Anda di halaman 1dari 17

I.

Arterosklerosis

A. Pengertian
Aterosklerosis berasal dari bahasa yunani yaitu ‘athere-‘ yang berarti
bubur, dan ‘–skleros’ yang berarti keras. Aterosklerosis adalah penyakit
akibat respon peradangan pada pembuluh darah (arteri besar dan sedang),
bersifat progresif, yang ditandai dengan deposit massa kolagen, kolesterol,
produk buangan sel dan kalsium, disertai proliferasi miosit yang
menimbulkan penebalan dan pengerasan dinding arteri, sehingga
mengakibatkan kekakuan dan kerapuhan arteri (Stary, 1995).
Aterosklerosis sangat dipengaruhi kadar kolesterol yang tinggi
(khususnya LDL), merokok, tekanan darah tinggi, diabetes mellitus,
obesitas, dan kurangnya aktifitas fisik. Tingginya kadar homosistein darah,
fibrinogen, dan lipoprotein-A juga dilaporkan sebagai faktor risiko
terjadinya aterosklerosis. Ada 4 faktor risiko biologis yang tidak dapat
diubah, yaitu usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga (genetik).
Helicobacter Pylori dan Chlamydia Pneumoniae, juga bisa menimbulkan
infeksi atau transformasi miosit atau endotel, yang akan memicu lesi
aterosklerosis.

B. Penyebab
Penyebab pasti arterosklerosis belum diketahui, namun penyakit ini
dimulai saat terjadi kerusakan atau cedera pada lapisan dalam
arteri (endothelium). Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh:
 Kadar kolesterol, trigliserida, serta tekanan darah yang tinggi.
 Diabetes atau resisten terhadap insulin.
 Penyakit yang menyebabkan peradangan, seperti artritis, infeksi,
atau lupus.
 Kebiasaan merokok.
 Obesitas.

1
Selain penyebab di atas, seseorang yang memiliki anggota keluarga
dengan riwayat aterosklerosis juga diduga berisiko tinggi untuk menderita
penyakit yang sama.

C. Jenis lesi Arterosklerosis

1. Lesi tipe I (lesi inisial) memperlihatkan perubahan paling dini, dan


hanya terdapat pada anak-anak yang dapat dideteksi secara mikroskopis
dan kimiawi. Secara seluler ditandai adanya penimbunan sejumlah sel
busa pada tunika intima arteri serta penebalan adaptif,
2. Lesi tipe II (garis lemak), merupakan lesi yang pertama kali dapat
terlihat dengan mata telanjang, berupa bercak dan bintik serta garis lemak
lemak berwarna kuning pada intima. Secara mikroskopis ditemukan
adanya kumpulan lapisan sel busa, miosit berisi butiran lemak, sel
limfosit T dan sel mast pada tunika intima,
3. Lesi tipe III disebut juga tipe intermedia, transisional atau preateroma
dan merupakan bentuk peralihan dari lesi tipe II dan lesi tipe lanjut (tipe
IV). Pada tipe ini ditandai dengan timbunan butiran dan partikel lipid
ekstrasel pada tunika intima disekitar lapisan miosit yang mengalami
penebalan adaptif. Di sekitar sel busa dan makrofag juga ditemukan
timbunan lipid yang tebal memisahkan miosit,
4. Pada tipe lanjut (tipe IV, V dan VI) didefinisikan sebagai akumulasi
lipid di intima yang berkaitan dengan disorganisasi dan penebalan intima,
deformitas dinding arteri, dan sering disertai komplikasi fisura,
hematoma, dan trombosis. Pada lesi ini terdapat deposit lipid ekstrasel
yang cukup besar untuk merusak intima, sedangkan pada stadium yang
amat lanjut, deposit lipid memodifikasi tunika media dan adventitia di
bawahnya. Pada lesi tipe ini juga terjadi mekanisme trombotik yang lebih
menonjol dalam mempercepat aterosklerosis

