Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

1. Bagaimana interaksi social dalam pengobatan mendasari perilaku kesehatan?


Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah
perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya,
bila faktor tersebut telah tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan
kegiatan masayarakat ada kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah
terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan.
Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan
diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya
suatu daerah. Sehingga dalam mensosialisasikan kesehatan pada masyarakat
luas dapat lebih terarah yang implikasinya adalah naiknya derajat kesehatan
masyarakat.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting
dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan
sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat
dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses
berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun
negative.
Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi
kesehatan seseorang antara lain adalah :
a. Pengaruh tradisi
Banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status
kesehatan misalnya tradisi merokok bagi orang laki2 maka kebanyakan
laki2 lebih banyak yang menderita penyakit paru dibanding wanita. Tradisi
wanita habis melahirkan tidak boleh makan ikan karena ASI akan berbahu
amis, sehingga ibu nifas akan pantang makan ikan.
b. Sikap fatalistis
Sikap fatalistis arti sikap tentang kejadian kematian dari masyarakat Hal
lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
Contoh : Beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu
(fanatik) yang beragama islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan,
dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha
untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit.
c. Sikap ethnosentris
Sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang bahwa budaya
kelompok adalah yang paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan
pihak lain. Misalnya orang-orang barat merasa bangga terhadap kemajuan
ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu beranggapan bahwa
kebudayaannya paling maju,sehingga merasa superior terhadap budaya
dari masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari sisi lain,semua
anggota dari budaya lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar
alamiah adalah yang terbaik. Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatan
kita harus menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas adalah
orang yang paling pandai,paling mengetahui tentang masalah kesehatan
karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat
setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut
dalam masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini memang petugas
lebih menguasai tentang masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana
mereka bekerja lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri.
Contoh lain : Seorang perawat/ dokter menganggap dirinya yang paling
tahu tentang kesehatan, sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan
sehat sedangkan masyarakat tidak.
d. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak
sesuai dengan konsep kesehatan. hal tersebut berkaitan dengan sikap
ethnosentrisme.Contoh : Dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah
pedesaan tertentu, menolak untuk makan daun singkong, walaupun
mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata
masyarakat bernaggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan
kambing, dan mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat
disamakan dengan kambing.
e. Pengaruh norma
Norma dalam masyarakat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat
dibidang kesehatan, karena norma yang mereka miliki diyakininya sebagai
bentuk perilaku yang baik. Contoh : upaya untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena ada norma
yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan
dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
f. Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan dan perilaku individu masyarakat, kerena apa tidak melakukan
nilai maka dianggap tidak berperilaku “ pamali” atau “ Saru “. Nilai yang
ada dimasyarakat tidak semua mendukung perilaku sehat. Nilai-nilai
tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Purnamaningrum, 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Perilaku Masyarakat Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata (Factors
Related To The Community’s Behaviour To Get Eye
Health Servic), Universitas Diponegoro. (diakses tgl 20 februari 2015

Dwi Hapsari, dkk.,2012, Pengaruh Lingkungan Sehat, Dan Perilaku Hidup Sehat
Terhadap Status Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status
Kesehatan, Jakarta. (diakses tgl 20 februari 2015)

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.

Fitri Nur azizah. 2013. Aspek Sosial Mempengaruhi Kesehatan, (diakses tgl 23
februari 2015)

Lukman Hakim, dkk., 2013, Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi Masyarakat
DalamBerobat (Socio-Cultural Factors And Societal Orientation In TheTreatment),
Universitas Jember (UNEJ),Jember. (Diakses tgl 20 februari 2015)

Momon sudarman, sosiologi untuk kesehatan, google book. (Diaskes 20 februari)


Notoatmodjo Soekidjo, 1990, Pengantar Perilaku Kesehatan, FKM-UI, Jakarta.
2. Bagaimana struktur social mendasari perilaku kesehatan?

