Anda di halaman 1dari 18

Pemprov: 21 Daerah KLB Demam Berdarah, 2.

557 Kasus

[Jum'at, 30 Januari 2015 18:40:59]


Surabaya (beritajatim.com) - Gubernur Jatim Soekarwo menegaskan, hingga saat ini ada 21 kabupaten/
kota di Jatim telah dinyatakan berstatus KLB Demam Berdarah.

Sebelumnya, gubernur menetapkan 15 daerah di kabupaten/kota KLB Demam Berdarah, yakni Jombang,
Banyuwangi, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Kediri, Sumenep, Pamekasan, Nganjuk, Trenggalek,
Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Magetan, Ponorogo dan
Lamongan.

Hingga saat ini, bertambah enam kabupaten/kota lagi yang dinyatakan berstatus KLB, yakni Tulungagung,
Kota Kediri, Kabupaten Pasuruan, Ngawi, Pacitan dan Bangkalan.

Dinas Kesehatan Provinsi Jatim hingga hari ini mencatat total penderita Demam Berdarah di Jatim
berjumlah 2.557 kasus sejak 1 Januari 2015. "Memang ada peningkatan sebanyak 155,3 persen
dibandingkan bulan yang sama di tahun 2014. Pada bulan Januari 2014, jumlah penderita sebanyak 980
kasus," ujar Kadinkes Jatim Harsono kepada wartawan, Jumat (30/1/2015).

Lima kabupaten/kota dengan jumlah penderita terbanyak adalah Sumenep (289 penderita), Jember
(239), Pacitan (150) Jombang (136) dan Tulungagung (134). Sebanyak 49 orang di Jatim telah meninggal
dunia akibat penyakit demam berdarah selama bulan Januari ini.

"Jumlah korban meninggal ini sebesar 1,9 persen dari total penderita di selama bulan Januari 2015.
Meningkat 113 persen dibandingkan bulan yang sama di tahun 2014. Jumlah korban meninggal akibat
demam berdarah di bulan Januari 2014 sebanyak hanya 4 orang," jelasnya.

Sebanyak sembilan kabupaten/kota pada Januari 2015 ini mengalami tren kasus demam berdarah
meningkat dibandingkan bulan Januari tahun 2014, yaitu Jember, Bondowoso, Surabaya, Sidoarjo,
Sampang, Gresik, Kabupaten, Bojonegoro dan Kota Pasuruan.

Gubernur Jatim Soekarwo, menganjurkan agar kepala daerah terkait yang telah dinyatakan KLB agar
menangani persoalan demam berdarah seperti yang sudah diatur. "Sudah saya instruksikan langsung
melalui surat dan kepala daerah wajib menanganinya dengan cara KLB," katanya.

Gubernur berharap keaktifan masyarakat untuk mencegah ancaman nyamuk demam berdarah yang bisa
menyerang siapa saja dan berapapun usianya. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN), diyakini Gubernur,
merupakan cara paling efektif untuk mencegah nyamuk 'Aedes Aegypti' berkembang biak, antara lain
dengan gerakan 3M, yakni mengubur, menguras dan menutup. [tok/kun]

Himbauan Bupati Pamekasan:


MUSIM DBD, SAATNYA BERSIH-BERSIH LINGKUNGAN

[Jum'at, 30 Januari 2015 12:08:11]


Pamekasan (beritajatim.com) - Bupati Pamekasan, Achmad Syafii menghimbau masyarakat selalu
waspada dan membersihkan lingkungan guna mengantisipasi penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Pihaknya juga berupaya melakukan langkah konkrit mengatasi penyakit yang dipengaruhi reproduksi
nyamuk Aedes Agyepti itu. "Nanti kita sarankan kepada Dinkes (Dinas Kesehatan) untuk melakukan
sejumlah upaya, tapi tentu yang sangat penting kesadaran masyarakat sendiri untuk membersihkan
lingkungannya," kata Achmad Syafii, Jum'at (30/01/2015).

Selain itu, kesadaran dari masyarakat agar selalu membersihkan lingkungan juga menjadi elemen penting
dalam persolan itu. "Pastinya dibutuhkan kesadaran dari masyarakat, dan kita minta agar selalu menjaga
kebersihan lingkungan," ungkapnya.

"Kami dari Pemda juga akan melakukan upaya, termasuk di antaranya memerintahkan Dinkes untuk
melakukan fogging (penyemprotan)," lanjut mantan Anggota DPR-RI dari Partai Demokrat itu.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 52 pasien penderita DBD dirawat di RSUD dr Slamet Martodirdjo,
Pamekasan, selama kurun waktu Januari 2015. Bahkan 12 pasien di antaranya harus dirawat intensif di
rumah sakit. [pin/but]

DBD Juga Renggut Nyawa Warga Bojonegoro

Rabu, 28 Januari 2015 15:54:56


Reporter : Tulus Adarrma
Bojonegoro (beritajatim.com) - Kabupaten Bojonegoro tidak masuk dalam 11 wilayah yang ditetapkan
berstatus kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah (DB) di Jawa Timur. Meski begitu, per Januari 2015
ini sudah ada sebanyak 25 kasus penderita Demam Berdarah Dengue (DBD).

Kasi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bojonegoro, Whenny Dyah P,
mengatakan, meski Kabupaten Bojonegoro tidak termasuk 11 daerah yang masuk KLB, namun pihaknya
tetap merasa khawatir akan wabah DBD tersebut.

Sebab, hingga akhir bulan Januari 2015 ini pihaknya telah menerima laporan sebanyak 25 kasus penderita
DBD di Kota Ledre. "Hingga saat ini ada 25 laporan yang masuk, satu diantaranya meninggal dunia," ujar
Whenny di kantornya, Rabu (28/01/2015).

Satu penderita DBD yang meninggal dunia tersebut yakni warga Desa Begadon, Kecamatan Gayam,
Bojonegoro yang baru berusia 9 tahun. Kejadian tersebut terjadi pada beberapa waktu yang lalu. Saat itu
korban juga sudah dilakukan perawatan selama beberapa hari di Puskesmas Kecamatan Padangan,
namun nyawa korban tetap tidak dapat diselematkan.

Menurut Whenny, dari 25 kasus pada bulan Januari 2015 ini tercatat tinggi dibanding pada bulan Januari
tahun 2014 lalu yang hanya sebanyak 15 kasus. 25 kasus itu tersebar dibeberapa kecamatan seperti,
Sumberejo, Kapas, Gayam, Kota, Kanor, Kedungadem dan beberapa kecamatan lain di Bojonegoro.

"Rata-rata penderitanya anak-anak, mulai dari usia 5 tahun sampai 15 tahun," katanya.

Sementara total keseluruhan penderita DBD pada tahun 2014 di Kabupaten Bojonegoro sebanyak 151
kasus, tiga orang diantaranya meninggal dunia. Jumlah itu menurun dibanding pada tahun 2013 sebanyak
283 kasus.

"Mudah-mudahan tahun ini (2015,red) kasus di Bojonegoro menurun lagi dibanding tahun sebelumnya,"
sambungnya.

Whenny berharap masyarakat berperan aktif dalam mengantisipasi berkembang biaknya nyamuk aedes
aegipty yang dapat membunuh siapapun dan kapanpun tersebut. Salah satunya melakukan gerakan
bersih-bersih lingkungan secara serempak.

"Misalnya satu RT atau kelurahan melakukan kerja bakti bersih-bersih lingkungan sekitar itu lebih bagus.
Karena nyamuk banyak bersarang di tempat-tempat yang kotor dan rimbun," pungkasnya.

Terpisah, Kabid Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Dinkes Bojonegoro, Suharto juga menghimbau
kepada masyarakat Bojonegoro untuk mewaspadai mewabahnya penyakit demam berdarah. Ia mengaku
telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat baik melalui radio maupun anggota Bidan Desa yang
turun langsung kepada masyarakat dalam rangka mencegah berkembang biaknya nyamuk aedes aigepty.

"Memang disaat musim penghujan seperti saat ini nyamuk banyak berkembang biak, khususnya di
genangan-genangan air yang diam. Sehingga saya berharap masyarakat melakukan pola hidup sehat
dengan cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar, rajin menguras bak mandi dan melakukan 3M
(menguras, mengubur, membakar)," harapnya. [uuk/but]

Pemkot Surabaya Ajak Warga Berantas Sarang Nyamuk

Minggu, 01 Februari 2015 13:20:19


Reporter : Renni Susilawati

Surabaya (beritajatim.com) - Memasuki musim hujan hampir di seluruh wilayah Indonesia termasuk
Kota Surabaya jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terus meningkat. Guna menekan jumlah
kasus DBD di Surabaya, pemkot menggelar apel gebyar Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Taman
Surya, Minggu (1/2/2015).

Berasamaan itu pula diseluruh wilayah Surabaya dilakukan kerja bakti serentak untuk memberantas
sarang nyamuk. Selesai apel, Wali Kota melakukan sidak lapangan ke Kelurahan Bratajaya RW 6.

Apel ini diikuti siswa, Camat, Lurah, LKMK, dan seluruh PNS Pemkot Surabaya. Dalam kesempatan
tersebut Wali Kota Surabaya, Tri RIsmaharini menghimbau pada seluruh peserta apel dan warga
Surabaya untuk selalu melakukan pemantauan pada tempat-tempat sarang nyamuk.

Sebagai kader PSN, lanjut Risma memiliki tanggung jawab untuk bisa menjaga keluarga lain agar tidak
terserang DBD. Menurut Risma gerakan ini tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, sebagai kader PSN
misalnya bumantik dan wamantik terus mengingatkan keluarga, teman, dan tetangga rutin bahayanya
DBD.
"Mari bersama-sama Pemkot Surabaya untuk menyukseskan gerakan PSN dengan selalu melakukan kerja
bakti di lingkungan masing-masing. Misalnya seminggu sekali membersihkan saluran air, mengubur
barang-barang bekas, menutup tempat penampungan air, rutin menguras bak mandi, dan melakukan
pemantaun," serunya.

Menurut Wali Kota Surabaya perempuan pertama ini, DBD tidak hanya dapat terserang di rumah saja.
Melainkan bias ditempat lain seperti Sekolah. Untuk itu, Risma mengajak seluruh siswa dan guru untuk
melakukan 4 M plus Menguras, Mengubur, Menutup, Memantau. Risma juga berpesan kepada seluruh
SKPD di lingkungan pmekot untuk melakukan pemantauan.

