Anda di halaman 1dari 32

PRESENTASI KASUS

Hipertensi Stage II, Post Stroke pada Wanita Paruh Baya, Mencari
Nafkah, dengan Status Ekonomi Rendah dan Kekhawatiran
Terhadap Sakit Suaminya dengan Keluarga Disfungsional Sedang
yang Tidak Ber-PHBS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:
Hilmi Zakiyah Nurlatifah
20120310120 / 20164011094

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

Hipertensi Stage II, Post Stroke pada Wanita Paruh Baya, Mencari Nafkah,
dengan Status Ekonomi Rendah dan Kekhawatiran Terhadap Sakit Suaminya
dengan Keluarga Disfungsional Sedang yang Tidak Ber-PHBS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu KedokteranKeluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:
Hilmi Zakiyah Nurlatifah
20120310120 / 20164011094

Telah dipresentasikan pada tanggal 24November 2017

Dokter Pembimbing Fakultas Dokter Pembimbing Puskesmas

Dr. dr. H. Kusbaryanto, M.Kes dr. Suharno

Mengetahui
Kepala Puskesmas Gedongtengen

dr. Tri Kusumo Bawono, S.E

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa,
yang telah memberikan hidayah dan anugerah-Nya sehingga presentasi kasus
dengan judul “Hipertensi Stage II, Post Stroke pada Wanita Paruh Baya, Mencari
Nafkah, dengan Status Ekonomi Rendah dan Kekhawatiran Terhadap Sakit
Suaminya dengan Keluarga Disfungsional Sedang yang Tidak Ber-PHBS” ini
dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga serta para sahabat, tabiin, tabi’it tabiin dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Presentasi kasus ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti
ujian kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta di Puskesmas
Gedongtengen.Pada kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah berperan serta dalam membantu penyelesaian
presentasi kasus sekaligus laporan home visit ini. Ucapan terima kasih diberikan
kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan kesehatan dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus ini
2. Dr. dr. Wiwik Kusumawati, M.Kesselaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. Dr. dr. H. Kusbaryanto, M.Kes,selaku dokter pembimbing fakultas
kedokteran yang telah memberikan banyak masukan dan pertimbangan guna
menyempurnakan penulisan presentasi kasus ini
4. dr. Tri Kusumo Bawono, S.E, sebagai Kepala Puskesmas Gedongtengen
5. dr. Suharno, selaku dokter pembimbing klinik yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan
6. Seluruh karyawan Puskesmas Gedongtengen yang telah membantu
kelancaran home visit kasus ini

3
7. Pasien Ny. S yang telah bersedia menjadi pasien danmeluangkan waktunya
untuk home visit, serta keluarga pasien yang telah meluangkan waktunya
8. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian
presentasi kasus ini yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini masih
belum sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, agar dikemudian hari penulis dapat mempersembahkan suatu hasil
yang lebih baik.
Akhir kata, penulis mengharapkan presentasi kasus ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama ilmu
kedokteran.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta,22 November 2017


Penyusun

Arindati Nabilah

4
BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 2 Februari 1960
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Gandekan Lor RT 45
Agama : Islam
Pekerjaan : Jualan Klontong
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : D3
Kunjungan Rumah : 916 November 2017
Jaminan Kesehatan : BPJS

B. Autoanamnesis
1. Keluhan Utama:
Pasien merasa Pusing
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh pusing dan kesemutan pada kedua tangan.Keluhan
ini dirasakan sudah lama dan hilang timbul.Pasien sering mengikuti
pemeriksaan pengukuran darah secara rutin dan hasil pengukuran selalu
TD >150/90 mmHg. Anggota gerak sebelah kanan agak susah digerakan
sehingga kaki kanan untuk berjalan perlu diseret oleh kaki kiri. Pasien
tidak pernah datang ke Puskesmas untuk mmemeriksakan
kondisinya.Pasien sering mengonsumsi obat warung pada saat kepala
terasa pusing.

