Presus Ikk Hilmi
Presus Ikk Hilmi
Hipertensi Stage II, Post Stroke pada Wanita Paruh Baya, Mencari
Nafkah, dengan Status Ekonomi Rendah dan Kekhawatiran
Terhadap Sakit Suaminya dengan Keluarga Disfungsional Sedang
yang Tidak Ber-PHBS
Disusun oleh:
Hilmi Zakiyah Nurlatifah
20120310120 / 20164011094
1
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Hipertensi Stage II, Post Stroke pada Wanita Paruh Baya, Mencari Nafkah,
dengan Status Ekonomi Rendah dan Kekhawatiran Terhadap Sakit Suaminya
dengan Keluarga Disfungsional Sedang yang Tidak Ber-PHBS
Disusun oleh:
Hilmi Zakiyah Nurlatifah
20120310120 / 20164011094
Mengetahui
Kepala Puskesmas Gedongtengen
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa,
yang telah memberikan hidayah dan anugerah-Nya sehingga presentasi kasus
dengan judul “Hipertensi Stage II, Post Stroke pada Wanita Paruh Baya, Mencari
Nafkah, dengan Status Ekonomi Rendah dan Kekhawatiran Terhadap Sakit
Suaminya dengan Keluarga Disfungsional Sedang yang Tidak Ber-PHBS” ini
dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga serta para sahabat, tabiin, tabi’it tabiin dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Presentasi kasus ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti
ujian kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta di Puskesmas
Gedongtengen.Pada kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah berperan serta dalam membantu penyelesaian
presentasi kasus sekaligus laporan home visit ini. Ucapan terima kasih diberikan
kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan kesehatan dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus ini
2. Dr. dr. Wiwik Kusumawati, M.Kesselaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. Dr. dr. H. Kusbaryanto, M.Kes,selaku dokter pembimbing fakultas
kedokteran yang telah memberikan banyak masukan dan pertimbangan guna
menyempurnakan penulisan presentasi kasus ini
4. dr. Tri Kusumo Bawono, S.E, sebagai Kepala Puskesmas Gedongtengen
5. dr. Suharno, selaku dokter pembimbing klinik yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan
6. Seluruh karyawan Puskesmas Gedongtengen yang telah membantu
kelancaran home visit kasus ini
3
7. Pasien Ny. S yang telah bersedia menjadi pasien danmeluangkan waktunya
untuk home visit, serta keluarga pasien yang telah meluangkan waktunya
8. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian
presentasi kasus ini yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini masih
belum sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, agar dikemudian hari penulis dapat mempersembahkan suatu hasil
yang lebih baik.
Akhir kata, penulis mengharapkan presentasi kasus ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama ilmu
kedokteran.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Arindati Nabilah
4
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 2 Februari 1960
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Gandekan Lor RT 45
Agama : Islam
Pekerjaan : Jualan Klontong
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : D3
Kunjungan Rumah : 916 November 2017
Jaminan Kesehatan : BPJS
B. Autoanamnesis
1. Keluhan Utama:
Pasien merasa Pusing
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh pusing dan kesemutan pada kedua tangan.Keluhan
ini dirasakan sudah lama dan hilang timbul.Pasien sering mengikuti
pemeriksaan pengukuran darah secara rutin dan hasil pengukuran selalu
TD >150/90 mmHg. Anggota gerak sebelah kanan agak susah digerakan
sehingga kaki kanan untuk berjalan perlu diseret oleh kaki kiri. Pasien
tidak pernah datang ke Puskesmas untuk mmemeriksakan
kondisinya.Pasien sering mengonsumsi obat warung pada saat kepala
terasa pusing.
7
Pada saat dilakukan pengukuran tekanan darah didapatkan hasil
160/100 mmHg.
8
Pada tahun 2011 pasien mengalami gejala stroke saat berada di
pekanbaru. Pasien mengaku saat di Pekanbaru pasien sering makan
sate kambing, makanan yang berlemak dan durian. Setelah itu
pasien merasa bicara pelo dan di diganosis gejala stroke oleh
dokter, namun pasien menolak untuk diopname. Sampai sekarang
gejala stoke nya masih ada namun pasien tidak memeriksakan lagi
mengenai penyakit stroke nya karena tidak punya biaya.