"Luangkan waktu setengah jam saja untuk melakukan pemantaun. Saya banyak menemukan masih
banyak tempat yang bias dijadikan sarang nyamuk di kantor-kantor SKPD. Apabila ditemukan jentik
nyamuk segera dilakukan tindakan. Jika sampai ada korban nantinya kita sendiri yang rugi," tuturnya.

Risma menegaskan cukup satu korban meninggal akibat kasus DBD di Surabaya. Melalui gerakan PSN bisa
mewujudkan Surabaya bebas dari DBD. Sehingga, tidak ada lagi warga Surabaya yang meninggal karena
DBD.

"Gerakan PSN ini tidak hanya menyelamatkan satu nyawa saja, melainkan nyawa seluruh keluarga
Surabaya. Jika kasus DBD bias ditekan dan turun di Surabaya, secara otomatis warga Surabaya sehat dan
sejahtera," pungkasnya.

Meningkatnya jumlah korban DBD di Surabaya, membuat Dinas Kesehatan Surabaya harus tetap siaga.
Caranya, yakni apabila ditemukan korban DBD segera dilarikan ke puskesmas. Dinkes Surabaya memiliki
19 Puskesmas yang siaga 24 jam. Sebab, jatuhnya korban DBD umumnya dikarenakan korban telat
dibawa ke Puskesmas.[rea/kun]

RSU dr Soetomo: DBD Lebih Mengancam Orang Dewasa

Minggu, 01 Februari 2015 12:39:34


Reporter : Rahardi Soekarno J.

Surabaya (beritajatim.com) - Pola usia penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) kini berubah. Jika
sebelum tahun 2000 penyakit menular ini banyak menyerang anak-anak, namun kini DBD lebih
mengancam orang dewasa yakni sekitar usia 15 tahun ke atas.

Menurut dokter anak di RSU dr Soetomo, Dominicus Husada, Minggu (1/2/2015) menjelaskan, jika
sebelumnya penyakit Demam Berdarah banyak menyerang anak-anak. Namun kini penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk 'Aedes Aegypti' tersebut lebih mengancam orang dewasa.

"Jadi kami melihat ada pergeseran pasiennya, jadi kalau anda melihat data 20 tahun lalu, hampir tidak ada
pasien di atas 15 tahun yang kena DBD. Tapi akhir-akhir ini pasien yang di atas 15 tahun lebih banyak. Di
hampir semua negara di dunia ini laporannya sama, dan sekarangpun di dunia ini lebih banyak yang di
atas 15 tahun," katanya.

Menurut data Kementerian Kesehatan pada tahun 1993, penderita usia di atas 15 tahun sekitar 20 persen
dan terbanyak pasien berusia 4 sampai 14 tahun sekitar 60 persen, dan sisanya anak usia 1 sampai 4
tahun dan anak di bawah satu tahun. Namun sejak tahun 2003 hingga kini pola usia Demam Berdarah
berubah yakni penderita berusia di atas 15 tahun.

Saat ini pun KLB Demam Berdarah di Jawa Timur semakin meningkat jika sebelumnya hanya 15 daerah
yang berstatus KLB DBD kini menjadi 21 daerah. Dominicus pun menambahkan jika tempat-tempat
bersihlah yang menjadi sarang nyamuk aedes, bukan tempat-tempat kotor seperti selokan, dan waktu
yang patut diwaspadai adalah sekitar pukul 06.00 pagi hingga 18.00 petang.

Diberitakan sebelumnya, Gubernur Jatim Soekarwo menegaskan, hingga saat ini ada 21 kabupaten/ kota
di Jatim telah dinyatakan berstatus KLB Demam Berdarah.

Ke-21 daerah di kabupaten/kota KLB Demam Berdarah, yakni Jombang, Banyuwangi, Kabupaten
Probolinggo, Kabupaten Kediri, Sumenep, Pamekasan, Nganjuk, Trenggalek, Kabupaten Mojokerto, Kota
Mojokerto, Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Magetan, Ponorogo, Lamongan, Tulungagung, Kota Kediri,
Kabupaten Pasuruan, Ngawi, Pacitan dan Bangkalan.

Dinas Kesehatan Provinsi Jatim hingga hari ini mencatat total penderita Demam Berdarah di Jatim
berjumlah 2.557 kasus sejak 1 Januari 2015. "Memang ada peningkatan sebanyak 155,3 persen
dibandingkan bulan yang sama di tahun 2014. Pada bulan Januari 2014, jumlah penderita sebanyak 980
kasus," ujar Kadinkes Jatim Harsono kepada wartawan, Jumat (30/1/2015).

Lima kabupaten/kota dengan jumlah penderita terbanyak adalah Sumenep (289 penderita), Jember
(239), Pacitan (150) Jombang (136) dan Tulungagung (134). Sebanyak 49 orang di Jatim telah meninggal
dunia akibat penyakit demam berdarah selama bulan Januari ini.

Sebanyak sembilan kabupaten/kota pada Januari 2015 ini mengalami tren kasus demam berdarah
meningkat dibandingkan bulan Januari tahun 2014, yaitu Jember, Bondowoso, Surabaya, Sidoarjo,
Sampang, Gresik, Kabupaten, Bojonegoro dan Kota Pasuruan.

"Jumlah korban meninggal ini sebesar 1,9 persen dari total penderita di selama bulan Januari 2015.
Meningkat 113 persen dibandingkan bulan yang sama di tahun 2014. Jumlah korban meninggal akibat
demam berdarah di bulan Januari 2014 sebanyak hanya 4 orang," jelasnya.

Sebanyak sembilan kabupaten/kota pada Januari 2015 ini mengalami tren kasus demam berdarah
meningkat dibandingkan bulan Januari tahun 2014, yaitu Jember, Bondowoso, Surabaya, Sidoarjo,
Sampang, Gresik, Kabupaten, Bojonegoro dan Kota Pasuruan.

Gubernur Jatim berharap keaktifan masyarakat untuk mencegah ancaman nyamuk demam berdarah yang
bisa menyerang siapa saja dan berapapun usianya. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN), diyakini
gubernur, merupakan cara paling efektif untuk mencegah nyamuk 'Aedes Aegypti' berkembang biak,
antara lain dengan gerakan 3M, yakni mengubur, menguras dan menutup. [tok/kun]

Sumenep KLB DBD, Dokter dan Perawat Puskesmas Ditarik ke RSD

Jum'at, 30 Januari 2015 22:59:13


Reporter : Temmy P.

Sumenep (beritajatim.com) - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Sumenep ditetapkan sebagai
kejadian luar biasa (KLB), mengingat jumlah penderita cukup tinggi. Data di Dinas Kesehatan Sumenep,
jumlah penderita DBD mencapai 298 orang. Tiga diantaranya meninggal dunia.

"Kami memberi perhatian khusus terhadap kasus DBD yang sudah dinyatakan KLB. Makanya kami datang
langsung ke rumah sakit daerah, untuk mengetahui bagaimana kondisi dan penanganan pasien disini,"
kata Sekretaris Daerah Sumenep, Hadi Soetarto, usai sidak ke Rumah Sakit Daerah (RSD) dr. H. Moh.
Anwar Sumenep, Jumat (30/01/15).

Ia memaparkan, akibat membeludaknya pasien DBD, para tenaga medis di RSD Sumenep menjadi
kewalahan. Karena itu, pihaknya meminta Dinas Kesehatan untuk memperbantukan dokter dan perawat
Puskesmas ke RSD.

"Ada 5 dokter dan 10 perawat puskesmas yang diperbantukan sementara di rumah sakit daerah. Para
tenaga medis yang ditarik itu dari Puskesmas di wilayah kota," ujarnya.

Hadi Soetarto memaparkan, selain menambah tenaga medis untuk pelayanan pasien DBD, pihaknya
juga meminta agar RSD menggunakan bangunan barunya untuk menampung pasien rawat inap yang
membeludak. "Meskipun gedung baru itu masih akan diresmikan 5 Februari, tapi tidak ada salahnya
digunakan lebih dulu, karena ini kepentingan sangat mendesak," ucapnya.

Sedangkan untuk tempat tidur tambahan, Soetarto mengaku telah meminjam ke sejumlah pihak.
Diantaranya ke PMI, TNI dan sarana kegiatan diklat milik BKPP. "Jadi pasien yang masuk daftar tunggu
kamar ini semuanya tetap bisa dapat tempat tidur," terangnya. [tem/kun]

Warga Kutorejo Paling Banyak Terjangkit DBD di Mojokerto

Jum'at, 30 Januari 2015 18:13:49


Reporter : Misti P.

Mojokerto (beritajatim.com) - Dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Mojokerto, wilayah


Kecamatan Kutorejo paling diwaspadai dalam kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Pasalnya, di
Kecamatan Kutorejo jumlah kasus DBD paling banyak dari 10 kecamatan yang ditemukan.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mojokerto, dr Endang Sri Wulan mengatakan, dari 42 desa di
10 kecamatan yang ditemukan kasus DBD, wilayah Kecamatan Kutorejo jumlah kasusnya paling banyak.
"Sampai tanggal 27 Januari lalu, di tiga desa yang ada di Kecamatan Kutorejo ditemukan sebanyak 12
kasus," ungkapnya, Jum'at (30/01/2015).

Masih kata dr Endang, tiga desa di Kecamatan Kutorejo tersebut yakni Desa Wonodadi, Karangdieng dan
Kepuh Pandak. Dari 12 kasus DBD yang ditemukan, dua diantaranya meninggal dunia. Kata dr Endang,
desa yang ditemukan kasus DBD dilakukan fogging fokus secara bergantian.

"Fogging fokus akan dilakukan secara bergantian dan sudah terjadwal, selain itu masyarakat diminta
selalu menggalakan PSN dan 3 M plus. Kewaspadaan dilakukan selain di tempat paling banyak ditemukan
kasus juga di wilayah atau desa endemis, karena dari 18 kecamatan yang ada sudah 10 kecamatan yang
ditemukan kasus DBD positif," katanya. [tin/kun]

Membeludak, Pasien DB Dirawat di Lorong RSD

Jum'at, 30 Januari 2015 15:38:56


Reporter : Temmy P.

