Pembuatan gliserol dengan reaksi safonifikasi menggunakan metode
hidrolisis asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap persiapan bahan baku, tahap reaksi, dan tahap pemurnian. 2.1 Tahap Persiapan Bahan Baku Bahan baku berupa hasil samping pabrik asam lemak diperoleh dari PT Multi Nabati Sulawesi, Sulawesi Tengah. Pertama-tama dilakukan penyiapan bahan baku yang berasal dari pabrik asam lemak. Adapun komposisi produk samping pabrik asam lemak adalah : a. Gliserol : 15,9709 % b. Air : 70,4287 % c. Minyak sisa : 13,3640 % d. DBS : 1,2364 % Produk samping dari pabrik asam lemak ditampung di tangki penampungan bahan baku (TP-01) pada suhu kamar kemudian dipompa ke dalam reaktor alir tangki berpengaduk (R) untuk direaksikan dengan FeCl3 40 % dengan kondisi operasi 30 oC dan tekanan 1 atm. Adapun tujuan direaksikan dengan FeCl 3 adalah untuk menghilangkan minyak dan DBS yang masih tersisa dalam produk samping tersebut. 2.2 Tahap Reaksi Dari reaksi yang terjadi dalam reaktor endapan dan larutan yang terbentuk kemudian diumpan masuk ke rotary drum vacuum filter (RDVF) untuk memisahkan larutan dan endapan. Larutan yang dihasilkan kemudian di pompa ke tangki netralisasi untuk menghilangkan HCl yang terbentuk dengan menambahkan NaOH 10% kondisi operasi 30 oC dan tekanan 1 atm, sedangkan untuk endapan di bawah ke tangki penampungan produk samping (TP-02). 2.3 Tahap Pemurnian Dari tangki netralisator (TN) larutan yang sudah dinetralkan yaitu menghilangkan kadar HCl kemudian diumpan masuk ke dalam evaporator (EV) untuk menguapkan air yang terkandung dalam larutan tersebut sehingga gliserol yang dihasilkan mencapai 80%. Pada evaporator digunakan steam 150oC yang beroperasi pada tekanan 1 atm dan suhu 101,34 oC. Sehingga yang pada puncak evaporator terikut uap air dan yang keluar pada bottom evaporator adalah campuran kristal dan liquid yang berbentuk slurry. Untuk menurunkan kadar garam yang terdapat dalam produk pada bagian evaporator maka produk tersebut terlebih dahulu didinginkan di dalam tangki pendingin sehingga yang keluar sesuai dengan yang diharapkan yaitu pada suhu 40oC. Hal ini menyebabkan kristal garam yang terbentuk semakin banyak dan lebih mudah dipisahkan dalam centrifuge, kristal garam dengan gliserol. Sedangkan uap yang yang keluar dari evaporator dikondensasikan dalam condensor barometrik (CB) sebelum dibuang ke lingkungan adapun kondisi operasi pada condensor barometrik (CB) adalah 0,80 atm.