Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SOSIOLOGI PERTANIAN
KELOMPOK TANI

DISUSUN OLEH :

ECHA ROBBY SETIAWAN (201510210311018)


ARINA RUSYDIYAH (201510210311020)
ALKI YASIENDA FAHMI (201510210311029)
ADI AHMAD FAUZI (201510210311039)
RATNA DWI KRISTANTI (201510210311040)
NURUL HAMIDAH (201510210311053)

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN - PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih dan
Penyayang, Dzat yang memiliki setiap ilmu di seluruh jagat raya ini. Salawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada nabi besar, Nabi Muhammad saw, kepada
keluarga, sahabat-sahabat, tabiin, dan umatnya yang taat pada ajarannya hingga
akhir zaman nanti. Amin. Karena karunia-Nya lah penyusun dapat menyusun
makalah dengan judul Kelompok Tani i dengan baik dan lancar. Makalah ini saya
susun guna memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pertanian. Makalah ini secara
umum berisi tentang pengertian poktan, fungsi, cirri-ciri, dan lain-lainnya.
Penyusun merasa masih memiliki banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, baik dalam segi format, isi, tampilan, maupun sistematikanya.Maka
penyusun sangat mengharapkan saran ataupun kritik dari para pembaca, agar
pada makalah selanjutnya, penyusun dapat menyusun makalah dengan lebih baik.

Malang, 16 Oktober 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelompok tani secara tidak langsung dapat dipergunakan sebagai salah
satu usaha untuk meningkatkan produktivitas usaha tani melalui pengelolaan
usaha tani secara bersamaan. Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar
organisasi dan kerjasama antar petani. Dengan adanya kelompok tani, para petani
dapat bersama sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa
pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil.
Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar anggota
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab
segala kegiatan dan permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh
kelompok secara bersamaan. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu
dibina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal.
Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani juga
dikemukakan oleh Mosher (1968) dalam Djiwandi (1994) bahwa salah satu syarat
pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung
dalam kelompok tani. Disamping itu agar mereka dapat bergerak secara metodis,
berdayaguna, dan teroganisir. Suatu gerakan kelompok tani yang tidak teroganisir
dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan
memecahkan problem-problem yang dihadapi petani.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengetahuan umum tentang kelompok tani.
2. Peran dari kelompok tani dalam membantu memajukan pertanian
Indonesia.
1.3 Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah sosiologi pertanian.
2. Mengetahui penghetahuan umum dari kelompok tani serta peran dari
kelompok tani dalam membantu memajukan pertanian Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KELOMPOK TANI
Kelompok Tani adalah kumpulan orang-orang tani (Dewasa, wanita,
pemuda) yang terikat secara informal atas dasar keserasaian dalam kebutuhan
bersama serta didalam pengaruh lingkungan dan pimpinan seorang kontak
tani.
Kelompok tani adalah petani yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya)
keakraban dan keserasian yang dipimpin oleh seorang ketua (Trimo, 2006).
Kelompok tani terdiri dari sekumpulan petani yang mempunyai
kepentingan bersama dalam usaha tani. Organisasinya bersifat nonformal,
namun demikian dapat dikatakan kuat karena dilandasi kesadaran bersama
dan asas kekeluargaan. Kelompok ini menghendaki terwujudnya pertanian
yang baik, usaha tani yang optimal dan keluarga tani yang sejahtera dalam
perkembangan hidupnya (Kartasapoetra, 1996).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.273/Kpts/OT.160/4/2007,
kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/ pekebun yang dibentuk atas
dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi,
sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota.
Mardikanto (1993) menyatakan bahwa dalam perkembangannya
menunjukkan bahwa kelompok tani tidak lagi merupakan kelompok tani yang
terikat secara informal, karena pembentukkannya diatur oleh surat edaran
Menteri Pertanian no. 130/Mentan/II/1979, sehingga lebih tepat jika
kelompok tani dinyatakan sebagai kelompok formal.

Beberapa keuntungan dari pembentukkan kelompok tani itu, antara


lain diungkapkan oleh Torres (Mardikanto, 1996) sebagai berikut :
a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya
kepemimpinan kelompok.
b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar
petani.
c. Semakin cepatnya proses perembesan (difusi) penerapan inovasi
(teknologi) baru.
d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang (pinjaman)
petani.
e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan
masukan (input) maupun produk yang dihasilkan.
f. Semakin dapat membantu efisiensi pembagian air irigasi serta pengawasan
oleh petani.