Sumenep (beritajatim.com) - Jumlah pasien demam berdarah dengue (DBD) di Rumah Sakit Daerah dr.
H. Moh. Anwar Sumenep membeludak. Bahkan sejumlah pasien anak terpaksa ditempatkan di lorong-
lorong rumah sakit, karena kamar penuh.

"Kapasitas di zal anak ini hanya 28 orang. Padahal setiap hari jumlah pasien yang masuk berkisar 40
orang. Terbanyak pasien anak-anak. Otomatis ruangan rawat inap ini tidak mampu menampung," kata
Kepala Bidang Pelayanan RSUD Dr H. Moh. Anwar Sumenep, drg Tatik Kristiyowati, Jumat (30/01/15).

Menurutnya, pantang bagi rumah sakit untuk menolak pasien. Karena itu, setiap pasien yang masuk tetap
akan dilayani dan mendapatkan perawatan. "Hanya saja karena kamar-kamar ini penuh, maka pasien
terpaksa kami tempatkan di lorong-lorong kamar. Tapi semuanya tetap mendapatkan pelayanan yang
sama," ujarnya.

Ia berharap agar pasien dan keluarga pasien setelah keluar dari rumah bisa menindaklanjuti dengan
gerakan 3 M, yakni menutup, mengubur, menguras, untuk memutus rantai perkembangbiakan nyamuk.

"Karena yang terbaik itu memang gerakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dengan 3M. Bukan
fogging. Karena kalau keluar dari rumah sakit tidak ada tindak lanjut pencegahan, bisa saja berikutnya
adiknya yang kena serangan DBD juga," terangnya. [tem/kun]

Membeludak, Pasien DB Dirawat di Lorong RSD

Jum'at, 30 Januari 2015 15:38:56


Reporter : Temmy P.

Sumenep (beritajatim.com) - Jumlah pasien demam berdarah dengue (DBD) di Rumah Sakit Daerah dr.
H. Moh. Anwar Sumenep membeludak. Bahkan sejumlah pasien anak terpaksa ditempatkan di lorong-
lorong rumah sakit, karena kamar penuh.

"Kapasitas di zal anak ini hanya 28 orang. Padahal setiap hari jumlah pasien yang masuk berkisar 40
orang. Terbanyak pasien anak-anak. Otomatis ruangan rawat inap ini tidak mampu menampung," kata
Kepala Bidang Pelayanan RSUD Dr H. Moh. Anwar Sumenep, drg Tatik Kristiyowati, Jumat (30/01/15).

Menurutnya, pantang bagi rumah sakit untuk menolak pasien. Karena itu, setiap pasien yang masuk tetap
akan dilayani dan mendapatkan perawatan. "Hanya saja karena kamar-kamar ini penuh, maka pasien
terpaksa kami tempatkan di lorong-lorong kamar. Tapi semuanya tetap mendapatkan pelayanan yang
sama," ujarnya.

Ia berharap agar pasien dan keluarga pasien setelah keluar dari rumah bisa menindaklanjuti dengan
gerakan 3 M, yakni menutup, mengubur, menguras, untuk memutus rantai perkembangbiakan nyamuk.

"Karena yang terbaik itu memang gerakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dengan 3M. Bukan
fogging. Karena kalau keluar dari rumah sakit tidak ada tindak lanjut pencegahan, bisa saja berikutnya
adiknya yang kena serangan DBD juga," terangnya. [tem/kun]

Ingat, Nyamuk Aides Aegypti Bisa Terbang 100 Meter

Kamis, 29 Januari 2015 10:38:14


Reporter : Misti P.
Mojokerto (beritajatim.com) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mojokerto menghimbau kepada
masyarakat Kota Mojokerto yang tinggal berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto untuk waspada
Demam Berdarah Dengue (DBD). Pasalnya, Kabupaten Mojokerto sudah dinyatakan Kejadian Luar Biasa
(KLB) DBD menyusul adanya 59 penderita dengan tiga diantaranya meninggal dunia.

Kepala Dinkes Kota Mojokerto, dr Christiana Indah Wahyu mengatakan, untuk warga yang tinggal di
lingkungan yang berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto diharapkan meningkatkan kewaspadaan
terhadap DBD. "Karena Kabupaten Mojokerto telah dinyatakan KLB DBD," ungkapnya, Kamis
(29/01/2015).

Masih kata dr Indah, nyamuk aides aegypti yang menularkan DBD tersebut bisa hidup sampai delapan
hari dan mampu terbang sampai 100 meter. Sehingga masyarakat yang di daerah perbatasan dihimbau
harus meningkatkan kewaspadaan. Satu pasien DBD, rumahnya hanya dipisahkan oleh sungai dari
wilayah Kabupaten Mojokerto.

"Meski baru ditemukan satu, kita minta warga semakin menggiatkan PSN (pemberantasan sarang
nyamuk, red) agar penderitanya tidak bertambah. PSN merupakan satu-satunya cara paling efektif
menghindari DBD yakni dengan menghilangkan genangan-genangan air dengan menutup, menguras,
mengubur, membalik benda-benda yang bisa ditempati air," katanya.

Selain itu, lanjut dr Indah, menyikat tempat-tempat berlumut yang potensial ditempati telur nyamuk.
Tandon air, tempat minum burung, tempat air di kamar mandi dan wc juga harus dikontrol tiap minggu
untuk memastikan tak ditempati jentik. [tin/but]

Inilah Tanda-tanda Demam Berdarah Dengeu

Kamis, 29 Januari 2015 09:02:20


Reporter : Qomari Sulaelah

Surabaya (beritajtim.com) - Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue. Virus ini ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegipty atau Aedes albopictus.

Demikian diungkapkan Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU dr Soetomo Surabaya dr Urip Murtedjo,
Kamis (29/1/2015). Menurutnya, penyakit demam berdarah biasanya mewabah ketika pergantian musim
dari musim penghujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Hal ini disebabkan karena banyaknya
genangan air yang menjadi sarang dari jentik jentik nyamuk demam berdarah.

Seseorang yang terkena virus tersebut harus segera mendapat pertolongan agar tidak sampai terjadi
pendarahan. "Namun, sebelum itu, kita harus mengetahui gejala-gejala yang ditimbulkan oleh virus
demam berdarah dengue (DBD)," ujarnya.

Dr Urip Murtedjo menjelaskan beberapa tanda atau gejala awal demam berdarah, yakni:

1. Panas tinggi selama 3 hari berturut-turut antara 38ºC sampai 40ºC atau lebih.

2. Tampak binti-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang.

3. Mual bahkan sampai muntah.

4. Kepala terasa sakit dan berat, terutama pada dahi.

Menurutnya, jika masyarakat dapat mengetahui atau menyadari gejala awal pada penderita demam
berdarah, maka akan semakin cepat penanganannya. Karena jika terjadi shock atau pendarahan, akan
berakibat pada kematian. "Pendarahan tersebut dapat terjadi di perut maupun pada otak jika kondisi
pasien sudah memburuk. Jika gejala demam berdarah semakin dini diketahui, maka bisa semakin cepat
ditangani dan mencegah agar tidak terjadi shock atau pendarahan," tambahnya.

Selain itu, Dr. Urip Murtedjo juga memberikan cara penanganan awal pada pasien demam berdarah
sebelum dibawa ke rumah sakit. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengompres penderita
demam, Lalu memberikan obat penurun panas seperti decolgen atau obat penurun panas lainnya. Jika
panas tersebut tak kunjung berhenti, maka harus segera dilarikan ke rumah sakit atau puskesmas
terdekat. Agar segera dilakukan penangan medis seperti opname dan diinfus agar mencegah pendarahan.
[ela/but]

Atasi Demam Berdarah, Temukanlah Jentik Nyamuknya

Kamis, 29 Januari 2015 09:46:47


Reporter : Qomari Sulaelah
Surabaya (beritajatim.com) - Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai ini masih menjadi hal
yang menakutkan bagi masyarakat. Pada beberapa kasus, penyakit ini dapat mengakibatkan kematian.

Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Dr. Soetomo Surabaya dr Urip Murtedjo menyatakan, satu hal
penting yang harus dilakukan oleh masyarakat adalah tindak pencegahan. Sederhana saja, melakukan
tidakan yang umum dikenal sebagai 3M (menguras, mengubur, dan menutup).

1. Menguras bak mandi sebaiknya dilakukan setiap seminggu sekali agar tidak ada jentik-jentik nyamuk
demam berdarah. Karena nyamuk senang berada di air yang menggenang dan tidak mengalir.

2. Mengubur dan membuang barang-barang yang mudah menjadi genangan air. Misalnya, kaleng, plastik
bekas, botol-botol bekas.

3. Menutup tempat penyimpanan air karena jika dibiarkan, hal ini akan menjadi tempat bersarnganya
jentik-jentik nyamuk.

"Namun, hal yang sangat penting dari pencegahan tersebut adalah menemukan atau mencari jentik-jentik
nyamuk demam berdarah agar tak berkembang biak," ujar dr Urip.

Ditambahkannya, cara pengasapan atau fogging tidak terlalu efektif untuk mengatasi demam berdarah.
"Fogging itu sudah cara lama, harusnya masyarakat lebih fokus untuk mencari jentik-jentik nyamuk agar
tidak berkembang biak," katanya.

Dr Urip juga berharap agar masyarakat lebih memperhatikan kebersihan lingkunghannya. "Karena
sesehat apapun seseorang jika lingkungannya kotor atau tidak sehat, maka tetap akan terserang penyakit"
tandasnya. [ela/but]

Gigitan Nyamuk Lebih Ganas pada Januari

Kamis, 29 Januari 2015 00:33:09


Reporter : Oryza A. Wirawan

Jember (beritajatim.com) - Gigitan nyamuk demam berdarah pada Januari 2015 lebih ganas
dibandingkan Desember 2014.

Dinas Kesehatan Kabupaten Jember mencatat, pada Desember 2014, ada 105 kasus demam berdarah.
Sementara pada Januari 2015 sebanyak 199 kasus. Tiga rumah sakit daerah di Jember juga mengalami
peningkatan pasien demam berdarah.