7
Pada saat dilakukan pengukuran tekanan darah didapatkan hasil
160/100 mmHg.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


a. Riwayat Hipertensi : Sejak tahun 2007
b. Riwayat Stroke : Sejak tahun 2011
c. Riwayat DM : Disangkal
d. Riwayat Asma : Disangkal
e. Riwayat Alergi : Disangkal
f. Riwayat Operasi : Disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat DM : Ibu kandung

b. Riwayat Hipertensi : Ibu & Bapak kandung

c. Riwayat Stroke : Ibu & Bapak kandung

d. Riwayat Asma : Disangkal

e. Riwayat Sakit jantung : Disangkal

5. Riwayat Personal Sosial Lingkungan (RPSL)


• Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah D3
• Riwayat Pernikahan
Menikah.
 Riwayat Perjalanan Penyakit :
 Pada tahun 2007 pasien menderita hipertensi. Pasien tidak rutin
memeriksakan dirinya dan tidak rutin meminum obat. Pasien juga
mengaku tidak bisa mengontrol pola makannya. Tekanan Darah
nya sempat mencapai 230.

8
 Pada tahun 2011 pasien mengalami gejala stroke saat berada di
pekanbaru. Pasien mengaku saat di Pekanbaru pasien sering makan
sate kambing, makanan yang berlemak dan durian. Setelah itu
pasien merasa bicara pelo dan di diganosis gejala stroke oleh
dokter, namun pasien menolak untuk diopname. Sampai sekarang
gejala stoke nya masih ada namun pasien tidak memeriksakan lagi
mengenai penyakit stroke nya karena tidak punya biaya.
 2 bulan belakangan ini pasien tidak ke puskesmas karena mendapat
kabar bahwa KIS nya dicabut dan harus bayar jika akan periksa,
sehingga pasien tidak meminum obat selama 2 bulan.
• Riw. Sosial :
• Pasien tinggal berdua denga suami di rumah warisan orangtua
suami. Sedangkan suami sudah tidak bisa apa-apa karena
mengalami stroke pada semua anggota geraknya. Pasien mengurusi
suaminya seorang diri. Terkadang pasien merasa sedih dengan
kondisi suami dan takut jika suami meninggal, karena pasien bisa
diusir dari rumah yang ditempati saat ini.
• Anak pertama tinggal di Pekanbaru, hubungan nya baik meskipun
hanya bisa berkomunikasi lewat telpon, Anaknya selalu memberi
uang 300/bulan untuk membantu pasien dan suaminya.
• Anak ke 2 tinggal di Wonosari namun bekerja di dekat rumah
pasien, sehingga sering menengok ke rumah. Hubungannya baik,
dan termasuk anak yang selalu memperhatikan pasien dan
suaminya . Anaknya juga selalu memberi uang 300/bulan.
• Anak ke 3 tinggal di Jalan Magelang, namun jarang pulang ke
rumah, sudah 6 bulan tidak ada komunikasi. Pasien merasa
khawatir dan kesal.
• Hubungan dengan tetangga terjalin baik, namun akhir-akhir ini
jarang berkomunikasi karena harus selalu berada disamping suami
untuk memenuhi kebutuhan suami

9
• Riwayat Pekerjaan
• Pasien mendapatkan penghasilan dari hasil jualan toko klontong
depan rumah, Namun saat ini tokonya sudah tidak terlalu ramai
pembeli, sehingga terkadanag pasien kebingungan mendapatkan
penghasilan dari mana.

• Lingkungan Tempat Tinggal


• Lokasi rumah :
Rumah padat penduduk
• Kondisi Rumah :
Pasien tinggal berdua dengan suamidi rumah warisan suami sejak ±7
tahunyang lalu dengan ukuran rumah ±10m2. Jenis dinding kayu dan
lantai semen. Kebersihan di dalam dan diluar rumah kurang,
ventilasi kurang.
• Sanitasi :
Air untuk mandi dan mencuci : PDAM
Terapat jamban di dalam rumah
• Ruang Rumah
Rumah terdiri dari beberapa ruangan, yaitu1 ruang utama yang
berfungsi sebagai ruang tamu, tempat tidr, tempat untuk berkumpul
dengan keluarga, serta tempat makan, dan 1kamar Mandi dan
WCyang bercampur dengan ruang cuci, di bagian depan terdapat
dapur dan tempat menjemur pakaian.

