Anda di halaman 1dari 19

[Type text] Page 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karuniaNya, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya . Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah hygiene, sanitasi dan K3 di semester I tahun ajaran 2017 dengan judul The
Transtheoretical Model and Behavior Based Safety. Dengan membuat tugas ini kami
diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang TTM dan BBS. Kami sadar sebagai
seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang
akan datang. Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi
kesadaran tersendiri bagi generasi muda bahwa kita juga harus mengetahui tentang
TTM dan BBS .

Jakarta, 29 desember 2017

Penyusun

[Type text] Page 2


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………….…………………………………………………..1


KATA PENGANTAR …………………………………………………………...2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….…..3

BAB I PENDAHULUAN …………..……………………………………………


1.1 Latar belakang masalah ...........................................................................5
1.2 Identifikasi masalah ...……………………………………….…....…....6
1.3 Tujuan penulisan......................................................................................7
1.4 Metode penulisan………………………………………………………7

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………….

2.1 Teori klasik Asam Basa,,,,,……………………………………............7


2.2 Pengertian Titrasi Asam Basa................................................................7
2.3 Prinsip Titrasi Asam Basa .....................................................................8
2.4 Pereaksi titrasi Asam Basa.....................................................................10
2.5 Prosedur titrasi…………………………………………....…………...10
2.6 Cara menentukan Titik Ekuivalen........................................................11
2.7 Jenis Titrasi Asam Basa………………………………………….......12
2.8 Studi kasus…………………………………………………………...16

BAB III PENUTUP


a. Kesimpulan ...........................................................................................28

[Type text] Page 3


b. Saran ………………………………………………………………....28

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..29

[Type text] Page 4


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Transtheoretical Model mulai di bentuk pada awal 1980-an. Yang di
perkenalkan oleh James Prochaska dan Carlo Diclemente mengenai konsep awal
yang mereka sebut SCM (stage of change model) digunakan untuk memahami
perilaku. The Transtheoretical Model menurut prochaska dan Diclement, 1983 adalah
suatu model yang integrative tentang perubahan perilaku. Kemudian model ini di
kembangkan oleh Velicer, Fava, Norman, dan Redding. Model ini menguraikan
bagaimana orang-orang memodifikasi perilaku masalah atau memperoleh sesuatu
yang positif dari perubahan perilaku tersebut. Model ini melibatkan emosi,
pengamatan dan perilaku, serta melibatkan kepercayaan diri. Disebut Transtheoretical
Model karena berupaya menyatukan dan mengintegrasikan dari beberapa teori
menjadi satu model perubahan perilaku yang komperhensif agar dapat di gunakan di
segala kondisi, populasi, keadaan ( pengobatan, usaha pencegahan). Terdapat 4 teori
atau tahap dalam model ini, yaitu tahap perubahan , keseimbangan keputusan(
decisional balance), efikasi diri (self-eficacy), proses perubahan ( proses of change).
Makalah ini akan memperlihatkan aplikasi dari Transtheoretical model itu sendiri.
Behavior Based Safety pada awal 1990-an telah begitu pesat dalam memerangi
kecelakaan kerja. BBS telah di gunakan oleh perusahaan- perusahaan untuk
mengurangi tingkat kecelakaan dan resiko kecelakaan kerja. Menurut Cooper (2009)
Behavior Based Safety adalah sebuah proses yang menciptakan kemitraan keamanan
antara manajemen dan tenaga kerja dengan focus berkelanjutan terhadap perhatian
dan tindakan setiap orang,dan orang lain serta perilaku selamat. Hampir semua
perusahaan menerapkan system keselamatan yang menetapkan indicator