2.2 FUNGSI KELOMPOK TANI

1. Sebagai Kelas Belajar


a. Sebagai media interaksi dalam belajar para anggota kelompok untuk
adopsi inovasi
b. Media sebai asah, asuh,asih para anggota dalam menyerap informasi .
2. Sebagai Wahana Kerjasama
a. Wadah kerja sama (embrio koperasi)
b. Menyelenggarakan kegiatan berdasakan musyawarah
3. Sebagai unit produksi
a. Kegiatan produski bersama usaha perusahaan
b. Peningkatkan posisi tawar (berganing posistion)
4. Sebagai organisasi kegiatan bersama
a. Adanya pembagaian tugas antaranggota untuk mencapai tujuan kelompok
5. Kesatuan swadaya dan swadana

2.3 Ciri-ciri kelompok tani :


a) Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota.
b) Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam usaha tani.
c) Memiliki kesamaan dalam tradisi, jenis usaha, status ekonomi maupun
sosial, bahasa, pendidikan serta ekologi.
d) Ada pembagian tugas dan tanggung jawab antar sesama anggota,
berdasarkan kesepakatan bersama.
e) Berasaskan kerjasama dan kekeluargaan.

Adapun unsur pengikat kelompok tani adalah sebagai berikut :

a) Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya.


b) Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama
diantara para anggotanya.
c) Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan
kepemimpinannya agar diteima oleh sesama petani lainnya.
d) Adanya kegiatan yang dapat dirasakan menfaatnya oleh sekurang
kurangnya sebagian besar anggotanya.
e) Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk
menunjang program yang telah ditentukan.

2.4 Klasifikasi Kelompoktani


Pusluhtan (1996), menjelaskan bahwa klasifikasi kelompoktani-nelayan
ditetapkan berdasarkan nilai yang dicapai oleh masing-masing kelompok dari
hasil evaluasi dengan menggunakan lima jurus kemampuan kelompok.
Menurut BPSDMP (1996), bahwa kelas kemampuan kelompoktani-
nelayan ditetapkan berdasarkan nilai yang dicapai oleh masing-masing
kelompok untuk lima tolak ukur/jurus kemampuan kelompok, yakni dengan
kriteria nilai 0 sampai dengan 1000.
Berdasarkan nilai tingkat kemampuan tersebut, masing-masing
kelompoktani-nelayan ditetapkan kelasnya dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Kelas Pemula, merupakan kelas terbawah dan terendah dengan
mempunyai nilai 0 sampai dengan 250.
b. Kelas Lanjut, merupakan kelas yang lebih tinggi dari kelas pemula
dimana kelompoktani-nelayan sudah melakukan kegiatan
perencanaan meskipun masih terbatas, dengan mempunyai nilai
251 sampai dengan 500.
c. Kelas Madya, merupakan kelas berikutnya setelah kelas lanjut
dimana kemampuan kelompoktani-nelayan lebih tingggi dari kelas
lanjut yaitu dengan nilai 501 sampai dengan 750.
d. Kelas Utama, merupakan kelas kemampuan kelompok yang
tertinggi, dimana kelompoktani-nelayan sudah berjalan dengan
sendirinya atas dasar prakarsa dan swadaya sendiri. Nilai
kemampuan diatas 750.
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.41/Kpts.OT.210/1/1992, tentang
pedoman pembinaan kelompoktani-nelayan, maka pengakuan terhadap
kemampuan kelompok diatur sebagai berikut:
a. Kelas Pemula, dengan piagam yang ditandatangani oleh Kepala
Desa.
b. Kelas Lanjut, dengan piagam yang ditandatangani oleh Camat.
c. Kelas Madya, dengan piagam yang ditandatangani oleh
Bupati/Walikota.
d. Kelas Utama, dengan piagam yang ditandatangani oleh Gubernur.