2 bulan belakangan ini pasien tidak ke puskesmas karena mendapat
kabar bahwa KIS nya dicabut dan harus bayar jika akan periksa,
sehingga pasien tidak meminum obat selama 2 bulan.
• Riw. Sosial :
• Pasien tinggal berdua denga suami di rumah warisan orangtua
suami. Sedangkan suami sudah tidak bisa apa-apa karena
mengalami stroke pada semua anggota geraknya. Pasien mengurusi
suaminya seorang diri. Terkadang pasien merasa sedih dengan
kondisi suami dan takut jika suami meninggal, karena pasien bisa
diusir dari rumah yang ditempati saat ini.
• Anak pertama tinggal di Pekanbaru, hubungan nya baik meskipun
hanya bisa berkomunikasi lewat telpon, Anaknya selalu memberi
uang 300/bulan untuk membantu pasien dan suaminya.
• Anak ke 2 tinggal di Wonosari namun bekerja di dekat rumah
pasien, sehingga sering menengok ke rumah. Hubungannya baik,
dan termasuk anak yang selalu memperhatikan pasien dan
suaminya . Anaknya juga selalu memberi uang 300/bulan.
• Anak ke 3 tinggal di Jalan Magelang, namun jarang pulang ke
rumah, sudah 6 bulan tidak ada komunikasi. Pasien merasa
khawatir dan kesal.
• Hubungan dengan tetangga terjalin baik, namun akhir-akhir ini
jarang berkomunikasi karena harus selalu berada disamping suami
untuk memenuhi kebutuhan suami
9
• Riwayat Pekerjaan
• Pasien mendapatkan penghasilan dari hasil jualan toko klontong
depan rumah, Namun saat ini tokonya sudah tidak terlalu ramai
pembeli, sehingga terkadanag pasien kebingungan mendapatkan
penghasilan dari mana.
• Pencahayaan
Cahaya dan ventilasi udara yang kurang baik.Cahaya tidak dapat
masuk ke seluruh bagian dalam rumah, sehingga rumah tampak
gelap dan lembab.
• Kebersihan
Rumah dan ruangan-ruangannya tampak kurang bersih dan barang-
barang tidak tertata dengan rapih.
10
• Kepadatan
Ukuran dalam rumah tidak cukup luas.Barang-barang tidak tersusun
dengan rapih di setiap ruangan, sehingga rumah terlihat begitu padat.
• Sanitasi dasar
a. Persediaan air bersih: sumber air minum dan memasak pasien
menggunakan air pam,untuk mandi dan mencuci berasal dari air
sumur.
b. Jamban keluarga: memiliki jamban keluarga di dalam rumah.
c. Sarana pembuangan air limbah: limbah kamar mandi dan dapur
dialirkan ke dalam saluran menuju pembuangan di bagian
belakang rumah.
d. Tempat pembuangan sampah: Terdapat tempat pembuangan
sampah di bagian depan rumah. Pasien sendiri biasanya
menampung sampah terlebih dahulu baru pada harinya dibuang
pada tempat penampungan sampah yang berada di sekitar
rumahnya.
6. Anamnesis Illness
Illness merupakan keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang
didapat dari penyakit tersebut (bersifat subyektif). Illnessterdiri dari empat
komponen berupa perasaan, ide/pemikiran, dan harapan pasien terhadap
penyakit yang ia alami, serta efek penyakit terhadap fungsi/kehidupan
sehari-hari pasien. Berikut adalah illness Ny.S
Tabel 1. Anamnesis Illness
No Komponen Pasien
1. Ide/Pemikiran Pasien merasa bahwa penyakitnya saat ini
merupakan dampak dari gaya/pola hidupnya yang
tidak sehat .
Pasien terdiagnosis Hipertensi pada tahun 2007 dan
12
Stroke pada tahun 2011.