2
II. Trombosis

A. Pengertian
Trombosis adalah terjadinya bekuan darah (thrombus) di dalam sistem
kardiovaskuler termasuk arteri, vena, ruangan jantung dan mikrosirkulasi.
Menurut Robert Virchow, terjadinya trombosis adalah sebagai akibat
kelainan dari pembuluh darah, aliran darah dan komponen pembekuan
darah (Virchow triat).
Trombus dapat terjadi pada arteri atau pada vena, trombus arteri di sebut
trombus putih karena komposisinya lebih banyak trombosit dan fibrin,
sedangkan trombus vena di sebut trombus merah karena terjadi pada aliran
daerah yang lambat yang menyebabkan sel darah merah terperangkap
dalam jaringan fibrin sehingga berwarna merah.
Trombosis vena dalam adalah satu penyakit yang tidak jarang ditemukan
dan dapat menimbulkan kematian kalau tidak di kenal dan di obati secara
efektif.
Kematian terjadi sebagai akibat lepasnya trimbus vena, membentuk emboli
yang dapat menimbulkan kematian mendadak apabila sumbatan terjadi
pada arteri di dalam paru-paru (emboli paru).
Insidens trombosis vena di masyarakat sangat sukar diteliti, sehingga tidak
ada dilaporkan secara pasti. Banyak laporan-laporan hanya
mengemukakan data-data penderita yang di rawat di rumah sakit dengan
berbagai diagnosis.
Di Amerika Serikat, dilaporkan 2 juta kasus trombosis vena dalam yang di
rawat di rumah sakit dan di perkirakan pada 600.000 kasus terjadi emboli
paru dan 60.000 kasus meninggal karena proses penyumbatan pembuluh
darah.
Pada kasus-kasus yang mengalami trombosis vena perlu pengawasan dan
pengobatan yang tepat terhadap trombosisnya dan melaksanakan
pencegahan terhadap meluasnya trombosis dan terbentuknya emboli di
daerah lain, yang dapat menimbulkan kematian.

3
Pada makalah ini akan dibicarakan faktor resiko, manifestasi klinis,
diagnosis dan pengobatan trombosis vena dalam, semoga ada manfaatnya

B. Penyebab
Aliran darah pada sirkulasi arteri merupakan aliran dengan tekanan dan
kecepatan yang tinggi, dan arteri itu sendiri berdinding agak tebal dan
tidak mudah berubah bentuk.Karena alasan ini maka penyebab tersering
trombosis arteri adalah penyakit pada lapisan dan dinding arteri,
khususnya arterosklerosis.
Pada sirkulasi vena, aliran darah nya merupakan aliran bertekanan rendah
dengan kecepatan yang relatif rendah.Vena berdinding tipis sehingga
mudah berubah bentuk oleh tekanan-tekanan dari luar. Karena alasan ini,
penyebab tersering trombosis vena adalah akibat berkurangnya aliran
darah.
Pada akhirnya, perubahan kimia dalam darah pasien dengan berbagai
variasi penyakit, mengakibatkan hiperkoagulasi yang dapat menjadi
komplikasi.

C. Jenis Trombosis
Trombus terbagi 3 macam yaitu; merah (trombus koagulasi), putih
(trombus aglutinasi) dan trombus campuran. Trombus merah dimana sel
trombosit dan lekosit tersebar rata dalam suatu massa yang terdiri dari
eritrosit dan fibrin, biasanya terdapat dalam vena. Trombus putih terdiri
atas fibrin dan lapisan trombosit, lekosit dengan sedikit eritrosit, biasanya
terdapat dalam arteri. Bentuk yang paling banyak adalah bentuk campuran.
Trombus vena adalah deposit intravaskuler yang tersusun atas fibrin dan
sel darah merah disertai berbagai komponen trombosit dan lekosit. (Rizal,
2012)
1. Trombus Arteri
trombus arteri di sebut trombus putih karena komposisinya lebih banyak
trombosit dan fibrin.

4
2. Trombus Vena
trombus vena di sebut trombus merah karena terjadi pada aliran daerah
yang lambat yang menyebabkan sel darah merah terperangkap dalam
jaringan fibrin sehingga berwarna merah.
Trombosis vena dalam adalah satu penyakit yang tidak jarang ditemukan
dan dapat menimbulkan kematian kalau tidak di kenal dan di obati secara
efektif.

III. Emboli

A. Pengertian
Pengertian emboli mengacu pada defek atau massa besar yang bergerak di
dalam pembuluh darah. Emboli adalah suatu kondisi di mana aliran darah
terhambat akibat benda asing (embolus), seperti bekuan darah atau udara.
Benda asing yang berada di dalam akliran darah akan ikut bersirkulasi
sampai terhambat pada salah satu pembuluh darah. Hambatan ini
menyebabkan aliran darah menjadi tidak lancar dan jaringan tubuh
kekurangan oksigen sehingga menyebabkan kegagalan fungsi organ.