2.5 Pembinaan dan Pemberdayaan


Pembinaan kelompok tani diarahkan untuk memberdayakan petani agar
memiliki kekuatan mandiri, yang mampu menerapkan inovasi (teknis, sosial dan
ekonomi), yang akan mampu memanfaatkan azas skala ekonomi dan mampu
Memperoleh tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang layak.
Untuk mencapai hal tersebut, penyuluhan pertanian dilakukan melalui
pendekatan kelompok, membina terjalinnya kerjasama individu petani dalam
proses belajar-mengajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
proses produksi untuk mencapai skala ekonomi, serta proses kerjasama melalui
pembinaan hubungan melembaga dengan Koperasi Unit Desa (KUD) dan
kerjasama dengan pelaku ekonomi lainnya (swasta dan BUMN) untuk
pengelolaan usahatani mulai dari pengadaan sarana, kegiatan budidaya,
pengolahan dan pemasaran hasil, dan selanjutnya kelompok dapat meningkatkan
kerajasama sebagai kelompok usaha sehingga akan meningkatkan kemampuan
petani untuk meningkatkan produktivitas pendapatan dan kesejahteraannya
(Pusluhtan, 1996).
Di samping itu, sesama petani yang sudah maju dapat membentuk asosiasi
satu komoditas atau kombinasi komoditas pertanian dengan menciptakan
kerjasama profesional dikalangan produsen komoditas pertanian dalam mencapai
tujuan komersial.
Untuk meningkatkan peranan petani dalam pembangunan pertanian,
khususnya dalam memecahkan berbagai masalah pembangunan di wilayahnya,
menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah, maka dipilih kontaktani-nelayan
yang handal di setiap desa sebagai Kontaktani-nelayan Andalan (KTNA), yang
selanjutnya membentuk Kelompok KTNA pada tingkat kecamatan, kabupaten/
kota, provinsi dan nasional. Dengan demikian, petani-nelayan akan turut berperan
dalam pembangunan di wilayahnya maupun pembangunan nasional, khususnya
dalam sektor pertanian.
Pembinaan dan pengembangan kelembagaan petani-nelayan diharapkan
semakin mengembangkan kemandirian dan kemampuan kelompok, sehingga para
penyuluh pertanian dan instansi terkait dapat menyusun program pembinaan yang
terarah dalam meningkatkan kemampuan kelompoktani di wilayah kerjanya.
Pusluhtan (1996), menjelaskan bahwa penilaian kelas kemampuan
kelompoktani dilaksanakan berdasarkan lima jurus kemampuan kelompok, yang
selanjutnya dinilai dengan menggunakan indikator-indikator tertentu, yaitu:
a. Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas
usahatani (termasuk pasca panen dan analisis usahatani) para anggotanya,
dengan penerapan rekomendasi yang tepat dan memanfaatkan sumberdaya
alam secara optimal, Indikator:
1. Kemampuan merencanakan pemanfaatan SDA yang tersedia;
2. Kemampuan merencanakan usaha kelompok guna mencapai skala usaha;
3. Kemampuan merencanakan pelaksanaan rekomendasi teknologi;
4. Kemampuan merencanakan pengadaan sarana produksi;
5. Kemampuan merencanakan pengadaan atau pengembalian kredit;
6. Kemampuan merencanakan pengolahan dan pemasaran hasil;
7. Kemampuan merencanakan kegiatan dalam meningkatkan PSK; dan
8. Kemampuan melakukan analisis usahatani.

b. Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain,


Indikator :
1. Kemampuan memperoleh kemitraan usaha yang menguntungkan bagi
usahatani kelompok;
2. Mampu membuat perjanjian kerjasama dengan mitra usaha/pihak
lain;
3. Mampu memperoleh hak kelompok sesuai perjanjian dengan pihak
lain;
4. Kemampuan melaksanakan kewajiban kelompok sesuai perjanjian dengan
pihak lain;
5. Mampu saling memberi informasi dalam kerjasama dengan pihak
lain;
6. Kemampuan menerapkan 5 tepat (kualitas, kuantitas, harga, waktu dan
tempat) dalam kerjasama dengan pihak lain; dan
7. Kemampuan mentaati peraturan/perundangan yang berlaku.

c. Kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan pendapatan secara rasional,


Indikator :
1. Kemampuan memupuk modal, baik dari tabungan anggota, penyisihan
hasil usaha, simpan pinjam maupun pendapatan dari usaha kelompok;
2. Kemampuan mengembangkan modal usaha di bidang produksi,
pengolahan hasil dan atau pemasaran untuk mencapai skala ekonomi;
3. Kemampuan memanfaatkan pendapatan secara produktif;
4. Kemampuan mengadakan dan mengembangkan fasilitas atau sarana kerja;
5. Kemampuan mendapatkan dan mengembalikan kredit dari Bank atau
pihak lain.

d. Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antar kelompoktani-


nelayan dengan KUD, Indikator:
1. Kemampuan mendorong anggotanya menjadi anggota
koperasi/KUD;
2. Kemampuan meningkatkan pengetahuan perkoperasian bagi
anggota;
3. Kemampuan memperjuangkan anggotanya menjadi pengurus
koperasi;
4. Kemampuan memanfaatkan pelayanan yang disediakan
koperasi/KUD;
5. Kemampuan meningkatkan kegiatan kelompok menjadi salah satu
kegiatan utama koperasi/KUD;
6. Kemampuan menjadikan kelompok sebagai Tempat Pelayanan Koperasi
(TPK) atau Unit Usaha Otonom (UUO) koperasi/KUD;
7. Kemampuan menjadikan koperasi/KUD sebagai penyedia sarana,
pelaksana pengolahan atau pemasaran hasil;
8. Kemampuan untuk menabung dan memperoleh pinjaman/kredit dari
koperasi/KUD; dan
9. Kemampuan untuk berperan serta memajukan koperasi/KUD.
e. Kemampuan menerapkan teknologi dan pemanfaatan informasi serta kerjasama
kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani para
anggota kelompok, Indikator:
1. Kemampuan secara teratur dan terus menerus mencari, menyampaikan,
meneruskan dan memanfaatkan informasi;
2. Kemampuan melaksanakan kerjasama antar anggota dalam pelaksanaan
seluruh rencana kelompok;
3. Kemampuan melakukan pencatatan dan evaluasi untuk peningkatan
usahatani;
4. Kemampuan meningkatkan kelestarian lingkungan;
5. Kemampuan mengembangkan kader kepemimpinan dan keahlian dari
anggota kelompok;
6. Tingkat produktivitas usahatani seluruh anggota kelompok (dibandingkan
dengan rata-rata produktivitas komoditas sejenis di daerah yang
bersangkutan);
7. Tingkat pendapatan usahatani seluruh anggota kelompok (dibandingkan
dengan rata-rata daerah yang bersangkutan untuk satuan tertentu); dan
8. Tingkat kesejahteraan petani seluruh anggota kelompok (komposisi jumlah
keluarga prasejahtera, sejahtera I, II dan III dibandingkan dengan rata-
rata daerah yang bersangkutan.

2.6 Dinamika Kelompoktani


Menurut Purwanto (2007), dinamika kelompoktani adalah seluruh aktivitas
dari kekuatan interen dan eksteren secara interaktif dari seluruh anggota
kelompok. Sedangkan kelompok dikatakan dinamis apabila semua unsur yang
ada dalam kelompok berinteraksi dan berperan sesuai fungsinya,
Selanjutnya untuk mengukur kedinamisan dalam suatu kelompok dapat
dilihat dari segi:
1) pertemuan kelompok;
2) produksi usahatani meningkat;
3) adanya rencana kerja;
4) pengurus aktif (berfungsi);
5) norma kelompok ditaati;
6) adanya tabungan
7) pendapatan dan Kesejahteraan.
2.7 EFEKTIFITAS KELOMPOK TANI
Peter (Soewartoyo dan Lumbatoruan, 1992) mendefinisikan efektif
sebagai menjalankan pekerjaan dengan benar (to do the right things) berbeda
dengan efisien yang diartikan sebagai menjalankan pekerjaan dengan baik (to do
the things right). Efektifitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya
sasaran yang telah ditetapkan, jika hasil kegiatan makin mendekati sasaran berarti
makin tinggi efektifitasnya.
Sebuah kelompok tani dinilai efektif, apabila kelompok itu memiliki
karakteristik berikut :
a. Memahami dengan jelas tujuan sasarannya.
b. Mampu menetapkan prosedur secara luwes demi tercapainya sasaran bersama.
c. Komunikasi lancar serta adanya pengertian di antara anggotanya.
d. Tegas dalam pengambilan keputusan dengan melibatkan seluruh anggota.
e. Keseimbangan produktivitas kelompok dan kepuasan individu terjaga.
f. Tanggung jawab kepemimpinan dipikul bersama, sehingga semua anggota
terlibat dalam menyumbangkan ide dan pendapat.
g. Rasa kebersamaan.
h. Mampu mengatasi perbedaan pendapat di antara anggota.
i. Tidak ada dominasi baik oleh pemimpin maupun anggota kelompok.
j. Keseimbangan antara perilaku emosi dan perilaku rasional dalam setiap usaha
pemecahan masalah (Soewartoyo dan Lumbantoruan, 1992).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kelompok tani berperan sangat vital dalam perkembangan sector
pertanian Indonesia kea arah yang lebih baik. Dengan adanya kelompok tani
maka pemerintah dengan mudah memberikan penyuluhan secara berkala
dengan bantuan para penyuluh pertanian sehingga akan tercipta kedinamisan
dan keefektifan dalam kelompok tani.
Pembinaan kelompok tani diarahkan untuk memberdayakan petani agar
memiliki kekuatan mandiri, yang mampu menerapkan inovasi (teknis, sosial
dan ekonomi), yang akan mampu memanfaatkan azas skala ekonomi dan
mampu memperoleh tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang layak.

3.2 Saran
Diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang organisasi kelompok tani
yang memiliki peran sangat vital dalam memajukan usaha pertanian para
petani anggota kelompok tani.

DAFTAR PUSTAKA

http://dokumen.tips/documents/kelompok-tani-558f2e21ebd50.html,. Diakses
pada tanggal 16 Oktober 2016
http://bghies.blogspot.co.id/p/kelompoktani.html . Diakses pada tanggal 16
Oktober 2016
http://sibukuliah.blogspot.co.id/2016/05/kelompok-sosial-sosiologi-
pertanian.html. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai