maka gaya yang timbul juga akan lebih
besar, sehingga penyimpangan jarum penunuk juga akan lebih besar. Besar
gaya yang dimaksud adalah F = B.i.l.
k) SCADA
SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) adalah sistem
yang dapat memonitor dan mengontrol suatu peralatan atau sistem dari jarak
jauh secara real time. SCADA berfungsi mulai dari pengambilan data pada
Gardu. Pengolahan informasi yang diterima, sampai reaksi yang ditimbulkan
dari hasil pengolahan informasi. Secara umum fungsi dari sistem SCADA
adalah :
1) Penyampaian data.
2) Proses kegiatan dan monitoring.
3) Fungsi kontrol.
4) Perhitungan dan pelaporan.
Tujuan digunakannya sistem SCADA adalah :
1) Mempercepat proses pemulihan suplai tenaga listrik bagi konsumen
yang mengalami gangguan.
2) Memperkecil kWh padam akibat gangguan atau pemadaman.
3) Memantau performa jaringan untuk menyusun perbaikan atau
pengembangan sistem jaringan 20 kV.
4) Mengusahakan optimasi pembebanan jaringan 20 kV.

Contoh Sistem SCADA


Kemampuan SCADA tergantung kepada program aplikasi yang dipakai
di dalamnya. Seluruh fungsi sistem SCADA yang telah dijelaskan di atas,
dapat dikelompokkan menjadi tiga :
a. Telemetering
Adalah proses pengambilan besaran ukur tenaga listrik yang ada di
Gardu Induk yang dapat dimonitor di Control Center. Besaran-besaran
yang diukur antara lain tegangan dan arus, daya aktif reaktif, frekuensi
sistem, dan power factor. Operator Dispacther dapat mengetahui atau
membaca semua pengukuran yang sudah terintegrasi ke sistem SCADA
di gardu / lapangan secara remote, jadi telemetering adalah pembacaan
parameter pengukuran, dan sebagai inputnya adalah peralatan metering
yang ada di gardu/lapangan.
b. Telesignaling
Pemantauan status dari peralatan tenaga listrik, sinyal alarm dan sinyal
lainnya yang ditampilkan disebut status indikasi. Status indikasi
terhubung ke modul digital input dari RTU. Status indikasi terdiri dari
indikasi tunggal (single) dan indikasi ganda (double). Status indikasi
dikirim ke pusat pengatur beban atau Control Center bila terjadi
perubahan status dari peralatan. Pemantauan telesignal yaitu setiap
kejadian yang dicatat oleh system SCADA disebut Event, sedangkan
semua indikasi yang menunjukan adanya perubahan status di SCADA
disebut sebagai Alarm. Semua status harus diproses untuk mendeteksi
setiap perubahan status lebih lanjut untuk event yang terjadi secara
spontan atau setelah permintaan remote kontrol dikirim oleh dispacther.
c. Telecontroling
Fungsi kontrol sistem tenaga listrik terbagi menjadi 4 bagian, yaitu
kontrol individu, kontrol perintah untuk pengaturan peralatan, pola
kontrol otomatis dan pola kontrol berurutan. Kontrol individu merupakan
perintah langsung peralalatan sistem tenaga listrik, seperti perintah
buka/tutup PMT atau PMS, dan perintah start/stop unit pembangkit.
Sedangkan kontrol perintah untuk pengaturan peralatan merupakan fungsi
kontrol yang berhubungan dengan pusat pembangkit untuk menaikkan
atau menurunkan daya pembangkitan. Kontrol otomatis adalah perintah
kontrol dari substation automation misalnya untuk load shading. Kontrol
berurutan adalah kontrol otomatis dengan menggunakan aplikasi
distribusi Managemen System (DMS). Telecontroling adalah
pengendalian atau pengoperasian peralatan switching pada Gardu Induk
yang jauh dari pusat kontrol. Telekontrol yang dapat dilakukan adalah
open-close PMT/PMS, start-stop PLTD, perubahan tap transformator,
dan sebagainya.
Peralatan Sistem SCADA terdiri dari perlengkapan hardware dan

software. Peralatan Hardware SCADA terdiri dari:

1. Master komputer

Master merupakan suatu perangkat komputer yang berfungsi sebagai

database suatu sistem yang dimonitoring sedangkan untuk melakukan

pengontrolan dilakukan melalui Workstation atau HMI(Human Machine

Interface).