B. Penyebab
Emboli disebabkan karena adanya embolus di aliran darah. Beberapa jenis
embolus, yaitu bekuan darah, lemak, udara.
 Lemak. Tulang yang mengalami keretakan bisa mengakibatkan
terlepasnya partikel lemak di dalam tulang ke dalam aliran darah. Selain
itu, lemak juga bisa masuk ke aliran darah jika terjadi komplikasi setelah
menjalani operasi tulang atau karena terjadi luka bakar yang cukup parah.
 Gumpalan darah. Untuk mencegah terjadinya pendarahan berlebihan saat
terjadi luka, darah akan menggumpalkan secara alami. Tapi beberapa
kondisi, seperti penyakit jantung, kegemukan atau obesitas, kanker, dan
kehamilan bisa menyebabkan darah menggumpal lebih mudah meski tidak
terjadi luka. Salah satu penyebab utama emboli paru adalah terjadinya

5
penggumpalan darah pada pembuluh vena dalam kaki yang kemudian
terlepas dan menuju ke paru-paru.
 Air ketuban. Ini adalah cairan yang mengelilingi dan melindungi bayi di
dalam rahim. Meski kondisi ini sangat langka, cairan amniotik bisa masuk
ke pembuluh darah sang ibu saat proses melahirkan dan menyebabkan
penyumbatan.
 Kolesterol. Aterosklerosis adalah penyempitan pembuluh arteri yang
disebabkan oleh penimbunan kolesterol. Apabila kondisi yang terjadi
cukup parah, sebagian kecil kolesterol bisa terlepas dan menyebabkan
terjadinya emboli atau hambatan pada aliran darah.
 Udara. Gelembung udara atau gas juga bisa memasuki aliran darah.
Kondisi ini merupakan penyebab kematian utama di antara para penyelam.
Seorang penyelam yang naik ke permukaan dengan cepat akan mengalami
perubahan tekanan drastis. Ini bisa menyebabkan munculnya gelembung
nitrogen di dalam aliran darah. Kondisi inilah yang menyebabkan
munculnya penyakit dekompresi.

C. Jenis Emboli
1. Emboli Paru
Merupakan jenis emboli yang mana embolus yang terbentuk akan
bersirkulasi dan menyumbat arteri paru-paru. Kondisi inipun dapat
berakibat fatal, jika dibiarkan begitu saja yang berujung pada
kematian. Oklusi arteri paru hamper selalu disebabkan embolus,
thrombosis in situ jarang, hanya terjadi pada hipertensi pulmonal
dan arteriosklerosis pulmonal. Namun, thrombosis dapat
melengkapi suatu oklusi embolus yang parsial.
Lebih dari 95% embolisme paru berasal dari vena tungkai yang
dalam. Cenderung terjadi pada penderita yang dirawat, terutama
setelah fraktur pinggul dan pembedahan, dan pada penderita usia
lanjut yang untuk jangka lama berada di tempat tidur.
2. Emboli Sistemik

6
Embolus arteri:
 Kebanyakan ( 80% sampai 85% ) berasal dari thrombus
dalam jantung, sekunder terhadap infark miokard
 Lebih kurang 5% sampai 10% berasal dari thrombus
aurikuler (biasanya berhubungan dengan penyakit jantung,
reumatik, dan fibrilasi atrium)
 Lebih kurang 5% berasal dari thrombus dalam rongga
jantung yang berdilatasi pada miokarditis/kardiomiopati
 Sumber yang lebih jarang mencakup debris dari ateroma
yang berulserasi atau thrombus yang berhubungan dengan
aneurisma aorta, endokarditis infektif, katup prostetik, dan
embolus paradoksal
 Lebih kurang 15% asalnya tidak diketahui
3. Emboli Aminotik ( emboli ketuban )
Suatu komplikasi berat pada partus yang jarang ditemukan, yang
terjadi tanpa pemberitahuan dan ditandai oleh kesulitan bernapas,
sianosis dan kolaps vaskuler, kadang-kadang berlanjut dengan
kejang-kejng, koma, dan kematian. Komplikasi KID dapat
menyebabkan diathesis hemoragik.
Patogenesisnya diperkirakan akibat robekan pada membrane
lasenta dan vena uterus/serviks sehingga terjadi infuse cairan
amnion.
4. Emboli Udara
Emboli udara adalah suatu bentuk emboli gas yang khusus dikenal
sebagai penyakit caisson atau penyakit dekompresi, terjadi akibat
perubhan tekanan atmosfer yang mendadak, terutama pada
penyelam scuba dan laut dan pekera di bawah permukaan air. Bila
oksigen (sering bercampur dengan helium atau nitrogen) di hirup
di bawah tekanan yang bertamah, maka gas melarut dalam darah
dan cairan jaringan. Pada dekompresi mereka keluar larutan berupa