Direktur RSD Balung Lilik Laksmiati mengatakan, selama Januari 2015 ditemukan 18 kasus dan satu
pasien meninggal dunia. "Pasien terselamatkan karena puskesmas tanggap, dan masyarakat mengerti,"
katanya.

"Di Rumah Sakit Kalisat, tak ditemukan angka kematian akibat demam berdarah. Wilayah utara memang
bukan area endemis, seperti selatan dan kota. Kasus demam berdarah selama Januari sebanyak 15 orang.
Tahun lalu ada 71 pasien, dan semua tertolong," kata Direktue RS Kalisat Kunin Nasihah.

Angka penanganan kasus demam berdarah terbanyak tentu saja di RS Daerah dr. Soebandi. "Tahun 2014
lalu ada 246 pasien, dan 16 orang di antaranya meninggal," kata Pelaksana Tugas Direktur RSD dr.
Soebandi, Dwi Koryanto.

Sementara pada Januari 2015 ini, dr. Soebandi merawat 28 orang pasien. "Satu orang pasien berusia 45
tahun meninggal dunia. Ia datang dalam keadaan sudah wafat," kata Dwi.

Menurut Dwi, demam berdarah dengue bisa diketahui sejak awal dan diantisipasi, yakni demam yang
tinggi. "Pada hari keempat, tekanan darah turun drastis. Syok. Kalau sudah syok dan kondisi tak bisa
kembali maka itu sangat sulit," katanya. Jadi penderita diharapkan tetap waspada walau demam sudah
turun pada hari keempat dan kelima. (wir/ted)

Status KLB DBD Kota Mojokerto Dibatalkan

Rabu, 28 Januari 2015 21:34:37


Reporter : Misti P.
Mojokerto (beritajatim.com) - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur, dr Harsono
meralat penetapan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Mojokerto.
Ralat tersebut disampaikan melalui Sekretaris Daerah Kota (Sekdakot) Mojokerto, Mas Agus Nirbito.

"Kota Mojokerto tidak termasuk karena ada kesalahan data. Tambahan 10 kasus dari Kabupaten
Mojokerto oleh staf Kepala Dinkes Propinsi dikira dari Kota Mojokerto jadi tambahan kabupaten/kota
status KLB DBD hanya tiga kabupaten, bukan empat daerah," ungkapnya, Rabu (28/01/2015).

Jika benar bulan ini ada 10 kasus DBD di Kota Mojokerto, status KLB DBD memang layak disandang
karena peningkatannya lebih dari separo. Pasalnya, pada bulan yang sama tahun lalu tak ada temuan
satupun kasus DBD. Namun lanjut Agus, pihaknya sudah melakukan pencegahan dan menanggulangi DBD
yang paling efektif yakni menggerakkan masyarakat untuk PSN.

Sampai hari ini, Dinkes Kota Mojokerto mencatat baru ada temuan dua kasus demam dengue (DD) dan
satu DBD di Kota Mojokerto. Penderita DBD-nya yakni Anang (17) asal Lingkungan Suromurukan,
Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon yang telah berhasil disembuhkan. [tin/kun]

Penderita Demam Berdarah di Kabupaten Kediri Terus Meningkat

Rabu, 28 Januari 2015 20:49:15


Reporter : Nanang Masyhari

Kediri (beritajatim.com) – Jumlah penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten
Kediri, Jawa Timur terus bertambah. Ada 17 orang penderita tambahan yang masuk ke rumah sakit untuk
menjalani perawatan.

Kabag Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri Haris Setiawan mengatakan, total penderita DBD
Kabupaten Kediri kini sebanyak 104 orang. Selama dua hari terakhir, ada tambahan 17 orang penderita
yang masuk rumah sakit.
“Menurut laporan dari Dinas Kesehatan yang dihimpun dari rumah sakit baik di Kabupaten Kediri
maupun di Kota Kediri, total penderita DB sebanyak 104 orang. Jika sebelumnya 87 orang, dua hari
terakhir bertambah 17 orang,” kata Haris Setiawan kepada beritajatim.com, Rabu (28/1/2015)

Terpisah Bupati Kediri Haryanti Sutrisno mengatakan, paska penepatan status KLB (Kejadian Luar Biasa)
Demam Berdarah, pihaknya langsung bergerak cepat. Bupati mengumpulkan seluruh camat se-Kabupaten
Kediri untuk diajak bersama-sama melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).“Kita langsung
terjun ke lapangan bersama camat, perangkat desa, hingga tingkat Ketua RT (Rukun Tetangga) untuk
melakukan PSN. Melalui kerja bakti bersama membersihkan lingkungan serta melakukan fogging
ditempat yang positif DBD,” terang Haryanti Sutrisno

Program PSN, imbuh Bupati dari kalangan medis itu, dilakukan di berbagai tempat endemis demam
berdarah, khususnya di lingkungan sekolah. Sebab, menurutnya, para penderita demam berdarah
didominasi kalangan anak sekolah.“Program PSN melalui 3M plus harus kembali digalakkan lagi. Selain
itu, kader jumanti (juru pemantau jentik) yang selama ini kurang optimal, kita optimalkan kembali. Semua
harus bergerak, jangan hanya mengandalkan dari pemerintah saja,” himbau Haryanti. (nng/ted)

Dinkes Kediri Gelontor 750 Liter Obat Fogging dan 250 Kg Abate

Selasa, 27 Januari 2015 19:51:36


Reporter : Nanang Masyhari

Kediri (beritajatim.com) – Penanganan wabah penyakit demam berdarah langsung dilakukan


Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri, Jawa Timur paska adanya penetapan status kejadian luar biasa
atau KLB. Pemkab melalui puskesmas-puskesmas langsung melakukan pengasapan atau fogging pada
kawasan endemik demam berdarah.

Seperti yang terjadi di Desa Mlati, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, fogging dilakukan pada rumah-
rumah warga dan selokan tepi jalan raya. Petugas puskesmas bersama perangkat desa melakukan
penyemprotan pada setiap ruangan rumah hingga ke kamar mandi, yang dimungkinkan menjadi sarang
nyamuk aides aigepty.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kediri dr. Adi Laksono mengungkapkan, tindakan
pengasapan atau fogging sebagai salah satu upaya penanganan wabah penyakit demam berdarah. Fogging
dilakukan secara fokus di daerah atau kawasan terjadinya serangan demam berdarah. Fogging akan
dilaksanakan sebanyak dua kali dengan pereode waktu satu minggu sekali.

“Untuk mendukung program fogging, kami telah mendistribusikan 750 liter cairan obat fogging ke
puskesmas-puskesmas. Kami juga memberikan sebanyak 250 kilogram abate atau obat pembasmi jentik
nyamuk. Dan yang paling penting, kita galakkan kembali PSN dengan 3M (menguras, menutup dan
mengubur benda-benda yang bisa digenangi air sebagai tempat berkembang biak nyamuk),” ujar dr. Adi
Laksono kepada beritajatim.com, Selasa (27/1/2015).

Disisi lain, penanganan demam berdarah juga dilakukan oleh pihak rumah sakit yang kini sedang merawat
para pasien penderita demam berdarah. Seperti di rumah sakit umum daerah (RSUD) Kabupaten Kediri,
dokter mengaku , penderita demam berdarah diberikan cairan infus dan obat untuk menjaga agar tidak
sampai shock.

“Kalau pasien datang dalam kondisi bagus tidak ada masalah. Tetapi ketika pasien datang ke rumah sakit
sudah dalam kondisi terlambat, maka memerluka perawatan yang lengkap dan teliti. Saya harapan orang
tua atau kerabat pasien tidak perlu panik yang berlebihan ketika membawa pasien ini ke rumah sakit,
sehingga dokter bisa menganalisa dengan tepat,” ujar dr. Soerjatmono, dokter spesialis anak RSUD
Kabupaten Kediri.

Sebagaimana diketahui, wabah penyakit demam berdarah menyerang berbagai daerah di Jawa Timur.
Pemerintah provinsi jatim telah menetapkan 11 kota dan kabupaten sebagai kejadian luar biasa demam
berdarah, salah satunya Kabupaten Kediri.

Di Kabupaten Kediri sendiri, pada bulan januari tercatat ada 87 orang masuk ke rumah sakit karena
terjangkiti demam berdarah, dimana dua diantaranya meninggal dunia. Jumlah penderita demam
berdarah di kabupaten ini melonjak 9 kali lipat dari bulan januari 2014 lalu yang hanya 9 orang.
[nng/but]

Empat Kabupaten/Kota di Jatim Susul KLB DBD

Selasa, 27 Januari 2015 17:38:07


Reporter : Misti P.

Mojokerto (beritajatim.com) - Pasca Gubernur Jawa Timur, Soekarwo menetapkan 11 kabupaten/kota


di Jawa Timur berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD), jumlah tersebut
justru bertambah. Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur menyatakan ada empat daerah lagi yang
dinyatakan KLB DBD.

Sementara itu, Kepala Dinkes Provinsi Jawa Timur, Dr Harsono mengatakan, update situasi DBD 2015 di
Jatim sampai dengan Selasa (27/01/2015) pukul 05.00 WIB ada total penderita sebanyak 1.817 kasus.
"Ada peningkatan sebanyak 85.41 persen dibandingkan bulan yang sama di tahun 2014, dimana penderita
tahun 2014 sebanyak 980 kasus," ungkapnya saat kunjungan kerja di RS Kusta Sumberglagah.

Adapun lima kabupaten/kota dengan jumlah penderita terbanyak meliputi Kabupaten Sumenep sebanyak
286 kasus, Kahupaten Jember sebanyak 199 kasus, Kabupaten Jombang sebanyak 110 kasus, Kabupaten
Bondowoso sebanyak 100 kasus dan Kabupaten Banyuwangi sebanyak 96 kasus. Jumlah kematian
sebanyak 32 kasus atau CFR 1,7 persen.

"Ada peningkatan sebanyak 91,77 persen dibandingkan bulan Januari 2014 yakni jumlah kematian di
bulan januari 2014 adalah sebanyak sembilan kasus. Ada tambahan empat kabupaten/kota dengan
jumlah kasusnya meningkat dua kali lipat dibandingkan bulan yg sama di tahun 2014," katanya.