[Type text] Page 5


keberhasilan, yaitu tidak terjadinya kecelakaan atau kehilangan waktu kerja karena
kecelakaan. Behavior Based Safety (BBS) merupakan aplikasi sistematis dari riset
psikologi tentang perilaku manusia ( human behavior) pada masalah keselamatan
(safety) di tempat kerja yang memasukan proses umpan balik secara langsung dan
tidak lagsung. Menurut teori Henrich dalam Health and safety protection (2011)
bahwa 80% kecelakaan disebabkan oleh unsafe behavior dan 18% oleh unsafe
condition dan 2% oleh lainnya. Berdasarkan data International Labour Organization
(ILO) pada tahun 2013, angka kematian yang diakibatkan karena pekerjaannya
mencapai 2,3 juta setiap tahunnya. Bedasarkan Depnakertrans kecelakaan kerja di
Indonesia pada triwulan 1 tahun 2015 yaitu 103.000 pertahun. Dari jumlah data
tersebut, 2.400 kasus diantaranya menyebabkan pekerja meninggal dunia.
Pencegahan kecelakaan kerja dilakukan dengan focus mengurangi unsafe action
melalui pendekatan Behavior Based Safety.Penerapan BBS ini menjelaskan segala
aktivitas yang ada di perusahaan, baik aktivitas normal( melakukan pekerjaan sesuai
dengan peraturan dan prosedur k3 di perusahaan) dan aktivitas abnormal ( pekerja
melakukan unsafe action)
1.2. Identifikasi Masalah
Melihat semua hal yang melatar-belakangi tentang The Transtheoretical
Model dan Behavior based safety, maka saya menarik beberapa point-point di
dalamnya yaitu :
1. Pengertian The Transtheoretical Model
2. Proses The Transtheoritical Model
3. Aplikasi The Transtheoretical Model
4. Kelebihan dan Kelemahan Transtheoritical Model
5. Pengertian Behavior Based Safety
6. Tiga elemen BBS
7. Langkah –langkah metode BBS
8. Tujuh persyaratan untuk proses program Behavior Based Safety

[Type text] Page 6


9. Contoh penerapan Behavior Based Safety
10. Hasil yang diharapkan dari penerapan Behavior Based Safety

1.3. Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini dilakukan untuk dapat memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen pembimbing agar mahasiswa dan pembaca dapat
memahami tentang The Transtheoretical Model dan Behavior Based Safety dan
dapat mengaplikasikannya di dalam kehidupan dan di dunia kerja.

1.4. Metode Penulisan


Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis
mempergunakan teknik studi pustaka. Tidak hanya itu, kami juga mencari
bahan dan sumber-sumber dari media massa elektronik yaitu, Internet.

[Type text] Page 7


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian The Transtheoretical Model


Model transtheoritical menurut Prochaska dan Diclemente (1983) adalah suatu
model yang integrative tentang perubahan perilaku, model ini menguraikan
bagaimana orang- orang memodifikasi perilaku masalah atau memperoleh suatu
perilaku yang positif dari perubahan perilaku tersebut.
Model transtheoretical adalah suatu model yang diterapkan untuk menilai
kesiapan seorang individu untuk bertindak atas perilaku sehat yang baru dan
memberikan strategi atau proses perubahan untuk memandu setiap individu melalui
tahapan perubahan untuk bertindak alam pemeliharaan kesehatan.
Model transtheoretical adalah model yang terfokus pada pengambilan
keputusan individu . model ini melibatkan emosi,kognisi, dan perilaku serta
kepercayaan diri.

2.2 Proses The Transtheoretical Model


1) Stages of change
Tahapan perubahan model pda awalnya dikembangkan pada tahun 1970-an
dan 1980-an ole James Prochaska dan Carlo Diclemente di Universitas Rhode
Island ketika mereka sedang belajar bagaimana perokok bisa melepaskan
kebiasaan atau kecanduan, sebagai perubahan perilaku. Tahapan perubahan
berguna dalam menjelaskan kapan terjadinya perubahan dalam kognitif, emosi,
dan perilaku.

[Type text] Page 8


a. Precontemplation
Terjadi ketika seseorang tidak memiliki niat untuk mengganti
perilaknya. Individu yang berada di tahap ini bisa sudah mendapat
informasi atau belum mendapat informasi tentang konsekuensi
perilakunya.
b. Contemplation / perenungan
Tahap ini adalah dimana individu telah memiliki kesadaran tetapi
belum membentuk komitmen atau keputusan untuk segera mengubah
perilaku lamanya.
c. Preparation / persiapan
Tahap ini dmana individu mulai berniat untuk merubah perilakunya.
Individu dapat lanjut pada tahap selanjutnya ketika individu telah
menetapkan rencananya dan yakin dapat mengikutinya.
d. Action/ tindakan
Tahap dimana individu membuat modifikasi spesifik dalam
perilakunya untuk menghadapi masalahnya untuk mencapai target
behavior.
e. Maintance / pemeliharaan
Tahap dimana individu telah membuat perubahan yang terlihat besar
dalam gaya hidup dan berusaha untuk mencegah perilakun lamanya
kembali
f. Termination
Individu yang telah berada pada tahap ini memiliki kepercayaan diri
100% dan terhindar dari godaan