7
gelembung kecil-kecil. Oksigen dapat melarut, nitrogen dan helium
tetap sebagai embolus gas.
5. Emboli Lemak
Setelah tromboembolisme, embolisme lemak merupakan bentuk
embolisme yang paling sering.
Globul lemak intravaskuler dapat terjadi:
 Paling sering pada penderita fraktur tulang panjang yang
mempunyai sumsum yang berlemak
 Trauma jaringan lemak yang luas
 Jarang, pada penyakit non-traumatik, misalnya diabetes
mellitus, anemia sel sabit, pankeatitis
IV. Kongesti

A. Pengertian

Kongesti(pembendungan darah) adalah berlimpahnya darah di dalam


pemburuh darah di dalam regio tertentu.kongesti disebut juga
hiperemiterlihat melebar dan penuh berisi darah.pada dasarnya kongesti
dapat terjadi dengan dua mekanisme yaitu:

 Kenaikan jumlah darah yang mengalir ke jaringan atau organ dan


 Penurunan jumlah darah yang mengalir ke jaringan atau organ

B. Penyebab
Kongesti terjadi karena drainase vena terganggu disertai pelebaran vena,
venula, dan kapiler distal. Bagian yang terkena berwarna merah kebiru-
biruan akibat deoksigenasi eritrosit yang terkurung-Sianonis. Dapat lokal
seperti pada obstruksi vena, atau sistemik seperti pada gagal jantung.
Pada gagal ventrikel kiri terutama terkena ialah paru-paru, sedangkan pada
gagal jantung kanan yang terkena ialah organ sistemik, misalnya hati,
limpa, tetapi paru-paru tidak terkena.

8
C. Jenis Kongesti
1. Kongesti aktif
Yaitu:peningkatan aliran darah ke jaringan atau organ.pada
kongesti aktif lebih banyak darah mengalir secara aktif ke jaringan
atau organ.kenaikan aliran darahlokal di sebabkan oleh adanya
dilatasi arteri yang bekerja sebagai katup yang mengatur aliran
darah ke dalam mikrosirkulasi loca
Contoh:dari kongesti aktif yaitu hiperemi yg menyertai radang
akut,sehinggga terjadi kemerahan pada jaringa yang
meradang.warna merah pada wajah ketika malu merupakan
vasodilatasi yg muncul akibat respon terhadap stimuli neurogenik.
Contoh dari kongesti aktif fisiologi yaitu:pengiriman darah lebih
banyak sesuai dengan kebutuhan jaringan yg sedang bekerja seperti
otot yg sedang berkontraksi aktif,hal ini serring disebut hiperemi
fungsional.
Kongesti aktif sering terjadi dalam waktu singkat apabila
rangsangan terhadap dilatasi arteriol berhenti maka aliran darah ke
daerah tersebut akan berkurang dam keadaan akan menjadi normal
kembali.

2. Kongesti pasif

Kongesti pasif adalah terdinya gangguan aliran darah pada suatu


daerah.penekanan pada venula—venula dan vena yang
mengalirkan darah dari jaringan dapat menimbulkan kongesti pasif.

Contoh: tumor yang menekan aliran vena local dari suatu


daerah.kongesti dapat terjadi karena gangguan system sirkulasi
darah sistemik yang dapat mengganggu drainase vena seperti
kegagalan ventrikel jantung kiri mengkibatkan aliran darah yang
kembali ke jantung dari paru-paru.apabila terjadi kegagalan
jantung kana,bendungan darah akan mempengaruhi aliran vena

9
sistemik sehingga banyak jaringan di seluruh tubuh mengalami
kongesti pasif.