Pasien mengaku tidak mau berobat stroke karena
malas akan pengobatan yang lama, sehingga pasien
memutuskan untuk tidak mengobati stroke nya.
Padahal pasien tahu bahwa stroke nya harus
diobati. Saat ini pasien hanya berobat tensi nya
saja.
13
7. Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
8. Review Sistem
a. Sistem saraf pusat : Pusing (+)
b. Sistem saraf perifer : Kesemutan pada ujung jari tangan (+)
c. Sistem kardiovaskular : Nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
d. Sistem respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-)
e. Sistem gastrointestinal : Mual (-), Nyeri perut (-)
f. Sistem urogenital : BAK nyeri (-)
g. Sistem muskuloskeletal : Nyeri persendian (-), nyeri pundak (-)
14
A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 84 x/menit, regular
Suhu : 36.7oC (aksila)
Pernafasan : 20 x/menit
4. Antropometri
Tinggi Badan : 150cm
Berat Badan : 45 kg
IMT : 20kg/m2(Normal)
Status Gizi : Cukup
5. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala : Simetri, mesosefal
Rambut : Warna hitam dan tersebar rata
6. Pemeriksaan Mata
Palpebra : Edema (-/-)
Konjungtiva :Anemis(-/-), hiperemis (-/-)
Sklera : Ikterik(-/-)
Pupil : Reflek cahaya(+/+), isokor (3mm/3mm)
7. Pemeriksaan Hidung : Sekret (-/-), epitaksis (-/-)
8. Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)
9. Pemeriksaan Leher
Kelenjar Tiroid : Tidak membesar
Kelenjar Inn : Tidak membesar, nyeri tekan (-)
JVP : Tidak meningkat
10. Pemeriksaan Dada
Pulmo:
15
Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), deformitas (-),
retraksi (-)
Palpasi : Simetris, nyeri tekan (-), vokal fremitus normal
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+) , ronkhi kasar (+/+), wheezing (-/-)
Cor:
Inspeksi : tidak dilakukan
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-)
11. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : sejajar dengan permukaan dada, jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Supel,nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang perut
12. Pemeriksaan Ekstremitas
Edema - - - -
Reflek patologis + - - -
16
B. Perangkat Penilaian Keluarga
Berikut ini adalah perangkat keluarga yang terdiri atas family
genogram, family map, family life cycle, family life line, family APGAR,
family SCREEM.
Gambar 2. Genogram
17
4. Peta Keluarga (Family Map)
5. Family APGAR
Merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur sehat atau
tidaknya suatu keluarga dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga/tingkat
kesehatan keluarga
Tabel 4. Family APGAR
Respon
Hampir
Hampir
Kriteria Pertanyaan Kadang tidak
selalu
(1) pernah
(2)
(0)
Saya puas dengan keluarga saya karena
masing-masing anggota keluarga sudah √
Adaptasi
menjalankan kewajiban sesuai dengan
seharusnya
Saya puas dengan keluarga saya karena
dapat membantu memberikan solusi
Kemitraan √
terhadap permasalahan yang saya
hadapi
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk
Pertumbuhan √
mengembangkan kemampuan yang
saya miliki
Saya puas dengan kehangatan / kasih
Kasih sayang √
sayang yang diberikan keluarga saya
Saya puas dengan waktu yang
Kebersamaan disediakan keluarga untuk menjalin √
kebersamaan
Total 4
Klasifikasi 8-10 = fungsi keluarga baik ( Highly functional family)
18
4-7 = fungsi keluarga kurang baik (Modeetely dysfunctional family)
0-3 = keluarga tidak fungsional (Severely dysfunctional family)
Berdasarkan skor APGAR keluarga pasien tergolong dalam keluarga
Kesimpulan
dengan fungsi keluarga disfungsional sedang
6. Family SCREEM
Tabel 5. Family SCREEM
19
7. Family Life Line
Tabel 6. Family Life Line
Severityof
Tahun Usia Life Event/Crisis Illness
C. Diagnosis Banding
Hipertensi stage II
D. Diagnosis Kerja
Hipertensi stage II
E. Diagnosis Psikososial
Kekhawatiran terhadap sakit suaminya dengan keluarga disfungsional yang
tidak ber-PHBS
F. Diagnosis Holistik
Hipertensi, post stroke pada wanita lansia, istri mencari nafkah, dengan status
ekonomi rendah dan kekhawatiran terhadap sakit suaminya dengan keluarga
disfungsional yang tidak ber-PHBS
20
G. Manajemen Komprehensif
1. Promotif
Memberikan penyuluhan/edukasi kepada pasien dan keluarganya
tentang penyakit hipertensi dan stroke, penyebab, akibat, cara
pencegahan, pengobatan serta komplikasi yang mungkin muncul
Edukasi mengenai masalah-masalah yang dapat memunculkan
hipertensi dan stroke
Melakukan penyuluhan kepada pasien dan keluarga mengenai perilaku
hidup bersih dan sehat agar terhindar dari penyakit hipertensi dan
stroke
Melakukan deteksi dini terhadap faktor risiko yang memicu terjadinya
hipertensi dan stroke
2. Preventif
Membiasakan diri untuk hidup bersih dan sehat.
