Anda di halaman 1dari 2

Dalam penelitian ini, pertambahan berat badan terjadi pada 24/40 subjek.

16 bayi sisanya,
pertambahan berat badan tidak terjadi karena mereka menerima KMC selama periode dimana
fisiologisnya terjadi kehilangan berat badan, yaitu usia 10-14 hari. Penelitian Brazil menemukan
bahwa BBLR yang menerima KMC mempunyai rata-rata berat badan 1,560 g (SD 269) selama
periode 5-33 hari (rata-rata 16.7 hari [SD 5.9]).

Usia onset KMC merupakan faktor prognostik dalam kesuksesan KMC. Peneliti menemukan
bahwa bayi usia >10 hari yang melakukan KMC memiliki angka keberhasilan yang lebih besar.
Penelitian Brazil juga menemukan bahwa usia onset KMC berhubungan dengan peningkatan
frekuensi menyusu, yang mana menjelaskan adanya penambahan berat badan. Penelitian
Madagaskar membandingkan KMC lebih awal dan terlambat, tidak ditemukan perbedaan yang
signifikan dalam mortalitas, morbiditas, infeksi berat, MRS ulang, hipotermia, pertambahan
berat badan, maupun menyusu pada usia 4 minggu. Penelitian India dengan subjek yang
memulai KMC pada usia rata-rata 3.7 hari (SD 2.8) menemukan penurunan morbiditas dan
peningkatan pertumbuhan pada BBLR. Pada penelitian ini ditemukan bawah usia >10 hari yang
melakukan KMC memiliki kesuksesan yang lebih, dapat disebabkan oleh bayi-bayi yang masih
belum stabil saaat usia mereka mencapai 10 hari dalam perawatan neonatal level II.

Penelitian juga menemukan bahwa edukasi maternal tidak merupakan faktor prognostic dalam
kesuksesan KMC. Penelitian India tentang intervensi edukasi KMC yang diberikan pada ibu-
ibub yang mengunjungi klinik antenatal tanpa melihat status edukasi formal, ditemukan bahwa
ibu-ibu mempunyai pemahaman yang baik tentang KMC dan cara menggunakannya.

Durasi KMC ≥65 menit tidak merupakan faktor prognostic dalam kesuksesan KMC. Penelitian
India menemukan bahwa durasi KMC adalah 11.45 jam, Rao et al 13.5 jam, Kadam et al 9.8
jam. Tinjauan Cochrane menunjukkan bahwa resiko infeksi berat atau sepsis terjadi pada grup
KMC intermiten tapi tidak pada grup KMC terus menerus, tapi resiko sepsis secara signifikan
berkurang pada usia 40-41 minggu pada kedua grup.

Penelitian ini berbeda dalam metode, dengan durasi KMC ≥65 menit, dilakukan secara
intermiten tidak terus menerus, dikarenakan keterbatasan fasilitas. Dalam penelitian ini, setiap
bayi dilakukan KMC minimal 65 menit per sesi per hari, setiap bayi memiliki durasi KMC yang
berbeda dikarenakan perbedaan status bayi dan lama inap RS. Namun, penelitian ini metode
KMC memiliki keuntungan terhadap BBLR dari menyusu yaitu adanya ikatan dan nutrisi,
mengurangi insiden laju jantung dan laju napas yang tidak stabil selama KMC.

Penelitian ini, usia kehamilan rata-rata pada kelompok yang berhasil adalah 31.75 minggu (SD
2.58), UK yang lebih tua bukan merupakan faktor prognosik dalam kesuksesan KMC.
Sebaliknnya, pada penelitian India dengan UK 35.3 minggu (SD 2.3) pada kelompok KMC
ditemukanan bahwa terdapat peningkatan pertumbuhan dan penurunan morbiditas. Sama halnya
dengan Sunil et al. menemukan bahwa pada kelompok KMC dengan UK rata-rata 30.8 minggu
(SD 2.1) tidak terdapat insiden apnea dan hanya 1 subjek dengan hipotermia, tapi tidak
didapatkan perbedaan signifikan.

Batasan pada penelitian ini termasuk periode penelitian yang hanya sampai pada waktu KRS,
untuk mencegah subjek hilang selama masa follow-up. Juga, subjek hanya mengalami KMC
yang intermiten, dikarenakan KMC terus menerus tidak dapat dilakukan karena keterbatasan
fasilitas.

Kesimpulan, usia bayi lebih tua saat onset KMC merupakan faktor prognostic dalam kesuksesan
KMC. Faktor lain seperti durasi KMC, UK, dan tingkat pendidikan ibu bukan termasuk faktor
prognostic dalam kesuksesan KMC. Dalam meningkatkan kesuksesan KMC, dapat dimulai
dengan menstabilkan kondisi bayi, yang dilakukan terus menerus. Dukungan dari ibu diperlukan
untuk mengembangkan kepercayaan diri ibu dalam konsistensi melaksanakan KMC.

Anda mungkin juga menyukai