2. Sarana komunikasi data

Sarana komunikasi data yang dapat digunakan antara lain Radio, Fiber

Optik, PLC, kabel serial, dll.

3. Remote Terminal Unit

RTU merupakan perangkat yang digunakan sebagai telecontroling,

telesignaling dan telemetering pada suatu peralatan.

4. Interface ke rangkaian proses

Rangkaian proses terdiri dari instalasi/wiring, terminal, relay bantu dan

transduser yang berfungsi untuk mengirim indikasi, kontrol, alarm-alarm

dan pengukuran dari suatu peralatan. Rangkaian proses menjadi bagian

penting dari suatu sistem SCADA karena merupakan sensor dan kontrol

dari remote terminal unit (RTU). Secanggih apapun sistem SCADA yang

kita pasang tidak akan ada artinya jika kita salah menyambung/merangkai

proses ke peralatan yang akan digunakan. (Priyanto, 2013:9)


Sedangkan untuk peralatan software yang pada master station antara

lain :

1. Operating system

Operating system pada server yaitu dapat menggunakan Unix, Windows

atau Linux.

2. Software aplikasi SCADA real time

Software ini memiliki fungsi telemetering, telesignal dan telecontrol.

Biasanya software ini memiliki nama misalnya Oasys, Power CC, Citect,

Wonderware, Survalent, dll.

l) DELPHI 7
Delphi adalah suatu bahasa pemograman (development language) yang
digunakan untk merancang suatu aplikasi program. Merupakan suatu bahasa
pemrograman yang menggunakan visualisasi sama seperti bahasa
pemrograman Visual Basic (VB). Namun Delphi menggunakan bahasa yang
hampir sama dengan pascal (sering disebut objeck pascal), sehingga lebih
mudah untuk digunakan. Bahasa pemrograman Delphi dikembangkan oleh
CodeGear sebagai divisi pengembangan perangkat lunak milik embarcadero.
Divisi tersebut awalnya milik borland, sehingga bahasa ini memiliki versi
Borland Delphi.
Delphi juga menggunakan konsep yang berorientasi objek (OOP),
maksudnya pemrograman dengan membantu sebuah aplikasi yang
mendekati keadaan dunia yang sesungguhnya. Hal itu bisa dilakukan dengan
cara mendesign objek untuk menyelesaikan masalah. OOP ini memiliki
beberapa unsur yaitu ; Encapsulation (pemodelan), Inheritance (Penurunan),
Polymorphism (Polimorfisme).
Awalnya bahasa pemrograman delphi hanya dapat digunakan di
Microsoft Windows, namun saat ini telah dikembangkan sehingga dapat
digunakan juga di Linux dan di Microsoft.NET. Dengan menggunakan free
pascal yang merupakan proyek OpenSource, bahasa pemrograman ini dapat
membuat program di sistem operasi Mac OS X dan Windows CE.
Umumnya delphi hanya digunakan untuk pengembangan aplikasi
dekstop, enterprise berbasis database dan program - program kecil . Namun
karena pengembangan delphi yang semakin pesat dan bersifat general
purpose bahasa pemrograman ini mampu digunakan untuk berbagai jenis
pengembangan software. Dan Delphi juga disebut sebagai pelopor
perkembangan RadTool (Rapid Apllication Development) tahun 1995.
Sehinnga banyak orang yang mulai mengenal dan menyukai bahasa
pemrograman yang bersifat VCL (Visual Component Library) ini. Kegunaan
Delphi antara lain :
1) Untuk membuat aplikasi windows.
2) Untuk merancang aplikasi program berbasis grafis.
3) Untuk membuat program berbasis jaringan (client/server).
4) Untuk merancang program .Net (berbasis internet)