• Pencahayaan
Cahaya dan ventilasi udara yang kurang baik.Cahaya tidak dapat
masuk ke seluruh bagian dalam rumah, sehingga rumah tampak
gelap dan lembab.
• Kebersihan
Rumah dan ruangan-ruangannya tampak kurang bersih dan barang-
barang tidak tertata dengan rapih.
10
• Kepadatan
Ukuran dalam rumah tidak cukup luas.Barang-barang tidak tersusun
dengan rapih di setiap ruangan, sehingga rumah terlihat begitu padat.
• Sanitasi dasar
a. Persediaan air bersih: sumber air minum dan memasak pasien
menggunakan air pam,untuk mandi dan mencuci berasal dari air
sumur.
b. Jamban keluarga: memiliki jamban keluarga di dalam rumah.
c. Sarana pembuangan air limbah: limbah kamar mandi dan dapur
dialirkan ke dalam saluran menuju pembuangan di bagian
belakang rumah.
d. Tempat pembuangan sampah: Terdapat tempat pembuangan
sampah di bagian depan rumah. Pasien sendiri biasanya
menampung sampah terlebih dahulu baru pada harinya dibuang
pada tempat penampungan sampah yang berada di sekitar
rumahnya.

Gambar 1.Denah Rumah ( 1 Lantai)


11
• Gaya Hidup
• Pola Makan
Pasien tidak mengatur makanan yang dikonsumsi sehari-harinya.
Pasien mengatakan bahwa pola makannya tidak teratur, terkadang
hanya 1 kali dalam sehari.Pasien juga jarang mengonsumsi buah dan
syur yang bervariasi setiap harinya.
• Olahraga
Pasien jarang melakukan olahraga.Pasien hanya melakukan aktivitas
sehari-hari dirumah.
• Istirahat
Waktu tidur pasien sekitar kurang lebih 6– 8 jam/hari.
• Kebiasaan
Pasien menpunyai kebiasaan tidak makan teratur dan menu makanan
yang seadanya, karena biaya yang minim dan waktu yag lebih
banyak dihabis kan untuk menjaga toko klontong dan mengurusi
suaminya. Kebiasaan minum beralkohol, seks bebas, napza :
disangkal

6. Anamnesis Illness
Illness merupakan keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang
didapat dari penyakit tersebut (bersifat subyektif). Illnessterdiri dari empat
komponen berupa perasaan, ide/pemikiran, dan harapan pasien terhadap
penyakit yang ia alami, serta efek penyakit terhadap fungsi/kehidupan
sehari-hari pasien. Berikut adalah illness Ny.S
Tabel 1. Anamnesis Illness
No Komponen Pasien
1. Ide/Pemikiran Pasien merasa bahwa penyakitnya saat ini
merupakan dampak dari gaya/pola hidupnya yang
tidak sehat .
Pasien terdiagnosis Hipertensi pada tahun 2007 dan

12
Stroke pada tahun 2011.
Pasien mengaku tidak mau berobat stroke karena
malas akan pengobatan yang lama, sehingga pasien
memutuskan untuk tidak mengobati stroke nya.
Padahal pasien tahu bahwa stroke nya harus
diobati. Saat ini pasien hanya berobat tensi nya
saja.

2 Perasaan Pada saat awal terdiagnosis menderita Hipertensi


pasien merasa tidak kaget dan biasa saja karena
pasien sudah mengira sebelumnya, namun saat
tahu terdiagnosis Stroke pasien merasa sedih dan
khawatir mengenai penyakitnya.
Pasien merasa khawatir karena tidak bisa lagi
beraktivitas seperti semula. Terlebih setahun
kemudian suami pasien menderita stroke yang
menyebabkan tidak bisa menggerakan seluruh
anggota geraknya, pasien menjadi sangat takut dan
bingung karena harus mencari nafkah dengan
kondisi nya saat ini .
3 Efek Terhadap Pasien sering mengeluh pusing dan susah dalam
Fungsi menggerakkan kaki kanannya yang terkenas
stroke. Sehingga pasien kesulitan untuk
beraktivitas terutama mengurusi suaminya dan
membatasinya dalam mencari nafkah
4 Harapan Pasien berharap dirinya dan suaminya dapat
kembali sehat dan pulih seperti dulu, agar dapat
menjalani hidup dengan lebih nyaman dan
suaminya dapat membantunya dalam mencari
nafkah sehingga pasien tidak terlalu capek dan bisa
lebih mengontrol penyakitnya sendiri.

13
7. Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Tabel 2. Penilaian Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Indikator / Pertanyaan Jawaban


No.
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Tidak
1
Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan Ya
2

3 Menimbang berat badan balita setiap bulan Ya

Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat Ya


4
kesehatan
5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Tidak

6 Menggunakan jamban sehat Ya

Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk di rumah Tidak


7
dan lingkungannya sekali seminggu
8 Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari Tidak

9 Melakukan aktivitas fisik atau olahraga Ya

10 Tidak Merokok Tidak

Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS, rumah tangga pasien tergolong


keluarga yang tidak berperilaku hidup bersih dan sehat.

