Anda di halaman 1dari 6

MANIFEST AND LATENT DREAM CONTENT : THE MASK

(KONTEN NYATA DAN LATEN MIMPI : TOPENG)

Dalam teori kali ini Freud menggunakan topeng sebagai analogika untuk
menggambarkan Manifest Content (muatan nyata) dan Laten Content (muatan
tersembunyi/terpendam). Manifest Content itu ialah sebuah mimpi yang dimana
makna permukaannya atau deskripsi sadarnya diberikan pemimpin. Sedangkan,
Latent Content mengacu kepada materi mimpi yang tidak disadari. Analogika
topeng memiliki arti dimana permukaannya (bagian depan) yang terlihat sebagai
Manifest Content dan dibalik topeng (beneath the mask) sebagai Latent Content.
Hampir semua mimpi merupakan “pemenuhan harapan”. Beberapa harapan sangat
jelas dan terekspresikan melalui kandungan yang termanifestasi , seperti ketika
seseorang yang tertidur dalam kondisi lapar akan bermimpi makan dalam porsi
yang besar dan lezat. Bisa disimpulkan bahwa, Manifest Content adalah apa yang
sebenarnya di lihat, didengar, dipikirkan di mimpi tersebut, Sedangkan Latent
Content adalah pesan tersembunyi dari mimpi tersebut.

 The Dream Work (Kerja Mimpi)


Distorsi dan penyamaran di sebut sebagai fenomena umum dari citra
mimpi, ia perlu untuk di ketahui karena menjadi penyebab terjadinya distorsi.
Freud berdalil bahwa harapan dan kebutuhan yang menginisiasikan mimpi
tidak dapat di masukan ke dalam salah satu bagian spesial dari pemikiran
sadar yang disebut “censorship system” (sistem penyensoran). Sistem
penyensoran terletak di perbatasan dari kesadaran, penjaga perbatasan, jadi
bisa di bilang terletak di antara sistem kesadaran dan ketidaksadaran dari
pikiran.
Censorship System sangat selektif tentang harapan dan keperluan yang
membolehkan orang yang bermimpi untuk terhibur atau mengingatnya secara
sadar. Harapan yang secara moral tidak dapat diterima oleh pemimpin ketika
sia sedang terbanggun juga tidak dapat di terima oleh sensor pemimpi yang
tertidur. Konsekuensinya, lengan etis dari alat mental ini dapat menyensor
keinginan atau dorongan yang timbul dari ketidaksadaran saat tidur. Distorsi
dalam harapan seperti yang terlihat dalam mimpi nyata adalah hasil langsung
dari sensor mimpi preconscious yang selalu waspada.
Dua sistem dari pikiran, unconscious system dari munculnya mimpi itu
dan preconscious censorship system yang mencegah keinginan tersebut dari
bebas memasuki kesadaran, yang merupakan mekanisme dari dream works
atau formasi mimpi (Freud, 1900, pp. 144-145). Harapan yang tidak bisa
diterima bisa dicegah dengan mendapatkan akses dari kesadaran dalam satu
jalan. Sistem penyensoran harus selective dalam mendistorsi harapan,
mentransformasikannya ke dalam bentuk alternatif yang tidak akan
mengalami clash dengan standar etika kesadaran seseorang. Sebaliknya, satu-
satunya cara agar ketidaksadaran bisa mencapai kepuasan yang mendesak
adalah dengan menghindari sensor dengan menyamarkan ketidakmampuannya
dari keinginan dibalik façade yang terkait tapi dengan gagasan yang lebih
netral. Karenanya, distorsi dalam mimpi adalah produk bersama dari dua
arsitek : the unconsciousness dan the censor.
Freud percaya bahwa mimpi dibentuk dialam bawah sadar namun selalu
mencari jalan untuk bisa sampai di alam sadar. Untuk menjadi sadar, mimpi
harus menyelinap dari sensor primer dan sensor akhir

 FOUR PROSES OF DREAM WORK (EMPAT PROSES DARI KERJA


MIMPI)
Freud memisahkan proses dari dream works dari dua arsitek tadi yang
dihitung untuk bentuk dari mimpi nyata (the manifest dream) :
1. Condensation (kondensasi)
2. Displacement (pengalihan)
3. Visual representation (representasi visual)
4. Secondary revision (revisi sekunder)

The Work of Condensation (Cara Kerja Kondensasi)


Kondensasi yang sering di sebut Freud dalam kamus teknisnya, atau
konten nyata yang merupakan model kompresi yang tak tertandingi. Jadi bisa
disimpulkan dengan cepat bahwa cara kerja dari kondensasi adalah hanya
merupakan proses editing satu jalur dimana hanya memilih beberapa elemen dari
massa material kesadaran yang dipilih untuk representasi dalam manifest content
(konten nyata).

Berdasarkan konsep Gejala Histeris bisa dikatakan bahwa konten mimpi


nyata sudah “terlalu banyak”. Beberapa gagasan ketidaksadaran terkumpul untuk
berkontribusi dalam satu elemen nyata (manifest elemen), yang memiliki
hubungan sendiri dengan kumpulan lain dari unconsciousness, latent idea
(gagasan laten) juga memiliki kumpulan atau kesatuan yang hampir sama.