Gambar Software Delphi 7

Keunggulan Delphi :
1) IDE (Integrated Development Environment) atau lingkungan
pengembangan aplikasi sendiri adalah satu dari beberapa keunggulan
delphi, didalamnya terdapat menu – menu yang memudahkan kita untuk
membuat suatu proyek program.
2) Proses Kompilasi cepat, pada saat aplikasi yang kita buat dijalankan pada
Delphi, maka secara otomatis akan dibaca sebagai sebuah program, tanpa
dijalankan terpisah.
3) Mudah digunakan, source kode delphi yang merupakan turunan dari
pascal, sehingga tidak diperlukan suatu penyesuain lagi.
4) Bersifat multi purphase, artinya bahasa pemograman Delphi dapat
digunakan untuk mengembangkan berbagai keperluan pengembangan
aplikasi.
Kekurangan Delphi :
1) Partial single vendor lock-in (Borland dapat menetapkan standar bahasa,
kompatibilitas yang harus mengikutinya).
2) Akses pada platform dan library pihak ketiga membutuhkan file-file
header yang diterjemahkan ke dalam bahasa pascal.
3) Dokumentasi atas platform dan teknik-teknik yang menyertainya sulit
ditemukan dalam bahasa pascal (contoh akses COM dan Win32).

IV. PERALATAN DAN BAHAN


a. Peralatan
1) Cutter
2) Gunting
3) Solder
4) Setrika
5) Multimeter
6) Lem tembak
7) Mesin bor
8) Spidol
9) Gergaji
10) Atraktor
11) Laptop

b. Bahan
1) Papan PCB (secukupnya)
2) Kertas CTS (secukupnya)
3) 1 buah Transformator Step Down 5A
4) 6 buah Sensor Arus ACS712
5) 11 buah Lampu LED
6) 5 buah Lampu 12W/12V
7) 5 buah Fitting
8) 2 buah IC ULN2003
9) 1 buah LCD 4x16
10) 11 buah Relay
11) 2 meter Kabel NYM
12) 3 meter Kabel Pelangi
13) 17 buah Saklar
14) 1 buah Push Button
15) 3 buah Amperemeter Analog
16) 1 rol Tenol
17) 500 gram Ferricloride (FeCl3)
18) 21 buah Resistor
19) 10 buah Resistor Keramik
20) 1 buah Kapasitor
21) 15 buah Dioda
22) 1 buah IC Regulator 7805
23) 1.5 x 1.5 meter Papan Tripleks

V. LANGKAH KERJA
A. Persiapan Hardware dan Wiring
i. Hardware (Perangkat Keras)
1) Membuat desain layout jalur rangkaian menggunakan Eagle dan
disalin ke papan PCB.

2) Setelah desain jalur rangkaian selesai, langkah selanjutnya adalah


mencetak desain menggunakan kertas CTS ukuran F4 dengan printer.
3) Desain board yang sudah jadi ditempelkan ke PCB menggunakan
isolasi kertas, kemudian untuk menyablon jalur pada PCB
menggunakan setrika selama ± 15 menit agar jalur menempel pada
papan PCB.
4) Melepas kertar print dari PCB dengan meneteskan air sedikit demi
sedikit hingga kertas terlepas, apabila terdapat jalur yang putus maka
digaris dengan spidol permanen agar terhubung kembali.
5) Memotong papan PCB sesuai ukuran menggunakan cutter.
6) Merendam PCB kedalam larutan Feril Chloride (FeCl3) dengan cara
menggoyang-goyangkan wadah agar tembaga PCB yang tidak tertutup
carbon/spidol terlarut sempurna.
7) Keringkan sebentar, lalu amplas PCB untuk menghilangkan lapisan
spidol permanen.
8) Mengebor PCB dengan alat bor sesuai jalur yang dibuat dengan besar
mata bor menyesuaikan besar kaki komponen.
9) Menempatkan komponen sesuai tempatnya masing-masing kemudian
melakukan penyolderan dengan tenol. Proses ini harus dilakukan rapi
dan cepat supaya tenol tidak cepat mengeras dan ada beberapa
komponen yang tidak tahan terhadap suhu tinggi dan dikhawatirkan
mengurangi kepekaannya.