Pengaruh Sosial, juga dapat mempengaruhi perilaku sehat individu. Keluarga,


teman, dan lingkungan kerja dapat mempengaruhi perilaku sehat
Struktur sosial dalam masyarakat mencakup unsur-unsur :
1. Kelompok-kelompok social
2. Lembaga-lembaga social
3. Kaidah-kaidah atau norma-norma social
4. Lapisan-lapisan sosial (stratifikasi sosial)

Struktur sosial : jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-
kaidah atau norma-norma sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok sosial, dan
lapisan masyarakat

Struktur sosial adalah susunan status-status sosial yang hierarki beserta jalinan
diantarastatus-status itu sehingga mendorong dan mewujudkan aktivitas sosial
dalam masyarakat.

Struktur sosial : suatu tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang


didalamnyaterkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan dengan
batas-batas perangkatunsur-unsur sosial yang menunjuk pada suatu keteraturan
perilaku, sehingga dapatmemberikan bentuk sebagai suatu masyarakat

Kaitan faktor sosial dengan kesehatan ini telah lama diamati. Rechelle dan Kern
(1994) berpendapat perhatian terhadap hubungan antara kesehatan dan faktor
sosial, seperti kemiskinan, faktor ekonomi dan pekerjaan telah berkembang di
Eropa semenjak masa kajian medika sosial selama abad XIX. Scambler (1993)
juga mengisahkan bahwa di Inggris abad XIX telah ada kajian yang memaparkan
adanya hubungan antara kelas sosial dan mortalitas, yaitu angka kematian di
kalangan profesional lebih rendah daripada di kalangan tukang, karyawan, dan
buruh beserta keluarganya. Kesemuanya ini menunjukkan bahwa penyakit tidak
terdistribusi secara merata di kalangan penduduk. Dalam kaitannya dengan
epidemiologi sosial Cockerham mengemukakan bahwa menurut hasil penelitian
para epidemiolog terdapat empat variabel yang terkait dengan kesehatan dan
harapan hidup, yaitu usia, gender, ras dan kelas sosial atau status sosio
ekonomi (dalam Sunarto, 2014).

Agama dan kesehatan memiliki beberapa pola hubungan, yaitu: a. Saling


berlawanan, agama dan kesehatan berpotensi untuk mengalami perbedaan
dimana, pada pandangan agama tertentu cara pengobatan yang dilakukan oleh
pihak medis melanggar hukum agama, misalnya Islam beranggapan bahwa
terapi dengan urine merupakan sesuatu yang najis tetapi dalam dunia medis itu
tidak apa-apa. b. Saling mendukung, agama dan ilmu pengetahuan juga
berpotensi saling mendukung, dimana sebagai contoh pada saat calon jemaah
haji akan mendapatkan general check-up supaya perjalanan hajinya dapat
berjalan lancar. c. Saling melengkapi, yang dimaksud disini ialah adanya
peranan agama sebagai pengkoreksi atas praktik kesehatan atau sebaliknya,
sebagai contoh dalam Islam kalau berbuka puasa dianjurkan berbuka dengan
memakan makanan yang manis-manis, tetapi dalam dunia kesehatan itu bukan
sebuah keharusan hanya sebagai pemulihan kondisi tubuh sehingga tidak kaget
ketika menerima asupan yang lebih banyak. d. Saling terpisah dan bergerak
dalam kewenangannya masing-masing, agama dan ilmu kesehatan juga
berpotensi untuk jalan sendiri-sendiri karena tidak adanya kesesuaian antara
konsep agama dan konsep ilmu kesehatan.