Kongesti yang belangsung singkat keadaan ini di sebut dengan


kongesti pasif akut.sedangkan kongesti pasif yang berlangsung
lama keadaan ini disebut sebagai kongesti pasif kronis.kongesti
pasif akut biasa nya tidak terdapat pengaruh yg signifikan pada
jaringan tersebut tetapi kongesti pasif kronis dapat mengakibatkan
perubahan-perubahan permanen pada jarinagan yg mengalami
kongesti pasif dan apabila perubahan pada aliran darah ini cukup
nyata,maka terjadi hipoksia jaringan yg menyebabkan
menyusutnya jaringan atau bahkan dapat menyebabkan hilangnya
sel-sel dari jaringan tersebut.

Pengaruh kongesti pasif kronis khususnya dapat terlihat pada


paruu-parudan hati.pada paru-paru yg mengalami kongestiakan
mengakibatkan dinding ruang udara cenderung menebal dan
banyak sekali makrofag yg mengandung pigmen
hemosiderin,pigmenn ini terbentuk sebagai hasil pemecahan
hemoglobindari sel-sel darah merah yg lolos dari pembulu darah
yg mengalami kongesti ke dalam ruang udarah.pada hati kongesti
pasif kronis mengakibatkan dilatasi nyata dari pemburu darah di
sentral tiap lobules hati disertai dengan penyusutan sel-sel
hati.kongesti pasif kronis juga dapat menyebabkan dilatasi vena di
daerah yang mengalami kongesti.

V. Eodeme (edema)

A. Pengertian
Edema adalah akumulasi abnormal cairan dalam ruang interstisial atau
rongga tubuh, misalnya pericardial,pleural,peritoneal (asites).

10
Secara umum, edema didefinisikan pengumpulan cairan berlebihan pada
sela-sela jaringan atau rongga tubuh (Pringgoutomo, 2002). Edema juga
dapat diartikan meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler disertai dengan penimbunan ini dalam sela-sela jaringan
dan rongga serosa (Himawan,1990). Cairan yang mengumpul dalam
sebuah rongga biasanya dinamakan efusi, misalnya efusi perikardium dan
efusi pleura. Penimbunan cairan di dalam rongga peritoneum disebut
asites (Price, 2002). Edema umum yang masif sering disebut anasarka,
yaitu penimbunan cairan dalam jaringan subcutis dan rongga tubuh
(Himawan, 1990). Istilah dulu yang sering menunjukkan edema adalah
hidrops dan drops.

B. Penyebab

Menurut buku EGC Robbins, Edema adalah Akumulasi abnormal cairan


dalam ruang intertisial atau rongga tubuh,misalnya
perikardial,pleural,peritonial (Asites) Bertambahnya tekanan hidrostatik,
Gangguan aliran balik vena dan :
- gagal jantung kongestif
- perikarditis konstriktiva
- sirosis hati ( asites)
- Obstruksi atau penyempitan vena
70% tubuh manusia terdiri atas air yang sangat penting untuk reaksi
metabolisme dalam tubuh. Namun, sayangnya seringkali tubuh kita
mengalami kelebihan cairan tubuh dan tubuh tidak bisa mengeluarkannya.
Munculnya beberapa penyakit edema atau kelebihan cairan dalam tubuh
merupakan salah satu gejalanya. Beberapa contoh penyakit di antaranya
adalah gagal jantung, gagal ginjal, dan penyakit liver. Kelebihan cairan
atau edema dapat terjadi di berbagai tempat dalam tubuh kita. Edema biasa
juga dikenal sebagai pembengkakan yang biasanya terjadi di kaki yang
juga disebut sebagai edema periferal, jika terjadi di paru-paru maka akan

11
disebut sebagai edema pulmoner, dan jika terjadi di perut disebut asdtes.
Jika kita mengalami edema biasanya kita akan mudah merasa lelah setelah
melakukan aktivitas fisik harian atau ketika berjalan dalam jarak yang
dekat. Jika edema ini belum parah maka masih dapat diobati dengan diet
dan perubahan gaya hidup.
1. Edema terjadi jika kita duduk atau berdiri terlalu lama di satu
tempat. Salah satu penyebabnya adalah gravitasi yang menarik
cairan tubuh kita ke bagian kaki.
2. Kehamilan.
3. Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung banyak
natrium atau garam.
4. Bisa juga merupakan tanda dari penyakit ginjal atau liver.