Melakukan aktifitas fisik secara teratur minimal 2 x/minggu, dengan
durasi 30-45 menit secara rutin disertai olahraga secara teratur seperti;
berenang, bersepeda, jogging, maupun jalan cepat.
Konsumsi rendah garam , rendah lemak, perbanyak makan sayur dan
buah-buahan
Meminimalisir stress dengan istirahat cukup dan mengikuti kegiatan
keagamaan
Istirahat cukup minimal 6-8 jam/hari.
Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter.
Konseling CEA untuk mengatasi kekhawatiran terhadap penyakitnya
21
3. Kuratif
• Perubahan pola gaya hidup (diamati selama 2 minggu)
• Bila tekanan darah tetap tinggi, maka diberikan pengobatan untuk
mengendalikan tekanan darah
Amlodipine tab 5mg 1x1 (pagi hari)
4. Rehabilitatif
Kontrol rutin
Monitoring: tekanan darah, kerusakan target organ, interaksi obat/efek
samping, dan kepatuhan minum obat
5. Paliatif
• Belum memerlukan terapi paliatif.
22
BAB II
ANALISA KASUS
Analisa Kasus
Diagnosis klinis pada pasien ini adalah Hipertensi stage II, diagnosis ini
diambil dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan. Berdasarkan
anamnesis yang dilakukan diketahui bahwa pasien sudah sering mengikuti
pengukuran tekanan darah dan hasilnya TD >150/90 mmHg.
Seseorang akan didiagnosis hipertensi bila memiliki tekanan darah
sistolik ≥140mmHg dan atau tekanan darah diastolic ≥90mmHg pada
pemeriksaan berulang. Menurut The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure (JNC VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat
dibagi menjadi beberapa kelompok.
23
Gambar 5. Algoritme Diagnosis Hipertensi
24
sama. Selain itu, pasien hanya bersekolah sampai bangku SMP (tidak selesai),
sehingga hal ini dapat menentukan bagaimana cara melakukan pendekatan dan
penyampaian informasi kepada pasien.
Dari segi psikososial, pasien memiliki masalah berupa kekhawatiran
pasien terhadap dampak dari penyakitnya.Permasalahan psikososial ini dapat
diatasi dengan menerapkan manajemen komprehensif berupa konseling CEA
untuk mengatasi kekhawatiran terhadap penyakitnya dan memberi informasi
mengenai hipertensi.
25
8. Collaborative Care: kolaborasi antara dokter, farmasi dan gizi
dibutuhkan dalam pemberian terapi kuratif pasien serta pengaturan
makanan yang tepat.
26
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERTENSI
A. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang atau orang
yang telah mengonsumsi obat anti hipertensi secara teratur.
27
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat diklasifikasikan dalam dua
kelompok, yaitu:
• Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), terkadang
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurangnya aktivitas
dan pola makan serta gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko. Jenis
hipertensi ini terjadi sekitar 90% pada penderita hipertensi.