Agama mempunyai dampak utama dalam kesehatan, khususnya untuk praktik


tertentu yang didukung atau dikutuk oleh suatu kelompok agama tertentu.Berikut
merupakan cara agama memengaruhi kesehatan, yaitu :
a.Agama mempengaruhi praktik sosial yang menempatkan individu
dalam peningkatan atau penurunan risiko.Contoh: sunat (seksual), penghindaran
makanan laut, daging babi, sertadagingsapi (makanan).
b.Agama mempengaruhi respon terhadap penyakit dan intervensinya.Contoh:
peran doa sebagai intervensi untuk mengubah keadaan.
c.Agama memengaruhi tipe intervensi yang dapat diterima.Contoh: larangan
melawan transfusi darah, sikap terhadap aborsi, serta sikapterhadap penelitian
sel induk
Daftar Pustaka

Ritzer G, Goodman JD. 2010. Teori Sosiologi Modern, Edisi ke-6. Jakarta;
Kencana
Scott J. 2011. Sosiologi: The Key Concepts. Jakarta: Rajawali Pers
Soekanto S. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi revisi; cetakan ke-6.
Jakarta: RajawaliPers
Tjiptoherijanti P, Soesetyo B. 1993. Ekonomi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
White K. 2011. Sosiologi Kesehatan dan Penyakit, Edisi ke-3. Jakarta: Rajawali
Pers
3. Bagaimana melakukan pemberdayaan social dari sudut analisis structural?
Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang
berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut maka
pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau
proses untuk memperoleh daya/ kekuatan/ kemampuan, dan atau proses
pemberian daya/ kekuatan/ kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada
pihak yang kurang atau belum berdaya.
Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses
untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya
atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat, “dari,
oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat terhadap
usaha kesehatan agar menadi sehat sudah sesuai dengan Undang – undang RI,
Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan
harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya masyarakat.
Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya. Pemerintah
bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran serta aktif
masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.

Upaya dalam pemberdayaan masyarakatpada hakikatnya memberikan


kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah
atau wilayahnya. Oleh sebab itu, segala bentuk pengambilan keputusan harus
diserahkan ketingkat operasional yakni masyarakat setempat sesuai dengan
kultur masing-masing komunitas dalam pemberdayaan masyarakat, peran
sistem yang ada diatasnya adalah :

1. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program


pemberdayaan. Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan
air bersih, maka peran petugas adalah memfasilitasi pertemuan-pertemuan
anggota masyarakat, pengorganisasian masyarakat, atau memfasilitasi
pertemuan dengan pemerintah daerah setempat, dan pihak lain yang dapat
membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
2. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong-royong dalam
melaksanakan kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama
dalam masyarakat tersebut. Misalnya, masyarakat ingin mengadakan
fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar rencana tersebut dapat
terwujud dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka petugas provider
kesehatan berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota masyarakat
yang bersangkutan agar berpartisipasi dan berkontribusi terhadap program
atau upaya tersebut.

Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah :

1. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-


program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan
pengorganisasian masyarakat.
2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi
terhadap program tersebut
3. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat
dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.
DAFTAR PUSTAKA

Adams, Robert. 2003. Social Work and Empowerment. 3rd ed. New York: Palgrave Macmillan.

Afandi, Muhrisun, dkk (eds.). 2005. Interdisciplinary Approaches to Social Work. Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga.

Awang, San Afri, dkk. 1996. Program IDT dan Pemberdayaan Masyarakat. Bappenas.

Brohman, John. 2001. Popular Development: Rethinking the Theory and Practice of
Development. Blackwell Publishers.

Chomsky, Noam. 2005. Memeras Rakyat: Neoliberalisme dan Tatanan Global. Jakarta: Profetik.

Fakih, Mansour. 2007. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
_______, 2003. Runtuh

Riskiadi, Laode. 2012. Makalah Pemberdayaan Masyarakat. http://kesmas-


ode.blogspot.com/2012/10/makalah-pemberdayaan-masyarakat.html diakses tanggal 31 Oktober
2013 pukul 20 : 00 wib

Supardan, Drg. Iman. 2013 Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan. http://doktergigi-


semarang.blogspot.com/2013/06/pemberdayaan-masyarakat-bidang-kesehatan.html Diakses
tanggal 31 Oktober 2013 pukul 20 : 00 wib

Anda mungkin juga menyukai