C. Jenis Eodeme
1. Pitting Edema
Pitting edema dapat ditunjukan dengan menggunakan tekanan pada
area yang membengkak dengan menekan kulit dengan jari tangan.
Jika tekanan menyebabkan lekukan ang bertahan untuk beberapa
waktu setelah pelepasan dari tekanan, edema dirujuk sebagai
pitting edema. Segala bentuk dari tekanan, seperti dari karet kaos
kaki, dapat menginduksi pitting (lekukan) dengan tipe edema ini.
2. Non-Pitting Edema
Pada non-pitting edema, yang biasanya mempengaruhi tungkai-
tungkai (legs) atau lengan-lengan, tekanan yang digunakan pada
kulit tidak berakibat pada lekukan yang gigih. Non-pitting edema
dapat terjadi pada penyakit-penyakit tertentu dari sistim lymphatic
seperti lymphedema, dimana gangguan dari sirkulasi lymphatic
yang mungkin terjadi setelah operasi mastectomy, lymph node,
atau congenitally. Penyebab lain dari non-pitting edema dari legs
disebut pretibial myxedema, yang adalah pembengkakan diatas

12
tulang kering pada beberapa pasien-pasien dengan
hyperthyroidism. Non-pitting edema dari legs adalah sulit untuk
dirawat. Obat-obat diuretic umumnya tidak efektif, meskipun
menaikan legs secara periodik sepanjang hari dan alat-alat penekan
mungkin mengurangi pembengkakan
VI. Infark

A. Pengertian
Infark adalah area nekrosis koagulasi pada jaringan akibat iskemia lokal,
disebabkan oleh obstruksi sirkulasi ke daerah itu, paling sering karena
trombus atau embolus (Dorland, 2002). Iskemia terjadi oleh karena
obstruksi, kompresi, ruptur karena trauma dan vasokonstriksi. Obstruksi
pembuluh darah dapat disebabkan oleh embolus, trombus atau plak
aterosklerosis. Kompresi secara mekanik dapat disebabkan oleh tumor,
volvulus atau hernia. Ruptur karena trauma disebabkan oleh aterosklerosis
dan vaskulitis. Vaskokonstriksi pembuluh darah dapat disebabkan obat-
obatan seperti kokain

B. Penyebab
Infark dapat disebabkan oleh beberapa faktor, meliputi;
1. trombosis (penyumbatan pembuluh darah oleh bekuan darah)
2. emboli (penyumbatan pembuluh darah oleh benda asing yang
terbawa masuk)
3. edema (pengumpulan cairan berlebihan pada sela-sela jaringan
tubuh)
4. kompresi ekstrinsik pembuluh darah oleh tumor
5. penjepitan kantong hernia
6. pemuntiran pembuluh darah seperti torsio testis atau volvulus usus
7. ruptur pembuluh darah

13
C. Jenis Infark
1. Infark Anemik
infark anemic sering disebut infark putih atau pucat. Infark ini
terjadi pada jaringan padat yang kehilangan sirkulasi arterialnya,
misalnya pada jantung, lien, dan ginjal
2. Infark Hemoragis
infark hemoragis atau infark merah terjadi karena sumbatan vena
atau sumbatan pada jaringan yang mengalami bendungan
(tertahan), infark merah dapat terjadi pada daerah antara lain:
a. oklusi vena (penyumbatan vena), seperti pada torsio ovarium,
torsio testis
b. jaringan longgar, seperti paru-paru
c. jaringan dengan sirkulasi rangkap, seperti paru-paru dan usus
halus
d. jaringan yang sebelumnya mengalami kongesti (terjadinya
bendungan karena cairan tubuh yang melalui vena mengalami
gangguan) karena aliran darah vena yang lamban.
e. tempat oklusi dan nekrosis (kematian jaringan) sebelumnya ketika
aliran darah putih kembali.
3. Infark septik atau bakterial
Sebuah infark akan dikategorikan sebagai infark septik apabila
terdeteksi adanya infeksi bakteri di sekitarnya. Contoh infark
septik adalah gangrene
4. Infark bland atau infark biasa
Terjadinya infark dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya;
a. Pola anatomik pasokan vaskuler
Sirkulasi rangkap (paru-paru dan hati), sirkulasi anastomosis (arteri
radialis dan ulnaris, sirkulasi willisi, usus halus) memberikan
perlindungan terhadap infark. Sedangkan obstruksi pembulih darah
end-arterial (lien dan ginjal) umumnya menyebabkan infark.
b. Kecepatan terjadinya oklusi

