Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Tinjauan Umum

2.1.1. Identifikasi Masalah


Untuk merancang sebuah kampus tentunya harus
mengidentifikasi apa saja yang dibutuhkan kampus bertaraf internesional,
fasilitas apa saja yang ada di kampus. Selain itu tentunya juga harus
mengetahui apa aja yang perlu diperhatikan dalam konsep urban design.

2.2. Kajian Teori


2.2.1. Kawasan Kampus Bertaraf Internasional
Kampus berasal dari bahasa Latin; campus yang berarti "lapangan
luas", "tegal". Dalam pengertian modern, kampus berarti sebuah
kompleks atau daerah tertutup yang merupakan kumpulan gedung-
gedung universitas atau perguruan tinggi.
Pada umumnya fasilitas yang dimiliki universitas bertara
internasional adalah:
a. Menerapkan kurikulum berstandar internasional.
b. Lingkungan Berbahasa Inggris: Semua mata kuliah disajikan
dengan pengantar bahasa Inggris. Mahasiswa akan dibiasakan
berbicara, menulis, dan berpikir dalam bahasa Inggris yang
menjadi bahasa internasional dewasa ini.
c. Ekstrakurikuler Mahasiswa
d. Komunitas Multinasional: Mahasiswa berasal dari seluruh
pelosok Indonesia dan mancanegara, seperti Malaysia, Timor
Leste, Vietnam, Amerika dan beberapa negara di Eropa.
e. Pusat Olahraga: kolam renang, lapangan basket, lapangan bulu
tangkis, lapangan futsal, lapangan bola, dan lapangan volley
f. Bidang studi:

Perkiraan
D3 S1 S2 S3 Jumlah Total
 Mahasisw
   
Fakultas Ekonomi
a
Akutansi     26,65% 53,3%
Manajemen    26,65%
Fakultas Teknik    
Arsitektur  13,3% 20%
Teknik Sipil   6,7%
Fakultas Psikologi     20% 20%
FISIP     7% 7%

2.2.2. Kawasan Kampus Bertaraf Nasional

2.2 TINJAUAN TOPIK

2.2.1 Pengertian Urban Design

Dalam bukunya Hamid Shirvani (1985) yang berjudul “Urban Design


Process”, Urban Design (perancangan kota) merupakan kelanjutan dari urban
planning (perencanaan kota) sebab bagaimanapun hasin perencanaan kota belum
“selesai” atau belum dapat dilaksanakan tanpa ada rancang desain dari rencana
yang telah disusun. Urban Design memiliki tekanan pada penataan lingkungan
fisik kota.

2.2.2 Ideologi Urban Design

 Jembatan antara profesi perencanaan kota dan arsitektur.


 Tanggapan inderawi manusia terhadap lingkungan fisik kota.
 Pengaturan unsur-unsur fisik kota sedemikian rupa sehingga dapat
berfungsi baik.
 Proses dari konsep dan realisasi arsitektur.
 Suatu kedisiplinan perancangan yang merupakan pertemuan dari
arsitektur, perencanaan dan pembangunan kota.

2.2.3 Tujuan Urban Design

Menurut Spreiregen, Paul D (1965) tujuan perancangan kota antara lain:


 Membuat kota lebih manusiawi.
 Menghubungkan bentuk fisik kota dengan keadaan alam, misal
orientasi.
 Menselaraskan urban dengan alam.
 Menciptakan ruang-ruang kota yang berkualitas.
 Menjadikan kota sebagai suatu pelabuhan keanekaragaman.
2.2.4 Elemen-elemen dalam Urban Design

1. Land Use (Tata Guna Lahan)


Pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik
dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga dapat memberikan gambaran
keseluruhan bagaimana daerah-daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya
berfungsi.

2. Bentuk dan Massa Bangunan


Membahas mengenai bagaimana bentuk dan hubungan antar-massa yang
ada. Bentuk dan hubungan antar-massa seperti ketinggian bangunan, jarak antar-
bangunan, bentuk bangunan, fasad bangunan, dan sebagainya harus diperhatikan
sehingga ruang yang terbentuk menjadi teratur, mempunyai garis langit-horizon
(skyline) yang dinamis serta menghindari adanya lost space (ruang tidak
terpakai).

3. Sirkulasi dan Parkir


Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat
membentuk dan mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan
keberadaan sistem transportasi dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-
tempat transit yang saling berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu
kegiatan). Sirkulasi di dalam kawasan merupakan salah satu alat yang paling
kuat untuk menstrukturkan lingkungan kawasan karena dapat membentuk,
mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas dalam suatu kota. Selain itu
sirkulasi dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat aktivitas dan lain
sebagainya.
Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan
mempunyai pengaruh visual pada beberapa daerah kawasan. Penyediaan ruang
parkir yang paling sedikit memberi efek visual yang merupakan suatu usaha
yang sukses dalam perancangan kawasan.