2) Processes of changes
Merupakan aktivitas yang dilakukan individu untuk maju ditiap tahapnya. Hal
ini penting sebagai panduan dalam programintervensi seperti variabel yang perlu

[Type text] Page 9


di siapkan individu dalam proses berpindah dari satu tahap ke tahap lain. Ada 10
proses di dalamnya.
a. Consciousness raising
Peningkatan kesadaran tentang penyebab, konsekuensi, cara
penanganan suatu perilaku.
b. Dramatic relief
Proses dimana individu diharapkan untuk mengekspresikan
perasaannya terhadap perilaku yang menjadi masalah.
c. Self re-evaluation
Pandangan individu bagaimana dirinya dengan perilaku yang menjadi
masalahnya dan bagaimana jika tidak.
d. Environmental re- evaluation
Pandangan individu melihat lingkungan sekitarnya jika ia melakukan
hal yang menjadi masalah dan bagaimana jika tidak.Tahap dimana
individu membuat modifikasi spesifik dalam perilakunya untuk
menghadapi masalahnya untuk mencapai target behavior.
e. Self liberation
Keyakinan individu bahwa dia mampu berkomitmen dan bertindk
merubah kebiasaan buruknya.
f. Social liberation
Kebutuhan peningkatan social atau alternative khususnya untuk orang-
orang yang tertindas.
g. Counterconditioning
Merupakan kebutuhan individu untuk mempelajari perilaku sehat yang
bertujuan untuk mengganti perilaku tidak sehat.
h. Stimulus control
Menghapus petunjuk untuk perilaku atau kebiasaan yang tidak sehat
dan menambah petunjuk untuk perilaku sehat.

[Type text] Page 10


i. Contingency management
Merupakan reward atau punishment yang diri kita berikan saat
melakukan perilaku sehat atau tidak sehat.
j. Helping relationship
Dukungan yang diterima individu dari orang lain ketika ia melakukan
perilaku sehat.
3) Decisional balance
Decisional balance membangun cerminan individu yang menimbang dari baik
buruknya atau individu menimbang pro dan kontra dari perilakunya .
4) Self efficary
Mencerminkan tingkat kepercayaan individu memiliki perubahan yang
diinginkan dalam menjaga perilaku mereka dan keyakinan individu dapat
mengatasi masalahnya .

2.3 Aplikasi The Transtheoteretical


James O.Prochaska dan wayne F.V (1997) Menyebut penerapan
transtheoretical model yang paling umum dilakukan adalah dengan menyesuaikan
system komunikasi ahli yang digunakan dengan kebutuhan masing-masing target
individu yang akan dirubah perilakunya. Perlakuan yang diberikan sesuai dengan
sejauh mana subyk telah mencapai tahap-tahap dalam transtheoteritical model.
Beberapa penelitian, membuat intervensi berdasarkan transtheoritical model untuk
menghadapi perilaku seperti merokok, penyalahgunaan alcohol, penggunaan kondom,
manajemen stress, mencegah bullying dan lain-lain.
Dicontohkan bahwa untuk menghentikan perilaku merokok, intervensi diawali
dengan langkah merekrut subek penelitian dengan menelpon dan disertai pengiriman
surat ke rumah subyek. Kemudian peneliti berupaya mencocokan keadaan subyek
dengan tahap –tahap dalam transtheoretical model. Subyek di beri informasi tentang
“status” tahap perilaku merokok disertai anjuran yang sesuai.misalnya subyek yang

[Type text] Page 11


berada dalam contemplation stage dianjurkan untuk menunda selama 30 menit untuk
aktivitas merokok di pagi hari. Sementara itu subyek yang telah mampu melewati
tahap ini, diberi penguatan agar perubahan perilakunya konsisten.

