Anda di halaman 1dari 4

Qiyas secara etimologis berasal dari bahasa arab, yang artinya mengukur dan menyamakan

antara dua hal, baik yang konkrik, serti benda-benda yang dapat dipegang, diukir dan
sebagainya, maupun yang abstrak, seperti kebahagiaan, kepribadian dan sebagainya.
Qiyas menurut istilah ushul fiqhi, ialah menyamakan suatu masalah yang tidak terdapat
ketentuan hukumnya dalam nash (Al-Qur'an dan Sunnah), karena adanya persamaan illat
hukumnya (motif hukum) antara kedua masalah itu.
Beberapa contoh tentang qiyas sebagai berikut :

1. Dalam surah Al-maidah ayat 90 terdapat larangan keras minum khamar. Khamar
minuman keras yang dibuat dari anggur. Mengapa dilarang ? dan bagaimana bila
minuman keras itu dibuat dari bahan lainnya, seperti dari beras kentan, ketela dan
sebagainya ? Dalam hal ini, kita perlu meneliti illat hukumnya (sebab adanya larangan
keras minuman itu) ialah karena bisa memabukkan, dan dapat merusak saraf otak/akal.
Sudah tentu unsur memabukkan itu diterdapat di semua minuman keras. Karena itu,
dengan qiyas, semua jenis minuman keras diharamkan.
2. Berdasarkan hadits Nabi, orang yang membunuh orang yang mewariskan hartanya itu
gugur hak warisnya. Illat hukumnya (sebabnya), bahwa pembunuhannya di maksudkan
untuk mempercepat hak warisnya. Tetapi justru hak warisnya gugur, sebagai hukuman
atas kejahatannya. Demikian pula pembunuh orang orang yang memberi wasiat, gugur
hak wasiatnya, diqiyaskan dengan pembunuh orang yang mewariskan hartanya, karena
ada permaan illatnya.
3. Berdasarkan Surah Al-Juma'ah ayat 9, jual beli dilarang pada waktu sudah
dikumandangkan adzan pada hari jumat, karena jual beli itu bisa mengelahkan sholatnya.
Hanya saja larangan ini tidak sampai ketingkatan haram, tetapi makruh. Demikian pula
semua kegiatan bisnis dan nonbisnis diqiyaskan hukumnya dengan jual beli, karena
sama-sama bisa melengahkan sholat.
4. Secara bahasa qiyas berarti ukuran, mengetahui ukuran sesuatu, membandingkan,
atau menyamakan sesuatu dengan yang lain. Misalnya, “saya mengukur baju dengan
hasta,” sedangkan menurut istilah, qiyas adalah memberlakukan hukum asal kepada
hukum furu disebabkan kesatuan illat yang tidak dapat dicapai melalui pendekatan
bahasa saja. Menurut al-Amidi, qiyas adalah mempersamakan illat yang ada pada furu’
dengan illat yang ada pada asal yang diistinbatkan dari hukum asal, yang terakhir
menurut Wahbah az- Zuhaili, qiyas yaitu menyatukan sesuatu yang tidak disebutkan
hukumnya dalam nash dengan sesuatu yang disebutkan hukumnya oleh nash,
disebabkan kesatuan illat hukum antara keduanya.
5. Menurut istilah ahli Ushul Fiqh, qiyas adalah mempersamakan suatu kasus yang tidak
ada nash hukumnya dengan suatu kasus yang ada hukumnya, dalam hukum yang ada
nash-nya karena persamaan keduanya dalam illat hukumnya.44 Karena qiyas selalu
bersendikan persamaan illat hukum, maka qiyas dapat dilakukan hanya jika illat hukum
nash dapat diketahui dengan akal.
6.