Sehingga, lanjut Dr Harsono, di Jatim seluruhnya ada 15 kabupaten/kota dengan status KLB DBD pada
saat ini. Bila sebelumnya ada 11 kabupaten/kota yaitu, Sumenep, Jombang, Trenggalek, Banyuwangi,
Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Mojokerto, Tulungagung, Kabupaten Kediri, Kabupaten Madiun,
Kabupaten Pamekasan dan Kota Madiun

"Empat kabupaten/kota tambahan tersebut yakni Magetan, Ponorogo, Lamongan dan Kota Mojokerto.
Selanjutnya ada 10 kabupaten/kota dengan jumlah kasus dengan trend meningkat dibandingkan bulan
Januari tahun 2014 yaitu, Jember, Bondowoso, Surabaya, Sampang, Kota Kediri, Kabupaten Blitar, Pacitan,
Bojonegoro, Ngawi dan Kota Pasuruan," jelasnya. [tin/kun]

Empat Nyawa Melayang, Jombang KLB Demam Berdarah


Senin, 26 Januari 2015 19:31:28
Reporter : Yusuf Wibisono

Jombang (beritajatim.com) - Kabupaten Jombang akhirnya menyandang status KLB (Kejadian Luar
Biasa) kasus DBD (Demam Berdarah Dengue). Hal itu setelah jumlah penderita penyakit akibat gigitan
nyamuk aides aigepty itu melonjak tajam, yakni 132 kasus. Dari jumlah tersebut, empat orang dinyatakan
meninggal.

Kepala Dinkes (Dinas Kesehatan) Jombang, dr Heri Wibowo, mengatakan, pihak sudah melakukan
berbagai upaya guna mengerem laju penyebaran virus DB. Diantaranya, melakukan foging atau
pengasapan pada beberapa daerah yang endemik, mengaktifkan jumantik (juru pemantau jentik), serta
menghimbau masyarakat menggalakkan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). "Meski berbagai upaya
telah kita lakukan, namun jumlah kasus DBD tetap mengalami peningkatan pada bulan Januari ini. Karena
tingginya kasus tersebut, pemerintah propinsi akhirnya menetapkan Jombang sebagai salah satu
kabupaten yang berstatus KLB DBD," ujarnya, Senin (26/1/2015).

Dengan status itu, lanjut Heri, pihaknya akan lebih meningkatkan upaya penanggulangan penyebaran
virus yang disebarkan oleh sengatan nyamuk aides aigepty tersebut. Sayangnya, pria berkacamata minus
ini enggan membeber secara detail berapa anggaran yang disiapkan untuk menanggulangi DBD setelah
adanya KLB. "Yang jelas kita sudah siapkan anggaran dan obat obatan untuk foging. Jika anggarannya
kurang, pihak pemerintah propinsi Jatim informasinya telah menyiapkan tambahan. Kita juga sudah
mengirim surat permintaan obat mation untuk foging dan juga abate ke propinso," kata Heri.

Secara panjang lebar, Heri mengatakan, kasus DBD di Jombang sebenarnya sudah mengalami penurunan.
Untuk bulan Januari 2015, lanjutnyan, total DBD sebanyak 132 kasus. Dari jumlah itu, kunjungan tertinggi
terjadi pada pertengan Januari. Yakni, antara tanggal 11 sampai 19 Januari yang rata rata 10 kasus yang
dirawat di RSUD Jombang.

Lantas kecamatan mana saja yang masuk endemi DBD? Menurut Heri, terdapat enam kecamatan yang
masuk endemi DBD. Diantaranya, Kecamatan Peterongan, Megaluh, Diwek, Sumobito, Gudo, serta
Kecamatan Jombang. "Dari 21 kecamatan di Kabupaten Jombang, terdapat enam kecamatan yang masuk
kawasan endemik," urainya.

Seperti diketahui, Kabupaten Jombang melalui keputusan Gubernur Jatim, dinyatakan berstatus KLB DBD
bersama 11 kabupaten lain, meliputi Banyuwangi, Probolinggo, Kediri, Sumenep, Pamekasan, Nganjuk,
Trenggalek, Mojokerto, serta Madiun. "Intinya, kami siap melaksanakan intruksi gubernur. Yakni
penanganan DBD dengan status KLB," pungkas mantan Kepala Puskesmas Mojoagung ini. [suf/ted]

Dinkes Pamekasan Tegaskan Gencar Gelar Sosialiasi dan Fogging

Senin, 26 Januari 2015 13:40:21


Reporter : Samsul Arifin

Pamekasan (beritajatim.com) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan, tegaskan sudah melakukan


sejumlah upaya untuk mengantisipasi penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang mulai menyerang
sejumlah warga di Pamekasan.

"Kita sudah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi BDB. Termasuk sosialisasi di berbagai
kecamatan," kata Ismail Bey, Kepala Dinkes Pamekasan, melalui sambungan seluler, Senin (26/01/2015).

Diungkapkan, pihaknya juga sudah melakukan penyemprotan (fogging) di sejumlah kecamatan. Guna
mengantisipasi penyebaran nyamuk Aedes Aegypti, yang merupakan penyebab penyakit DBD. "Kita juga
sudah melakukan fogging di sejumlah kecamatan untuk mengantisipasi penyakit DBD," ungkapnya.

Sebelumnya, salah satu anggota DPRD Pamekasan, Mohammad Sahur meminta Dinkes Pamekasan segera
mengambil langkah konkrit untuk menangani persoalan penyakit DBD. Sebab pada awal Januari 2015,
terhitung sudah 52 pasien menderita DBD. Serta 12 pasien di antaranya harus dirawat intensif di RSUD dr
Slamet Martodirdjo, Pamekasan.

Selain itu, Kabupaten Pamekasan, juga termasuk daerah yang dikategorikan kejadian luar biasa (KLB)
DBD dari 11 daerah di Jawa Timur, berdasar ketetapan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur.
[pin/kun]

Pamekasan Masuk KLB Demam Berdarah, Dinkes Dminta Segera Bertindak


Senin, 26 Januari 2015 13:11:09
Reporter : Samsul Arifin

Pamekasan (beritajatim.com) - DPRD Pamekasan meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) agar segera
melakukan penanganan terkait kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah di kota yang identik dengan
slogan Bumi Gerbang Salam.

Hal itu berdasar keputusan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur, yang menetapkan 11 daerah di
Jawa Timur, masuk kategori KLB demam. Di antaranya dua kabupaten di Madura, yakni Kabupaten
Pamekasan dan Kabupaten Sumenep.

"Jadi kami minta Dinkes Pamekasan, agar segera melakukan penangan terkait persoalan itu. Sebab hal itu
sudah termasuk kejadian luar biasa," kata Mohammad Sahur, Sekretaris Komisi 4 DPRD Pamekasan, Senin
(26/01/2015).

Selain itu, Ketua Fraksi PPP itu juga berharap langkah konkret segera diambil dinas terkait guna
meminimalisir dan mengantisipasi penyebaran penyakit yang berasal dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
"Mungkin untuk sementara tindakan fogging bisa meminimalisir persoalan itu," ungkapnya.

Sebelumnya, sebanyak 52 pasien penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) dirawat di RSUD dr
Slamet Martodirjo Pamekasan, selama kurun waktu Januari 2015. Bahkan 12 orang di antaranya harus
dilakukan perawatan intensif di rumah sakit. [pin/but]

Kabupaten Kediri KLB Demam Berdarah

Senin, 26 Januari 2015 12:00:02


Reporter : Nanang Masyhari

Kediri (beritajatim.com) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri menetapkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) wabah penyakit Demam Berdarah (DB) awal tahun 2015 ini. Menurut catatan Dinas Kesehatan
(Dinkes) setempat, terjadi lonjakan jumlah kasus DB pada bulan Januari ini, hingga 9 kali dibandingkan
bulan sama tahun sebelumnya.

Penetapan status KLB DB itu ditegaskan Kepala Dinkes Kabupaten Kediri Adi Laksono. "KLB ditetapkan
apabila terjadi peningkatan jumlah kasus DB dua kali lipat pada bulan yang sama dari tahun sebelumnya,"
kata Adi Laksono ditemui di Kantor Dinkes Kabupaten Kediri, Senin (26/1/2015) pagi.

Berdasarkan data Dinkes, selama kurun waktu awal tahun hingga akhir Januari tahun ini telah terdapat 87
kasus DB. Sementara pada bulan Januari 2014 lalu hanya 9 kasus. Dimana, dari jumlah total kasus DB
bulan ini, ada dua korban dinyatakan meninggal dunia (MD) masih berusia anak-anak.

Dari data tersebut diketahui, apabila DB menyerang anak usia sekolah antara 5 sampai 14 tahun.
Sementara wilayah persebaran penyakit mematikan akibat gigitan nyamuk aides aigepty ini hampir
terjadi pada seluruh kecamatan di Kabupaten Kediri.

"25 kecamatan masuk kategori endemis DB, sedangkan satu kecamatan sporadis. Serangan DB kali ini,
menurut analisa saya adalah siklus 3 tahunan," imbuh Adi Laksono.

Dari 26 kecamatan yang terserang DB, Kecamatan Pare menduduki peringkat pertama dengan jumlah
korban 10 orang. Kecamatan Kandangan dan Ngadiluwih 7 orang, Ringinrejo 5 orang dan kecamatan
lainnya rata-rata 4 orang.

Pihak Dinkes Kabupaten Kediri berupaya mengatasi wabah DB ini dengan Program Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN). Dinkes menggalakkan PSN untuk memutus rantai nyamuk mematikan ini.
[nng/but]

Puluhan Warga Terjangkit DB, Satu Koban Meninggal

Minggu, 25 Januari 2015 19:20:28


Reporter : M Muthohar

Tuban (beritajatim.com) - Sejak awal tahun 2015 ini yang bersamaan dengan datangnya musim
penghujan, wabah Demam Berdarah Dengue(DBD) mulai menyerang beberapa kecamatan di wilayah
Kabupaten Tuban, Minggu (25/01/2015).
Dalam satu bulan terakhir satu warga telah dinyatakan meninggal dunia akibat terserang DB. Sedangkan
puluhan warga lainnya harus mendapatkan perawatan di rumah sakit karena terjangkit penyakit yang
bisa menyebabkan kematian tersebut.