• Hipertensi sekunder (non-esensial)
Hipertensi yang diketahui penyebabnya.Terdapt sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal.Penyebab lainnya
diketahui seperti penggunaan estrogen,hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma,
koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-
lain.
Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi hipertensi sistolik, hipertensi
diastolic, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik umumnya ditemukan pada
usia lanjut. Sedangkan hipertensi diastolic biasanya ditemukan pada anak-anak
dan dewasa muda.
C. Faktor Risiko
Faktor Resiko Hipertensidikelompokkan menjadi faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi.Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan genetic.Sedangkan
faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah kebiasaan merokok, konsumsi garam,
konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minuman
beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stress serta penggunaan estrogen.
28
D. Penatalaksanaan
Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan mortalitas
dan morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi. Mortalitas dan morbiditas
ini berhubungan dengan kerusakan organ target (seperti kejadian kardiovaskular
atau serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal). Untuk mencapai tujuan
tersebut perlu dilakukan pengendalian tekanan darah, berat badan dan pengaturan
pola makan, serta modifikasi gaya hidup melalui pengelolaan pasien secara
holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus
melakukan perubahan gaya hidup. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suoth
M, et al pada tahun 2014 didapatkan hasil bahwa gaya hidup sangat
mempengaruhi terjadinya penyakit hipertensi.
1. Diet
Prinsip diet pada penderita hipertensi dengan pola makan DASH (Dietary
Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium, diet rendah
natrium, aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Program ini
bertujuan untuk menurunkan berat badan secara perlahan pada pasien yang
memiliki berat overweight dan obese, disertai pembatasan pemasukan natrium dan
alcohol.JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan
buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak
jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari.
Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh pen de rita
hipertensi adalah:
29
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran
serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
2. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan hipertensi untuk
mendapatkan hasil yang optimal.Pendidikan kesehatan pada pasien hipertensi
sebaiknya dilakukan oleh semua pihak yang terkait dalam pengelolaan hipertensi,
seperti dokter, perawat, dan ahli gizi. Pendidikan kesehatan pencegahan primer
harus diberikan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatan
sekunder diberikan kepada kelompok pasien hipertensi.Pada tahap ini selain
menjelaskan mengenai hipertensi, dapat juga menjelaskan fakta-fakta mengenai
hipertensi agar mendukung pasien dalam memahami pentingnya diet, seperti
hipertensi 2-3 kali lebih sering terjadi pada orang gemuk dibandingkan dengan
orang yang memiliki berat badan ideal.
30
Larosa, R., pada tahun 2015 dan Setyanda, dkk tahun 2015 didapatkan hasil yang
signifikan mengenaihubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi.
4. Obat
Obat pilihan untuk hipertensi terdiri dari ACE-inhibitor, Angiotensin
receptor blocker (ARB), diuretic golongan thiazide dan Calcium channel blocker
(CCB). Berdasarkan guidelineterapi hipertensi JNC VII, pada pasien dengan usia
≥60 tahun tanpa komplikasi diabetes atau chronic kidney disease maka harapan
tekanan darah <150/90 mmHg, dan terapi yang dapat diberikan yaitu inisiasi
diuretic golongan thiazide, ACE-inhibitor, ARB atau CCB atau kombinasi.
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya
sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang
berbagai target organ tubuh yaitu otak (stroke atau Transcient Ischemic Attack),
mata (retinopati), jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal.
31
1. Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif
32
Keberadaan Posbindu PTM di masyarakat lebih tepat untuk
mengendalikan faktor risiko Penyakit Tidak Menular (hipertensi, obesitas,
hiperkolesterol, hiperglikemi, diet tidak sehat, kurang aktifitas dan
merokok).Kegiatan pada Posbindu PTM adalah melakukan deteksi dini, kegiatan
ini dilakukan melalui monitoring faktor risiko secara terintegrasi, rutin dan
periodik.
33
DAFTAR PUSTAKA
34