10) Memotong kaki komponen agar rapi menggunakan gunting kuku.


11) Memasang dan menggabungkan trafo ke rangkaian PCB.
12) Melakukan percobaan untuk memastikan rangkaian terhubung
dengan baik.

ii. Wiring (Pengkabelan Perangkat)


1) Memasang trafo step down 5A pada papan.
2) Hubungkan output trafo ke rangkaian yang sudah dipasang pada PCB
sebagai sumber daya.
3) Hubungkan terminal output beban dengan rangkaian beban lampu.
4) Hubungkan input dan output antara rangkaian utama dan ARM
NUCLEO F401RE menggunakan kabel pelangi.
5) Hubungkan output VCC 3.6 V pada ARM NUCLEO F401RE ke
sensor arus (IC ULN 2003) sebagai tegangan input.
6) Hubungkan output sensor arus menuju pin input ARM NUCLEO
F401RE.
7) Hubungkan trafo dengan kabel steker 220 V.

B. Persiapan Perangkat Lunak (Software)


i. Software ARM
1) Membuka software CodeVisionAVR yang digunakan untuk
pembuatan perangkat lunak atau program yang nantinya akan
dimasukkan kedalam sismin ATmega 8.
2) Sebelum menuliskan program, dilakukan dulu setting terhadap
ATmega apa yang akan dipakai dan menentukan port input dan output.
3) Menuliskan program sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.
Program yang dipakai menggunakan bahasa C.
4) Menyimpan file yang sudah dibuat.
5) Mentransfer program ke dalam ARM NUCLEO menggunakan port
USB.
ii. Software HMI
1) Buat gambar rangkaian pada paint hingga menjadi gambar seperti
berikut :

2) Kemudian buka software Delphi 7


3) Buka lembar kosong pada Delphi 7 seperti ini :

4) Masukkan gambar rangkaian yang telah dibuat dengan paint ke dalam


Delphi 7.

5) Beri nama dan tombol pada setiap bagian yang akan digunakan sesuai
dengan gambar rangkaian.
6) Simpan program dan program siap dijalankan. Program akan berjalan
apabila program ARM yang telah dibuat tadi disambungkan ke HMI.

VI. CARA KERJA ALAT


A. Blok Diagram
Langkah awal perancangan alat ini adalah pembuatan blok diagram.
Blok Diagram ini memiliki tujuan untuk mempermudah pemahaman
mengenai garis besar proses alat mulai dari blok sumber daya hingga ke blok
beban.
Gambar Blok Diagram Kerja Alat Secara Keseluruhan