Data yang dihimpun beritajatim.com, sejuah ini wilayah yang paling terparah terjangkit Demam Berdarah
adalah Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. Di kecamatan itu satu warga dinyatakan meninggal
dunia dan tujuh warga lainnya positif terserang DB.

"Untuk wilayah Kecamatan Singgahan baru kali ini ada banyak warga yang terjangkit DBD. Padahal tahun
2014 kemarin hanya ada satu orang," terang Saiful Hadi, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten
Tuban.

Selain di Kecamatan Singgahan, wilayah yang sudah mulai terjangkit dengan wabah DBD adalah
Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban. Di kecamatan tersebut sempat diinformasikan bahwa ada
belasan warga yang mengalami sakit dan harus dirawat di rumah sakit akibat terserang Demam Berdarah.

"Untuk masyarakat Desa Jadi, Kecamatan Semanding yang positif terkena DBD hanya ada dua. Selama ini,
kalau ada warga masyarakat yang demam atau panas tinggi oleh masyarakat semua dibilang DBD, padahal
itu penyakit lainnya," lanjutnya.

Sementara itu total warga masyarakat Kabupaten Tuban yang terjangkit DBD pada awal tahun 2015
sebanyak 38 orang dari berbagai kecamatan. Selain itu Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban telah
menetapkan Kecamatan Singgahan, Tuban sebagai daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) Deman Berdarah.

"Saat ini yang kita tetapkan sebagai wilayah KLB DBD baru Kecamatan Singgahan saja. Karena memang
ada banyak warga yang terjangkit DBD itu," jelas Saiful Hadi.[mut/kun]

Wagub: 378 Kasus, 7 Meninggal Akibat DBD di Jatim

Jum'at, 23 Januari 2015 17:42:50


Reporter : Rahardi Soekarno J.

Surabaya (beritajatim.com) - Wagub Jatim Saifullah Yusuf (Gus Ipul) memastikan hingga 19 Januari
sejak awal tahun 2015 sudah ada 378 kasus dan tujuh orang di antaranya meninggal akibat penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jatim.

"Pada bulan Januari masyarakat agar mewaspadai penyakit DBD. Karena pada bulan ini musim penghujan
di Jatim mulai menunjukkan intensitas yang tinggi," katanya kepada wartawan di kantor gubernur, Jumat
(23/1/2015).

Pada tahun 2014, kasus DBD di Jatim ditemukan sebanyak 8.906 kasus dimana pada bulan Januari 2014
terdapat 973 kasus. Sedangkan pada tahun 2013 terdapat 14.936 kasus dan terdapat 3264 kasus pada
bulan Januari 2013.

Data penyakit DBD yang terjadi pada awal tahun 2015 tersebut didapatkan dari laporan 22
kabupaten/kota di Jatim. Kabupaten Jombang menempati posisi tertinggi yang memiliki kasus DBD paling
banyak yaitu sebanyak 110 kasus dengan korban meninggal sebanyak empat orang yang berasal dari Desa
Tugu Sumberrejo, Desa Ngrandu Lor, Desa Kepanjen dan Desa Turi.

Melihat kenyataan yang demikian, maka pemprov Jatim akan melakukan berbagai langkah untuk
menghadapi dan mengantisipasi penyakit DBD yang di antaranya adalah memantau kasus secara ketat
untuk kewaspadaan dini KLB DBD, membuat surat edaran kepada kabupaten dan kota untuk
kesiapsiagaan dalam menghadapi masalah DBD di masing-masing kabupaten dan kota, menyediakan
logistik program (insektisida, larvasida danmesin fogging), memberikan asistensi teknis dan mentoring
klinis kepada kabupaten dan kota.

"Termasuk penggerakan peran serta masyarakat melalui gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan
fogging maupun gerakan 3 M (menguras, menutup, dan mengubur potensi sarang nyamuk Aedes) dan
membentuk Pokjanal di setiap tingkatan," pungkasnya dan memastikan di Jatim belum perlu menetapkan
KLB untuk DBD. [tok/but]

Belum Sebulan, 52 Warga Pamekasan Terserang DBD

Kamis, 22 Januari 2015 21:46:47


Reporter : Samsul Arifin
Pamekasan (beritajatim.com) - Sebanyak 52 pasien penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD)
dirawat di RSUD dr Slamet Martodirjo Pamekasan, selama kurun waktu Januari 2015.

Tetapi jumlah tersebut berkurang dan hanya tersisa 12 orang yang masih dilakukan perawatan intensif di
rumah sakit. "Total pasien DBD sejak awal Januari hingga kemarin mencapai 52 orang, yang masih
dirawat ada 12 orang. Artinya 40 orang sudah sembuh," kata Farid Anwar, Direktur RSUD dr Slamet
Martodirdjo Pamekasan, Kamis (22/01/2015).

Namun demikian, tidak ada pasien penderita DBD hingga stadium parah. Tetapi semua pasien yang
dirawat di rumah sakit milik daerah itu, masih stadium normal dan saat ini sudah masuk tahap
penyembuhan. "Rata-rata pasien terjangkit DBD yang dirawat di sini (RSUD), anak-anak usia sekolah,"
imbuhnya.

Tingginya penderita DBD karena dipengaruhi reproduksi nyamuk Aedes Agyepti semakin tinggi, apalagi
memasuki musim penghujan. Nyamuk berkembang biak melalui sejumlah genangan air maupun di kaleng
bekas dan sejumlah tempat lainnya.

Selain itu, pihaknya berharap masyarakat agar selalu waspada terhadap penyakit tersebut. Sebab bila
dibiarkan akan berakibat pada kematian. "Jadi kami minta kepada masyarakat agar senantiasa waspada
dan selalu menjaga kebersihan lingkungan," harapnya.

Berdasar data di Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan, tercatat sebanyak 120 orang penderita penyakit
DBD selama 2014 lalu. Data tersebut berdasar laporan akhir tahun yang disampaikan masing-masing
Puskesmas yang tersebar di 13 kecamatan di Kabupaten Pamekasan.

Untungnya, dari jumlah tersebut tidak ada yang berakibat pada pasien meninggal dunia akibat penyakit
DBD. Tetapi jumlah tersebut justru meningkat dari tahun sebelumnya. Sebab selama 2013 lalu, hanya
sebanyak 72 orang dan meningkat 48 orang dari 2014. [pin/but]

Awal Tahun, 25 pasien DB Masuk RSUD Sidoarjo

Kamis, 22 Januari 2015 21:32:58


Reporter : M. Ismail

Sidoarjo (beritajatim.com) - Datangnya musim penghujan, terhitung sejak awal tahun 2015, sebanyakan
25 pasien demam berdarah, mendapatkan perawatan intensif di RSUD Sidoarjo, Kamis (22/1/2015).

Dari 25 pasien yang ada, 20 pasien sudah dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang. "Kini tinggal 5
pasien yang sedang di rawat dan kami berharap 5 pasien ini ada perbaikan dan bisa segera dipulangkan,"
kata dr Puguh Widagdo dokter spesialis yang menangani pasien.

Dia menjelaskan, pasien yang terkena penyakit demam berdarah pada tahun ini (2015) belum ada yang
meninggal. Sedangkan data yang masuk pada tahun 2014 kemarin ada sekitar 6 orang yang meninggal
akibat penyakit demam berdarah.

"Di antara faktor penyebab kematian, kasus penyakitnya memang berat, kasus penyakitnya disertai
infeksi yang tumpangan, dan pasien sudah mengalami komplikasi yang cukup parah," tandasnya.

Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit demam berdarah, papar Puguh, pihaknya menghimbau
kepada masyarakat untuk melakukan penanganan lebih awal. Harus ada kesadaran warga agar bisa
menjaga kebersihan lingkungan.

"Pihak rumah sakit dan puskesmas yang berada di Sidoarjo juga terus memberikan penyuluhan dan
penyemprotan di rumah-rumah warga, agar DB tidak menjalar," tambahnya.

Anto Wilopo (26) warga kelurahan Gebang RT 09 RW 02 Kec. Sidoarjo mengaku, sudah sepekan ini
anaknya, Enzo Radinka Farih (9) yang di rawat di ruang mawar kuning atas (ruang anak kelas III), dirawat
karena terserang DB.

Disekitar tempat tinggalnya juga banyak yang terkena penyakit demam berdarah. Sehingga penyakit itu
menular ke anaknya. "Syukur sekarang kondisinya sudah mulai membaik," pujinya. [isa/but]

DBD Serang 168 Warga Sumenep, 2 Meninggal

Kamis, 22 Januari 2015 08:12:18


Reporter : Temmy P.
Sumenep (beritajatim.com) - Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai menyerang warga Sumenep.
Selama 3 pekan di bulan Januari 2015, tercatat ada 168 penderita. Bahkan 2 diantaranya meninggal dunia.

Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Penyakit, Dinas Kesehatan Sumenep, dr. Dwi Regnani
menjelaskan, para panderita DBD tersebut tersebar di 5 Kecamatan.

"Yang terbanyak jumlah penderitanya masih seperti tahun lalu. Ada di Kecamatan Saronggi, Kota, dan
Kalianget. Tapi sekarang juga merambat ke Gapura dan Batang-batang," katanya, Kamis (22/01/15).

Ia memaparkan, dari 168 penderita DBD tersebut, 2 diantaranya meninggal karena menolak dirawat lebih
lanjut ke Surabaya. "Kondisi dua penderita itu memang sudah parah dan dirujuk ke Surabaya. Tapi
keluarganya menolak," ujarnya.

Regnani mengatakan, apabila dibandingkan dengan 2014, angka penderita DBD dalam periode yang sama
mengalami penurunan. Pada Januari 2014, jumlah penderita DBD mencapai lebih dari 400 orang. "Namun
meskipun untuk saat ini jumlah penderita turun dibanding tahun lalu, tapi kami tetap waspada dan
berupaya melakukan penanganan yang terbaik," terangnya.