Kondensasi adalah teknik creative compression (kompresi kreatif) , setiap


segmen dari manifest content adalah titik pusat dimana sejumlah besar dari
gagasan laten bertemu (Freud, 1900, p. 283). Jadi mimpi laten berpendapat
bahwa, dengan demikian dikondisikan ke dalam isi mimpi nyata seperti foto
komposit dari satu orang yang dibangun dari karakteristik beberapa individu : “dia
mungkin terlihat seperti A, tapi mungkin berpakaian seperti B, melakukan sesuatu
yang kita ingat seperti yang C lakukan, dan dalam waktu yang sama kita
mengenalnya sebagai si D ” (Freud, 1916, p. 171).

Dalam bahasa sederhana, kondensasi merupakan banyak ide-ide dan


materi datang dalam satu mimpi dan sebagai akibatnya mereka bisa diringkas
menjadi satu gambar.

The Work of Displacement (Cara Kerja Pengalihan)

Displacement (pengalihan) adalah teknik anggota penyensoran dari fungsi


pikiran untuk mengganti elemen mimpi laten dalam kesadaran dengan kontrol ide
yang lebih banyak atau untuk mencapai pergeseran yang lebih banyak dari
penekanan mimpi yang diingat kembali (recall) dari gagasan yang penting dan
terhadap yang tidak penting. Proses ini di lakukan oleh dua bagian : penggantian
dari satu ide dengan kontrol asosiasi atau aksen emosi yang bergeser dari satu
pikiran ke pemikiran lainnya.

Orang yang bermimpi akan mendapatkan kesan dari mimpi yang aneh
terhubung dengan pemikiran yang berurutan. Jika kondensasi bertanggungjawab
untuk untuk mengkompres pemikiran laten ke dalam bentuk yang singkat dari
konten nyata (manifest content). Displacement bertanggungjawab untuk memilih
elemen dari mimpi nyata (manifest dream) manakah yang terbangun.

Singkatnya, Displacement merupakan tahap dimana mimpi tidak lagi


memiliki kemiripan dengan pusat pikiran mimpi, dan mimpi hanya memproduksi
bentuk tidak efisien dari harapan mimpi.

The Work of Representation (Cara Kerja Representasi)

Gagasan abstrak, harapan, dan dorongan yang membentuk pemikiran laten


dari mimpi dengan sendirinya tidak berwarna dan fana. Tanpa cakupan dari
mimpi, pikiran abstrak ini perlu untuk di ubah menjadi gambaran visual yang
konkret dengan jenis gambar kualitas primitif yang siap di gunakan dalam
manipulasi dari kodensasi dan perpindahan.

Tidak semua elemen dari konten laten di convert menjadi gambar visual,
dalam keseluruhan translasi dari pemikiran abstrak menjadi gambar visual yang
konkret merupakan esensi dari mimpi itu. Translasi dari pemikiran abstrak
(abstract thought) menjadi gambaran visual biasanya mengikuti jalur pengubahan
label simbolis yang merepresentasikan ide menjadi kegiatan fisik atau tindakan
yang nyata. Seperti duduk di atas objek

Translasi dari pemikiran abstrak menjadi gambaran visual


merepresentasikan sebuah proses pribadi, simbolisasi individual. Sederhananya
dari, representasi visual, di sini ide-ide di represi dalam mimpi yang di sensor dan
mewakili sebagai objek yang melambangkan pikiran bawah sadar dari mimpi

The Work of Secondary Revision (Cara Kerja Revisi Sekunder)


Pikiran prasadar berusaha menyatukan menjadi suatu keseluruhan yang
koheren dan dapat dipahami elemen-elemen isi laten yang kelihatannya terpencar-
pencar dan tidak masuk akal. Dalam melakukan hal itu, pikiran prasadar
menginterpretasikan mimpi itu sebelum orang yang bermimpi benar-benar sadar.
Apa pun interpretasi itu, elemen-elemen mimpi akan dicocokkan dengan
bagannya sampai apa yang terpencar-pencar dan menyebar menjadi terorganisasi
dan masuk akal.
Prainterpretasi inilah yang memasukkan distorsi selanjutnya ke dalam isi
manifes yang diingat. Freud menyebut proses membentuk suatu keseluruhan yang
koheren dan elemen-elemen mimpi yang terpencar-pencar ini sebagai revisi
sekunder (secondary revision). Setidak-tidaknya pikiran prasadar mengolah
elemen-elemen mimpi lebih lanjut yang dirancang untuk membentuk apa yang
kelihatannya tidak berhubungan dan tidak masuk akal menjadi suatu struktur yang
tetap logis.
Kadang-kadang revisi sekunder terjadi pada waktu mimpi itu sendiri.
Misalnya. suatu mimpi tertentu mungkin sarat dengan emosi yang kuat dan tidak
menyenangkan sehingga bermacam-macam pola distorsi yang dilakukan oleh
kondensasi dan pemindahan tidak cukup untuk memuaskan semua tuntutan
penyensor mimpi. Apabila penyensor mimpi yang selalu waspada digerakkan
untuk bertindak dalam usaha untuk menghentikan mimpi itu, maka sudah pasti
tidur dan orang yang bermimpi itu akan terganggu. Untuk mengurangi pengaruh
mimpi tanpa pertolongan untuk menginterupsi tidur orang yang bermimpi, maka
terjadi interpretasi yang bersifat penilaian (judgemenial interpretation) pada pihak
orang yang bermimpi dengan mengemukakan bahwa bagaimanapun juga “itu
hanya mimpi” (Freud, 1900:489).