B. Cara Kerja Keseluruhan

1. Hubungkan trafo dengan sumber tegangan 220 VAC. Tegangan akan


diturunkan oleh Trafo menjadi 12VAC sebagai supply utama jaringan.
2. ARM dihubungkan dengan laptop menggunakan port USB untuk
mendapat tegangan input dan menyambungkan dengan HMI.
3. Inputan berasal dari tiga buah sensor arus pada CTA, CTAB, dan CTC
yang akan mendeteksi perubahan arus yang terjadi pada beban terpasang.
4. Besar arus yang mengalir pada tiap CT akan ditampilkan melalui ampere
meter analog
5. Output tegangan dari sensor arus kemudian masuk ke pin input ARM
6. Kemudian ARM mengolah sesuai program yang telah dibuat agar
mengeluarkan output yang harus disalurkan ke driver relay dan HMI.
7. Driver Relay disini berfungsi sebagai pemacu kerja relay pada masing-
masing PMT yang ada.
8. Terdapat beberapa kondisi pergerakan relay :
a) Kondisi awal yaitu saat sumber arus mengalir dari busbar B menuju
PMT pengapit AB lalu terbagi menjadi A dan C dengan besar arus
sama (jika beban normal) sehingga PMT tetap close karena tidak
mendeteksi adanya gangguan. PMT A dan AB berada dalam satu
diameter sedangkan PMT C merupakan PMT di GI lawan.
b) Kondisi saat terjadi kenaikan arus akibat gangguan beban lebih. Pada
daerah A jika besar arus lebih dari 1.5 Ampere yang menyebabkan
CTA dan CTC dalam kondisi besar arus yang berbeda, maka ARM
akan memberikan output pada PMT A, AB, dan C untuk trip (open).
c) Kondisi saat PMT A, PMT AB, dan PMT C trip maka beban lebih
akan hilang namun beban normal tetap ada. Terlihat pada
Amperemeter besar arus antara CTA dan CTC kembali normal.
9. Output dari ARM juga disambungkan ke HMI yang kemudian diolah oleh
program yang telah dibuat.
10. Pada layar HMI akan ditampilkan ampere meter digital.
11. Bila beban pada CTA, CTC, dan CTAB dinyalakan, maka pada HMI
juga akan menampilkan besar arus pada masing masing CT.
12. Jika besar arus pada daerah A lebih dari 1.5 Ampere, maka PMT akan
trip sesuai dengan program yang dibuat. Ampere meter digital HMI pun
menampilkan arus ketiga CT dengan nilai 0 Ampere. Hal ini
membuktikan bahwa PMT bekerja dengan semestinya.
13. Kemudian HMI dapat mengatur agar PMT berfungsi lagi dengan meng-
klik tombol ON. Lalu besar arus pun kembali dapat ditampilkan pada
HMI.

VII. PEMBAHASAN
A. Cara Kerja Sensor Arus
Simulasi proteksi rangkaian ini disimulasikan sebagai proteksi pada
penyaluran tenaga listrik di jaringan transmisi. Sensor arus berperan seperti
Current Transformer (CT) pada jaringan transmisi. Sensor arus berguna
untuk mendeteksi, membaca dan mengukur arus rangkaian yang
menyalurkan daya ke beban. Dan pembacaan arus tersebut menentukan
setting kerja relay. Jadi sensor arus akan mengalir menuju ARM dan akan
diteruskan sampai ke HMI.
Gambar Rangkaian Sensor Arus
Pada gambar rangkaian di atas terdapat capasitor 100nF, Kapasitor ini
berfungsi sebagai filter. Kapasitor disini berfungsi untuk meredam noise
yang terjadi pada tegangan keluaran sensor arus. Arus AC yang berfrekuensi
tinggi cenderung mengalir ke komponen yang mempunyai resistansi rendah,
sedangkan kapasitor adalah komponen yang mempunyai resistansi rendah,
maka noise akan mengalir ke kapasitor dan nantinya akan dibuang ke
ground. IP+ dan IP- dari pin ACS712 terhubung pada rangkaian yang akan
diukur nilai arusnya. Sensor arus dicatu oleh tegangan 5V yang terhubung ke
Vcc. Keluaran sensor arus Vout terhubung ke rangkaian sismin ARM
NUCLEO.
Saat tidak ada arus yang terdeteksi pada sensor arus ACS712, maka
keluaran sensor adalah 2,5 V. Saat arus mengalir dari IP+ ke IP-, maka
keluaran akan lebih dari 2,5 V. Sebaliknya ketika arus listrik mengalir dari
IP- ke IP+, maka keluaran akan kurang dari 2,5 V.
Cara kerja dari sensor ini adalah arus yang dibaca mengalir melalui
kabel tembaga yang ditangkap oleh integrated Hall IC dan diubah menjadi
tegangan proporsional. Ketelitian dalam pembacaan sensor dioptimalkan
dengan cara pemasangan komponen yang ada didalamnya antara penghantar
yang menghasilkan medan magnet dengan hall transducer secara berdekatan.
Persisnya, tegangan proporsional yang rendah akan menstabilkan Bi CMOS
Hall IC didalamnya yang telah dibuat untuk ketelitian yang tinggi oleh
pabrik.
B. Rangkaian Beban
Pada simulasi proteksi CCP ini menggunakan beban lampu 3 buah
dengan daya 12 watt dan tegangan 12 V. Beban disesuaikan dengan setting
proteksi yang akan dirancang agar dapat memberikan perbedaan setiap tahap
perubahan arus yang terjadi pada beban. Pada simulasi ini, beban dilengkapi
dengan saklar agar pada waktu uji coba penulis dapat mengatur besarnya
arus yang mengalir pada rangkaian.
C. Monitoring Arus dan Controlling PMT melalui HMI
HMI dihubungkan dengan output ARM NUCLEO. Saat ARM mendapat
masukan dari sensor arus, ARM akan meneruskannya ke HMI sehingga
HMI dapat membaca arus yang mengalir. Antara Program pada ARM
dengan pembuatan HMI harus sinkron, jika tidak, maka program tidak akan
berjalan. Lalu ketika ingin mengontrol PMT untuk close atau open, pada
monitor, jika ditekan ON/OFF, maka akan mengirim kondisi tersebut
menuju ARM. ARM akan bekerja sesuai program.