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/contoh-qiyas-sebagai-sumber-hukum-islam-
setelah-al-quran-dan-hadis/
Menurut bahasa
Qiyas menurut bahasa ialah penyamaan sesuatu dengan yang lainnya.
Menurut istilah
Qiyas adalah menerangkan sesuatu yang tidak ada nashnya dalam Al Qur’an dan hadits
dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan
nash
1. Najis Mukhaffafah (Najis Ringan)
Yang termasuk najis ringan ini adalah air seni atau air kencing bayi laki-laki yang hanya diberi
minum asi (air susu ibu) tanpa makanan lain dan belum berumur 2 tahun. Untuk mensucikan
najis mukhafafah ini yaitu dengan memercikkan air bersih pada bagian yang kena najis.

2. Najis Mutawassithah (Najis Biasa/Sedang)


Segala sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur manusia dan binatang/hewan adalah najis biasa
dengan tingkatan sedang. Air kencing, kotoran buang air besar, termasuk bangkai (kecuali ikan
dan belalang), air susu hewan yang diharamkan untuk memakan dagingnya, khamar, dan lain
sebagainya.
Najis Mutawasitah terdiri atas dua bagian, yakni :
– Najis ‘Ainiyah : Jelas terlihat rupa, rasa atau tercium baunya.
– Najis Hukmiyah : Tidak tampat (bekas kencing & miras)
Untuk membuat suci najis mutawasithah ‘ainiyah caranya dengan dibasuh 1 s/d 3 dengan air
bersih hingga hilang benar najisnya. Sengankan untuk najis hukmiyah dapat kembali suci dan
hilang najisnya dengan jalan dialirkan air di tempat yang kena najis.

3. Najis Mughallazhah (Najis Berat)


Najis mugholazah contohnya seperti air liur anjing, air iler babi dan sebangsanya. Najis ini
sangat tinggi tingkatannya sehingga untuk membersihkan najis tersebut sampai suci harus dicuci
dengan air bersih 7 kali di mana 1 kali diantaranya menggunakan air dicampur tanah.

1.Bahasa
َ َ‫) القَد‬.
Secara bahasa najis berasal dari kata qof, dzal, ro yang biasa disebut alqodzaroh ( ‫ارة‬
Yang bermakna kotoran.
2. Istilah
Sedangkan menurut istilah bermakna, setiap zat yang dianggap kotor dan dijauhi oleh orang-
orang yang memiliki tabiat dan perilaku yang baik.
Sedangkan berdasarkan macam dan jenisnya, najis dibagi menjadi 3;
1. Mukhofafah ( ‫) ُم َخفَّفَة‬
Najis mukhofafah adalah najis yang ringan, yang mana cara mensucikan najis ini adalah hanya
dengan memercikan air ke daerah yang terkena najis.
Contoh dari najis ini adalah : Air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun dan belum
memakan makanan lain selain air susu ibu.
Kemudian contoh berikutnya adalah madzi, yaitu air yang keluar dari kemaluan akibat
terangsang oleh sesuatu, namun keluar tidak dengan cara memuncrat dan tidak menyebabkan
lemas setelah mengeluarkannya.
Untuk membersihkan kedua najis diatas cukup dengan memercikan air ke daerah yang
terkenanya.
2. Mutawasithah ( ‫س َطة‬ ِ ‫) ُمتَ َو‬
Najis mutawasithah adalah najis yang sedang, yang mana cara mensucikan najis ini adalah
dengan membasuh atau mencuci bagian yang terkena najis sampai hilang rasa, bau, dan
warnanya.
Contoh dari najis ini adalah : Kotoran manusia, bangkai ( kecuali bangkai hewan laut dan
belalang ), kotoran hewan yang haram untuk dimakan, dan masih banyak lagi.
Maka jika kita ingin membersihkan sesuatu dari najis ini, kita harus mencuci dan membasuhnya
sampai warna, bau, dan rasanya telah hilang.
3. Mughollazhoh ( ‫) ُمغَلَّ َظة‬
Najis mughollazhoh adalah najis yang berat, yang mana cara mensucikannya memiliki tata cara
tersendiri yang dijelaskan oleh syariat.
Contoh najis ini adalah : Air liur anjing.
Adapun cara mensucikannya adalah dengan cara mencuci 7 kali benda yang terkena najis ini,
yang mana satu diantaranya dicampur antara air dengan tanah.

Anda mungkin juga menyukai