2.4 kelebihan dan kelemahan transtheoretical model


Kelebihan Kekurangan

 Adanya seperangkat pola  TTM tidak menjelaskan


umum dalam proses sejauh mana
perubahan yang dapat di kemungkinan adanya
aplikasikan secara luas factor lain sepeti
dalam berbagai macam perceived risk, subjective
perilaku risk, subjective norms
 TTM mampu  Tidak ada bukti empiris
mengintegrasikan teori – bahwa 6 bulan adalah
teori terdahulu yang rentang waktu yg sesuai
berusaha menjelaskan dalam tahap TTM
fenomena dibalik
perubahan perilaku

2.5 Pengertian Behavior Based Safety


Menurut cooper (2009) Behavior Based Safety adalah proses kerja sama
terkait keselamatan antara manajemen dan tenaga kerja yang berkelanjutan terhadap
perhatian dan tindakan seeorang dan orang lain serta perilaku selamat.
Jadi Behavior Based Safety adalah suatu aplikasi sistematis dari riset psikologi
terhadap perilaku manusia ( human behavior) dalam masalah – masalah k3 di tempat
kerja.BBS mendorong individu untuk mempertimbangkan potensi bahaya yang dapat
mengakibatkan kecelakaan

[Type text] Page 12


2.6 Tiga elemen Behavior Based Safety
Dikenal dengan ABC-BBS Model

1. Activator atau antecedent adalah kejadian yang mendasari perilaku seseorang


contoh dari activator adalah tujuan, kebijakan, prosedur, standar kerja,
pelatihan, dll. Sedangkan ciri-cirinya antara lain selalu dating sebelum
perilaku (behave)
2. Behavior atau perlaku adalah sesuatu yang dilakukan oleh seseorang yang
dapat kita lihat
3. Consequence aalah kejadian yang mengikuti perilaku dan merubah
kemungkinan yang akan terjadi di kemudian hari

2.7 Langkah-langkah metode BBS

1. Define adalah tahapan pertama dimana mendefinisikan atau menentukan


target-target perilaku dari pekerja yang akan dihilangkan atau diperbaiki atau
dihilangkan dan ditingkatan.Activator atau antecedent adalah kejadian yang
mendasari perilaku seseorang contoh dari activator adalah tujuan, kebijakan,
prosedur, standar kerja, pelatihan, dll. Sedangkan ciri-cirinya antara lain selalu
dating sebelum perilaku (behave)
2. Observe adalah pengamatan terhadap pekerja –pekerja di area atau bagian
yang sudah di tentukan . pengamatan dapat di lakukan dengan dua cara yaitu
pengamatan terbuka dan pengamatan tertutup. Pengamatan terbuka
maksudnya adalah pengamatan dilakukan secara langsung dan di ketahui oleh
yang diamati. Sedangkan pengamatan tertutup adalah pengamatan yang
dilakukan secara diam-diam tanpa diketahui oleh pekerja yang sedang
diamati.
3. Intervene adalah tahap yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku beresiko
yang ditemukan dari hasil observasi.

[Type text] Page 13


4. Test adalah mengukur dampak dari intervensi yang dilakukan dengan cara
terus melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap perilaku berisiko
selama intervensi dilakukan.

2.8 Tujuh persyaratan program Behavior Based Safety

1. Melibatkan partisipasi karyawan yang bersangkutan


2. Memusatkan perhatian pada unsafe behavior yang spesifik
3. Didasarkan pada data hasil observasi
4. System pembuatan ketentuan berdasarkan pada data
5. Melibatkan intervensi dengan cara systematis dan observasional
6. Mengutamakan pada umpan balik pada tingkah laku kerja
7. Memerlukan support dari manager

2.9 contoh penerapan Behavior Based Safety


Pelaksanaan program Behavior Based Safety di PT Inalum Kuala tanjung,
yaitu:

1. Behavior Based Safety Training


Dalam pelaksanaan program BBS, department kesehatan dan keselamatan
kerja (k3) yang disebut dengan inalum internal control memberikan pelatihan
atau training kepada seluruh karyawan PT Inalum Kuala Tanjung. Yang
bertujuan agar karyawan mengeri dan memahami konsep dari BBS
2. Implementasi program Behavior Based Safety
Implementasi dilakukan oleh satu atau dua orang lebih dengan melakukan
percakapan dua arah positif. Observer bertugas untuk mencatat pekerja yang
melakukan tindakan tidak aman dan mengkomunikasikan kepada pekerja
tersebut dan mengambil tindakan perbaikan yang akan membantu mengubah

[Type text] Page 14


perilaku pekerja. PT Inalum Kuala Tanjung mulai menerapkan program BBS
berupa Inalum Kartu Aman (IKA) pada tahun 2014.