VIII. PENGUKURAN
A. Tegangan Trafo

Tegangan Input Tegangan Output


220 VAC 11.5 VAC

B. Tegangan Catu Daya

Tegangan Input Tegangan Output


220 VAC 5.4 VDC

C. Pengukuran Sensor Arus

Kondisi Kondisi Arus (A)


Lampu CT AB CT A CT C
Sistem Lampu digital analog digital analog digital analog
1 ON 0.56 1
Normal 2 ON 0.55 1
3 OFF 0 0
1 ON 1.94 3
Gangguan 2 ON 1.55 2
3 ON 0.39 1
Trip 1 ON 1.65 2
2 ON 0.48 1
3 OFF 0.66 1

IX. KESIMPULAN
Pada pembuatan alat realisasi ini telah mendapatkan hasil bahwa sistem
SCADA dapat digunakan untuk memonitoring dan mengontrol jaringan dari
jarak jauh. Proses yang dilakukan oleh simulasi program SCADA ini ada dua
buah proses yaitu menerima dan memberi kondisi ke ARM. HMI menerima hasil
pengukuran dari ARM yang kemudian ditampilkan pada amperemeter digital.
Lalu HMI memberi kondisi pada ARM agar PMT open atau close. Perintah trip
PMT (open) terjadi apabila arus pada CTA besarnya lebih dari 1.5 A. Kemudian
didapat kesimpulan bahwa arus pada amperemeter analog dan digital belum
tentu sama karena masing-masing sensor arus memiliki kondisi yang berbeda-
beda berdasarkan pabrikannya. Sehingga terkadang sensor arus A dan C
memiliki arus yang berbeda padahal bebannya sama. Untuk menyamakan kedua
arus yang terbaca oleh amperemeter digital dan analog tersebut perlu dilakukan
kalibrasi.
LAMPIRAN
A. Gambar Rangkaian Keseluruhan
B. Rangkaian IC dan Relay

C. Layout HMI
D. Flowchart
Program Delphi

unit Unit1;

interface

uses
Windows, Messages, SysUtils, Variants, Classes, Graphics, Controls, Forms,
Dialogs, jpeg, ExtCtrls, StdCtrls, XPMan, CPort;

type
TForm1 = class(TForm)
Image1: TImage;
Arus1: TEdit;
Arus2: TEdit;
Arus3: TEdit;
Button1: TButton;
XPManifest1: TXPManifest;
Button2: TButton;
Button3: TButton;
Button4: TButton;
Button5: TButton;
Button6: TButton;
ComPort1: TComPort;
Button7: TButton;
Button9: TButton;
Baper: TEdit;
GroupBox1: TGroupBox;
procedure Button9Click(Sender: TObject);
procedure Button7Click(Sender: TObject);
procedure Button8Click(Sender: TObject);
procedure ComPort1RxChar(Sender: TObject; Count: Integer);
procedure Button1Click(Sender: TObject);
procedure Button3Click(Sender: TObject);
procedure Button5Click(Sender: TObject);
procedure Button2Click(Sender: TObject);
procedure Button4Click(Sender: TObject);
procedure Button6Click(Sender: TObject);
private
{ Private declarations }
public
{ Public declarations }
end;