8. Review Sistem
a. Sistem saraf pusat : Pusing (+)
b. Sistem saraf perifer : Kesemutan pada ujung jari tangan (+)
c. Sistem kardiovaskular : Nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
d. Sistem respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-)
e. Sistem gastrointestinal : Mual (-), Nyeri perut (-)
f. Sistem urogenital : BAK nyeri (-)
g. Sistem muskuloskeletal : Nyeri persendian (-), nyeri pundak (-)

14
A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda Vital
 Tekanan Darah : 160/100 mmHg
 Nadi : 84 x/menit, regular
 Suhu : 36.7oC (aksila)
 Pernafasan : 20 x/menit
4. Antropometri
 Tinggi Badan : 150cm
 Berat Badan : 45 kg
 IMT : 20kg/m2(Normal)
 Status Gizi : Cukup
5. Pemeriksaan Kepala
 Bentuk kepala : Simetri, mesosefal
 Rambut : Warna hitam dan tersebar rata
6. Pemeriksaan Mata
 Palpebra : Edema (-/-)
 Konjungtiva :Anemis(-/-), hiperemis (-/-)
 Sklera : Ikterik(-/-)
 Pupil : Reflek cahaya(+/+), isokor (3mm/3mm)
7. Pemeriksaan Hidung : Sekret (-/-), epitaksis (-/-)
8. Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)
9. Pemeriksaan Leher
 Kelenjar Tiroid : Tidak membesar
 Kelenjar Inn : Tidak membesar, nyeri tekan (-)
 JVP : Tidak meningkat
10. Pemeriksaan Dada
 Pulmo:

15
 Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), deformitas (-),
retraksi (-)
 Palpasi : Simetris, nyeri tekan (-), vokal fremitus normal
 Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
 Auskultasi : Vesikuler (+/+) , ronkhi kasar (+/+), wheezing (-/-)
 Cor:
 Inspeksi : tidak dilakukan
 Palpasi : tidak dilakukan
 Perkusi : tidak dilakukan
 Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-)
11. Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : sejajar dengan permukaan dada, jejas (-)
 Auskultasi : Bising usus (+)
 Palpasi : Supel,nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba
 Perkusi : Timpani pada seluruh lapang perut
12. Pemeriksaan Ekstremitas

Tabel 3.Pemeriksaan Ekstremitas


Tungkai Lengan

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Terbatas bebas Terbatas bebas

Tonus Dbn dbn dbn Dbn

Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

Edema - - - -

Akral Hangat Hangat Hangat Hangat

Kekuatan 333 555 444 555

Reflek fisiologis dbn dbn dbn dbn

Reflek patologis + - - -

16
B. Perangkat Penilaian Keluarga
Berikut ini adalah perangkat keluarga yang terdiri atas family
genogram, family map, family life cycle, family life line, family APGAR,
family SCREEM.

1. Genogram Keluarga (Family Genogram)

Gambar 2. Genogram

2. Bentuk Keluarga(Family Structure)


Nuclear Dyad Family (Sussman, 1970)

3. Tahapan Siklus Kehidupan Keluarga (Family Life Cycle)


Keluarga ini adalah keluarga dengan kehidupan usia lanjut (Carter &
McGoldrick, 1989).

17
4. Peta Keluarga (Family Map)

Gambar 3.Family Map

5. Family APGAR
Merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur sehat atau
tidaknya suatu keluarga dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga/tingkat
kesehatan keluarga
Tabel 4. Family APGAR

Respon
Hampir
Hampir
Kriteria Pertanyaan Kadang tidak
selalu
(1) pernah
(2)
(0)
Saya puas dengan keluarga saya karena
masing-masing anggota keluarga sudah √
Adaptasi
menjalankan kewajiban sesuai dengan
seharusnya
Saya puas dengan keluarga saya karena
dapat membantu memberikan solusi
Kemitraan √
terhadap permasalahan yang saya
hadapi
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk
Pertumbuhan √
mengembangkan kemampuan yang
saya miliki
Saya puas dengan kehangatan / kasih
Kasih sayang √
sayang yang diberikan keluarga saya
Saya puas dengan waktu yang
Kebersamaan disediakan keluarga untuk menjalin √
kebersamaan
Total 4
Klasifikasi 8-10 = fungsi keluarga baik ( Highly functional family)

18
4-7 = fungsi keluarga kurang baik (Modeetely dysfunctional family)
0-3 = keluarga tidak fungsional (Severely dysfunctional family)
Berdasarkan skor APGAR keluarga pasien tergolong dalam keluarga
Kesimpulan
dengan fungsi keluarga disfungsional sedang

6. Family SCREEM
Tabel 5. Family SCREEM

ASPEK SUMBER DAYA PATOLOGI

Hubungan pasien anak pertama, kedua Hubungan dengan anak ketiga


dan tetangga masih baik pasien tidak baik.
Social

Pasien menghormati kebudayaan yang Pasien pernah mencoba


Cultural ada dilingkungannya. pengobatan herbal yang
disarankan oleh temannya.

Pasien menyerahkan kesembuhannya Pasien mengaku masih belum taat


kepada Allah swt. dan percaya bahwa dalam beribadah
Religious
Allah swt. tidak akan membiarkan
hambanya kesusahan.
Anak pertama dan kedua pasien sering Saat ini pasien hanya
memberikan makanan dan uang untuk mengandalkan uang hasil dari toko
Economy kebutuhan sehari-hari. kelontongnya.

Pasien bersekolah sampai D3. Pengetahuan pasien tentang


penyakitnya kurang.
Education

Fasilitas Pelayanan Kesehatan dekat Pasien memiliki jaminan


dengan rumah pasien. kesehatan KIS, namun saat ini
Medical sedang bermasalah .

19
7. Family Life Line
Tabel 6. Family Life Line

Severityof
Tahun Usia Life Event/Crisis Illness

1983 23 tahun Pasien menikah


Terdiagnosis Hipertensi
2007 47 tahun

2011 51 tahun Terdiagnosis Stroke

Anak ke3 tidak pernah menghubungi


2017 57 tahun
pasien dan suami (selama 6 bulan)

C. Diagnosis Banding
Hipertensi stage II

D. Diagnosis Kerja
Hipertensi stage II

E. Diagnosis Psikososial
Kekhawatiran terhadap sakit suaminya dengan keluarga disfungsional yang
tidak ber-PHBS

F. Diagnosis Holistik
Hipertensi, post stroke pada wanita lansia, istri mencari nafkah, dengan status
ekonomi rendah dan kekhawatiran terhadap sakit suaminya dengan keluarga
disfungsional yang tidak ber-PHBS

20
G. Manajemen Komprehensif
1. Promotif
 Memberikan penyuluhan/edukasi kepada pasien dan keluarganya
tentang penyakit hipertensi dan stroke, penyebab, akibat, cara
pencegahan, pengobatan serta komplikasi yang mungkin muncul
 Edukasi mengenai masalah-masalah yang dapat memunculkan
hipertensi dan stroke
 Melakukan penyuluhan kepada pasien dan keluarga mengenai perilaku
hidup bersih dan sehat agar terhindar dari penyakit hipertensi dan
stroke
 Melakukan deteksi dini terhadap faktor risiko yang memicu terjadinya
hipertensi dan stroke

2. Preventif
 Membiasakan diri untuk hidup bersih dan sehat.
 Melakukan aktifitas fisik secara teratur minimal 2 x/minggu, dengan
durasi 30-45 menit secara rutin disertai olahraga secara teratur seperti;
berenang, bersepeda, jogging, maupun jalan cepat.
 Konsumsi rendah garam , rendah lemak, perbanyak makan sayur dan
buah-buahan
 Meminimalisir stress dengan istirahat cukup dan mengikuti kegiatan
keagamaan
 Istirahat cukup minimal 6-8 jam/hari.
 Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter.
 Konseling CEA untuk mengatasi kekhawatiran terhadap penyakitnya

21
3. Kuratif
• Perubahan pola gaya hidup (diamati selama 2 minggu)
• Bila tekanan darah tetap tinggi, maka diberikan pengobatan untuk
mengendalikan tekanan darah
Amlodipine tab 5mg 1x1 (pagi hari)

4. Rehabilitatif
Kontrol rutin
Monitoring: tekanan darah, kerusakan target organ, interaksi obat/efek
samping, dan kepatuhan minum obat