2.10 Hasil yang diharapkan dari penerapan BBS

1. Angka kecelakaan yang rendah


2. Meningkatkan jumlah safety behavior
3. Mengurangi accident cost
4. Program tetap bertahan dalam waktu lama
5. Penerimaan system oleh semua pihak
6. Generalisasi behaviora safety pada system lain
7. Follow up yang cepat dan regular
8. Peningkatan laporan tentang kecelakaan yang terjadi

[Type text] Page 15


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari seluruh isi dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:

The Transtheoretical Model adalah suatu model yang diterapkan untuk menilai
kesiapan seorang individu untuk bertindak atas perilaku sehat yang baru dan
memberikan strategi atau proses perubahan untuk memandu setiap individu melalui
tahapan perubahan untuk bertindak alam pemeliharaan kesehatan. Memiliki implikasi
umum untuk semua aspek dari implementasi dan pengembangan intervensi. Kita akan
dengan singkat menguraikan bagaimana berdampak pada lima area : perekrutan,
ingatan, kemajuan, proses, dan hasil.
Behavior Based Safety adalah suatu aplikasi sistematis dari riset psikologi
terhadap perilaku manusia ( human behavior) dalam masalah – masalah k3 di tempat
kerja.BBS mendorong individu untuk mempertimbangkan potensi bahaya yang dapat
mengakibatkan kecelakaan. Perilaku manusia sangat berkontribusi dalam performa
K3 di tempat kerja. Karena itu program untuk meningkatkan keselamatan berbasis
perilaku atau BBS harus di terapkan.

B. Saran

Sesuai dengan kesimpulan, maka dapat diberikan saran yaitu kita sebagai tenaga
kesehatan sangat penting untuk mengetahui Transtheoretical Model dan Behavior
Based Safety sebagai bekal pengetahuan yang dapat kita terapkan ketika kita terjun
di dunia kerja.

[Type text] Page 16


DAFTAR PUSTAKA

Perpustakaan.uns.ac.id

ILO.., 2013. The prevention Of Occupatonal Disease. Geneva. http://www.ilo.org.


Diakses tanggal 29 Desember 2017

Ningsih, a. r. dan ardyanto W, Y.D. 2013. Evaluasi Pelaksanaan Behavior Based


Safety Pada Program STOP Dalam Memebentuk Perilaku Aman Tenaga Kerja di PT
x Tahun 2013. The Indonesian journal of occupational safety and health . volume 2.
Nomor 1 jan-jun 2013:35-44

http://hanif-fpsi13.web.unair.ac.id/artikel_detail-155439-pychology-
TranstheoreticalModeldanpenerapannya.html

http://www.academia.edu/29813822/THE_TRANSTHEORETICAL_MODL

http://elisabet-jayanti-ginting-psikologi15.web.unair.ac.id/artikel_detail-168700-
perilakusehat-TranstheoreticalModel.html

http://kemahiperks.fk.uns.ac.id/behavior-based-safey/

http://www.hse-info.com/2014/02/behaior-based-safety-bbs-keselamatan.html?m=1

Vogel.1990.Buku teks analisis anorganik kualitatif makro dan


semimikro.jakarta:PT.kalman media pustaka

Zulfikar.2008.Kimia Kesehatan.jakarta:Direktorat Pembinaan SMK

http://bisakimia.com/2014/09/05/titrasi-asam-basa-netralisasi/ (diakses pada 15


oktober 2017)

https://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi (diakses pada 15 oktober 2017)

[Type text] Page 17


http://www.matadunia.id/2015/05/makalah-kimia-analisis-1titrasi-asam.html( diakses
pada 14 oktober 2017)

[Type text] Page 18


[Type text] Page 19

Anda mungkin juga menyukai