var
Form1: TForm1;

implementation

{$R *.dfm}

procedure TForm1.Button9Click(Sender: TObject);


begin
Comport1.ShowSetupDialog;
end;

procedure TForm1.Button7Click(Sender: TObject);


begin
comport1.Open;
if Button7.Caption='Putuskan' then
begin
Button7.Caption:='Sambung';
comport1.Connected:=false;
end
else
Button7.Caption:='Putuskan';

end;

procedure TForm1.Button8Click(Sender: TObject);


begin
Comport1.Close;
end;

procedure TForm1.ComPort1RxChar(Sender: TObject; Count: Integer);


var
Str,Buffer,Rstatus,Sstatus,Tstatus,Rlabel,Slabel,Tlabel,bS: String;
R,S,T : real;
R1,S1,T1,i,a,b,c,j,k,l,m : integer;
dataArus1 : boolean;
begin
DecimalSeparator:='.'; //batas desimalnya pake titik (bukan koma)
ComPort1.ReadStr(Str,Count); //baca karakter yang masuk pada comport
Buffer:=Buffer + Str;
for i:=1 to Length(str) do
begin
if Str[i] = 'a' then
begin
a := i;
Baper.Text:='';
end
else
begin
Baper.Text:=Baper.Text+Str[i];
end
end;
for j:=1 to Length(Baper.Text) do
begin
if Baper.Text[j]='b' then
b:=j;
if Baper.Text[j]='c' then
c:=j;
end;
Arus1.Text:='';
for k:=1 to (b-1) do
Arus1.Text:=Arus1.Text+Baper.Text[k];
Arus1.Text:=Arus1.Text+'A';
Arus2.Text:='';
for l:=b+1 to (c-1) do
Arus2.Text:=Arus2.Text+Baper.Text[l];
Arus2.Text:=Arus2.Text+'A';
Arus3.Text:='';
for m:=c+1 to Length(Baper.Text) do
Arus3.Text:=Arus3.Text+Baper.Text[m];
Arus3.Text:=Arus3.Text+'A';
end;

procedure TForm1.Button1Click(Sender: TObject);


begin
Comport1.WriteStr('1');
end;

procedure TForm1.Button3Click(Sender: TObject);


begin
Comport1.WriteStr('2');
end;

procedure TForm1.Button5Click(Sender: TObject);


begin
Comport1.WriteStr('3');
end;

procedure TForm1.Button2Click(Sender: TObject);


begin
Comport1.WriteStr('4');
end;

procedure TForm1.Button4Click(Sender: TObject);


begin
Comport1.WriteStr('5');
end;

procedure TForm1.Button6Click(Sender: TObject);


begin
Comport1.WriteStr('6');
end;

end.
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Resi Anggun Rinangku


NIM : 21060114083011
Fakultas/Jurusan : Sekolah Vokasi / Teknik Elektro
Hal : Laporan Praktikum Realisasi Rancang Elektronika
Judul : “RANCANG BANGUN SISTEM SCADA PADA SIMULASI
CCP (CIRCULATING CURRENT PROTECTION)
SEBAGAI PROTEKSI DIAMETER GITET 500 KV
KONFIGURASI SATU SETENGAH PMT BERBASIS
SOFTWARE DELPHI 7”
Dosen Pembimbing : Priyo Sasmoko, ST., M.Eng

Semarang, 21 Desember 2016

Pranata Laboratorium Pendidikan Praktikan

Enny, S.Pd Resi Anggun Rinangku


NIP. 196209281983032002 NIM. 21060114083011

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

Priyo Sasmoko, ST., M.Eng Dista Yoel Tadeus, ST.,MT


NIP. 197009161998021001 NIP. 198812282015041002

Anda mungkin juga menyukai