Ia mengaku telah meminta Puskesmas-puskesmas melakukan penyelidikan epidemologi penderita dan


lingungan sekitarnya, agar jangan sampai menyebar ke daerah lain. "Penyelidikan epidemologi itu untuk
mengetahui potensi penyebaran DBD di daerah-daerah tertentu," pungkasnya. (tem)

Jombang 'Juara' Kasus DBD di Jatim

Kamis, 22 Januari 2015 00:12:34


Reporter : Yusuf Wibisono

Jombang (beritajatim.com) - Serangan DBD (Demam Berdarah Dengue) di Kabupaten Jombang belum
juga reda. Betapa tidak, untuk bulan Januari ini saja sudah tembus 110 kasus DBD. Dari jumlah itu, empat
orang balita dinyatakan meninggal dunia. Dibanding daerah lain, kasus DBD di Jombang tertinggi di Jawa
Timur (Jatim).

Kenyataan itu dilontarkan oleh Wakil Gubernur (Wagub) Jatim, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, saat
membesuk pasien DBD di RSUD Jombang, Rabu (21/1/2015). Dalam kunjungannya, Gus Ipul didampingi
Bupati Jombang Nyono Suharli Wihandoko. Dari kunjungan itu Gus Ipul juga mengetahu sebanyak 78
pasien masih menjalani perawatan di rumah sakit pelat merah itu.

"Makanya kita minta seluruh bupati dan walikota untuk meningkatkan kewaspadaan dan lebih proaktif
mengantisipasi penyebaran DBD. Terlebih bulan Januari ini, karena trennya ada kecenderungan
peningkatan," ujar Gus Ipul.

Dia melanjutkan, di Jatim kasus DBD untuk bulan Januari sudah tembus 446 kasus. Para pasien DBD itu
menjalani perawatan di berbagai rumah sakit. Meski demikian, sebanyak 12 orang pasien gagal
diselamatkan atau meninggal dunia.

"Yang meninggal itu dari Pacitan, Nganjuk Trenggalek, Ngawi, Tuban, Mojokerto, Lumajang, Bondowoso.
Masing-masing satu korban. Sedangkan Jombang paling banyak, yakni empat orang meninggal," ujarnya
merinci.

Mantan Ketua Umum GP Ansor ini menambahkan, Kabupaten Jombang merupakan salah satu daerah yang
mempunyai kasus DBD tertinggi di Jatim. Pasalnya, bulan Januari saja sudah tembus 110 kasus, bahkan 4
diantaranya meninggal. Kemudian disusul Kabupaten Banyuwangi, sebanyak 60 kasus DBD.

Data pemerintah Propinsi Jatim, lanjutnya, kasus DBD setiap tahun mengalami penurunan. Namun
demikian, tren kenaikan selalu terjadi pada bulan Januari. Gus Ipul lantas membeber data-data tersebut.
Untuk 2010 terdapat 26 ribu kasus DBD. Dari jumlah itu, jumlah kasus tertinggi pada bulan Januari, yakni
5.599 kasus.

"Kemudian tahun 2013 terdapat 14 ribu kasus. Tahun itu, bulan Januari saja terdapat 3 ribu kasus.
Sedangkan tahun 2014 mengalami penurunan. Kasus DBD sebanyak 8.906, dengan jumlah 973 kasus
DBD di bulan Januari. Nah, Januari 2015 sekarang ini sudah terdapat 446 kasus DBD di Jatim," rincinya.

Bupati Nyono Suharli membenarkan jumlah penderita DBD di Jombang cukup tinggi, yakni sebanyak 110
kasus. Rinciannya, 78 pasien dirawat di RSUD Jombang, yakni di ICU sebanyak 34 pasien dan 44 pasien
dirawat di pavilium Seruni. Meski demikian lanjut Bupati, kabupaten Jombang belum dinyatakan KLB.
"Kita sudah melakukan langkah langkah preventif, yakni melakukan pengasapan atau fogging. Sudah ada
10 desa di empat Kecamatan yang dilakukan pengasapan," ujar Nyono yang mendampingi Gus Ipul.
[suf/but]

Pasien Demam Berdarah Sering Terlambat ke Puskesmas

Selasa, 20 Januari 2015 15:23:20


Reporter : Harry Purwanto

Lumajang (beritajatim.com) - Dinas Kesehatan Lumajang waspada terhadap penyakit demam berdarah
di musim penghujan di Tahun 2015. Pasalnya sejumlah warga yang memeriksakan kesehatannya di pusat
kesehatan masyarakat (puskesmas) banyak yang mengalami sakit panas dan lambung bermasalah.

"Hasil rapat dengan staf, demam berdarah harus diwaspadai, dikarenakan banyak masyarakat yang
diduga menderita yang periksa di puskesmas dan rumah sakit," kata Kepala Dinas Kesehatan Lumajang,
dr. Triworo Setyowati kepada wartawan di lobi Pemkab, Selasa(20/01/2014).

Lanjut dia, dari data di Instansinya, demam berdarah di Lumajang bisa menyebabkan kematian. Terlebih
kebanyakan pasien yang dibawa terlambat dibawa ke puskesmas. "Ini yang terus kita pantau," terangnya.

Kecamatan edemis Demam berdarah yang diawasi di Kecamatan Jatiroto, Kota Lumajang, Sukodono,
Randuagung dan Pasirian. Pasalnya, di 5 Kecamatan tersebut sangat rawan terjadinya demam berdarah,
dikarenakan pemukiman mengumpul dan padat.

"Kita sudah intruksikan kepala puskesmas waspada demam berdarah," terangnya.

Dinkes Lumajang akan melakukan penyemprotan Fogging, bila ada satu wilayah yang diketahui ada
warganya positif Fooging. Namun, fongging dilakukan bila diwilayah terjangkit demam berdarah dalam
Pembasmian Sarang Nyamuk (PSN) rendah.

"Jadi ada syarat dalam fongging," pungkasnya.

Dinkes berharap masyarakat dimusim penghujan untuk lebih ber-Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Pola ini manfaatnya dinilai jauh lebih besar untuk kesehatan keluarga dan lingkungan. [har/but]

Home • Peristiwa • Politik & Pemerintahan • Hukum & Kriminal • Ekonomi • Olahraga • Gaya
Hidup • Pendidikan & Kesehatan • Teknologi • Indeks

Penuhi Syarat KLB, Bupati Belum Terima Laporan DBD

Selasa, 20 Januari 2015 12:49:46


Reporter : Misti P.

Mojokerto (beritajatim.com) - Hingga kini, Bupati Mojokerto, Mustofa Kamal Pasa mengaku belum
menerima laporan terkait peningkatan jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten
Mojokerto. Sehingga orang nomor satu di Kabupaten Mojokerto belum bisa menentukan sikap.

"Saya belum terima laporan soal DBD, jadi belum bisa menjawab perlu KLB atau tidak. Tapi jika memang
sudah KLB, Dinkes harus langsung mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menangani,"
ungkapnya.

Mengacu Permenkes 1501 Tahun 2010 tentang Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan
Wabah dan Upaya Penanggulangan, kondisi di Kabupaten Mojokerto layak dinyatakan Kejadian Luar
Biasa (KLB).

Pasal 6 huruf f disebutkan, jika suatu daerah dinyatakan KLB jika angka kematian dalam satu kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50 persen atau lebih dibandingkan dengan angka kematian periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

Catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mojokerto menyebutkan jika sepanjang tahun 2014, tidak
ada satupun pasien DBD yang meninggal dunia. Sedangkan, pada dua pekan pertama bulan Januari 2015
sudah ada dua pasien DBD balita yang meninggal dunia.

Permenkes itu juga menyebutkan bahwa untuk menentukan suatu daerah KLB tidak diperlukan
keputusan bupati. Melainkan cukup ditetapkan oleh kepala Dinkes kabupaten/kota. Sebagaimana yang
disebutkan dalam pasal 7 Permenkes tersebut.

Sementara itu, Kepala Dinkes Kabupaten Mojokerto, dr Endang Sri Woelan mengaku belum melaporkan
persoalan DBD tersebut ke Bupati. "Kami memang belum lapor bupati soal DBD, soal kepala Dinkes bisa
menetapkan KLB, itu akan kita bahas," katanya. [tin/kun]

Dua Balita Meninggal, Kabupaten Mojokerto Belum Tetapkan KLB DBD

Sabtu, 17 Januari 2015 12:04:21


Reporter : Misti P.

Mojokerto (beritajatim.com) - Meski sudah dua balita meninggal dunia akibat Demam Berdarah Dengue
(DBD) dalam dua minggu bulan Januari ini, namun Kabupaten Mojokerto belum menetapkan status
Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Dibanding tahun 2014, tercatat ada 37 pasien DBD di Kabupaten
Mojokerto dan tidak ada yang meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mojokerto, dr Endang Sri Woelan mengatakan, pihaknya
belum menetapan KLB DBD di Kabupaten Mojokerto karena penetapan KLB harus ada keputusan bupati.
"Memang peningkatan kasus kematian KLB DBD di awal tahun 2015 dibanding selama tahun 2014 yang
nihil kematian," ungkapnya, Sabtu (17/01/2015).

Masih kata dr Endang, pihaknya hanya menyatakan ada peningkatan kasus (kematian akibat) DBD di
tahun 2015. Masyarakat dihimbau ikut serta melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
melalui gerakan 3M yakni mengubur, menguras dan menutup, berperilaku hidup bersih, konsumsi
makanan bergizi dan seimbang.

Sementara itu, dokter spesialis anak Rumah Sakit Islam (RSI) Sakinah, Kota Mojokerto, Vita Dwi Wijayanti
mengingatkan empat tahap masa kritis DBD. "Tahap pertama ditandai dengan suhu badan yang
meningkat selama 3-7 hari yang menandakan infeksi virus. Tahap kedua ditandai dengan perdarahan
spontan seperti mimisan dan bintik-bintik merah di kulit," katanya.

Tahap ketiga atau pre syok adalah penderita mulai mengalami syok seperti kesadaran yang mulai
menurun, tangan dan kaki dingin, nadi teraba cepat dan lemah dan tekanan nadi masih terukur walaupun
kecil. Sedangkan tahap keempat atau fase syok dimana penderita syok dengan kesadaran sangat menurun
hingga koma, tangan dan kaki dingin dan pucat, nadi sangat lemah sampai tidak teraba dan tekanan nadi
tidak dapat terukur. [tin/kun]

Sampang (beritajatim.com) - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sepertinya terus menghantui
warga di Kabupaten Sampang.

Pasalnya, di pertengahan bulan januari 2015 jumlah penderita DBD yang ditangani oleh Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Sampang semakin tinggi apabila dibandingkan dengan bulan Desember 2014 lalu.

