Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

A. MASALAH UTAMA
Menarik Diri

B. DEFINISI
Menurut DEPKES RI (2010) penarikan diri atau withdrawalmerupakan suatu
tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan
sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.
Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami
atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 2015). Menurut
Rawlins & Heacock (2012) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindari
dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan
hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan,
berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan yang negatif
atau mengancam kelainan interaksi sosial. Isolasi sosial adalah keadaan dimana
seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampua
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain.

C. ETIOLOGI
1. Faktor Presdiposisi
a. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi,
maka akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya
stimulasi, kasih saying, perhatian, dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi
akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah
laku curiga pada orang lain maupun lingkungan dikemudian hari. Oleh karena
itu, komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi penting dalam
mengembangkan gangguan tingkah laku seperti sikap bermusuhan/hostilitas,
sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak, selalu
mengkritik, menyalahkan, dan anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya, kurang kehangatan, kurang memperhatikan
ketertarikan pada pembicaraan anak, hubungan yang kaku antara anggota
keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam
pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah,
ekspresi emosi yang tinggi, double bind, dua pesan yang bertentangan
disampaikan saat bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya
meningkat
c. Faktor sosial budaya.
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
d. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang
menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian kembar monozigot apabila
salah satu diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi
kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan
struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
2. Faktor Presipitasi
a. Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh,
dan dirawat di rumah sakit atau di penjara. Semua ini dapat menimbulkan
isolasi sosial.
b. Stressor biokimia berupa teori dopamin yaitu kelebihan dopamin pada
mesokortikal dan mesolimbik serta traktus saraf dapat merupakan indikasi
terjadinya skizofrenia. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) di dalam
darah akan meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka penurunannya MAO
juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.Faktor endokrin berupa
jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien skizofrenia.
Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh
dopamin. Hipertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon
adrenokortikal seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik. Viral
hipotesis yaitu beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik
diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah struktur sel-sel otak.
c. Stresor biologik dan lingkungan sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat
interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
d. Stresor psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan ekstrim dan
memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi
masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada
tipe psikotik.

D. TANDA DAN GEJALA


Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri).
3. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat.
4. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
6. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.

E. RENTANG RESPON
Rentang respon perilaku

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Solitude Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerjasama Tergantung Narkisisme
Saling tergantung
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma, sosial,
dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif terdiri dari :
solitud, otonomi, bekerjasama, dan saling tergantung. Respon maladaptif adalah respon
yang menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen,
2012). Respon maladaptif terdiri dari manipulasi, impulsif, dan narkisisme.
Berdasarkan gambar rentang respon sosial di atas,menarik diri termasuk dalam
transisi antara respon adaptif dengan maladaptif sehingga individu cenderung berfikir
kearah negatif.
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Akan tetap, menurut
Stuart dan Sundeen (2012), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal.

F. POHON MASALAH
Resiko Gangguan Sensori Persepsi : halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

G. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Untuk mengkaji pasien isolasi sosial dapat menggunakan wawancara dan
observasi kepada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Pasien merasa tidak berguna
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat ditanyakan pada waktu wawancara untuk
mendapatkan data subyektif:
a. Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang di sekitarnya (keluarga atau
tetangga)?
b. Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat itu?
c. Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?
d. Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?
e. Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
f. Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan orang
sekitarnya?
g. Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
h. Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?\
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi:
a. Tidak memiliki teman dekat
b. Menarik diri
c. Tidak komunikatif
d. Tindakan berulang dan tidak bermakna
e. Asyik dengan pikirannya sendiri
f. Tak ada kontak mata
g. Tampak sedih, afek tumpul
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial Menarik diri
3. Tindakan Keperawatan
a. Tindakan keperawatan
1) Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami isolasi sosial
2) Tujuan Khusus
a) Membina hubungan saling percaya
b) Menyadari penyebab isolasi sosial
c) Berinteraksi dengan orang lain
3) Tindakan
a) Membina Hubungan Saling Percaya : salam terapeutik, Berkenalan
dengan pasien: perkenalkan nama perawat, serta tanyakan nama dan
nama panggilan pasien, Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat,
Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien, Penuhi kebutuhan
dasar pasien bila memungkinkan
b) Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial
(1) Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi
dengan orang lain
(2) Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain
c) Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang
lain
d) Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan
e) Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J, (2015). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8,


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

DEPKES RI, (2010). Pedoman Perawatan Psikiatrik, Ed I, DEPKES RI, Jakarta

Keliat, B.A, dkk, (2009). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Ed I, EGC, Jakarta

Rawlins, R.P & Heacock, P.E (2012) Clinical Manual of Psychiatric Nursing, Edisi
1th, The C.V Mosby Company, Toronto

Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan).
Edisi 3, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai