Materi 2
Materi 2
Dalam teori kali ini Freud menggunakan topeng sebagai analogika untuk
menggambarkan Manifest Content (muatan nyata) dan Laten Content (muatan
tersembunyi/terpendam). Manifest Content itu ialah sebuah mimpi yang dimana
makna permukaannya atau deskripsi sadarnya diberikan pemimpin. Sedangkan,
Latent Content mengacu kepada materi mimpi yang tidak disadari. Analogika
topeng memiliki arti dimana permukaannya (bagian depan) yang terlihat sebagai
Manifest Content dan dibalik topeng (beneath the mask) sebagai Latent Content.
Hampir semua mimpi merupakan “pemenuhan harapan”. Beberapa harapan sangat
jelas dan terekspresikan melalui kandungan yang termanifestasi , seperti ketika
seseorang yang tertidur dalam kondisi lapar akan bermimpi makan dalam porsi
yang besar dan lezat. Bisa disimpulkan bahwa, Manifest Content adalah apa yang
sebenarnya di lihat, didengar, dipikirkan di mimpi tersebut, Sedangkan Latent
Content adalah pesan tersembunyi dari mimpi tersebut.
Orang yang bermimpi akan mendapatkan kesan dari mimpi yang aneh
terhubung dengan pemikiran yang berurutan. Jika kondensasi bertanggungjawab
untuk untuk mengkompres pemikiran laten ke dalam bentuk yang singkat dari
konten nyata (manifest content). Displacement bertanggungjawab untuk memilih
elemen dari mimpi nyata (manifest dream) manakah yang terbangun.
Tidak semua elemen dari konten laten di convert menjadi gambar visual,
dalam keseluruhan translasi dari pemikiran abstrak menjadi gambar visual yang
konkret merupakan esensi dari mimpi itu. Translasi dari pemikiran abstrak
(abstract thought) menjadi gambaran visual biasanya mengikuti jalur pengubahan
label simbolis yang merepresentasikan ide menjadi kegiatan fisik atau tindakan
yang nyata. Seperti duduk di atas objek
Regressive and Archaic Nature of Dream (Sifat Regresif dan Kuno dari
Mimpi)
Freud berpendapat bahwa citra visual menggambarkan cara awal dan lebih
primitif dari operasi mental daripada pemikiran verbal. Mimpi adalah produksi
archaic : pengembalian ke mode karakter berpikir dari di tahun awal dari masa
anak-anak sebelum bahasa digunakan untuk berkomunikasi dengan dunia.
Mimpi kembali ke mode kuno dari fungsional mental. Kami menemukan,
anak dan impuls anak masih tetap tinggal di dalam mimpi. Proses mimpi adalah
regresi terhadap awal tahun dari kehidupan mental pemimpin. Konten laten mimpi
bisa jadi memuat harapan yang di janjikan ketika kecil.
Sexual and Aggressive Motives of Childhood (Motif Seksual dan Agresif
Masa Kecil)
Kunci ingatan dan perasaan jelas tidak hadir dari kesadaran orang dewasa.
Mengumpulkan kembali seksual Oedipal dan memperjuangkan agresif kita tetap
tidak dapat di akses ke kesadaran karena amnesia kekanak-kanakan (infantile
amnesia) mengaburkannya, di samping banyak pengalaman masa kanak-kanak.
Freud berpendapat bahwa ingatan ini tidak hilang, melainkan bersifat laten
dan tersimpan di alam bawah sadar, akan muncul kembali dalam mimpi jika
dipicu oleh kejadian aktual atau tematis serupa.
Ketidaksadaran yang jahat, yang dimaksud sini adalah ketika Ego yang
dimiliki seseorang terlepas dari ikatan etis, maka hasrat seseorang melakukan hal
yang jahat. Selama tidur agen penyensoran kurang ketat, lebih mudah dilewati
dengan penyamaran sebagian, dan ini memungkinkan ego di banjiri yang biasanya
di periksa. Nafsu yang mana kita anggap sebagai kontrol dari sifat manusia
menunjukkan bahwa ia mampu untuk memprovokasi mimpi. Keinginan untuk
balas dendam dan kematian yang ditujukan kepada orang-orang yang paling dekat
dan tersayang untuk membangunkan hidup, baik terhadap orang tua pemimpin,
saudara laki-laki, saudara perempuan, atau hal yang tidak biasa lainnya. Sensor
harapan ini naik keluar atas dari kejahatan positif, setelah ditafsirkan saat bangun,
tidak ada penyensoran dari mereka yang terlihat sangat parah.
Repression and the Unplasure Principle (Represi dan Prinsip tak Senang)
Perwujudan mental bayi di bawah pengaruh prinsip ketidaksenangan adalah
kemampuannya untuk menunda aktivitas motorik yang biasanya digunakan untuk
mendapatkan kepuasan. Bayi sekarang akan menunggu sampai ada indikasi nyata
yang jelas dari system persepsi tidak sadarnya. Dengan demikian, hubungan bayi
dengan dunia tidak hanya diatur oleh prinsip kesenangan-ketidaksengajaan, tapi
dengan prinsip nyata itu sendiri. Bayi akan semakin menggunakan indra mereka
untuk memindai lingkungan untuk memenuhi kepuasan objek yang sesuai dengan
realitas.