Anda di halaman 1dari 1

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Koloid adalah sistem disperse. Sistem disperse merupakan suatu sistem yang
menunjukkan bahwa suatu zat terbagi halus dalam zat lain. Berdasarkan perbedaan ukuran
yang didispersikan. Sistem disperse dibedakan aras disperse kasar, disperse halus, dan
disperse molecular. Zat yang terbagi atau terdispersi disebut fase disperse, fase intem, atau
fase diskontinu, sedangkan zat yang digunakan utuk mendispersikan disebut fase pendispersi,
fase ekstern atau fase kontinu (Sumardjo, 2006).
Sistem koloid bisa digolongkan menjadi tiga golongan berdasarkan interaksi partikel-
partikel, molekul-molekul, atau ion-ion dari fase terdispers dengan molekul-molekul dari
medium disperse. Yaitu koloid liofilik dan koloid liofobik. Koloid liofilik adalah sistem yang
mengandung oartikel-partikel koloid yang banyak berinteraksi dengan medium disperse
dikenal sebagai koloida liofilik (suka-pelarut). Karena afinitasnya terhadap medium disperse,
bahan-bahan tersebut membentuk disperse koloid, atau sol dengan relative mudah. Jadi, sol
koloidal liofilik biasanya diperoleh hanya dengan melarutkan bahan dalam pelarut yang
digunakan. Sedangkan koloid liofobik adalah koloid yang tersusun dari bahan yang jika ada
mempunyai tarik-menarik kecil terhadap medium disperse. Dan dapat diramalkan sifatnya
berbeda dengan koloidal liofilik. Ini terutama karena tidak adanya selimut pelarut di sekeliling
partikel. Koloida liofobik umumnya tersusun dari partikel-partikel anorganik yang terdispersi
dalam air (Handayana, 2002).
Koloid mempunyai partikel yang ukurannya berkisar antara ukura rata-rata molekul
sampai batas bawah daya pisah mikroskopik optik. Dalam suspensi akan tetap terdispersi
karena terlalu kecil untuk mengendap karena gravitasi, sistem koloid misalnya air susu
(padatan dalam cairan) atau asap (padatan dalam gas). Mobilitas koloid dipengaruhi oleh
perubahan kimia larutan yang mengubah interaksi gaya-gaya antara permukaan koloid dan
butiran aquifer. Koloid Konsentrasi koloid yang tinggi berkorelasi dengan jumlah partikel
yang tinggi di larutan sehingga dapat meningkatkan frekuensi tumbukan dari partikel yang
sudah menjadi tidak stabil (terdestabilisasi) dan akhirnya dapat memperbaiki kinetika
flokulasi. Konsentrasi koloid yang tinggi memberikan peningkatan pada derajat penurunan
kekeruhan pada dosis yang sama, dan juga memperlebar rentang pH operasi terutama pada
penggunaan koagulan alum (Winarni, 2003).

Anda mungkin juga menyukai