5. Paliatif
• Belum memerlukan terapi paliatif.

22
BAB II

ANALISA KASUS

Analisa Kasus
Diagnosis klinis pada pasien ini adalah Hipertensi stage II, diagnosis ini
diambil dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan. Berdasarkan
anamnesis yang dilakukan diketahui bahwa pasien sudah sering mengikuti
pengukuran tekanan darah dan hasilnya TD >150/90 mmHg.
Seseorang akan didiagnosis hipertensi bila memiliki tekanan darah
sistolik ≥140mmHg dan atau tekanan darah diastolic ≥90mmHg pada
pemeriksaan berulang. Menurut The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure (JNC VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat
dibagi menjadi beberapa kelompok.

Gambar 4. Klasifikasi Hipertensi

Terdapat algoritme dalam menegakkan diagnosis hipertensi.Algoritme


ini diadaptasi dari Canadian Hypertension Education Program. The Canadian
Recommendatio for The Management of Hypertension 2014.

23
Gambar 5. Algoritme Diagnosis Hipertensi

Dari perangkat penilaian keluarga FamilyAPGAR, keluarga pasien


merupakan keluarga dengan fungsi keluarga kurang baik.Hal tersebut menjadi
salah satu hal negative atau menghambat dalam pengelolaan pasien berkaitan
dengan adanya dukungan keluarga.Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pramitasari, J pada tahun 2009, diketahui bahwa hipertensi
membutuhkan dukungan dari keluarga, khususnya dukungan penghargaan
yang dapat memengaruhi pembentukan perilaku dalam meningkatkan status
kesehatannya.Menurut beberapa penelitian lainyang telah dilakukan, adanya
dukungan keluarga dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi
tingkat depresi pada pasien dengan penyakit kronis.
Dari perangkat penilaian keluarga family SCREEM, pasien memiliki
sumber daya yang cukup tanpa kondisi patologis dari komponen sosial,
religius, dan kesehatan.
Dari edukasi pasien merasa bahwa dia belum terlalu paham tentang
penyakit yang dideritanya, sampai saat ini pasien sering mendapatkan
informasi mengenai hipertensi dari tetangga yang juga memiliki keluhan yang

24
sama. Selain itu, pasien hanya bersekolah sampai bangku SMP (tidak selesai),
sehingga hal ini dapat menentukan bagaimana cara melakukan pendekatan dan
penyampaian informasi kepada pasien.
Dari segi psikososial, pasien memiliki masalah berupa kekhawatiran
pasien terhadap dampak dari penyakitnya.Permasalahan psikososial ini dapat
diatasi dengan menerapkan manajemen komprehensif berupa konseling CEA
untuk mengatasi kekhawatiran terhadap penyakitnya dan memberi informasi
mengenai hipertensi.

Penerapan Prinsip Kedokteran Keluarga


1. Primary Care: pasien akan datang dan berobat ke puskesmas sebagai
tujuan pengobatan pertamanya.
2. Personal Care: pelayanan yang diberikan memberikan kenyamanan
pada pasien.
3. Holistic Care: aspek klinis dan psikososial pasien telah tertangani
dengan baik.
4. Comprehensive care: penatalaksanaan promotif, preventif, dan kuratif
telah dilaksanakan pada pasien ini. Penatalaksanaan secara rehabilitatif
belum dilaksanakan pada pasien. Penatalaksanaan paliatif belum
diperlukan.
5. Continuing care: memonitor keadaan pasien dan mencatatnya dalam
rekam medis, sehingga perkembangan pasien dapat selalu dipantau
secara berkelanjutan.
6. Emphasis on Preventive Medicine: pencegahan penyakit pada kasus ini
dilakukan dengan memberikan edukasi mengenai penyakit yang
diderita pasien.
7. Patient-centered Care, Family Focused and Community-oriented Care:
eksplorasi mengenai aspek disease dan illness pada pasien serta
dilakukannya penilaian fungsi keluarga.

25
8. Collaborative Care: kolaborasi antara dokter, farmasi dan gizi
dibutuhkan dalam pemberian terapi kuratif pasien serta pengaturan
makanan yang tepat.

26
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERTENSI

A. Definisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang atau orang
yang telah mengonsumsi obat anti hipertensi secara teratur.