THE STUDY OF DREAM : THEORITICAL YIELD

Interpretasi mimpi dari psikoanalitik adalah usaha untuk menjelaskan


absurditas dari mimpi yang teringat sebagai bukti proses dan isi dari nonconscoius
mental orang yang bermimpi. Dengan ini kita bisa mengakses pemikiran-
pemikiran dari alam bawah sadar. Freud menganggap studi tentang mimpi adalah
salah satu dari pencapaiannya yang paling fundamental dan abadi.

Regressive and Archaic Nature of Dream (Sifat Regresif dan Kuno dari
Mimpi)
Freud berpendapat bahwa citra visual menggambarkan cara awal dan lebih
primitif dari operasi mental daripada pemikiran verbal. Mimpi adalah produksi
archaic : pengembalian ke mode karakter berpikir dari di tahun awal dari masa
anak-anak sebelum bahasa digunakan untuk berkomunikasi dengan dunia.
Mimpi kembali ke mode kuno dari fungsional mental. Kami menemukan,
anak dan impuls anak masih tetap tinggal di dalam mimpi. Proses mimpi adalah
regresi terhadap awal tahun dari kehidupan mental pemimpin. Konten laten mimpi
bisa jadi memuat harapan yang di janjikan ketika kecil.
Sexual and Aggressive Motives of Childhood (Motif Seksual dan Agresif
Masa Kecil)

Kunci ingatan dan perasaan jelas tidak hadir dari kesadaran orang dewasa.
Mengumpulkan kembali seksual Oedipal dan memperjuangkan agresif kita tetap
tidak dapat di akses ke kesadaran karena amnesia kekanak-kanakan (infantile
amnesia) mengaburkannya, di samping banyak pengalaman masa kanak-kanak.
Freud berpendapat bahwa ingatan ini tidak hilang, melainkan bersifat laten
dan tersimpan di alam bawah sadar, akan muncul kembali dalam mimpi jika
dipicu oleh kejadian aktual atau tematis serupa.

The “Hellish” Unconsciousness (Ketidaksadaran yang “Kejam”)

Ketidaksadaran yang jahat, yang dimaksud sini adalah ketika Ego yang
dimiliki seseorang terlepas dari ikatan etis, maka hasrat seseorang melakukan hal
yang jahat. Selama tidur agen penyensoran kurang ketat, lebih mudah dilewati
dengan penyamaran sebagian, dan ini memungkinkan ego di banjiri yang biasanya
di periksa. Nafsu yang mana kita anggap sebagai kontrol dari sifat manusia
menunjukkan bahwa ia mampu untuk memprovokasi mimpi. Keinginan untuk
balas dendam dan kematian yang ditujukan kepada orang-orang yang paling dekat
dan tersayang untuk membangunkan hidup, baik terhadap orang tua pemimpin,
saudara laki-laki, saudara perempuan, atau hal yang tidak biasa lainnya. Sensor
harapan ini naik keluar atas dari kejahatan positif, setelah ditafsirkan saat bangun,
tidak ada penyensoran dari mereka yang terlihat sangat parah.

Counterwishes : Anxiety Dreams (Penghitungan Keinginan : Mimpi


Kecemasan)

Tokoh amalgamated menunjukkan, konflik hubungan antara ketidaksadaran


pemimpin, sumber dari harapan, agen penyensoran ketidaksadaran, dan sumber
dari penolakan sudah pasti terjadi. Jadi meskipun pemenuhan harapan mirip sekali
dalam mimpi membawakan kenyamanan kepada ketidaksadaran, unsur
kecemasan yang masukan oleh distorsi dari kerja mimpi bermaksud untuk
memuaskan sensor yang selalu waspada

Repression and the Unplasure Principle (Represi dan Prinsip tak Senang)
Perwujudan mental bayi di bawah pengaruh prinsip ketidaksenangan adalah
kemampuannya untuk menunda aktivitas motorik yang biasanya digunakan untuk
mendapatkan kepuasan. Bayi sekarang akan menunggu sampai ada indikasi nyata
yang jelas dari system persepsi tidak sadarnya. Dengan demikian, hubungan bayi
dengan dunia tidak hanya diatur oleh prinsip kesenangan-ketidaksengajaan, tapi
dengan prinsip nyata itu sendiri. Bayi akan semakin menggunakan indra mereka
untuk memindai lingkungan untuk memenuhi kepuasan objek yang sesuai dengan
realitas.

Anda mungkin juga menyukai