Namun sayangnya, saat dikonfirmasi ke bagian Hubungan Masyarakat (Humas) RSUD Sampang, dr.
Yuliono enggan memberikan tanggapan saat dikonfirmasi.

"Datanya minta ke media lain saja, kemarin sudah saya berikan, masak yang datang satu-satu."kata Humas
RSUD Sampang, Jum'at (16/01/2015).

Dari informasi yang dirangkum, hingga kemarin sore jumlah penderita DBD yang dirawat di RSUD
Sampang mencapai 36 pasien.

Jumlah penderita DBD tersebut cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan penderita DBD pada bulan
desember 2014 lalu yang hanya 34 penderita.

Seperti yang pernah diberitakan sebelumnya, di bulan Januari ini saja penyakit DBD telah mengakibatkan
kematian tiga orang, diantaranya SF (4) warga Desa Taman Kecamatan Sreseh, NB (6) warga Desa
Rabesan Kecamatan Kedungdung dan FW (24) warga Desa Muktesareh Kecamatan Kedungdung.
(sar/ted)

Cucu Wakil Ketua DPRD Jombang Terserang DBD

Jum'at, 16 Januari 2015 13:04:06


Reporter : Yusuf Wibisono

Jombang (beritajatim.com) - Serangan penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) terus merajalela di
Jombang. Terakhir, penyakit akibat sengatan nyamuk aides aigepty tersebut menyerang cucu Wakil Ketua
DPRD Jombang, Sunardi. Korban bernama Ilham (10). Saat ini Ilham menjalani perawatan di ruang ICU
Central RSUD Jombang.

Bocah kelas 3 SD ini masuk RSUD sekitar pukul 08.00 WIB. Selanjutnya, dia langsung dimasukkan ke ICU
Central guna mendapatkan pelayanan medis. Selain cucu Wakil Ketua DPRD, terdapat enam pasien DBD
lainnya yang dirawat di ICU Central. Sedangkan 16 pasien lagi menjalani perawatan di Ruang Seruni.

Fadhil (42), orangtua Ilham mengatakan, sejak empat hari terkahir sang anak mengalami gejala demam.
Sehari badannya panas, besoknya dingin. Begitu seterusnya. Fadhil mengira anaknya hanya sakit demam
biasa. Makanya, pria yang bekerja sebagai staf Kecamatan Ngoro ini hanya memberikan pengobatan
alakadarnya. "Sekedar saya kompres dan diberi obat penurun panas saja," ujar Fadhil ketika ditemui di
Ruang Seruni.

Karena tidak ada perubahan. Fadhil akhirnya membawa anaknya ke RSUD Jombang. Nah, dari situlah
Fadhil mengetahui bahwa anaknya positif DBD. "Semoga saja segera sembuh. Saat ini masih masuk ICU
Central," ujar Fadhil lagi.

Munasih, Kepala Ruangan Seruni, mengatakan, saat ini pasien DBD yang menjalani perawatan di Seruni
tinggal 16 anak. Jumlah itu turun drastis dibanding Minggu sebelumnya yang mencapai 40 pasien. "Saat
ini masih 16 pasien DBD di ruang Seruni. Untuk yang di ICU, saya tidak hafal jumlahnya," pungkas
Munasih. [suf/kun]

5 Kecamatan di Kabupaten Mojokerto Endemis DBD

Jum'at, 16 Januari 2015 12:40:18


Reporter : Misti P.

Mojokerto (beritajatim.com) - Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mojokerto menyebutkan, lima
dari 18 kecamatan di Kabupaten Mojokerto endemis Demam Berdarah Dengue (DBD). Kelima kecamatan
tersebut dinyatakan endemis DBD setelah selama dua tahun berturut-turut ditemukan DBD.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mojokerto, dr Endang Sri Woelan mengatakan, ada tujuh
desa di lima kecamatan endemis DBD. "Berdasarkan data 2014, ada tujuh desa di lima kecamatan endemis
DBD. Karena di daerah ini, selama dua tahun berturut-turut ditemukan DBD," ungkapnya, Jum'at
(16/01/2015).

Masih kata dr Endang, tujuh desa di lima kecamatan tersebut masing-masing, Desa Karang Kedawang di
Kecamatan Sooko, Desa Jotangan di Kecamatan Mojosari, Desa Sekar Gadung dan Desa Banjar Tanggung di
Kecamatan Pungging, Desa Kepuh Pandak dan Desa Kaligoro di Kecamatan Kutorejo serta Desa Jabung di
Kecamatan Jatirejo.

"Tujuh desa di lima kecamatan untuk selanjutnya dilakukan pengawasan. Anggaran untuk DBD dan
chikungunya tahun 2014 sebesar Rp500 juta namun hanya terserap 46 persen saja, untuk tahun 2015,
anggaran untuk DBD dan chikungunya hanya sebesar Rp400 juta," katanya. [tin/kun]

Dinkes Kabupaten Mojokerto Imbau Warga Berantas Sarang Nyamuk

Jum'at, 16 Januari 2015 09:35:34


Reporter : Misti P.

Mojokerto (beritajatim.com) - Untuk mencegah bertambahnya korban Demam Berdarah Dengue (DBD)
di Kabupaten Mojokerto, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mojokerto mengaktifkan laporan
mingguan dari puskesmas ke Dinkes. Selain itu, Dinkes juga mengaktifkan kegiatan surveilans aktif ke
rumah sakit.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mojokerto, dr Endang Sri Woelan mengatakan, pihaknya
mengaktifkan laporan mingguan dari dokter puskesmas ke Dinkes. "Selain mengaktifan laporan mingguan
dari dokter puskesmas, kita juga survey ke RS mendata wabah penyakit yang terjadi," ungkapnya, Jum'at
(16/01/2015).

Masih kata dr Endang, pihaknya juga aktif mengalakan penyuluhan kepada masyarakat sebagai langkah
pencegahan. Masyarakat diminta melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serentak tiap minggu
atau Jumat bersih dengan meningkatkan gerakan 3M. Yakni menguras, mengubur dan menutup barang-
barang yang bisa ditempati jentik.

"Satgas PSN di desa dan kecamatan juga harus diaktifkan. Semua kawasan di Kabupaten Mojokerto
diminta mewaspadai DBD karena sudah tak ada lagi kawasan yang bebas dari ancaman DBD. Trawas dan
Pacet yang dulu dikenal tak ada nyamuk kini juga mulai ditemukan jentik nyamuk," katanya.
dr Endang menghimbau, jika terdapat anak panas lebih dari tiga hari agar segera diperiksakan ke
laboratorium atau dibawa ke fasilitas kesehatan (faskes). Untuk pencegahan, tingkatkan ketahanan tubuh
dengan konsumsi makanan bergizi. Menurutnya, kejadian tersebut merupakan siklus lima tahunan.

"Yakni jumlah penderita lebih banyak. Selain masyarakat diminta melakukan PSN serentak, kita juga
menyiapkan sarana dan prasarana. Butuh 14 hari nyamuk berkembang biak mulai telur sampai dewasa
sehingga minimal satu minggu harus dilakukan PSN, seperti tempat minum burung dan kulkas," jelasnya.
[tin/kun]

Pemprov Jatim Siapkan Dana untuk Daerah KLB DBD

Selasa, 27 Januari 2015 17:23:12


Reporter : Misti P.

Mojokerto (beritajatim.com) - Gubernur Jawa Timur, Soekarwo menetapkan 11 kabupaten/kota di Jawa


Timur berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD), salah satunya Kabupaten
Mojokerto. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur siap memback up ke-11 kabupaten/kota tersebut
dengan memberikan dana bantuan.

Wakil Gubenur Jawa Timur, Saifullah Yusuf dalam kunjungan kerja di RS Kusta Sumberglagah, Desa
Tanjung Kenongo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto mengatakan, Dinas Kesehatan (Dinkes)
Provinsi Jawa Timur akan memberikan dana bantuan kepada 11 kabupaten/kota tersebut jika daerah
tersebut menginginkannya.

"Dinkes Provinsi Jatim siap membantu prefentif, promotif dan kuratif. Untuk kuratif sudah ada prosedur,
jika juga menghimbau agar rumah sakit siaga dengan memberikan pelayanan khusus. Untuk
pencegahanan melalui fogging dan PSN, masyarakat dan pemerintah diminta untuk waspada," ungkapnya,
Selasa (27/01/2015).

Kuratif, lanjut Gus Ipul (sapaan akrab, red) jika daerah yang dinyatakan KLB memerlukan dana maka
Dinkes Provinsi Jatim akan menyiapkan. Saat ini, lanjut Gus Ipul, jumlah pasien DBD yang meninggal
sepanjang Januari 2015 sebantak 15. Status KLB menurutnya, untuk mengajak semua lebih waspada dan
KLB diberikan kepada daerah yang kasusnya dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

Kepala Dinkes Kabupaten Mojokerto, Dr Endang Sri Woelan mengatakan, pihaknya telah menetapkan
status KLB DBD untuk Kabupaten Mojokerto. "Kami sudah melaporkan W1 (wabah) KLB DBD ke Bupati
Mojokerto, Mustafa Kamal Pasa melalui Sekdakab Mojokerto," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Dinkes
Kabupaten Mojokerto Mudji Taher, menambahkan dengan laporan W1 maka otomatis status KLB
diberlakukan. "Sebab dalam tiga minggu berturut-turut ada peningkatan," ujarnya.

Jumlah kasus DBD di Kabupaten Mojokerto sejak 1 hingga 26 Januari 2015 mencapai 59 kasus dengan
kematin tiga balita. Sedangkan selama Januari 2014 terdapat 37 kasus dan nihil kematian sehingga jika
melihat peningkatan dalam hitungan minggu dan perbandingan dengan bulan yang sama pada tahun
sebelumnya maka memenuhi syarat KLB.

"Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010 sudah memenuhi syarat KLB. Untuk
dana pencegahan dan penanggulangan DBD yang dimiliki Dinkes Kabupaten Mojokerto tahun ini sekitar
Rp400 juta tapi jika kami membutuhkan dana khusus untuk KLB, maka bisa mengajukan tambahan ke
provinsi," tegasnya. [tin/but]

Anda mungkin juga menyukai