B. Diagnosis dan Kriteria Diagnosis

Penegakkan diagnosis hipertensi dapat dilakukan menggunakan algoritme


dalam menegakkan diagnosis hipertensi, yaitu bila pengukuran tekanan darah
dilakukan pada 2 kali pengukuran dan didapatkan hasil tekanan darah sistol
≥140mmHg dan atau tekanan darah diastole ≥90mmHg.Algoritme ini diadaptasi
dari Canadian Hypertension Education Program. The Canadian Recommendatio
for The Management of Hypertension 2014.

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok menurut Joint


National Committee (JNC VII), yaitu:

• Normal : bila tekanan darah sistol ≤120 mmHg dan atau


tekanan darah diastole ≤80 mmHg.
• Pre-hipertensi : bila tekanan darah sistol 120-139 mmHg dan atau
tekanan darah diastole 80-89 mmHg.
• Hipertensi derajat I : bila tekanan darah sistol 140-149 mmHg dan atau
tekanan darah diastole 90-99 mmHg.
• Hipertensi derajat II : bila tekanan darah sistol ≥160mmHg dan atau
tekanan darah diastole ≥100mmHg.

27
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat diklasifikasikan dalam dua
kelompok, yaitu:
• Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), terkadang
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurangnya aktivitas
dan pola makan serta gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko. Jenis
hipertensi ini terjadi sekitar 90% pada penderita hipertensi.
• Hipertensi sekunder (non-esensial)
Hipertensi yang diketahui penyebabnya.Terdapt sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal.Penyebab lainnya
diketahui seperti penggunaan estrogen,hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma,
koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-
lain.
Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi hipertensi sistolik, hipertensi
diastolic, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik umumnya ditemukan pada
usia lanjut. Sedangkan hipertensi diastolic biasanya ditemukan pada anak-anak
dan dewasa muda.

C. Faktor Risiko
Faktor Resiko Hipertensidikelompokkan menjadi faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi.Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan genetic.Sedangkan
faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah kebiasaan merokok, konsumsi garam,
konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minuman
beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stress serta penggunaan estrogen.

28
D. Penatalaksanaan
Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan mortalitas
dan morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi. Mortalitas dan morbiditas
ini berhubungan dengan kerusakan organ target (seperti kejadian kardiovaskular
atau serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal). Untuk mencapai tujuan
tersebut perlu dilakukan pengendalian tekanan darah, berat badan dan pengaturan
pola makan, serta modifikasi gaya hidup melalui pengelolaan pasien secara
holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus
melakukan perubahan gaya hidup. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suoth
M, et al pada tahun 2014 didapatkan hasil bahwa gaya hidup sangat
mempengaruhi terjadinya penyakit hipertensi.

1. Diet
Prinsip diet pada penderita hipertensi dengan pola makan DASH (Dietary
Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium, diet rendah
natrium, aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Program ini
bertujuan untuk menurunkan berat badan secara perlahan pada pasien yang
memiliki berat overweight dan obese, disertai pembatasan pemasukan natrium dan
alcohol.JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan
buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak
jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari.

Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh pen de rita
hipertensi adalah:

1. Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak


kelapa, gajih).

2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,


crackers, keripikdan makanan keringyang asin).

29
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran
serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,


pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber


protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).

6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,


tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya
mengandunggaram natrium.

7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

2. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan hipertensi untuk
mendapatkan hasil yang optimal.Pendidikan kesehatan pada pasien hipertensi
sebaiknya dilakukan oleh semua pihak yang terkait dalam pengelolaan hipertensi,
seperti dokter, perawat, dan ahli gizi. Pendidikan kesehatan pencegahan primer
harus diberikan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatan
sekunder diberikan kepada kelompok pasien hipertensi.Pada tahap ini selain
menjelaskan mengenai hipertensi, dapat juga menjelaskan fakta-fakta mengenai
hipertensi agar mendukung pasien dalam memahami pentingnya diet, seperti
hipertensi 2-3 kali lebih sering terjadi pada orang gemuk dibandingkan dengan
orang yang memiliki berat badan ideal.

Berhenti merokok.Hal ini disebabkan karena merokok merupakan salah


satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, sehingga pasien dianjurkan
untuk berhenti merokok.Pengaruh rokok dapat menyebabkan hipertensi
dipengaruhi oleh kandungan atau zat yang terkandung di dalam rokok antara lain
nikotin dan karbon monoksida.Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh

30
Larosa, R., pada tahun 2015 dan Setyanda, dkk tahun 2015 didapatkan hasil yang
signifikan mengenaihubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi.