Dalam perencanaan untuk jaringan sirkulasi dan parkir harus selalu


memperhatikan:
 Jaringan jalan harus merupakan ruang terbuka yang mendukung citra
kawasan dan aktivitas pada kawasan.
 Jaringan jalan harus memberi orientasi pada penggunan dan membuat
lingkungan yang legible.

4. Ruang Terbuka
Selalu menyangkut lansekap, yang terdiri dari hardscape (jalan, trotoar,
patun, bebatuan dan sebagainya) serta softscape (tanaman dan air). Ruang
terbuka biasa berupa lapangan, jalan, green belt, taman dan sebagainya. Elemen
ruang terbuka meliputi lansekap, jalan, pedestrian, taman, dan ruang-ruang
rekreasi.
Contoh ruang terbuka yang terdapat di kampus, seperti amphitheater dan taman.
Amphitheater di ITB Taman di Universitas Brawijaya

Softscape Pohon beringin sebagai


pohon peneduh pada area terbuka.

Softscape: Tanaman yang berbunga seperti bugenvil dapat memperindah taman serta
tanaman seperti chamomile dan lavender dapat memberi efek menenangkan dan
mengurangi rasa stress.

Softscape: Air mancur sebagai elemen pendukung pada ruang terbuka yang
menciptakan suasana tenang.
Hardscape:
Material pedestrian menggunakan bahan yang mampu menyerap air seperti
grassblock dan pavingblock.

Hardscape: bangku taman dan meja yang mengelilingi pohon dengan material
kayu sebagai pendukung aktivitas mahasiswa yang nyaman dan teduh.

5. Jalur Pedestrian
Dalam perancangannya, jalur pedestrian harus mempunyai syarat-syarat
untuk dapat digunakan dengan optimal dan memberi kenyamanan pada
penggunanya.

Syarat-syarat tersebut adalah:


 Aman dan leluasa dari kendaraan bermotor.
 Menyenangkan, dengan rute yang mudah dan jelas yang disesuaikan dengan
hambatan kepadatan pejalan kaki.
 Mudah, menuju segala arah tanpa hambatan yang disebabkan gangguan
naik-turun, ruang yang sempit, dan penyerobotan fungsi lain.
 Punya nilai estetika dan daya tarik, dengan penyediaan sarana dan prasarana
jalan seperti: taman, bangku, tempat sampah dan lainnya.

6. Aktivitas Pendukung
Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan
yang mendukung ruang publik suatu kawasan. Bentuk, lokasi dan karakter suatu
kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan
lahan dan kegiatan pendukungnya. Aktivitas pendukung tidak hanya menyediakan
jalan pedestrian atau plasa tetapi juga mempertimbangkan fungsi utama dan
penggunaan elemen-elemen yang dapat menggerakkan aktivitas.
Meliputi segala fungsi dan aktivitas yang memperkuat ruang terbuka publik,
karena aktivitas dan ruang fisik saling melengkapi satu sama lain. Pendukung
aktivitas tidak hanya berupa sarana pendukung jalur pejalan kaki atau plaza tapi
juga pertimbangankan guna dan fungsi elemen kota yang dapat membangkitkan
aktivitas seperti pusat perbelanjaan, taman rekreasi, alun-alun, dan sebagainya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan desain activity support adalah:
 Adanya koordinasi antara kegiatan dengan lingkungan binaan yang
dirancang.
 Adanya keragaman intensitas kegiatan yang dihadirkan dalam suatu ruang
tertentu.
 Bentuk kegiatan memperhatikan aspek kontekstual.
 Pengadaan fasilitas lingkungan.
 Sesuatu yang terukur, menyangkut ukuran, bentuk dan lokasi dan fasilitas
yang menampung activity support yang bertitik-tolak dari skala manusia.

7. Signage
Penandaan yang dimaksud adalah petunjuk arah jalan, rambu lalu lintas,
media iklan, dan berbagai bentuk penandaan lain. Keberadaan penandaan akan
sangat mempengaruhi visualisasi kawasan, baik secara makro maupun mikro, jika
jumlahnya cukup banyak dan memiliki karakter yang berbeda. Jika dilakukan
penataan dengan baik, ada kemungkinan penandaan tersebut dapat menambah
keindahan visual bangunan di belakangnya. Oleh karena itu, pemasangan penandaan
haruslah dapat mampu menjaga keindahan visual bangunan.

Dalam pemasangan penandaan harus memperhatikan pedoman teknis sebagai


berikut:
 Penggunaan penandaan harus merefleksikan karakter kawasan.
 Jarak dan ukuran harus memadahi dan diatur sedemikian rupa agar
menjamin jarak penglihatan dan menghindari kepadatan.
 Penggunaan dan keberadaannya harus harmonis dengan bangunan arsitektur
di sekitar lokasi.
 Pembatasan penggunaan lampu hias kecuali penggunaan khusus untuk
theatre dan tempat pertunjukkan (tingkat terangnya harus diatur agar tidak
mengganggu).
 Pembatasan penandaan yang berukuran besar yang mendominasi di lokasi
pemandangan kota.

Anda mungkin juga menyukai