Anda di halaman 1dari 3

2/14/2018 Soal Tudingan Malpraktek di Sidoarjo, IDI Anggap Miskomunikasi

Soal Tudingan Malapraktik di Sidoarjo, IDI


Anggap Miskomunikasi
JUMAT, 03 NOV 2017 13:45 | EDITOR : MIFTAKHUL F.S

(https://www.jawapos.com/uploads/news/2017/11/03/soal-tudingan-malapraktik-di-sidoarjo-idi-anggap-
miskomunikasi_m_166314.jpeg)
BERLINANG AIR MATA: Tetty Rihardini berkisah tentang anaknya. (Jose Rizal/Jawa Pos)

J awaPos.com - Tudingan malapraktik yang menimpa Rumah Sakit Aisyiyah (RSA) Siti
Fatimah, Tulangan, Sidoarjo, mendapat atensi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Sidoarjo. Mereka berharap pihak keluarga dan manajemen rumah sakit bisa duduk bersama
untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan kepala dingin.

”Saya sudah mendengarkan penjelasan dari rumah sakit secara sekilas. Dari yang kami
tangkap, sebenarnya hal ini hanya miskomunikasi,” kata Ketua IDI Kabupaten Sidoarjo dr
Eddy Santoso. Menurut dia, sejauh ini IDI belum melihat adanya aspek kesalahan prosedur
dalam penanganan Ahmad Ahza Zaadit Taqwa, putra semata wayang pasangan Yudi
Purnomo dan Tetty Rihardini.

”Saya bukannya membela sesama profesi. Cuma, kasus seperti ini memang membesar
karena keluarga tak bisa membendung emosi. Itu wajar,” ujarnya. ”Karena itu, memang tak
SHARES
bisa diselesaikan dalam satu dua pertemuan,” imbuhnya.

https://www.jawapos.com/read/2017/11/03/166314/soal-tudingan-malapraktik-di-sidoarjo-idi-anggap-miskomunikasi 1/3
2/14/2018 Soal Tudingan Malpraktek di Sidoarjo, IDI Anggap Miskomunikasi

Corporate Lawyer Jaringan RS Muhammadiyah Jatim Masbuhin menuturkan, kejadian yang


menimpa mendiang Adit, sapaan Ahmad Ahza Zaadit Taqwa, merupakan risiko medis. Dari
sisi penanganan, tim paramedis telah bertindak sesuai prosedur. ”Pasien diterima RSA Siti
Fatimah pada 24 Oktober pukul 08.45. Namun, sebelumnya, dia sebenarnya dirawat di
fasilitas kesehatan selama dua hari. Ahmad Ahza pulang paksa dari faskes itu untuk dipindah
ke IGD kami,” jelasnya.

Dalam catatan rumah sakit, paramedis tak pernah melepaskan kontrol terhadap Adit yang
berusia 1 tahun 9 bulan. Setelah masuk IGD pukul 09.00, pihak rumah sakit memantau
laporan hasil cek darah Adit.

Dengan keluhan demam, muntah, dan batuk, dokter penanggung jawab pasien (DPJP) saat
itu, dr Medi Pryambodo, menyarankan adanya penanganan dengan antibiotik Taxegram.
Lalu, pasien dipindah ke ruang rawat inap dengan diawasi perawat. ”Pukul 16.00 kembali
dilakukan diagnosis dengan menyuntikkan Taxegram. Pukul 18.05 keluarga melapor ada
keluhan bintik merah pada kulit dan bibir yang menebal. Kami langsung assessment dan
suntikkan anti-alergi,” terangnya.

Sayang, kondisi Adit terus menurun. Pukul 20.15 Adit dibawa ke High Care Unit karena tidak
ada tempat di IGD dan dinyatakan meninggal 85 menit kemudian. ”Paramedis sudah
melakukan tindakan secara profesional dengan diagnosis yang cermat dan hati-hati.
Taxegram pun kami suntikkan dengan persetujuan orang tua. Tapi, upaya maksimal kami
tidak membuahkan hasil,” tuturnya.

Meskipun tak menemukan adanya indikasi malapraktik, pihaknya tetap akan kembali
meneliti kejadian itu secara objektif. Proses tersebut melibatkan komite medik dan tim
medico-legal.

Direktur Utama RSA Siti Fatimah, Tulangan, Sidoarjo, Tjatur Prijambodo menyampaikan
bahwa pihaknya sudah mengunjungi perwakilan keluarga. Mereka ditemui sang nenek,
Nyuntiani. Setelah itu, mereka kembali mengatur jadwal untuk bertemu orang tua Adit.
”Sebenarnya kami berjanji bertemu keluarga pada Senin (30/10). Tapi, mereka tidak datang,”
katanya.

Menurut dia, apa yang dikeluhkan pihak keluarga sebenarnya hanya salah paham. Misalnya,
soal penggunaan antibiotik yang dituduh tidak bertanggung jawab. Saat itu, lanjut dia, tim
yang menangani pasien memutuskan untuk menggunakan Taxegram karena ditemukan
bakteri dalam darah. Sementara itu, keluhannya berada di bagian saluran pencernaan dan
pernapasan. ”Dengan dugaan adanya infeksi bakteri di dua tempat, kami harus memilih
antibiotik yang bisa menangani dua area luas. Tapi, Taxegram tak punya sistem pengecekan
alergi terhadap anak,” tegasnya.

S HARES

https://www.jawapos.com/read/2017/11/03/166314/soal-tudingan-malapraktik-di-sidoarjo-idi-anggap-miskomunikasi 2/3
2/14/2018 Soal Tudingan Malpraktek di Sidoarjo, IDI Anggap Miskomunikasi

Karena itu, paramedis melakukan pengawasan setelah menyuntikkan Taxegram. Pada injeksi
terakhir pukul 16.00, tim medis terus stand by. Sampai pukul 17.30, tidak ditemukan reaksi.
”Kenapa tidak dijaga dokter. Sebab, dokter sudah menyerahkan kewenangan kepada
perawat. Setelah kami temukan ada alergi, kami langsung menyuntikkan obat anti-alergi,”
paparnya.

Kuasa hukum keluarga korban M. Sholeh menyatakan, pihak keluarga menunggu iktikad
baik dari rumah sakit. Bukan dalam bentuk kunjungan ke rumah untuk mengucapkan
belasungkawa, melainkan mengakui adanya kesalahan penanganan. ”Kalau tidak, ya, akan
kami laporkan kepada polisi pada Sabtu (4/11),” ungkapnya.

Berdasar pengakuan kliennya, diduga ada pembiaran terhadap Adit. ”Berjam-jam pasien
tidak ditangani dokter. Pukul 21.00 pasien kritis dan ditangani dokter. Itu pun setelah pasien
dibawa ke ruang dokter,” tambahnya.

(bil/c16/pri/ce1)

 #malprektek (https://www.jawapos.com/tag/163870/malprektek)

#anak meninggal di rs (https://www.jawapos.com/tag/163871/anak-meninggal-di-rs)


#rs aisyiyah siti fatimah (https://www.jawapos.com/tag/79598/rs-aisyiyah-siti-fatimah)
#sidoarjo (https://www.jawapos.com/tag/19/sidoarjo)

SHARES

https://www.jawapos.com/read/2017/11/03/166314/soal-tudingan-malapraktik-di-sidoarjo-idi-anggap-miskomunikasi 3/3

Anda mungkin juga menyukai