3. Exercise (latihan fisik/olah raga)


Dianjurkan olahraga aerobik secara teratur (3-4 kali seminggu) selama
kurang lebih 30 menit.Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti
jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan
tekanan darah.

4. Obat
Obat pilihan untuk hipertensi terdiri dari ACE-inhibitor, Angiotensin
receptor blocker (ARB), diuretic golongan thiazide dan Calcium channel blocker
(CCB). Berdasarkan guidelineterapi hipertensi JNC VII, pada pasien dengan usia
≥60 tahun tanpa komplikasi diabetes atau chronic kidney disease maka harapan
tekanan darah <150/90 mmHg, dan terapi yang dapat diberikan yaitu inisiasi
diuretic golongan thiazide, ACE-inhibitor, ARB atau CCB atau kombinasi.

Strategi pemberian obat pada hipertensi yang dilakukan pertama yaitu


memulai dengan satu obat, bila belum efektif maka dapat meningkatkan dosis,
bila masih belum mencapai target maka dapat ditambahkan obat pilihan
kedua.Strategi kedua yaitu memulai dengan satu obat kemudia ditambahkan obat
kedua sebelum dosis obat pertama mencapai dosis maksimum.Kemudia strategi
ketiga yiatu memulai terapi menggunakan 2 obat bersamaan.

E. Komplikasi Hipertensidan Pencegahan

Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya
sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang
berbagai target organ tubuh yaitu otak (stroke atau Transcient Ischemic Attack),
mata (retinopati), jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal.

Untuk mengelola penyakit hipertensi termasuk penyakit tidak menular


lainnya, Kemenkes membuat kebijakan, yaitu:

31
1. Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif

2. Meningkatkan akses masyarkat terhadap pelayanan deteksi dini melalui


kegiatan Posbindu PTM.
3. Meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan hipertensi melalui
revitalisasi Puskesmas untuk pengendalian PTM melalui Peningkatan
sumberdaya tenaga kesehatan yang profesional dan kompenten dalam upaya
pengendalian PTM khususnya tatalaksana PTM di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar seperti Puskesmas; Peningkatan manajemen pelayanan
pengendalian PTM secara komprehensif (terutama promotif dan preventif) dan
holistik; serta Peningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana promotif-
preventif, maupun sarana prasarana diagnostik dan pengobatan.

Pencegahan dan Penanggulangan hipertensi dimulai dengan meningkatkan


kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke arah yang lebih sehat.Untuk
itu Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan dasar perlu melakukan
pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor
risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi, melalui promosi kesehatan
mengenai pola makan yang sehat.

Puskesmas juga perlu melakukanpencegahan sekunder yang lebih


ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit, sehingga dapat
diberikan penanganan dini.

Sementara pencegahan tertier difokuskan pada upaya mempertahankan


kualitas hidup penderita.Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut
dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat serta minum obat teratur agar tekanan
darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal
kronik, stroke dan jantung.Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita
hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan
kualitas hidup.

32
Keberadaan Posbindu PTM di masyarakat lebih tepat untuk
mengendalikan faktor risiko Penyakit Tidak Menular (hipertensi, obesitas,
hiperkolesterol, hiperglikemi, diet tidak sehat, kurang aktifitas dan
merokok).Kegiatan pada Posbindu PTM adalah melakukan deteksi dini, kegiatan
ini dilakukan melalui monitoring faktor risiko secara terintegrasi, rutin dan
periodik.

33
DAFTAR PUSTAKA

Ifodatin.Hipertensi.Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Masalah Hipertensi. Jakarta
Larosa Rega. 2015. HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN
KEJADIAN HIPERTENSI PADA KARYAWAN PABRIK GULA
TASIKMADU.
Nmhs.net. JNC 8 Hypertension Guideline Algorithm.Diakses pada tanggal 12
September 2017
Pramitasari, J. 2009. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Perilaku Kontrol
Kepada Pasien Hipertensi Lanjut Usia di Wilayah Puskesmas Gamping II.
Yogyakarta.
Soenarta,A, dkk. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardiovaskular. Jakarta: PERKI
Setyanda, Y, dkk. 2015. Hubungan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Laki-Laki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang.
Alexander, M. 2017. Hypertension.emedicine.medscape.com diakses pada tanggal
12 September 2017

34

Anda mungkin juga menyukai