14
Oklusi yang terjadi secara perlahan jarang menimbulkan infark
karena pada oklusi ini masih tersedia waktu untuk terbentuknya
lintasan perfusi alternatif.
c. Kerentanan terhadap hipoksia (kondisi simtoma kekurangan
oksigen)
Neuron akan mengalami kerusakan permanen dalam waktu 3-4
menit setelah iskemia. Sel-sel miokardium baru mati setelah 20-30
menit, sedangkan fibroblas dalam miokardium yang iskemik tetap
hidup bahkan setelah beberapa jam.
d. Kandungan oksigen dalam darah
Anemia (kekurangan sel darah merah), sianosis (kadar oksigen
dalam darah rendah), atau gagal jantung kongestif (dengan
hipoksia) dapat menyebabkan infark pada sumbatan yang
seharusnya tidak menyebabkan apa-apa.
VII. Dehidrasi

A. Pengertian
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada
tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada
pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini
disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
Dehidrasi terjadi saat Anda menggunakan atau kehilangan lebih banyak
cairan daripada yang Anda konsumsi, dan tubuh Anda tidak memiliki
cukup air dan cairan lain untuk menjalankan fungsinya yang normal. Jika
Anda tidak mengganti cairan yang hilang, Anda akan mengalami
dehidrasi.Siapa pun mungkin mengalami dehidrasi, namun kondisinya
sangat berbahaya bagi anak kecil dan orang dewasa yang lebih
tua.Penyebab paling umum dehidrasi pada anak kecil adalah diare dan
muntah yang parah.Orang dewasa yang lebih tua secara alami memiliki
volume air yang lebih rendah di tubuh mereka, dan mungkin memiliki
kondisi atau minum obat yang meningkatkan risiko dehidrasi.Ini berarti

15
bahwa bahkan penyakit ringan, seperti infeksi yang mempengaruhi paru-
paru atau kandung kemih, dapat menyebabkan dehidrasi pada orang
dewasa yang lebih tua.Dehidrasi juga bisa terjadi pada semua kelompok
usia jika Anda tidak cukup minum air putih saat cuaca panas - terutama
jika Anda berolahraga dengan penuh semangat.
Anda biasanya dapat membalikkan dehidrasi ringan sampai sedang dengan
meminum lebih banyak cairan, namun dehidrasi berat memerlukan
penanganan medis segera.

B. Penyebab
Terkadang dehidrasi terjadi karena alasan sederhana: Anda tidak cukup
minum karena Anda sakit atau sibuk, atau karena Anda kekurangan akses
terhadap air minum yang aman saat Anda bepergian, hiking atau
berkemah.
Penyebab dehidrasi lainnya meliputi:
 Diare, muntah. Diare akut yang parah - yaitu diare yang datang tiba-tiba
dan hebat - dapat menyebabkan hilangnya air dan elektrolit yang luar biasa
dalam waktu singkat. Jika Anda muntah bersama diare, Anda kehilangan
lebih banyak cairan dan mineral.
 Demam. Secara umum, semakin tinggi demam Anda, semakin dehidrasi
Anda.Masalahnya memburuk jika Anda mengalami demam selain diare
dan muntah.
 Berkeringat berlebihan Anda kehilangan air saat Anda berkeringat. Jika
Anda melakukan aktivitas yang hebat dan jangan mengganti cairan saat
Anda pergi, Anda bisa menjadi dehidrasi. Cuaca panas dan lembab
meningkatkan jumlah keringat dan jumlah cairan yang hilang.
 Meningkat buang air kecil. Ini mungkin karena diabetes yang tidak
terdiagnosis atau tidak terkontrol. Obat tertentu, seperti diuretik dan
beberapa obat tekanan darah, juga bisa menyebabkan dehidrasi, umumnya
karena menyebabkan Anda buang air kecil lebih banyak.

16
C. Jenis Dehidrasi
Bila defisit air kurang dari 5% berat badan, maka dehidrasi bersifat ringan
dan gejala yang jelas ialah haus. Bila defisit melebihi 5% berat badan
penderita mungkin akan sangat haus. Hilangnya cairan dalam rongga
ekstrasel mengakibatkan turgor kulit berkurang, ubun-ubun dan mata
cekung dan mukosa kering. Deplesi volume intravaskular mengakibatkan
takikardi,hipotensi, oliguri, dan anuri. Defisit cairan 5-10% berat badan
mengakibatkan dehidrasi sedang, sedangkan defisit cairan 10% atau lebih
disebut dehidrasi berat. (Suharyono, 2007).

17

Anda mungkin juga menyukai